Analisis Total Zat Terlarut Analisis Total Zat Padat

34

3.4.11 Analisis Total Zat Terlarut

Sampel air minum sebelum dan sesudah dididihkan yang terlebih dahulu disaring dengan kertas saring Whatman no.42, dipipet masing-masing sebanyak 50 ml. Kemudian dimasukkan ke dalam cawan penguap yang telah ditimbang beratnya. Diuapkan di dalam oven pada suhu 103 C-105 C sampai kering. Setelah kering didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap atau perubahan berat tidak lebih dari 4 berat sebelumnya. Menurut SNI 2006, rumus untuk menghitung zat terlarut yaitu : zat terlarut mgl = �−��1000 � keterangan : A = berat sisa kering + cawan penguap mg B = berat cawan penguap kosong mg V= volume sampel ml Bagan alir proses penentuan total zat terlarut dapat di lihat pada Lampiran 6 halaman 56.

3.4.12 Analisis Total Zat Padat

Sampel air minum sebelum dan sesudah dididihkan, dipipet masing-masing sebanyak 50 ml. Kemudian dimasukkan ke dalam cawan penguap yang telah ditimbang terlebih dahulu. Diuapkan di dalam oven pada suhu 103 C-105 C sampai kering. Setelah kering didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap De Zuane, 1996. Bagan alir proses penentuan total zat padat dapat di lihat pada Lampiran 7 halaman 57. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidak nya ion kalsium dan magnesium di dalam sampel. Sebelum dilakukan identifikasi ion kalsium dan magnesium dalam sampel dengan reaksi kristal dan warna, terlebih dahulu dilakukan pengukuran pH. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil pengukuran pH air minum sebelum dan sesudah dididihkan Sampel air minum pH Sebelum dididihkan Sesudah dididihkan 1 7,3 5,8 2 7,4 5,7 3 7,3 5,7 Rata-Rata 7,33 5,73 Tabel 4.1 di atas menunjukkan penurunan pH air minum sesudah dididihkan. Sampel air minum sebelum dididihkan pH = 7,3 sedikit basa sedangkan sampel air minum sesudah dididihkan mengalami penurunan pH = 5,7 asam. Dalam Permenkes RI No. 492MenkesPerIV2010, pH air minum yang diperbolehkan yaitu 6,5-8,5. Hal ini menunjukkan air minum sesudah dididihkan memiliki pH yang tidak memenuhi syarat. Nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya ion hidrogen dalam air yang berperan dalam menentukan sifat korosi, semakin rendah pH maka sifat korosinya semakin tinggi. pH air yang lebih besar dari 7 memiliki kecenderungan untuk membentuk kerak pada pipa. Nilai pH air minum yang lebih besar dari 7 ditandai dengan adanya ion karbonat dan bikarbonat akibat kontak dengan batu-batuan De Zuane, 1996.