Pengertian Kota Pengertian Pembangunan

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Kota

Menurut Bintarto 1987, “kota dalam tinjauan geografi adalah suatu bentang budaya yang di timbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami. Dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar, dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya”. Dalam perkembangannya, konsep-konsep kota paling tidak dapat dilihat dari 4 sudut pandang, yaitu segi fisik, administratif, sosial dan fungsional. Kota dalam tinjauan fisik atau morfologi menekankan pada bentuk-bentuk kenampakan fisikal dari lingkungan kota. Sedangkan menurut John Brickerhoff Jackson 1984, bahwa “kota adalah suatu tempat tinggal manusia yang merupakan manifestasi dari perencanaan dan perancangan yang dipenuhi oleh berbagai unsur seperti bangunan, jalan dan ruang terbuka hijau”. Pembangunan development adalah proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastuktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan dan budaya Alexander 1994.

2.1.2 Pengertian Pembangunan

Pada umumnya pembangunan diartikan sebagai upaya meningkatkan kapasitas produksi untuk mencapai total output yang lebih besar dari kesejahteraan yang lebih tinggi bagi seluruh rakyat. Pembangunan merupakan tuntutan bagi masyarakat untuk mencapai kemajuan, karena penduduk makin Universitas Sumatera Utara 8 bertambah besar jumlahnya, maka kebutuhannya pun bertambah jumlahnya, jenisnya, dan kualitasnya, seiring dengan perkembangan kemajuan peradaban manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK. Pendekatan pembangunan yang dilakukan dapat secara mikro, tetapi dapat pula secara makro. Pendekatan secara makro adalah melihat secara besar, yaitu menekankan pada agregat pendapatan, investasi, inflasi, peredaran uang dan kebijakan moneter keuangan, kebijakan fiskal perpajakan, dan perdagangan luar negeri. Sedangkan pendekatan mikro membahas berbagai masalah yang lebih kecil skopnya, misalnya permintaan dan penawaran individual, biaya produksi dan harga pasar atau perilaku seseorang atau suatu perusahaan. Ada pula pendekatan pembangunan yang menekankan pada kegiatan yang dilakukan secara sektoral misalnya sektor pertanian, perindustrian, pertambangan, konstruksibangunan, perdagangan, transportasi, pendidikan, kesehatan, pariwisata dan lainnya Adisasmita, 2010. Lebih berkembang lagi, pendekatan pembangunan memberikan penekanan pada kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pada lingkup regional pada wilayah provinsi atau kabupaten. Lebih maju lagi yaitu memfokuskan pada unit perencanaan atau ruang pembangunan yang lebih terfokuskan pada lokasi tertentu atau lebih sempit lagi, yaitu pada lokasi di mana kegiatan yang dimaksudkan akan diletakkan, maka diterapkanlah pendekatan spasial tata ruang, misalnya Rencana Umum Tata Ruang KabupatenKota RUTRK, Rencana Detail Tata Ruang RDTR, tata ruang pedesaan, tata ruang transportasi, dan lainnya. Universitas Sumatera Utara 9 Pembangunan yang menerapkan pendekatan kawasan dilihat dari segi luas wilayah perencanaannya mungkin saja lebih kecil dan mungkin pula lebih besar dari suatu wilayah kabupaten, tetapi harus memiliki fungsi tertentu, dengan demikian diharapkan tingkat keberhasilan dalam pencapaian sasaran pembangunannya akan lebih tinggi, karena fungsinya tertentu maka sasaran dan tujuan pembangunannya relatif lebih terfokus. Dari segi konsep pembangunan wilayah regional development concept, pendekatan kawasan dan pembangunan kawasan telah diterapkan secara luas. Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia dengan urutan terbesar ketiga, setelah Kota Jakarta dan Surabaya, Kota medan bisa menjadi kota teladan bagi kota-kota lainnya. Kota Medan sesungguhnya telah memiliki ketersediaan infrastruktur dan utilitas kota yang semakin memadai. Namun harus diakui juga, pemanfaatannya masih harus ditingkatkan guna mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Setidaknya ada tujuh variabel utama dalam penentuan daftar indeks kota ternyaman Most Liveable City index, yakni fisik kota, kualitas lingkungan, transportasi, aksesibilitas, fasilitas, utilitas, ekonomi dan sosial. Berpedoman pada tujuh variabel itulah Ikatan Ahli Perencana Indonesia IAP menetapkan 25 kriteria penentuan sebuah kota yang layak mendapat predikat Liveable City. Ke- 25 kriteria tersebut antara lain kualitas penataan kota, jumlah ruang terbuka, perlindungan bangunan bersejarah, kualitas kebersihan lingkungan, tingkat pencemaran lingkungan, ketersediaan angkutan umum, kualitas kondisi jalan, dan kualitas fasilitas pejalan kaki. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas kesehatan, ketersediaan fasilitas pendidikan, ketersediaan fasilitas rekreasi, Universitas Sumatera Utara 10 ketersediaan energi listrik, ketersediaan air bersih, dan kualitas air bersih. Kriteria berikutnya adalah kualitas jaringan telekomunikasi, interaksi hubungan antar penduduk, informasi pelayanan publik, dan ketetsediaan fasilitas kaum difabel. Portes mendefenisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. sedangkan Ginanjar Kartasamita 1994 memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentifikasikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisai, bahkan pembangunan dengan westernisasi.seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, dimana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan Riyandi dan Bratakusumah, 2005. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan imdustrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat Universitas Sumatera Utara 11 melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, disamping adanya perubahan dan spiritualisme ke materialismesekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan nasional. Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro nasional dan mikro communitygroup. Maka penting dari pembangunan adalah adanya kemajuanperbaikan progress, pertumbuhan dan diversifikasi.

2.1.3 Indikator Pembangunan