BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, alprazolam memiliki banyak efek yang dapat dilihat berdasarkan perubahan tingkah laku mencit Mus musculus.
Efek tersebut antara lain berpengaruh pada fungsi kognitif daya ingat, dan fungsi psikomotorik. Data yang dicatat secara otomatis oleh IntelliCage diperoleh hasil
sebagai berikut. 4.1. Efek Pemberian Alprazolam Terhadap Fungsi Kognitif
4.1.1. Hasil Deskriptif Pengaruh Alprazolam pada Fungsi Kognitif
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil pengaruh alprazolam terhadap perilaku kognitif mencit Mus musculus Gambar 4.1. Pada hari
pertama dan kedua disebut pembelajaran atau kontrol blank KB. Pada hari pertama dan kedua, mencit tidak diberi alprazolam ataupun saline. Mencit hanya
diajarkan menuju sudut ke-2 untuk menguji ingatannya, tetapi hukuman diberikan berupa air-puff ketika minum lebih 3 detik. Sudut yang terbuka dan
terdapat minuman hanya sudut dua. Pada hari pertama dan kedua, sudut yang paling banyak dikunjungi adalah sudut yang kedua. Sementara pada hari ketiga,
masing- masing kelompok telah diberikan perlakuan. Kelompok KS diberikan saline, kelompok P1 diberikan alprazolam, dan kelompok P2 diberikan saline.
Setelah pemberian perlakuan obat, kelompok perlakuan pertama P1 lebih banyak mengunjungi sudut ketiga. Berbeda dengan hewan yang hanya diberikan
saline atau larutan garam fisiologi secara oral yang masih lebih sering mengunjungi sudut yang kedua yang telah diarahkan pada saat pembelajaran. Hal
ini terjadi karena alprazolam dapat menurunkan fungsi kognitif untuk sementara pada dosis terapi dan pengobatan dalam jangka waktu yang pendek. Pada
pengamatan selanjutnya mencit kembali ke sudut dua lagi seperti pembelajaran awal Lampiran 1.1.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Alprazolam menyebabkan gangguan fungsi kognitif daya ingat, sehingga pada efek lanjutnya dapat menyebabkan gangguan ingatan sementara. Hasil
penelitian yang didapatkan mencit yang diberikan alprazolam dapat merusak memori atau ingatan mencit sementara pada hari ketiga. Kelompok hewan uji P1
yang biasanya lebih banyak mengunjungi sudut dua, setelah diberikan alprazolam lebih bnyak mengujungi sudut tiga. Alpazolam merupakan turunan benzodiazepin
yang bekerja langsung pada sistem saraf pusat. Benzodiazepin meningkatkan kerja neurotransmiter GABA Gamma-Amino Butyric Acid sebagai inhibitor
sehingga menurunkan aktivitas neuron. Oleh sebab itu, terjadi gangguan kognitif dan ingatan. Pada pemberian alprazolam di hari keenam, tidak ditemukan
perubahan fungsi kognitif seperti pada hari ke tiga. Kelompok hewan uji tetap lebih banyak mengujungi sudut dua sesuai dengan pembelajarannya.
Daya ingat merupakan kemampuan individu untuk mengolah informasi yang didapat dari pancaindra, pengalaman pribadi, maupun suatu tahapan-tahapan
melakukan sesuatu kegiatan proseduralmenjadi suatu ingatan memori yang disimpan di otak, dan dapat dikeluarkan lagi apabila informasitersebut dibutuhkan
Price Wilson, 2005. Menurut Hoggs 1996, efek dari pengujian kecemasan pada mencit dapat
merubah perilaku dasar yang dapat dilihat pada hewan kelompok kontrol. Tingkat perubahan dari kelompok kontrol negatif non-farmakologik dengan pemberian
stressor dapat memberikan efek mendalam pada perilaku. Faktor eksternal dapat secara langsung merubah efek obat. Pada penelitian ini, kontrol salinedisebut
kontrol negatif. Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional,
termasukproses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan untuk
berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak Stuart Sundeen, 1987. Proses pengolahan informasi menjadi ingatan melibatkan beberapa area di
otak diantaranyalobus temporal, lobus frontal, hipokampus, dan amigdala. Fungsi daya ingat sangat rentan terhadapberbagai proses patologis di otak, seperti
gangguan vaskular, tumor, trauma kepala, hipoksia,malnutrisi, depresi, ansietas, dan akibat efek samping obat-obatan,sehingga apabila proses patologistersebut
Universitas Sumatera Utara
terjadi di area yang berfungsi mengolah informasi akan menyebabkan terjadinya gangguan daya ingat Price Wilson, 2005.
Perubahan fungsi kognitif dapat dibedakan menjadi dua jenis. Perubahan fungsi kognitif ke arah positif seperti terjadi peningkatan daya ingat, fungsi
bahasa yang baik, dan konsentrasi yang terjaga. Perubahan fungsi kognitif ke arah negatif yang memiliki gejala penurunan fungsi kognitif seperti mudah lupa yaitu
bentuk gangguan fungsi kognitif yang paling ringan, gangguan bahasa, penurunan kemampuan untuk melakukan perencanaan atau bisa berlanjut menjadi gangguan
kognitif ringan sampai ke arah dimensia, delirium dan amnesia sebagai bentuk klinis yang paling berat dan akhirnya dapat mengganggu aktivitas, pekerjaan dan
fungsi sosial pada kehidupanWreksoatmodjo, 2013. Daya ingat merupakan kemampuan otak untuk dapat menerima,
menyimpan, dan mencari kembali informasi yang telah tersimpan didalam pusat memori Hartanti, 2010.Ingatan adalah proses pengambilan kembali informasi
yang telah disimpan didalam otak. Proses mengingat dibagi menjadi tiga tahapan. Tahapan pertama adalah proses untuk mempelajari informasi yang diterima, lalu
mencatat informasi tersebut enconding. Pada tahap kedua, informasi yang telah dipelajari akan disimpan. Tahap terakhir merupakan proses mengingat atau proses
memanggil kembali informasi yang telah disimpan retrieval Guyton, 2013. Menurut MDLInformationSystem 1997, efek dari obat alprazolam dalam
jangka pendek yaitu gangguan ingatan jangka pendek dan anterograde amnesia tidak dapat mengingat apapun yang baru terjadi, serta nyeri sendi dan nyeri pada
dada.Menurut Sukandar et al., 2008, efek samping dari alprazolam adalah mengantuk, kelemahan otot, ataksia, gangguan mental, amnesia, ketergantungan,
depresi pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, dan bingung. Selain efek ketergantungan, masih banyak keluhan yang disampaikan oleh para pengguna
obat ini. Keluhan tersebut antara lain hangover yaitu efek sisa benzodiazepin di dalam plasma darah seperti kurang konsentrasi, daya reaksi, kehilangan ingatan
untuk sementara, gangguan pernafasan dan masih banyak lagi Tjay Rahardja, 2007; Mantooth, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ginsberg 2007, memori merupakan elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif. Dengan kemajuan dalam riset neuropsikologi,
sistem memori dapat dibagi menjadi beberapa komponen, yaitu: a.
Memori implisit, yaitu respon motorik yang dipelajari dan tidak berhubungan dengan akses kesadaran.
b. Memori eksplisit yang berhubungan dengan akses kesadaran, dapat dibagi
menjadi: a.
Memori episodik, yaitu peristiwa yang pernah terjadi. b.
Memori semantik, yaitu pengetahuan umum. Menurut Lister 1985, disatu sisi diketahui bahwa pemberian
benzodiazepine merusak memori episodik, dan benzodiazepin terutama merusak memori jangka panjang dibandingkan memori jangka pendek. Di sisi lain, telah
diteliti bahwa turunan benzodiazepin lain, seperti diazepam, mengganggu memori eksplisit daripada memori implisitDanion et al., 1989; Fang et al., 1987. Dengan
demikian alprazolam merusak memori mencit yang sebelumnya telah diberi arahan ke sudut yang kedua menjadi ke sudut yang ketiga.
Menurut Block Berchou 1984, telah menemukan penurunan memori pada tikus yang telah diinduksi benzodiazepine. Penelitian lebih lanjut dilakukan
oleh Borde et al., 1997,yang menginjeksi tikus dengan diazepam, lalu mengujinya dengan menggunakan labirin berbentuk âTâ. Hasilnya, tikus yang
diinjeksikan tidak melewati labirin dengan baik dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan tikus yang tidak di injeksi.
4.2. Efek Pemberian Alprazolam Terhadap Fungsi Psikomotorik 4.2.1. Psikomotorik Berdasarkan Jumlah Kunjungan ke Sudut Pembelajaran
Corner
Berdasarkan data yang didapatkan pada program Analyzer IntelliCage, kemudian diuji denganAnalisis Varians ANOVA dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan
memiliki perbedaan signifikan antara mencit yang diberi saline dan alprazolam dengan mencit kelompok kontrol Lampiran 1.1. Dilakukanuji lanjut
menggunakan metode Bonferroni dan Bootsrap, maka didapatkan perbandingan jumlah kunjungan antara masing-masing kelompok Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. Rata-rata jumlah kunjungan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama 8
hari pengamatan 6jamhari.Keterangan KB: Kontrol Blank; KS: Kontrol
Saline; P1: Alprazolam dan Saline; P2: Saline dan Alprazolam.
Berdasarkan Gambar 4.2. hasil uji lanjutan untuk variabel jumlah kunjungan dengan uji perbandingan Berganda Multiple Comparison Test menggunakan
Metode Uji Bonferroni, dapat dilihat perbedaan jumlah kunjungan yang signifikan antara kelompok KB dan P1, KB dan P2, dan KB dan KS, namun tidak
didapatkan berbedaan yang signifikan antara KS, P1, dan P2. Pada perlakuan P1, didapatkan jumlah rata-rata kunjungan yang paling rendah dibandingkan semua
kelompok meskipun tidak signifikan. KS merupakan kontrol negatif, karena pemberian perlakuan non farmakologik dapat menyebabkan perubahan tingkah
laku. Pada penelitian ini, jumlah kunjungan diharapkan mewakili aktifitas motorik dari hewan uji. Sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian sesuai dengan
hipotesis, yaitu pemberian obat alprazolam dapat menurunkan fungsi psikomotorik dari mencit Mus musculus. Penurunan tersebut berpengaruh pada
terganggunnya neurotransmiter GABA yang bekerja sebagai inhibitor. Obat alprazolam yang merupakan turunan dari benzodiazepin, apabila dikonsumsi
dapat menyebabkan peningkatan daya kerja GABA. Peningkatan kerja GABA menyebabkan penurunan kerja saraf motorik, sehingga menyebabkan penurunan
aktivitas motorik yang signifikan.
20 40
60 80
100 120
140
KB KS
P1 P2
KELOMPOK
b b
b a
Jum la
h kunj
unga n
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Psikomotorik Berdasarkan Durasi Kunjungan ke Sudut Pembelajaran Corner
Berdasarkan data yang didapatkan pada program Analyzer IntelliCage, kemudian diuji dengan Metode Analisis Varians ANOVA dapat diketahui bahwa durasi
kunjungan memiliki perbedaan yang tidak signifikan Lampiran 1.2.
Gambar 4.3. Rata-rata durasi kunjungan kelompok mencit ke sudut
pembelajaran selama 8 hari pengamatan 6jamhari. Keterangan KB: Kontrol Blank; KS: Kontrol Saline; P1: Alprazolam
danSaline; P2: Saline dan Alprazolam; s: second detik.
Berdasarkan Gambar 4.3. dapat dilihat rata-rata durasi kunjungan dari tiap kelompok yang paling rendah adalah pada kelompok P1. Hal ini menunjukkan
alprazolam menurunkanfungsi psikomotorik berupa durasi kunjungan, namun perbedaannyatidak
signifikan dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Alprazolam dapat mengakibatkan efek sedatif yang dapat menurunkan aktifitas motorik mencit apabila diberikan pada dosis rendah di siang hari, sehingga
menurunkan rata-rata kunjungan dan durasi kunjungan mencit.Hasil data yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa pemberian alprazolam dalam dosis rendah
pada siang hari dapat menurunkan fungsi psikomotorik pada mencit Mus musculus.
0,00 500,00
1.000,00 1.500,00
2.000,00 2.500,00
3.000,00 3.500,00
4.000,00
KB KS
P1 P2
KELOMPOK
D ur
as i
kunj unga
n s
Universitas Sumatera Utara
Pemberian obat-obat seperti hipnotik-sedatif menyebabkan penurunan koordinasi motorik karena depresi sistem saraf pusat Salan, 1998.Safi et al.,
2006, melakukan percobaan menggunakan diazepam yang merupakan salah satu derivat benzodiazepine seperti alprazolam. Safi melakukan eksperimen pada
mencit betina dengan metode yang sama. Hasilnya, mencit yang diberikan diazepam lebih sering melakukan kunjungan dibandingkan yang
kontrol.Diazepam dapat meningkatkan psikomotorik mencit Mus musculus, namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap durasi kunjungan
p=0,06 dan jumlah kunjungan p=0,43. Aktivitas motorik atau pergerakan yang normal sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari Ahmed Miller, 2011. Pergerakan atau aktivitas motorik yang normal dipengaruhi oleh koordinasi
dari sistem lokomotor yang baik Sidharta,1979. Secara umum gangguan aktivitas motorik adalah berupa melambatnya gerakan, ataksia, dan akinesia,
atetosis, dan lain-lain Ganong, 2002. Penurunan aktivitas motorik juga dipengaruhi oleh obat pendepresi sususan sarap pusat seperti penggunaan obat
sedatif -hipnotik Wiria, 2007. Aktivitas motorik diatur oleh korteks serebri yang impulsnya akan dijalarkan melalui traktus ekstrapiramidalis dan kortikospinalis
menuju otot. Aktivitas dan penjalaran impuls motorik juga dipengaruhi oleh aliran darah dari jantung menuju otak dan neurotransmitter antara lain
norepinefrin, epinefrin, dopamin, gamma-amino butyric acid GABA, asetilkolon, dan serotonin Fitzgerald et al., 2007.
Pada saat tercapai dosis maksimal dalam plasma, benzodiazepine dalam dosis hipnotik dapat menyebabkan kehilangan koordinasi motorik, gangguan
fungsi mental dan psikomotor, ataksia, sakit kepala ringan, lemas, peningkatan waktu reaksi, bingung, disaritmia, amnesia anterograde, mulut kering dan rasa
pahit. Kemampuan berpikir sedikit kurang dibandingkan dengan penampilan gerak. Semua efek tersebut sangatmemengaruhiketerampilan dan kemampuan
psikomotor lainnya Charney et al., 2001. Menurut Savard et al., 2003, dalampenggunaannya efek benzodiazepin
yang diinginkan adalah efek hipnotik-sedatif. Sifat yang diinginkan dari penggunaan hipnotik-sedatif antara lain adalah perbaikan anxietas, euporia dan
Universitas Sumatera Utara
kemudahan tidur sehingga obat ini sebagai pilihan utama untuk insomnia, jika keadaan ini terjadi terus menerus, maka pola penggunaanya akan menjadi
kompulsif sehingga terjadi ketergantungan fisik. Hampir semua golongan obat- obatan hipnotik-sedatif dapat menyebabkan ketergantungan. Efek ketergantungan
ini tergantung pada besar dosis yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan dan waktu paruh serta golongan obat yang digunakan. Obat-obatan
hipnotik-sedatif dengan waktu paruh lama akan dieliminasi lama untuk mencapai penghentian obat bertahap sedikit demi sedikit. Pada obat dengan waktu paruh
singkat akan dieliminasi dengan cepat sehingga sisa metabolitnya tidak cukup adekuat untuk memberikan efek hipnotik yang lama. Oleh karena itu, penggunaan
obat dengan waktu paruh singkat sangat bergantung dari dosis obat yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan.
Menurut Katzung 2002,efek alprazolam terhadap sel saraf adalah memperkuat fungsi hambatan neurotransmiter GABA Gamma-amino Butyric
Acid pada sistem GABA. Adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan
meningkat.GABA merupakan jenis asam amino nonesensial yang memiliki fungsi sebagai neurotransmiter penghambat pada sistem saraf pusat yang efeknya
menurunkan aktivitas neuron. Aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga menyebabkan peningkatan influks air yang banyak pada sel
saraf. Meningkatnya jumlah air dalam sel saraf menyebabkan hiperpolarisasi sel sarafbersangkutan dan sebagai akibatnya aktivitas motorik sel saraf akan
menurun.
4.2.3. Psikomotorik Berdasarkan Jumlah Hendusan
Berdasarkan data yang didapatkan pada program Analyzer IntelliCage, kemudian diuji dengan Analisis Varians ANOVA dapat diketahui bahwa jumlah hendusan
memiliki perbedaan yang signifikan Lampiran 1.3. Dilakukan uji lanjutan menggunakan metode Bonferroni dan Bootsrap, maka didapatkan perbandingan
jumlah hendusan antara kelompok kontrol dan perlakuan Gambar 4.4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4. Rata-rata mencit pada saat berkunjung kesudut pembelajaran Corner selama 8 hari pengamatan 6jamhari. Keterangan
KB: Kontrol Blank; KS: Kontrol Saline; P1: Alprazolam danSaline; P2: Saline dan Alprazolam.
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat hasil uji perbandingan berganda untuk variabel jumlah hendusan denganUji Perbandingan Berganda Multiple
Comparison Test menggunakan Metode Bonferronidan Bootsrap,dapat dilihat perbedaan jumlah hendusan yang signifikan antara KB dan P1. Pada kelompok
KS, P1, dan P2 tidak ditemukan perbedaan yang signifikan. Pemberian alprazolam dapat menurunkan jumlah hendusan mencit. Perilaku menghendus
dideteksi dan dicatat secara otomatis oleh IntelliCageselama mencit berkunjung disetiap sudut. Alprazolam dapat mengganggu perilaku yaitu pada fungsi
psikomotorik, sehingga terjadi penurunan perilaku menghendus pada mencit Mus musculus. Hal ini masih berhubungan dengan neurotransmitter GABA sebagai
inhibitor. Kerja GABA semakin meningkat apabila mengkonsumsi benzodiazepin, sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls pada saraf dan terjadi gangguan
psikomotorik.
4.2.4. Psikomotorik Berdasarkan Durasi Hendusan
Berdasarkan data yang didapatkan pada program Analyzer IntelliCage, kemudian di uji dengan Analisis Varians ANOVA dapat diketahui bahwa durasi
hendusanmenurun namun tidak signifikan Lampiran 1.4.
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
KB KS
P1 P2
KELOMPOK
a ab
b ab
Jum la
h he
ndus an
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5.Rata-rata durasi hendusan mencit pada saat berkunjung kesudut pembelajaran Corner
selama 8 hari pengamatan
6jamhari.Keterangan KB: Kontrol Blank; KS: Kontrol Saline; P1 : Alprazolam dan Saline; P2: Saline dan Alprazolam; s:
second detik.
Berdasarkan Gambar 4.5. rata-ratadurasi hendusan masing-masing kelompok meningkat namun tidak signifikan. Kelompok P2 lebih tinggi dibandingkan
kelompok KB, KS dan P1. Hal ini menunjukkan pemberian obat alprazolam meningkatkan lamanya perilaku menghendus pada mencit yang diberikan saline
dan alprazolam P2. Pada variabel jumlah hendusandidapatkan rata-rata yang lebih rendah antara perlakuan dan kontrol, namun pada durasi didapatkan rata-rata
yang lebih lama antara perlakuan dan kontrol. Menurut Prijono Handini 1998, perilaku juga dapat
diartikan sebagai ekspresi seekor hewan yang dituangkan dalam bentuk gerakan-gerakan. Salah satu yang memengaruhi munculnya
perilaku hewan adalah adanya rangsangan yang berasal dari dalam tubuh hewan tersebut ataupun dari lingkungannya. Perilaku seekor
hewan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam hormon dan sistem saraf dan faktor dari luar cahaya, suhu dan
kelembaban. Tingkah laku bersifat genetis, tetapi dapat berubah oleh lingkungan dan proses belajar hewan Hafez Dyer, 1969.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
KB KS
P1 P2
KELOMPOK
D ur
as i
he ndus
an s
Universitas Sumatera Utara
Safi et al., 2006, menyatakan bahwa mencit yang diberikan diazepam memiliki rata-rata durasi hendusan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Pada
penelitiannya, Safi tidak memasukkan parameter jumlah hendusan dalam penelitiannya, melainkan hanya durasi hendusan yang diketahui meningkat. Hasil
yang didapatkan dalam penelitian ini adalah terjadi penurunan jumlah pernafasan yang signifikan p0.05, tetapi terjadi peningkatan jumlah hendusan, tetapi tidak
signifikan. Dinyatakan pemberian obat sedatif-hipnotik dapat memengaruhi fungsi psikomotorik mencit Mus musculus.
Menurut Tucker 2009, depresi nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal sehingga pernafasan
menjadi tidak normal,hal ini terjadi karena adanya penekanan rangsang di sistem saraf pusat pernafasan, bisanya karena pengaruh obat narkotika atau keracunan.
Depresi pernafasan jika tidak ditangani dengan baik akan akan mengakibatkan gagal nafas. Gagal nafas adalah ketidak mampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal, eliminasi CO
2
dan pH yang normal disebabkan oleh masalah difusi dan perfusi. Depresi sistem saraf pusat
mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak normal. Pusat pernafasan yang mengendalikan pusat pernafasan, terletak dibawah batang otak pons dan medula
sehingga pernafasan lambat dan dangkal. Menurut Stones Alexander 2002, benzodiazepine meningkatkan aksi
penghambatan neurotransmitter gamma-aminobutryric acid GABA. Benzodiazepine juga menghambat sistem saraf pusat lainnya dengan mekanisme
yang buruk. Hasilnya adalah depresi umum refleks tulang belakang dan sistem aktivasi retikuler. Hal ini menyebabkan koma dan penghambatan pernafasan.
Penahanan penafasan yang mungkin terjadi dengan short acting benzodiazepine yang baru seperti triazolam, alprazolam, dan midazolam.
Menurut Haas 1998,benzodiazepin seperti obat anestesi intravena lainnya, dapat menekan sistem pernapasan. Efek depresi lebih besar pada
midazolam dari diazepam dan lorazepam. Berhentinya nafas sementara terjadi setelah pemberian secara cepat dan dosis besar 0,15 mgkgBB IV terlebih jika
bersama dengan opioid.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ley Yelich 1998, peningkatan jumlah pernafasan hiperventilisasi merupakan komponen dari respon adaptif untuk mediasi bahwa
telah terjadi bahaya dan mempersiapkan individu untuk segera bertindak, biasanya dalam keadaan cemas. Keadaan paru-paru mengalami kelebihan oksigen.
Kenaikan persiapan ini jika tidak diikuti oleh aktivitas fisik yang cukup, maka tingkat CO
2
arteri rendah hipokapnia. Hiperventilasi dapat menyebabkan pola gejala fisik dan psikologis pada orang sehat yang menyerupai gejala kecemasan
akut misalnya, sesak napas, jantung berdebar, pusing,pingsan, atau kesemutan di kaki.
Menurut Mudjaddid 2006, stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenalmelalui mekanisme berikut ini: ancaman dipersepsi oleh
panca indera, diteruskan ke korteks serebri, kemudian ke sistem limbik dan RAS Reticular ActivatingSystem, lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kelenjar adrenal
kemudian mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi saraf otonom. Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan memengaruhi berbagai sistem organ dan
menyebabkan gejala tertentu, misalnya: kardiovaskuler contohnya: takikardi, muskuler contohnya: nyeri kepala, gastrointestinal contohnya: diare, dan
pernafasan contohnya: nafas cepat.Dyspnea sesak nafas telah ditemukan untuk menjadi salah satu gejala yang paling umum dilaporkan panik McNally,1994,
bersama-samadengan jantung berdebar dan pingsan. Menurut MDLInformationSystem 1997, sistem saraf pusat menyebabkan
depresi pernapasan dan penurunan kesadaran. Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik.
Reaksi fisiologis terhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi,
pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus Long, 1996.
Menurut Stuart 2001, pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon yang meliputi respon fisiologis diantaranya:
a. Kardiovasklar: palpitasi, tekanan darah meningkat, tekanan darah
menurun, denyut nadi menurun. b. Pernafasan: nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah
Universitas Sumatera Utara
c. Gastrointestinal: nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual dan diare.
d. Neuromuskular: tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing. e. Traktus urinarius: sering berkemih.
f. Kulit: keringat dingin, gatal, wajah kemerahan. Hubungan antara kecemasan dan respirasi telah didukung oleh banyak
penelitian McNally, 1994. Penelitian dengan CO
2
telah memberikan kontribusi besar tentang pemahaman kecemasan dan panik. Penelitian tentang pernapasan
bervariasi, tetapi dalam desain yang paling umum, individu dengan gangguan panik, gangguan kecemasan selain panik menghirup udara yang memiliki
konsentrasi peningkatan CO
2
McNally, 1994. Sejumlah penelitian telah menemukan individu dengan gangguan panik, tapi tidak individu dengan depresi
berat, kecemasan umum, atau nonanxious kontrol, mengalami derajat kecemasan tinggi, serangan panik mengalami perubahan parameter pernafasan dalam
menanggapi paparan CO
2
Papp et al., 1993, 1997. Penelitian tentang kognitif mengandaikan bahwa sensitivitas CO
2
tidak dari hasil normal biologis tetapi dari hipersensitivitas panik individu yang kemudian menyebabkan reaksi internal
seperti kesulitan bernapas Barlow, 1988; Clark, 1986. Pemeriksaan faktor kognitif, McNally Eke 1996 menemukan bahwa kekhawatiran adalah
prediktor bahwa tubuh banyak mengandung CO
2
yang merupakan sifat umum kecemasan.
4.2.5. Psikomotorik Berdasarkan Jumlah Jilatan
Berdasarkan data yang didapatkan pada program Analyzer IntelliCage, kemudian diuji dengan Analisis Varians ANOVA dapat diketahui bahwa jumlah jilatan
memiliki perbedaan yang tidak signifikan Lampiran 1.5. Rata-rata jumlahjilatanpada perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrolGambar 4.6.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6. Rata-rata jumlah jilatan mencit pada saat berkunjung kesudut pembelajaran Corner selama 8 hari pengamatan 6jamhari.
Keterangan KB: Kontrol Blank; KS: Kontrol Saline; P1: Alprazolam danSaline; P2: Saline dan Alprazolam.
Berdasarkan Gambar 4.6.rata-ratajumlah jilatandari masing-masing kelompok perbedaan namun tidak signifikan. Pada kelompok P2 terjadi peningkatan perilaku
jumlah jilatan yang tinggi dibandingkan kelompok KS dan P1. Pemberian alprazolam setelah pemberian saline P2 dapat menyebabkan peningkatan jumlah
jilatan dibandingkan pemberian alprazolam sebelum salineP1. Pada P1 rata-rata jumlah jilatan yang didapatkan hampir sama sepertikontrol blank KB.
Berdasarkan hasil diatas, alprazolam dapat meningkatkan fungsi psikomotorik dalam perilaku menjilat pada sudut pembelajaran.
4.2.6. Psikomotorik Berdasarkan Durasi Jilatan
Berdasarkan data yang didapatkan pada program Analyzer IntelliCage, kemudian diuji dengan Analisis Varians ANOVA dapat diketahui bahwa durasi jilatan
memiliki perbedaan yang tidak signifikan Lampiran 1.6. Rata-rata durasi jilatan pada perlakuan lebih lama dibandingkan dengan kontrolGambar 4.7.
,0 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
6,000 7,000
KB KS
P1 P2
KELOMPOK
Jum la
h jila
ta n
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7. Rata-rata durasi jilatanmencit pada saat berkunjung kesudut pembelajaran Corner selama 8 hari pengamatan 6jamhari.
Keterangan KB: Kontrol Blank; KS: Kontrol Saline; P1: Alprazolam dan Saline; P2: Saline dan Alprazolam; s; second
detik.
Berdasarkan Gambar 4.7. rata-ratadurasi jilatandari masing-masing kelompok terlihat perbedaan namun tidak signifikan. Durasi jilatan pada kelompok
perlakuan lebih lama dibandingkan kelompok kontrol. Durasi jilatan paling lama terdapat pada kelompok pemberian alprazolam dan saline P1. Berdasarkan data
yang didapatkan, alprazolam meningkatkan jumlah dan durasi jilatan. Perilaku menjilat merupakan salah satu dari fungsi psikomotorik. Alprazolam
meningkatkan fungsi psikomotorik dalam perilaku durasi jilatan. Berdasarkan hasil penelitian Safi et al., 2006, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah jilatan. Hewan yang diberi alprazolam memiliki jumlah jilatan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Pada
penelitian dengan menggunakan alprazolam jumlah dan durasi jilatan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Pengertian perilaku menurut branca adalah reaksi akibat kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang salineg berkaitan. Jika salah satu aspek mengalami
hambatan, maka aspek perilaku juga terganggu Piter Lubis, 2010. Mekanisme perilaku dapat terjadi sebagai bentuk dari interaksi antara biokimia, saraf, otot,
dan indera Nie et al., 2007. Menurut Alikodra 1990, fungsi utama tingkah laku adalah untukmemungkinkan seekor hewan menyesuaikan diri terhadap beberapa
200 400
600 800
1000 1200
1400
KB KS
P1 P2
KELOMPOK
D ur
as i
jila ta
n s
Universitas Sumatera Utara
perubahankeadaan, baik dari luar maupun dari dalam. Tingkah laku ini berkembang sesuaidengan perkembangan dari proses belajar.
Menurut Skinner 1938, perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Respon ini meliputi respons
yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu dan respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh perangsang tertentu.
Berkaitan dengan psikomotor, Bloom Benyamin 1979, berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya
melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Menurut Mardapi 2003, keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu:
gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif.
Menurut Giriwijoyo 2005, tubuh melakukan metabolisme untuk menghasilkan energi didalam tubuh, diantaranya kerja syaraf, kelenjar, otot,
membentuk zat-zat baru dan mempertahankan suhu tubuh. Penggunaan obat- obatan seperti obat diuretika, sedativa penenang, dan anticholinergik juga dapat
meningkatkan metabolisme tubuh. Diperlukan asupan air yang cukup agar tubuh dapat melakukan metabolisme dengan baik.
Menurut Adiwarsito 2010, bila terjadi stress, kecemasan, kegelisahan, maka tubuh akan bereaksi secara otomatis berupa perangsangan hormon dan
neurotransmiter, untuk menahan stresor, sehingga penting untuk mempertahankan kondisi mental dan fisik mahluk hidup. Stress akan merangsang pusat hormonal di
otak yang bernama hipotalamus raja endokrin. Fungsi Hipotalamus disini adalah: mengatur keseimbangan air, suhu tubuh, pertumbuhan tubuh, rasa lapar,
mengontrol marah, nafsu, rasa takut, integrasi respons saraf simpatis, dan mempertahankan homeostasis.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN