Biomassa Tegakan Pendugaan Cadangan Karbon Above Ground Biomass (AGB) pada Tegakan Agroforestri di Desa Parbaba Dolok, Kabupaten Samosir

B. Biomassa Tegakan

Brown, 1997 mengatakan biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme tumbuhan per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa dapat dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa diukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per m 2 Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90 biomassa yang terdapat dalam hutan berbentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan sampah hutan serasah, hewan dan jasad renik. Biomassa ini merupakan hasil fotosintesis berupa selulosa, lignin, gula, bersama dengan lemak, pati, protein, damar, fenol, dan senyawa lainnya Arief, 1994. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan ini mengikat karbondioksida CO atau ton per ha. 2 Perubahan iklim global pada dekade terakhir ini terjadi karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca GRK, terutama karbondioksida CO dari udara dan mengubahnya menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. 2 . Indonesia sebagai negara penyumbang CO 2 terbesar ketiga di dunia, dengan emisi CO 2 rata-rata per tahun 3000 Mt atau berarti telah menyumbangkan sekitar 10 dari total emisi CO 2 Salah satu cara untuk mengendalikan perubahan iklim adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca yaitu dengan mempertahankan keutuhan hutan alami dan meningkatkan kerapatan populasi pepohonan di luar hutan. Tumbuhan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan menyerap gas asam arang CO di dunia. 2 dari udara melalui proses fotosintesis, yang selanjutnya diubah menjadi karbohidrat kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, bunga dan buah. Dengan demikian mengukur jumlah karbon yang disimpan dalam tubuh Universitas Sumatera Utara tanaman hidup biomassa pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO 2 Pada penelitian ini, pohon-pohon dengan diameter lebih kecil dari 5 cm tidak didata karena pertumbuhan tersebut masih belum stabil dan masih termasuk dalam kategori tumbuhan bawah. Keberadaan pohon dengan diameter 30 cm pada suatu penggunaan lahan memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap total cadangan karbon. Pengukuran biomassa pada tegakan agroforestri dengan mempertimbangkan diameter batang dan tinggi batang yang datanya dapat dilihat pada Tabel 5. di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Tabel 5. Kandungan biomassa rata-rata berdasarkan kelas diameter kgha Nomor Plot Kelas Diameter cm 5-10 11-15 16-20 21-25 26-30 31-35 36 1 13.52 - - - 506.24 615.24 719.46 2 14.58 2.40 - - - - 739.27 3 14.93 - - - 519.54 554.50 719.65 4 13.55 - - - - - 717.75 5 13.36 - - - - 593.34 692.78 6 13.49 - - - - - 701.91 7 13.79 - - - - 600.83 - 8 13.80 - - - - 633.61 699.21 9 14.62 - - - - 612.98 649.72 10 13.69 - - - - 617.30 687.95 11 15.02 - - - - - 739.48 12 13.93 2.18 - - - 668.35 1098.69 13 14.15 - - - - - 727.09 14 13.53 1.54 - - - - 902.85 15 14.45 - - - - 664.30 - 16 14.41 - - - - 593.91 - Struktur tegakan adalah sebaran individu tumbuhan dalam lapisan tajuk dapat diartikan sebagai sebaran pohon per satuan luas dalam berbagai kelas diameternya. Secara keseluruhan struktur tegakan pohon adalah hubungan antara banyaknya pohon dengan kelas diameter dalam plot penelitian. Keberadaan pohon dengan diameter 30 cm pada suatu penggunaan lahan memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap total cadangan karbon. Universitas Sumatera Utara Pada penelitian ini diperoleh biomassa pohon terbesar pada pohon yang memiliki diameter paling besar yaitu sebaran tanaman pada plot 12 dengan diameter 36 cm. Tanaman ini dapat menyumbang biomassa sebesar 1098, 69 kgha. Hal ini disebabkan biomassa berkaitan erat dengan fotosintesis, biomassa bertambah karena tumbuhan menyerap CO 2 Pertambahan diameter akan menentukan jumlah karbon yang dikandung suatu vegetasi. Pertambahan diameter merupakan dari hasil fotosintesis untuk pertumbuhan ke arah horisontal. Haygreen dan Bowyer 1996 menyatakan bahwa seiring bertambahnya umur melalui pembentukan dan pembesaran sel-sel yang membelah berulang-ulang membentuk sel-sel baru yang meristematik. Selama pohon tumbuh, pohon menambah kayu baru sehingga memperbesar diameter batang, cabang serta memperbanyak jumlah bagian-bagian pohon lainnya dimana karbon yang berasal dari CO dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik dari proses fotosintesis. Biomassa pada tiap bagian pohon tersebut meningkat secara proporsional dengan semakin besarnya diameter pohon sehingga biomassa pada tiap bagian pohon mempunyai hubungan dengan diameter pohon. Bila dilihat dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Rahayu et al. 2007 di Kabupaten Nunukan diperoleh data bahwa keragaman ukuran diameter, keberadaan pohon dengan diameter 30 cm pada suatu sistem penggunaan lahan, memberikan sumbangan biomassa yang cukup berarti terhadap total cadangan karbon seperti pada hutan primer, sekitar 70 dari total biomassa berasal dari pohon yang berdiameter 30 cm sedangkan pohon yang berdiameter antara 5-30 hanya sekitar 30. 2 Rahayu et al. 2007 menyatakan bahwa perbedaan perolehan biomassa dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi, keragaman ukuran diameternya dan sebaran berat jenis vegetasinya, dimana penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomassanya akan lebih tinggi bila dibandingkan tersebut diambil oleh tanaman dan disimpan dalam bentuk biomassa. Dengan bertambahnya diameter pohon, maka kemampuan pohon menyimpan karbon bebas dari udara semakin tinggi. Universitas Sumatera Utara dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah. Tipe hutan dengan komposisi jenis pohon dengan berat jenis yang tinggi akan mempunyai potensi simpanan yang cenderung lebih tinggi daripada tipe hutan dengan kerapatan tinggi tetapi jenis pohon dengan berat jenis yang rendah. C. Potensi Agroforestri dalam Menyerap Karbon Pada pernyataan Suryanto et al., 2005, pemilihan pohon yang akan ditanam pada suatu lahan memiliki dua alasan yaitu untuk produksi dan pelayanan. Untuk produksi artinya untuk bahan bangunan, kayu bakar, obat-obatan dan lain-lain. Sedangkan yang bersifat pelayanan adalah untuk pengendalian erosi, meningkatkan kesuburan tanah, konservasi biodiversitas dan untuk penyimpanan karbon serta mengurangi efek rumah kaca. Dari data penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian, tanaman perkebunan yang paling dominan dibudidayakan adalah tanaman kopi yang umumnya menjadi mata pencaharian masyarakat Desa Parbaba Dolok, sedangkan untuk alasan pelayanan masih kurang diperhatikan oleh masyarakat tersebut. Adapun tanaman kehutanan seperti pohon Pinus dibudidayakan untuk alasan produksi yaitu sebagai bahan bangunan dan kayu bakar. Selain tanaman kopi dan pinus, tanaman yang juga dibudidayakan oleh masyarakat Desa Parbaba Dolok adalah nangka dan coklat yang dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Penelitian cadangan karbon diperlukan di Agroforesri Kabupaten Samosir Desa Parbaba Dolok karena di desa ini belum pernah dilakukan penelitian karbon sebelumnya. Walaupun jumlah agroforestri di Desa ini masih sedikit, tetapi potensi cadangan karbon yang diperoleh dari agroforestri di desa ini tergolong baik. Widianto et al. 2003 menyatakan bahwa bila ditinjau dari cadangan karbon, sistem agroforestri lebih menguntungkan daripada sistem pertanian berbasis tanaman musiman maupun hutan tanaman karena adanya pepohonan yang memiliki biomassa tinggi dan masukan serasah yang bermacam-macam kualitasnya serta terjadi secara terus-menerus. Peran agroforestri Universitas Sumatera Utara dalam mempertahankan cadangan karbon di daratan masih lebih rendah bila dibandingkan dengan hutan alam. Kandungan karbon total Di Desa Parbaba Dolok dapat kita lihat di tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Kandungan karbon total agroforestri Plot Nama Kampung Komponen Pemyusun Karbon tonha Plot 1 Lumban Sihaloho Kopi, Nangka, Pinus 14,92 Plot 2 Huta Dolok Coklat, Kopi, Pinus 6,406 Plot 3 Sipassa Kopi, Nangka, Pinus 25,119 Plot 4 Tamba Tua Kopi, Pinus 8,33 Plot 5 Parhorasan Kopi, Nangka, Pinus 20,293 Plot 6 Siduma-duma Kopi, Pinus 18,53 Plot 7 Siantar-antar Kopi, Pinus, Nangka 14,6 Plot 8 Dolok Mauli Kopi, Nangka, Pinus 17,718 Plot 9 Sosor Lontung Kopi, Pinus 19,152 Plot 10 Huta Nangka Kopi, Nangka, Pinus 27,59 Plot 11 Sibatu Kopi,Pinus 32,252 Plot 12 Lumban Ganda Coklat, Nangka, Kopi, Durian 44,179 Plot 13 Sidapitu Kopi, Pinus 17,529 Plot 14 Papartahi Pinus, Coklat, Kopi, Durian 46,487 Plot 15 Lumban Naibaho Kopi, Nangka 12,923 Plot 16 Huta Bolon Kopi, Pinus 11,363 Total 337,461 Rata – rata 21,091 Pada tabel kandungan karbon di atas, kita dapat melihat perbandingan kandungan karbon pada tiap plotnya. Kandungan karbon terendah ada pada Plot 2 dengan kandungan yang hanya sebesar 6,406 tonha. Pada plot ini hanya didapati tanaman berupa coklat dan kopi. Tanaman tersebut memiliki diameter 30 cm. Kandungan karbon terbesar terdapat pada plot 14 Kampung Papartahi dengan kandungan karbon sebesar 46,487 tonha. Pada plot ini terdapat tanaman Pinus, Coklat, Durian dan Kopi. Kampung papartahi ini didominasi oleh tanaman Kopi. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan pernyataan Rahayu et al 2007, yang mengatakan semakin besarnya diameter tanaman, maka tanaman tersebut dapat memberikan kandungan biomassa yang semakin besar juga. Bila dilihat dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, diperoleh data bahwa keragaman ukuran diameter, keberadaan pohon dengan diameter 30 cm pada suatu sistem penggunaan lahan, memberikan sumbangan biomassa yang cukup berarti terhadap total cadangan karbon seperti pada hutan primer, sekitar 70 dari total biomassa berasal dari pohon yang berdiameter 30 cm sedangkan pohon yang berdiameter antara 5-30 hanya sekitar 30. Maka kita dapat melihat mengapa pada plot 14 Kampung Papartahi memiliki kandungan karbon terbesar di antara semua plot karena pada plot ini didapati tanaman Pinus dan Durian dengan diameter 30 cm. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karbon terbesar terdapat pada tegakan agroforestri dengan komponen penyusun pinus, cokelat, durian dan kopi yaitu di Kampung Papartahi sebesar 46,487 tonha 2. Sebaran karbon di lahan agroforestri di Desa Parbaba Dolok tidak merata, karena kandungan karbon di setiap tutupan lahan berbeda-beda Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pendugaan cadangan karbon pada tutupan lahan yang lain Universitas Sumatera Utara II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Agroforestri