silvofishery tidak dilakukan pemupukan dikarenakan keberadaan dari tanaman mangrove sudah dianggap mencukupi untuk menghasilkan unsur
hara yang diperlukan oleh tambak. Oleh karena itu, biaya input yang dikeluarkan dari sistem tambak silvofishery menjadi lebih sedikit bila
dibandingkan dengan tambak non silvofishery. Hal ini dikarenakan pada tambak silvofishery tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk.
c. Pemberantasan Hama Penyakit
Dalam kegiatan budidaya ikan dan udang, masalah umum yang sering sekali terjadi dan dapat mengganggu keberhasilan kegiatan budidaya adalah
gangguan hama dan penyakit. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara menggunakan pestisida seperti Samponen dan Akodan. Samponen
merupakan salah satu jenis pestisida organik yang berasal dari bungkil biji teh dalam bentuk bubuk kasar, sehingga dalam penggunaannya samponen ini
perlu dilarutkan terlebih dahulu dalam air selama ± satu malam. Dosis samponen yang digunakan lebih kurang 50 KgHa tergantung kebutuhan.
Samponen ini diperoleh petani tambakpenggarap di kios-kios pertanian yang terdapat di sekitar Desa Paluh Manan dengan harga yang bervariasi. Harga
samponen ini berkisar antara Rp. 3.000,-Kg – Rp. 5.000,-Kg. Akodan digunakan untuk mematikan hama yang ada pada. Pestisida yang dikemas
dalam kaleng dan berbentuk cair dan berwarna putih. Harga akodan yaitu Rp. 50.000,-kg.
Pemberian pestisida ini biasanya dilakukan pada saluran masuknya air ke dalam tambak pada saat ketinggian air tambak mencapai ± 10 cm, kemudian
di biarkan selama ÷ 3 hari. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar hama yang
Universitas Sumatera Utara
ada benar-benar mati dan efek racun pestisida yang diberikan tidak lagi mempunyai efekpengaruh terhadap benih nener ikan dan benih benur
udang yang akan ditebar.
2.2 Pengadaan Benih
Untuk menghasilkan berbagai jenis komoditas tambak hingga berukuran konsumsi baik ikan nila, ikan kakap, udang windu, dan kepiting, petani
tambakpenggarap di Desa Paluh Manan dalam menjalankan aktivitas tambaknya menggunakan teknik budidaya tambak silvofishery dan non silvofishery. Benih-
benih biasanya diperoleh dari beberapa daerah diantaranya dari Siantar dan Aceh. Benih-benih tersebut diantar ke tempat pemesanan dengan menggunakan wadah
berupa kantung palstik berisi air. Harga benih yang ditawarkan pun bervariasi tergantung ukuran yang diinginkan oleh pemesan. Untuk benih ikan nila biasanya
dapat dibeli dengan harga berkisar antara Rp. 100,-ekor – Rp. 200,-ekor. Benih ikan kakap ± Rp. 1.500,-ekor. Benih udang windu diperoleh dengan harga
berkisar antara Rp. 40,-ekor – Rp. 80,-ekor. Sedangkan untuk kepiting, harga benihnya dijual perkilo dimana harga perkilonya berkisar antara Rp. 50.000,-
hingaa Rp. 80.000,-. Banyak sedikitnya benih yang dipesan oleh pengarap bervariasi,
tergantung pada modal yang dimilik serta luasan tambak yang dikelola. Jenis pembayaran yang digunakan adalah tunai karena penjual tidak ingin mengambil
resiko jika ternyata kegiatan budidaya yang dilakukan penggarap mengalami kegagalan dan pelunasan kredit menjadi terhambat.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Penebaran Benih