Realisme Post pengantar filsafat

di dalam filsafat dapat terdapat lebih dari satu kebenaran tentang satu persoalan. Sebabnya ialah bukti kebenaran teori dalam filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang digunakan, bukan terletak pada kongklusi. Persoaalan inilah yang akan dikembangkan dalam filsafat sofisme. Anaximenes mengatakan, bahwa intisari alam atau dasarnya pertama ialah udara, karena udaralah yang meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat di perlukan oleh nafasnya. Aniximenes yang mencari asal alam, belum memperhatikan benar soal jiwa dalam penghidupan masyarakat. Kepentingan jiwa itu tampak olehnya dalam perhubungan alam besar saja. Jiwa itu menyusun tubuh manusia jadi satu dan menjaga supaya tubuh itu jangan gugur dan bercerai – berai. Juga alam besar itu ada karena udara. Udaralah yang jadi dasar hidupnya. Kalau tak ada udara, gugurlah semuanya itu. Makro kosmos alam dan Mikro kosmos manusia pada dasarnya satu rupa. Menurut pendapat Anaximenes udara itu benda, materi. Tetapi walaupun dasar hidup dipandangnya sebagai benda, ia membedakan juga yang hidup dengan yang mati. Badan mati, karena menghembuskan jiwa itu keluar. Yang mati tidak berjiwa.

A. Realisme

Realisme beraasal dari kata real yang berarti yang actual atau yang ada,dimana kata tersebut menunjukan pada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh ,artinya bukan hanya sekedar hayalan atau yang sekedar ada dalam pikiran.Real menunjukan suatu benda yang benar-benar ada. Realitya adalah sifat benda yang real atau yang ada yakni bertentangan dengan yang tampak.Dalam arti umum realisme berarti kepatuhan pada fakta,kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis. Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Bagi kelompok realis, alam itu, dan satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah: menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba kebenarannya. Seorang realis bangsa Inggris, John Macmurray mengatakan “Kita tidak bisa melpaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang sesuatu benda, suatu fikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda dalah realitas dan ide adalah bagaimana benda itu nampak pada kita Oleh karena itu, maka fikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda”. . Realisme menegaskan bahwa sikap yang diterima orang secara luas adalah benar, artinya, bahwa bidang aam atau obyek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita tidak mengubah watak benda yang kita rasakan. Jenis-jenis Realisme Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern. Pertama, kecenderungan kepada materialisme dalam bentuknya yang modern. Sebagai contoh, materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme. Kedua, kecenderungan terhadap idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan keseluruhan organik. James B. Pratt dalam bukunya yang berjudul Personal Realism mengemuka kan bahwa bentuk realisme semacam itu, yakni suatu bentuk yang sulit dibedakan dari beberapa jenis realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Apa yang kadang-kadang dinamakan realisme Platonik atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme modern daripada realisme modern. Aristoteles adalah lebih realis, dalam arti modern, dari pada gurunya, Plato. Aristoteles merupakan seorang filosuf pertama. Ia menciptakan cabang pengetahuan itu dengan menganalisis problem-problem tertentu yang timbul dalam hubungannya dengan penjelasan ilmiah. Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stagira, sebuah kota Thrace. Ayahnya meninggal tatkala ia masih muda. Ia diambil oleh Proxenus, dan orang ini memberikan pendidikan yang istimewa kepadanya. Tatkala Aristoteles berumur 18 tahun, ia dikirim ke Athena dan dimasukkan ke Akademia Plato.Ia mempunyai bakat mengatur cara berpikir serta merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang kemudian menjadi dasar berpikir dalam banyak bidang ilmu pengetahuan. Ia tak pernah terjeblos dalam rawa-rawa mistik ataupun ekstrem. Ia senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis. Di dalam dunia filsafat Aristoteles terkenal sebagai bapak logika. Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang dengan apa yang disebut logika modern. Logika Aristoteles itu juga sering disebut logika formal. Aristoteles juga mempelopori penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir setiap cabang falsafah, dan memberi sumbangsih tak terkira besarnya terhadap ilmu pengetahuan. Yang paling penting dari apa yang pernah dilakukan Aristoteles adalah pendekatan rasional yang senantiasa melandasi karyanya. Tercermin dalam tulisan-tulisan Aristoteles bahwa setiap segi kehidupan manusia atau masyarakat selalu terbuka untuk objek dan pemikiran. Filsafat Aristoteles berkembang ketika ia memimpin Lyceum. Ia berhasil membuat sejumlah karya, termasuk enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting. Universal bagi aristoteles tidak pernah bisa mandiri. Yang universal ada dan bisa dikenali ketika bersama didalam hal-hal konkret. Misalnya, kata cinta tak bisa dikenali begitu saja tanpa terkait didalam benda-banda konkret; demikian pula dengan kata “manusia” tak akan dipahami jika ia tak terkait dengan Jono, Husni,dll. Aristoteles adalah orang yang pertama kali membicarakan substansi, ia menggunakan kata ousia keadaan . Ousia dimaksudkan Aristoteles sebagai barang konkret yang ada, yang terdiri dari bahna dan bentuk. Kita dapat bertanya, apakah berjalan, berada dalam keadaan sehat, dn duduk, masing-masingberada pada dirinya sendiri. Logika Aristoteles juga berkenaan dengan definisi. Definisi adalah pengertian yang bisa kita berikan pada suatu hal. Bagi Aristoteles pengertian tentang sesuatu tersusun dari genus proximum ciri khas, yang spesifik. Kita tak pernah bisa menyatakan bahwa kucing adalah kucing, kita dapat mengenali kucing karena kita bisa menemukan bahwa ia adalah binatang erkaki empat yang mengeong. Dengan cara ini ditemukanlah bahwa kucing yang kita bicarakan adalah kucing yag konkret berbeda dengan anjing, kuda dan manusia. Aristoteles memberikan satu titik acuan pada saat kita memikirkan perubahan. Yaitu bahwa dari semua yang tampak berubah sebenarnya terdapat satu unsur yang tetap, substansi. Ia menjadi tempat bergantungnya berbagai unsur dari sesuatu. Jiwa disebut sebagai substansi diri manuasia, jika semua unsure dalam diri manusia bergantung pada jiwa. Isilah ini dihubungkan dengan aksiden, yaitu kualitas suatu benda yang tanpa dirinya benda itu tetap ada. Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara sains dan filsafat. Tetapi banyak di antara mereka yang bersifat kritis terhadap sains lama yang mengandung dualisme atau mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh, Alfred North Whitehead yang mencetuskan filsafat organisme. Ia mengkritik pandangan sains yang tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan dan akal, alam dan jiwa, substansi dan kualitas-kualitas. Pendekatan semacam itu mengosongkan alam dari kualitas indra dan condong untuk mengingkari nilai etika, estetika dan agama. Metodologi Newton menyebabkan sukses dalam sains fisik akan tetapi menjadikan alam tanpa arti dan tanpa nilai; banyak orang yang mengatakan bahwa nilai dan ideal adalah khayalan belaka dan tidak mempunyai dasar yang obyektif. Sikap semacam itu adalah akibat abstraksi dan penekanan beberapa aspek realitas serta menganggap sepi aspek-aspek lain. Whitehead menamakan proses abstraksi ini fallacy of misplaced concretness. Hal ini terjadi jika seseorang memperhatikan suatu aspek dari benda dan menganggapnya sebagai keseluruhan. Dengan cara ini, maka garis-garis yang arbitrair sewenang-wenang digambarkan antara apa yang dianggap penting oleh penyelidik dan apa yang ia ingin untuk mengusulkan sebagai tidak benar.

B. Realisme aristoteles