Masalah Tahu, Mengetahui, dan Pengetahuan Teori Pengetahuan

perhatian kepada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat perhatian studi. Tokohnya adalah Protagoras. Permasalahan filsafat adalah materi yang dibahas dalam filsafat satu demi satu dan seluruhnya. Dan ini yang disebut dengan problematika filsafat, mengapa? karena dibahas menurut susunan tertentu sistematika filsafat dan dibahas dalam filsafat sistematis. Prof.Dr.Sutardjo A.Wiramihardja,Psi. memandang bahwa sistematika yang diajukan Langeveld 1959 merupakan sistematika yang dinilai cukup lengkap tetapi tidak terlalu banyak dan kompleks sehingga mudah dipahami. Menurut Langeveld, secara garis besarnya filsafat terdiri atas tiga hal utama, yaitu : 1Masalah tahu, mengetahui, dan pengetahuan; 2Metafisika, baik metafisika umum maupun metafisika khusus, dan 3Nilai serta penilaian. Berikut akan dibahas satu per satu.

1. Masalah Tahu, Mengetahui, dan Pengetahuan Teori Pengetahuan

Teori pengetahuan membicarakan segala sesuatu tentang pengetahuan. Apa itu pengetahuan?dari mana asalnya? Apa sembernya? Untuk apa pengetahuan itu? Apa gunanya? Berapa nilainya? Apa hakikatnya? Bagaimana membentuk pengetahuan yang baik dan benar? Apa yang dapat diketahui manusia dan sampai kapan batasnya? Masalah pengetahuan sudah lama dipersoalkan. Socrates, Plato, dan Aristoteles misalnya, telah membahas panjang lebar masalah ini. John Locke 1 , seorang filosof yang amat berpengaruh setelah Renaisanse Eropa, menjadikan teori pengetahuan sebagai pangkal tolak dan pusat diskusi filsafatnya. Ia memandang masalah-masalah epistemologi harus mendahului masalah-masalah yang lain. Sebagian pihak berpendapat, bahwa inti kegiatan mengetahui atau tahu adalah adanya pemikiran mengenai hal tersebut, tanpa berpikir tentang sesuatu, tidak mungkin seseorang mengetahui sesuatu, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa mengetahui atau tahu, berintikan pada sesuatu yang pernah dialaminya. Pengkajian tentang asal, berlakunya dan hubungan pengetahuan dengan pengaaman manusia disebut epistemologi. Dalam masalah tahu, mengetahui dan pengetahuan terdapat pula logika yang mengatur kelurusan berpikir. 1 John Locke 1632-1704: filosof Inggris, ahli pikir yang paling berpengaruh dalam abad 18, pendiri liran empirisme Logika adalah bagian filsafat yang memperbincangkan hakikat ketepatan, cara menyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan berpengetahuan. Secara etimologis, logika berasal dari bahasa Yunani, logos yang berarti kataataupikiran. Namun, pengertian dasarnya sering disebut sebagai ilmu barekta-kata atau ilmu berpikir benar, bukan tepat melainkan benar. Tepat belum tentu benar, sedangkan benar selalu mempunyai dasar yang tepat. Pada awal kelahiran, logika manusia itu sangat sederhana dan digunakan untuk mengahadapi hal-hal sederhana dengan hasil yang sederhana pula. Logika itu bersifat alami atau disebut logika naturalis yang berdasarkan kodrat atau fitrahnya saja. Sedangkan logika buatan atau hasil pengembangan yang disebut dengan logika artifisial. Logika dibagi atas dua hal, yaitu : a Logika Formal, adalah wacana atau argumentasi yang membicarakan hakikat hukum- hukum ketepatan susunan berpikir. Hal yang terpenting dalam logika ini adalah masalah pengaturannya, rumusan atau hukum-hukum bagi ketepatan susunan berpikir, isinya tidak dipermasalahkan juga masalah penggunaannya. b Logika Material, adalah wacana atau argumentasi mengenai hakikat penggunaan ketepatan susunan berpikir terhadap bidang-bidang kegiatan berpikir tertentu. Logika material ini disebut teori metodologi. Teori metodologi adalah wacana mengenai cara- cara menyusun pikiran yang tepat untuk bidang masalah tertentu. Jenis logika ada tiga, yaitu : a Logika Induktif, merupakan hasil penelitian atau teori mengenai prinsip-prinsip kesimpulan dari berbagai kenyataan. b Logika Deduktif, merupakan hasil penelitian atau sistem mengenai prinsip-prinsip kesimpulan yang mengarah pada penggunaan suatu prinsip. c Logika Dialektis. tidak pernah memberikan jawaban yang mutlak. Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Epistemologi pertama kali dikemukakan oleh J.F.Farier dalam bukunya Institutes of Metaphysics 1854. Semenjak itu, istilah itu banyak dipakai. Kata itu berasal dari kata Yunani episteme pengetahuan dan logos pembicaraan atau ilmu Dalam hal ini, terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum dikenal orang, yaitu : a Kebenaran Religius, adalah kebenaran yang memenuhi atau dibagun berdasarkan kaidah- kaidah agama atau keyakinan tertentu disebut juga kebenaran mutlak yang tidak dapat dibantah lagi. Bentuk pemahamannya adalah dogmatis. b Kebenaran Filosofis, ialah kebenaran hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat yang disebut hakikat, meskipun bersifat subjektif dan relatif, namun mendalam karena penghayatan eksistensial bukan hanya karena pengalaman dan pemikaran intelektual semata. Inti filsafat adalah berpikir, sedangkan dasarnya adalah rasio. c Kebenaran Estetis, ialah kebenaran yang berdasarkan penilaian indah dan buruk, serta cita rasa estetis. Artinya keindahan yang berdasarkan harmoni dalam pengertian luas yang menimbulkan rasa senang, tenang dan nyaman. d Kebenaran Ilmiah, yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran teoritis adalah kebenaran yang berdasarkan rasio, atau kebenaran rasional, berdasarkan teori-teori yang menunjangnya. Macam-macam pandangaan tentang teori pengetahuan: a Penganut-penganut serba-cita Jerman memandang bahwa epistemologi termasuk ke dalam logika dan metafisika. Jadi, tidak terpisah dn tidak merupakan disiplin yang mendahului b Pemikir-pemikir neo-Kantian mempertahankan pandangan bahwa pembahasan yang kritis tentang pengetahuan merupakan dasar dari semua spekulasi c Di masa kini masalah epistemologi menempati kedudukan penting penting dan banyak ahli pikir berpendapat, bahwa pada tahap ilmu sekarang, teori pengetahuan tidak mungkin terabaikan. Dalam fisika, perkembangan terakhir misalnya, ilmuwan-ilmuwan terlibat sungguh-sungguh dalam masalah-masalah teori pengetahuan. Salah satu masalah pengetahuanyang tertua adalah tentang sumber pengetahuan. Dalam sejarah filsafat lazimnya dikatakan bahwa pengetahuan diperoleh melalui salah satu dari empat jalan, yaitu: a. Pengetahuan itu kita bawa lahir bersama kita b. Atau diperoleh dari budi c. Atau berasal dari indera-indera khusus, yaitu penglihatan, pendengaran, ciuman, rabaan d. Atau ia berasal dari penghayatan langsung atau ilham

2. Metafisika