PENGEMBANGAN ASRAMA PUTRA USU ARSITEKTUR TROPIS
19
3.2 Pengertian Arsitektur Tropis
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa: Arsitektur tropis adalah suatu konsep desain yang beradaptasi pada lingkungan tropis
akan tetapi tidak melupakan estetika hanya di sini yang paling utama adalah sebuah respon positif dan efek iklim itu sendiri. Tentunya ada yang harus diperhatikan
seperti: Segi material dalam bangunan
Memiliki ventilasi silang atau cross ventilation yakni, dua bukaan berupa
jendela atau pintu yang letaknya saling berhadapan di dalam satu ruangan. Sirkulasi udara yang cocok buat area tropis.
Bangunan arsitektur tropis mempunyai ciri-ciri bentuk bangunan secara umum, seperti:
Mempunyai atap yang relatif tinggi dengan kemiringan diatas 30 derajat. Ruang di bawah atap berguna untuk meredam panas.
Mempunyai teritisanoverstek atap yang cukup lebar untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin. Juga untuk menahan sinar matahari
langsung yang masuk ke dalam bangunan. Mempunyai lubangbukaan untuk ventilasi udara secara silang, sehingga suhu
di dalam ruangan bisa tetap nyaman. Pada daerah tertentu, rumah panggung menjadi ciri utama yang kuat untuk
antisipasi bencana alam dan ancaman binatang buas. Penggunaan material lokal yang sumbernya bisa didapat di sekitarnya.
3.3 Keterkaitan Tema Dengan Judul
Pengembangan Asrama Putra USU menggunakan tema arsitektur tropis karena pentingnya kenyamanan mahasiswa untuk bertempat tinggal pada jangka waktu
lama, agar mahasiswa bisa tinggal dengan nyaman. Arsitektur tropis adalah jawaban atas kondisi lingkungan di daerah tropis,merupakan karya arsitektur yang mencoba
memecahkan problematik iklim tropis.konsep dasar arsitektur tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis.
Universitas Sumatera Utara
PENGEMBANGAN ASRAMA PUTRA USU ARSITEKTUR TROPIS
20
Secara umum iklim tropis ditandai dengan kondisi dua musim yaitu kemarau dan hujan yang kerap sekali mencapai keadaan yang cukup ekstrim.desain arsitektur
tropis harus mampu menanggapi kedua kondisi tersebut dengan baik.
3.4 Studi Banding Tema Sejenis
Berikut merupakan contoh studi banding proyek yang mengaplikasikan tema sejenis: Wisma Dharmala Sakti Jakarta ini secara teknis bentuknya merupakan solusi dari
problem iklim panas dan lembab. Bangunan ini menggunakan sistem kantilever untuk menghalangi sinar matahari langsung ke dalam bangunan. Bentuk kantilever
ini secara langsung mengambil konsep dari bentuk atap tradisional Indonesia, yaitu bentuk atap yang melebar membentuk permainan cahaya yang unik dan juga
berfungsi untuk menangkap angin. Bayangan inilah yang menjadi ide dasar permainan bentuk pada bangunan wisma Dharmala Sakti.
Pintu masuk utama bangunan melalui plaza terbuka dengan atap yang tinggi, dimaksudkan untuk memperoleh pencahayaan alami dengan pengolahan bentuk
atrium yang dibentuk oleh teras di lantai atasnya. Plaza ini menghubungkan ruang tamu ke berbagai ruang yang mengolah permainan perbedaan ketinggian lantai
dengan tangga yang di sisi kiri kanannya terdapat aliran air yang mengarah ke kolam kecil di lantai. Atrium terbuka ini dirancang untuk menciptakan suasana pedesaan,
dengan kemudahan pencapaian dan kesan alamiah sebagaimana pada umumnya terdapat di pedesaan. Walaupun terkesan pengerjaannya sulit dan mahal, tetapi hal
ini dikompensasikan dengan daya pendingin udara yang lebih kecil, untuk
Gambar 3.1 – Wisma Dharmala Sakti.
Universitas Sumatera Utara
PENGEMBANGAN ASRAMA PUTRA USU ARSITEKTUR TROPIS
21
menghindari sinar matahari secara langsung, sehingga biaya perawatan akan lebih murah.
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi banding terhadap bangunan Wisma Sakti Jakarta adalah:
Pengguna kantilever dengan bentuk atap tradisional Indonesia untuk menghalangi sinar matahari langsung ke dalam bangunan selain untuk
menangkap angin. Plaza terbuka dengan atap yang tinggi pada pintu masuk utama bangunan untuk
memperoleh pencahayaan alam.
Gambar 3.2 – Penggunaan kantilever dan plaza pada Wisma Sakti Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
PENGEMBANGAN ASRAMA PUTRA USU ARSITEKTUR TROPIS
22
BAB IV ANALISIS