A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Sekolah adalah sebuah lembaga yang memiliki tujuan dalam pembentukan karakter manusia, baik dari segi pengetahuan, cara berpikir, sikap, dan
keterampilan. Di masa lalu, sekolah merupakan salah satu tempat terjadinya persaingan siswa dalam mencapai tujuannya. Seiring dengan
berubahnya pandangan manusia tentang belajar, maka sekolah pun telah mengalami perubahan dalam paradigmanya, selain sebagai tempat
kompetisi, sekolah pun diciptakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berkerja sama, saling menghargai atau berkomunikasi.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran, sekolah dapat melakukan berbagai cara. Cara-cara yang saat ini dilakukan sekolah untuk mencapai tujuannya
dengan melakukan pembelajaran secara kompetisi, individual, atau
secara kooperatif. Masing-masing cara memiliki kelemahan dan kekuatan
masing-masing dan sangat tergantung pada tujuan dan kondisinya. 1.
Pembelajaran Kompetitif.
Pembelajaran secara kompetitif terjadi ketika setiap individu dalam kelas dipacu untuk menjadi yang terbaik sehingga setiap orang
berusaha untuk menunjukkan keberhasilannya dalam pencapaian tujuan individualnya. Seseorang bisa berhasil mencapai tujuannya bila
ada orang lain yang gagal. Hubungan negatif diantara siswa dalam mencapai
tujuannya sangat
jelas sehingga
menumbuhkan ketergantungan negatif. ”Jika saya bisa berenang, maka kamu
tenggelam, jika kamu berenang saya tenggelam”. Penilaian pencapaian tujuan dilakukan secara komparatif, membandingkan keberhasilan
seseorang dengan orang lain – berdasarkan norma. Juara diberi hadiah.
Seringkali sistem
pembelajaran secara
kompetitif menumbuhkan rasa cemas pada siswa. Kecemasan siswa bisa saja
memacu siswa untuk meningkatkan belajarnya atau sebaliknya kalau siswa memiliki rasa cemas berlebihan. Suasana permusuhan pun akan
mudah muncul dalam pembelajaran kompetitif ini karena setiap siswa merasa ada yang ”menang” dan ”kalah”. Siswa pintar seringkali
dimusuhi karena mereka menganggapnya ”tidak kompak”, sebaliknya siswa yang kalah akan tumbuh rasa antipati terhadap sesama siswa
atau pada proses belajar. Dalam situasi belajar ini menumbuhkan sikap ”siapa kuat, dia yang menang” sehingga erat hubungannya dengan
sikap hidup ”menghalalkan segala cara”.
2. Pembelajaran individual
Pembelajaran secara
individual tidak
ada suasana
saling ketergantungan karena setiap orang bekerja dan belajar sendiri-sendiri.
Pencapai tujuan saling tidak berhubungan dengan pencapaian tujuan orang lain, sehingga tidak menunjukkan adanya korelasi diantara siswa
yang telah mencapai tujuan pembelajaran. Karena pencapaian tujuan seseorang merupakan hasil pekerjaan sendiri maka penilaian dilakukan
terhadap produk secara individual dan penilaian bisa dilakukan dengan berbasis pada kriteria. Model pembelajaran ini sering dipakai di
universitas, misalnya pada sistem pendidikan jarak jauh. Dalam sistem ini dibutuhkan motivasi individu yang tinggi sehingga tidak terlalu
menggantungkan diri pada guru atau dosen. Sistem ini belum banyak digunakan dalam pendidikan dasar dan menengah.
3. Pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran secara kooperatif merupakan cara belajar dimana keberhasilan pencapaian tujuan suatu kelompok sangat tergantung
pada keberhasilan setiap anggota kelompoknya. Setiap kegagalan anggota kelompok akan mempengaruhi kegagalan kelompoknya
sehingga pencapaian tujuan seseorang berhubungan dengan keberhasilan pencapaian tujuan yang lainnya – ketergantungan yang
positif. ”Kita berenang bersama atau tenggelam bersama”. Tujuan kelompok adalah menjadi tujuan utama sehingga penghargaan
diberikan untuk hasil kelompok. Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria dan mendorong kelompok untuk berhasil.
Komp
B. Hubungan Bel
Pendidikan aba memiliki kemam
critical thinke berkomunikasi
tradisional sang karena perana
learning tidak kecakapan-kec
Model dan stra semua kecakap
guru untuk men pada siswa stu
harus dikemba atau pendekat
kegiatan belaja oleh para ahli d
1. Aktif le 2. Collabo
3. Inquiry 4. Coope
5. Problem Belajar koope
mendukung pe mampu mengo
petisi Individual
elajar Kooperatif dengan Kecakapan Ab
bad ke-21 menuntut sekolah untuk mengha ampuan memecahkan masalah problem s
ker, bekerja secara kelompok coll si
communicator dan
kreatif-innova ngat sulit untuk menumbuhkan kecakapan
an siswa sangat sedikit dibanding guru k memberikan kesempatan siswa untu
ecakapan abad ke-21. rategi pembelajaran sangat berperan dala
apan yang dibutuhkan oleh siswa. Diperlu engubah cara mengajar dalam kelas. Keg
student centered learning merupakan sala angkan oleh guru dalam kelas. Berbagai m
atan yang berpusat pada siswa harus jar siswa. Beberapa model atau pendeka
i diantaranya: learning BonwellEison, 1991
borativeLearning Bruffee, 1984 ry-based Learning
erative Learning Johnson, Johnson, Sm lem-based Learning, dll.
eratif merupakan salah satu pendeka pengembangan kecakapan abad ke-21.
gorganisasi kelompok heterogen yang di
Kooperatif
bad ke-21
hasilkan lulusan yang solver, berpikir kritis
ollaborator, mampu vatif.
Pembelajaran an-kecakapan di atas
ru. Teacher centered tuk mengembangkan
lam mengembangkan lukan usaha kuat dari
giatan yang berpusat lah satu strategi yang
i model pembelajaran us diterapkan dalam
atan yang dianjurkan
mith, 1991
katan yang mampu 1. Belajar kooperatif
disusun dengan baik