Realita, Harapan dan Tantangan Otonomi Daerah

1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengembangkan kehidupan demokrasi. 4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan. 5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan 6. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah. 7. Melestarikan lingkungan hidup 8. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya. Ciri utama yang menunjukkan bahwa suatu daerah otonom mampu berotonomi yaitu terletak pada kemampuan daerah mengurus rumah tangganya sendiri dengan mengandalkan kemampuan keuangan daerah sendiri. Kondisi ini merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal dimana suatu daerah harus memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber- sumber keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya. Ketergantungan kepada pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar atau dominan, yang didukung oleh kebijaksanaan perimbangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.

c. Realita, Harapan dan Tantangan Otonomi Daerah

Universitas Sumatera Utara Kondisi Indonesia pada saat ini, terdapat jurang-jurang kesenjangan sosial dan ketimpangan antar daerah yang memerlukan banyak usaha untuk merekatkan kembali rasa persatuan dan kesatuan dalam kebersatuan dan kebersamaan yang hakiki, dan rasa kebangsaan dan solidaritas sesama. Tantangan yang berkembang adalah bahwa perubahan dari rezim otoriter sentralistik menuju otonomi demokratik memerlukan kesabaran, kepeloporan, keteladanan para pemimpin. Ditengah-tengah turbulensi arus kepentingan memang diperlukan kepemimpinan yang efektif, manajemen yang efisien dan yang penting adalah paradigma dan visi arah pembangunan yang jelas, yaitu kepentingan rakyat banyak. Konsep desentralisasi dan otonomi daerah masih terfokus untuk menata dan mempercepat pembangunan di wilayah masing-masing. Hal ini dirasakan belum cukup efisien dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dengan berlakunya UU No.22 tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU No.32 tahun 2004, setiap pemerintah kabupatenkota sebagai daerah otonom dituntut mampu menyediakan pelayanan publik yang optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah juga meningkatkan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mencari alternatif-alternatif solusi yang inovatif dalam menghadapi tantangan- tantangan yang dihadapinya. Pemerintah daerah dituntut untuk lebih memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kualitas pelayanan publik dalam berbagai bidang. Universitas Sumatera Utara Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak dapat dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab di daerah secara proporsional dan berkeadilan, jauh dari praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. Melalui otonomi, diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu melaksanakan peranannya dalam membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan belanja daerah secara ekonomis, efisien, serta efektif termasuk perangkat daerah meningkatkan kinerja, mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasannya maupun kepada publik. Harapan yang harus diupayakan adalah otonomi yang dapat memperkokoh kedaulatan rakyat atas dasar keadilan dan yang dapat melestarikan kemampuan sumber daya untuk generasi mendatang menuju pembangunan berkelanjutan. Masalah kemampuan keuangan daerah merupakan suatu dilema bagi daerah otonom. Di satu pihak, dengan prinsip otonomi daerah, undang-undang mewajibkan daerah yang bersangkutan untuk mengurus rumah tangganya Universitas Sumatera Utara sendiri, baik untuk urusan rutin maupun tugas-tugas dalam pembangunan daerah. Tetapi di pihak lain, justru pembiayaan urusan rutin rumah tangga daerah otonom ini yang harus dibantu oleh pemerintah pusat. Kewajiban otonomi tersebut membutuhkan biaya yang seharusnya disediakan sendiri oleh daerah dari sumber keuangan yang telah dilimpahkan oleh pemerintah pusat dan sumber lain yang ada di daerah. Potensi ekonomi daerah sangat menentukan dalam usaha meningkatkan kemampuan keuangan daerah bagi penyelenggaraan rumah tangganya. Sekarang banyak ditemukan bahwa antara beban tugas yang harus dikerjakan oleh daerah tidak seimbang atau tidak konsisten serta situasi keuangan daerah itu sendiri. Selama ini upaya-upaya pengoptimalan potensi daerah sering terkendala oleh terbatasnya sumber daya, dana dan teknologi, terutama dalam menyediakan pelayanan bagi masyarakat di wilayah terpencil, perbatasan antar daerah, dan wilayah dengan tingkat urbanisasi dan ekonomi yang tinggi.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Wirawan Setiaji Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, melakukan penelitian mengenai peta kemampuan keuangan daerah sebelum dan sesudah otonomi daerah studi pada kabupaten dan kota se-Jawa- Bali. Data yang ingin diperoleh peneliti adalah data mengenai seberapa besar peran PAD dalam membiayai belanja daerah sebelum diberlakukannya otonomi daerah tahun 1999 dan 2000 dan sesudah diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001 sampai tahun 2004. Parameter yang digunakan adalah perhitungan dan analisis kinerja Universitas Sumatera Utara