Pengertian kinerja Keuangan pemerintah Daerah Pengelolaan Keuangan Daerah

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis 1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

a. Pengertian kinerja Keuangan pemerintah Daerah

Kinerja performance menurut kamus akuntansi manajemen diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. Pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu sistem keuangan atau non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi. Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan sistem keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang- undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari sistem laporan pertanggungjawaban kepala daerah berupa perhitungan APBD.

b. Pengelolaan Keuangan Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.58 tahun 2005, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk Universitas Sumatera Utara di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.58 tahun 2005, pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Terwujudnya pelaksanaan desentralisasi fiskal secara efektif dan efisien, salah satunya tergantung pada pengelolaan keuangan daerah. Sejak Repelita I tahun 1967 sampai dengan pertengahan repelita IV tahun 1999, APBD di Indonesia disusun menurut tahun anggaran yang dimulai pada tanggal 1 April dan berakhir 31 Maret tahun berikutnya. Menurut UU No. 5 tahun 1974, sumber pembiayaan daerah sangat didominasi oleh bantuan keuangan dari pemerintah pusat. Bantuan keuangan dimaksud dapat dibagi dalam dua kategori yaitu pendapatan yang diserahkan kepada pemerintah daerah dan subsidi kepada pemerintah daerah. Dalam pasal 55 Undang- Undang tersebut disebutkan tentang sumber pendapatan daerah otonom yaitu: 1. Pendapatan asli daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah dan lain-lain pendapatan yang sah. 2. Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah pusat yang terdiri dari sumbangan pemerintah pusat serta subsidi rutin dan pembangunan. 3. Lain-lain penerimaan yang sah. 4. Penerimaan pembangunan sebagai komponen penerimaan yang bersumber dari pinjaman yang dilakukan pemerintah daerah. Universitas Sumatera Utara 5. Dana sektoral, jenis dana ini tidak termuat dalam APBD namun masih merupakan jenis penerimaan daerah dalam bentuk bantuan dari pemerintah pusat untuk membantu pembangunan sarana dan prasarana yang pelaksanaannya dilakukan oleh dinas propinsi. Sebelum adanya UU otonomi daerah, sistem penatausahaan pembiayaan daerah sudah menerapkan konsep perimbangan keuangan antara pusat dan daerah tetapi belum didasarkan pada kontribusi setiap daerah dalam hal pendapatan yang diperoleh dari sumber daya alam yang dieksploitasi. Beberapa karakteristik pengelolaan belanja daerah di era sebelum otonomi daerah: 1. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja angsuran, sumbangan dan bantuan, pengeluaran tidak termasuk bagian lain serta pengeluaran tidak tersangka. 2. Belanja pembangunan merupakan belanja yang dialokasikan untuk membiayai pekerjaan, baik fisik maupun non fisik. 3. Dalam jenis belanja rutin berupa belanja barang jasa, belanja pemeliharaan dan perjalanan dinas terdiri dari sub jenis pengeluaran yang tertera dengan sistem digit. Namun dalam pelaksanaannya, setiap jenis belanja tersebut memiliki digit penutup dengan sebutan pengeluaran lain- lain yang tidak jelas pemanfaatan dan pertanggungjawabannya seperti belanja barang lain-lain, pemeliharaan lain-lain dan perjalanan dinas lain- lain. Universitas Sumatera Utara 4. Dalam komposisi belanja rutin, terdapat belanja dengan sebutan pengeluaran tidak termasuk bagian lain dan pengeluaran tidak tersangka yang tidak jelas tujuan penggunaan dan pertanggungjawabannya. Prosedur pencairan pengeluaran ini ditentukan oleh kebijakan kepala daerah masing-masing. Pembelanjaan belanja rutin dibelanjai dari kemampuan pendapatan asli daerah, dan belanja pembangunan didanai dari subsidi pemerintah pusat. Sebelum otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dilaksanakan, secara umum terdapat tiga jenis transfer di Indonesia yaitu 1. Subsidi daerah otonom SDO Subsidi daerah otonom bertujuan untuk mendukung anggaran rutin pemerintah daerah guna membantu menciptakan perimbangan keuangan antar tingkat pemerintahan. Sebagian besar dana SDO digunakan untuk membiayai gaji pegawai pemerintah di daerah sekitar 95 dari total SDO. Sebagian kecil lainnya digunakan untuk keperluan selain pegawai, yaitu subsidi bagi pengeluaran rutin di bidang pendidikan dasar, ganjaran bagi pegawai pedesaan, subsidi untuk penyelenggaraan rumah sakit di daerah. SDO dapat dikategorikan sebagai transfer pusat yang bersifat khusus karena daerah tidak memiliki kewenangan dalam menetapkan penggunaan SDO, dan kegunaan dari transfer ini sudah ditetapkan pemerintah, yaitu membiayai belanja pegawai di daerah. 2. Bantuan inpres Universitas Sumatera Utara Bantuan inpres bertujuan untuk memberikan bantuan pembangunan daerah, baik yag bersifat umum maupun khusus yang diberikan atas instruksi presiden. Dasar pemberian bantuan tersebut adalah adanya penyerahan sebagian urusan kepada daerah dan terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah daerah untuk membiayai urusan-urusan tersebut. Selain itu tujuan dari bantuan inpres adalah untuk mencapai pemerataan, terutama dalam hal kesempatan kerja, berusaha, berpartisipasi dalam pembangunan, dan distribusi hasil-hasil pembangunan. 3. Daftar isian proyek Subsidi dan bantuan dapat dikategorikan sebagai bantuan antar tingkat pemerintahan karena menjadi bagian dari anggaran pemerintah daerah. Dimulai sejak tahun anggaran 2001 sampai saat ini pendapatan dan belanja daerah di Indonesia disusun menurut tahun anggaran yang dimulai pada tanggal 1 januari dan berakhir 31 Desember. Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkan UU No.32 tahun 2004 dan UU No.33 tahun 2004. Kedua UU tersebut telah memberikan kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah dalam menata sistem akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Kewenangan dimaksud diantaranya adalah keleluasan dalam mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran. Salah satu bagian penting dalam pengelolaan keuangan daerah adalah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah SAKD. SAKD diperlukan untuk Universitas Sumatera Utara mendukung akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Setiap penggunaan sumber keuangan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan baik dari aspek penanggungjawab penggunaan dana tersebut. Sistem pengelolaan keuangan daerah secara rinci diserahkan kepada masing-masing pemerintah daerah untuk menyusun dan menetapkannya melalui Peraturan Daerah Perda. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan otonomi dan motivasi kepada masing-masing Pemerintah Daerah agar dapat menyusun sistem pengelolaan keuangan daerah yang efisien dan efektif dengan mengacu pada semangat desentralisasi, demokratisasi, keadilan, transparansi dan akuntabilitas yang sesuai dengan aspirasi dan kemampuan setiap daerah. Terciptanya sistem pengelolaan keuangan daerah yang efisien dan efektif merupakan kebutuhan setiap pemerintah daerah untuk dapat mencapai kinerja yang optimal dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomis. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan mekanisme manajemen yang bertumpu pada dua dimensi yaitu perencanaan dan pengendalian. Dalam sistem akuntansi keuangan daerah dapat menyusun laporan keuangan daerah yang meliputi laporan perhitungan APBD, laporan arus kas, neraca daerah, dan catatan atas laporan keuangan. Tujuan pelaporan keuangan daerah adalah : a. Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi Universitas Sumatera Utara pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik. b. Manajerial Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, hutang, dan ekuitas dana. c. Transparansi Menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Asas umum pengelolaan keuangan daerah : 1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang- undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan dan manfaat untuk masyarakat. 2. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Dibidang penerimaan daerah, menurut UU No. 33 tahun 2004 sumber penerimaan daerah : 1. Pendapatan asli daerah Pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan Universitas Sumatera Utara daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peratuan perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dana atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut UU No. 33 tahun 2004 dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang untuk menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya yang tinggi dan menetapkan Peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor ekspor. Upaya peningkatan PAD secara positif dalam pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh daerah harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru tanpa membebani masyarakat dan tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Upaya peningkatan PAD tersebut harus dipandang sebagai perwujudan tanggung jawab pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, yaitu meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan PAD dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Intensifikasi, melalui upaya: a. Pendataan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah. Universitas Sumatera Utara b. Mempelajari kembali pajak daerah guna mencari kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi. c. Menginstensifikasi penerimaan retribusi daerah yang ada. d. memperbaiki prasarana dan sarana pungutan yang belum memadai. 2. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru ekstensifikasi Upaya penggalian sumber-sumber penerimaan diarahkan pada pemanfaatan potensi daerah yang memberikan kelebihan atau keuntungan secara ekonomis kepada masyarakat. 3. Peningkatkan pelayanan kepada masyarakat Wujud dari layanan yang baik kepada masyarakat dan memuaskan berupa: a. Adanya kemudahan dalam pengursan kepentingan dengan layanan yang cepat. b. Memperoleh palayanan secara wajar. c. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan d. Pelayanan yang jujur dan terus terang Pada akhirnya diharapkan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat akan dapat meningkatkan pendapatan daerah yang akan didistribusikan kembali kepada masyarakat dalam wujud berupa pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. 2. Dana perimbangan Universitas Sumatera Utara Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menurut UU No. 33 tahun 2004 adalah suatu sistem keuangan pemerintahan dalam negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan, dan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban, pembagian kewenangan dan tanggungjawab serta tata cara penyelenggaraan wewenang tersebut. Dana perimbangan terdiri dari: a. Dana bagi hasil Filosopi yang menjadi arah pelaksanaan dana bagi hasil adalah pemerintah pusat, propinsi, dan kabupatenkota telah memiliki bagian yang telah ditentukan oleh perundang-undangan dari sumber daya alam. Selama kurang lebih tiga puluh tahun pusat telah mengeksploitasi hasil sumber daya alam di daerah tanpa memberikan dampak yang nyata terhadap pembangunan dan kesejahteraan rakyat di daerah. Berpegang kepada indikator-indikator kemakmuran umum diketahui bahwa sebagian besar daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam kurang menikmati kemakmuran. Salah satu motivasi desentralisasi adalah upaya agar daerah mendapatkan bagian dari kekayaan alam yang mereka miliki. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak : 1. Pajak bumi dan bangunan 2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB Universitas Sumatera Utara 3. Pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh pasal 21 Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam yaitu: 1. Kehutanan 2. Pertambangan umum 3. Perikanan 4. Pertambangan minyak bumi 5. Pertambangan gas bumi 6. Pertambangan panas bumi b. Dana alokasi umum Dana alokasi umum betujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Menurut Soekarwo 2003:5, besarnya dana alokasi umum minimal 25 dari penerimaan dalam negeri bagi beberapa daerah dirasakan sangat kurang, tetapi sebagian daerah lain memandang dana alokasi umum telah dapat memenuhi kebutuhan daerah. Proporsi DAU antara daerah propinsi dan kabupatenkota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara propinsi dan kabupatenkota. Dana ini dimaksudkan untuk menjaga pemerataan dan perimbangan keuangan antar daerah. Pembagian DAU dilakukan dengan memperhatikan: Universitas Sumatera Utara 1. Potensi daerah PAD, PBB, BPHTB, dan bagian daerah dari penerimaan sumber daya alam. 2. Kebutuhan pembiayaan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan di daerah. 3. Tersedianya dana APBN. Peruntukan DAU sebenarnya ditujukan untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah, bukan untuk membiayai belanja pemerintah. Namun demikian terdapat kesalahan persepsi tentang peruntukan DAU yang digunakan untuk menutupi anggaran belanja pemerintah. Dasar yang menjadi pertimbangan pemberian dana kontijensi oleh pemerintah adalah APBD yang defisit dan tidak mencukupi untuk membiayai gaji pegawai yang sebelumnya menjadi tanggungjawab pusat, dan dengan kebijakan desentralisasi fiskal, gaji pegawai menjadi tanggung jawab daerah masing-masing. c. Dana alokasi khusus Dana Alokasi Khusus DAK dialokasikan untuk membantu pembiayaan kebutuhan tertentu, yaitu merupakan program nasional atau program kegiatan yang tidak terdapat di daerah lain. DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar Universitas Sumatera Utara masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Perhitungan DAK dilakukan oleh pemerintah dengan mempertimbangkan beberapa kriteria, yaitu umum, khusus, dan teknis. Ketiga kriteria tersebut menjadi tolak ukur pemerintah dalam memformulasikan DAK yang akan diberikan kepada daerah. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam APBD. Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah. Sedangkan kriteria khusus ditetapkan oleh kementrian negara departemen teknis. Tidak semua pembiayaan kegiatan khusus dialokasikan dari DAK, namun daerah yang bersangkutan wajib menyediakan dana sekurang-kurangnya 10 dari DAK yang dialokasikan dari APBD, dana tersebut diistilahkan sebagai dana pendampingan. 3. Lain-lain pendapatan Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat, dan hibah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah. Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD. Universitas Sumatera Utara

c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD