ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Hasil Analisis

Tabel 4.7 Kinerja Keuangan Daerah dalam Bentuk Desentralisasi Fiskal No Nama Daerah PAD TPD Sebelum Setelah 1 Tapanuli selatan 0,020508 0,024868 2 Tapanuli Tengah 0,029733 0,030290 3 Labuhan Batu 0,038451 0,062169 4 Asahan 0,059660 0,058860 5 Simalungun 0,032089 0,040520 6 Karo 0,084574 0,043049 7 Langkat 0,030280 0,039656 8 Sibolga 0,060754 0,053312 9 Tanjung balai 0,084702 0,067475 10 Pematang Siantar 0,131591 0,066835 11 Tebing Tinggi 0,100844 0,047218 12 Medan 0,251210 0,231572 13 Binjai 0,068796 0,058252

B. ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Hasil Analisis

Tabel 4.8 Test Of Normality Menggunakan Tingkat Kepercayaan 5 Kolmogorov- Smirnov Jenis Rasio Kode Mean df Asymp Sig Keterangan Kemandirian daerah KPD0 0.426123 12 0.944 Normal KPD1 0.267962 12 0.508 Normal KMD0 0.474053 12 0.569 Normal KMD1 0.419986 12 0.798 Normal Ketergantungan daerah TK0 0.728869 12 0.693 Normal TK1 0.453152 12 0.964 Normal Desentralisasi Fiskal DF0 0.076639 12 0.581 Normal DF1 0.063315 12 0.038 Tidak normal Universitas Sumatera Utara Keterangan : KPD0 : Rasio kemampuan pembiayaan daerah sebelum otonomi daerah KPD1 : Rasio kemampuan pembiayaan daerah setelah otonomi daerah KMD0 : Rasio kemampuan mobilisasi daerah sebelum otonomi daerah KMD1 : Rasio kemampuan mobilisasi daerah setelah otonomi daerah TK0 : Rasio tingkat ketergantungan sebelum otonomi daerah TK1 : Rasio tingkat ketergantungan setelah otonomi daerah DF0 : Rasio desentralisasi fiskal sebelum otonomi daerah DF1 : Rasio desentralisasi fiskal setelah otonomi daerah Dari hasil test normalitas data sesuai tabel di atas maka terdapat satu rasio yang tidak normal yaitu desentralisasi fiskal, karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05, dan tujuh rasio terdistribusi secara normal karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05. Data yang tidak terdistribusi secara normal yaitu desentralisasi fiskal, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji berperingkat Wilcoxon. Dari table Test statistic diperoleh informasi bahwa Asymp. Sig 2- tailed = 0.152 Karena nilai Asymp. sig taraf nyata 0.05, maka Ho diterima.. Data yang terdistribusi secara normal dilakukan uji t untuk dua sampel berpasangan. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Metode Paired T Test Jenis Rasio Kode Rasio T tabel T hitung Sig Keterangan Tingkat kemandirian KPD0- KPD1 2.178813 3.809 0.002 Tolak Ho KMD0- KMD1 2.178813 2.568 0.025 Tolak Ho Tingkat ketergantungan TK0- TK1 2.178813 4. 719 0,000 Tolak Ho Dari hasil pengujian seluruh rasio kinerja keuangan pemerintah kabupaten kota dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah otonomi daerah dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.10 Kesimpulan Hasil Uji Statistik : Hipotesis Kode Rasio Mean Kesimpulan Penjelasan 1 KPD0 – KPD1 0, 426123 0,267962 Tolak Ho Ada perbedaan kinerja keuangan dalam bentuk kemampuan pembiayaan daerah pemerintahan kabupatenkota sebelum dan setelah otonomi daerah. 2 KMD0- KMD1 0,474053 0,419986 Tolak Ho Ada perbedaan kinerja keuangan dalam bentuk kemampuan mobilisasi daerah pemerintahan kabupatenkota sebelum dan setelah otonomi daerah. 3 TK0-TK1 0,728869 0,453152 Tolak Ho Ada perbedaan kinerja keuangan dalam bentuk ketergantungan pemerintah kabupatenkota sebelum dan setelah otonomi daerah. 4 DF0- DF1 0,076639 0,045315 Terima Ho Tidak ada perbedaan kinerja keuangan dalam bentuk desentralisasi fiskal pemerintah kabupatenkota sebelum dan setelah otonomi daerah. Universitas Sumatera Utara

2. Pembahasan Hasil Analisis Statistik

Berdasarkan hasil analisis statistik diatas, maka dapat diketahui : a. Kemampuan daerah dalam pembiayaan Berdasarkan hasil uji t untuk 2 sampel berpasangan terdapat perbedaan kinerja keuangan daerah dalam bentuk kemampuan pembiayaan pemerintah kabupaten kota di Sumatera Utara ditandai dengan penurunan rata-rata pencapaian target pendapatan asli daerah. Rasio kemampuan pembiayaan sebelum otonomi daerah sebesar 0,426123, dan setelah otonomi daerah mengalami penurunan menjadi 0, 267962. Menurunnya kontribusi pendapatan asli daerah dan semakin rendahnya kemampuan daerah untuk membiayai daerah akan menunjukkan kinerja keuangan daerah yang negatif. Kinerja keuangan daerah negatif adalah kurangnya kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi daerah. b. Mobilisasi Daerah Berdasarkan hasil uji t untuk 2 sampel berpasangan terdapat perbedaan kinerja keuangan daerah dalam bentuk mobilisasi daerah pemerintah kabupaten kota di Sumatera Utara yang berasal dari penurunan pajak daerah sebelum dan sesudah otonomi daerah. Rasio mobilisasi daerah sebelum otonomi daerah sebesar 0,474053, dan sesudah otonomi daerah mengalami penurunan menjadi 0,419986. Hal ini menggambarkan semakin rendahnya partisipasi masyarakat dalam membayar pajak, sehingga menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin rendah. Penurunan kemampuan daerah dalam pembiayaan dan Universitas Sumatera Utara mobilisasi daerah menggambarkan rasio kemandirian daerah semakin rendah. Rasio kemadirian semakin rendah mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal bersama pemerintah pusat dan propinsi semakin tinggi. c. Tingkat ketergantungan Berdasarkan hasil uji t untuk 2 sampel berpasangan terdapat perbedaan kinerja keuangan dalam bentuk tingkat ketergantungan sebelum dan sesudah otonomi daerah pada pemerintah kabupaten kota di Sumatera Utara, dan rasio tingkat ketergantungan sebelum otonomi daerah sebesar 0,728869, dan setelah otonomi daerah mengalami penurunan menjadi 0,453152. Penurunan rasio menggambarkan bahwa tingkat kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah semakin menurun. d. Desentralisasi fiskal Berdasarkan hasil uji berperingkat Wilcoxon, tidak ada perbedaan kinerja keuangan dalam bentuk desentralisasi fiscal sebelum dan sesudah otonomi daerah pada pemerintah kabupaten kota di Sumatera Utara, rasio desentralisasi fiskal sebelum otonomi daerah sebesar 0,076639, setelah otonomi daerah mengalami penurunan sebesar 0,045315. Penurunan rasio desentralisasi fiskal menggambarkan pemerintah kabupaten kota di Sumatera Utara belum mampu mengelola dan membiayai daerah tersebut sehingga masih tergantung terhadap penerimaan dari pemerintah pusat. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan