pajak penghasilan pada laporan keuangan, dan pengungkapan informasi yang berhubungan dengan pajak penghasilan.
Pada penelitian ini, juga akan dikaitkan dengan metode pajak penghasilan tangguhan untuk menentukan taksiran penghasilan beban pajak, sesuai dengan
PSAK 46 mengenai “Akuntansi Pajak Penghasilan”. Pajak penghasilan tangguhan ditujukan untuk mencatat konsekuensi pajak yang timbul akibat adanya perbedaan
waktu pelaporan timing diffrences dan perbedaan tetap permanent difference antara laporan keuangan akuntansi menurut SAK dengan laporan keuangan
fiskal menurut Peraturan Perpajakkan. Penelitian ini dilakukan pada suatu obyek perusahaan yaitu PT. Dian
Perkasa Langsa adalah suatu perusahaan manufaktur yang berkantor di Jln Prof H. Majid Ibrahim. Perusahaan ini melakukan kegiatan usahanya sejak tahun 1997
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dicoba dirumuskan masalah yang diteliti dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah PT. Dian Perkasa Langsa telah menerapkan PSAK No.46, untuk
menghitung pajak penghasilan badan yang tepat pada laporan keuangan. 2.
Apakah pengaruh pos-pos yang mempunyai perbedaan temporer antara akuntansi dan perpajakkan terhadap laporan keuangan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya PT. Dian Perkasa Langsa
menerapkan PSAK No. 46 atas pajak penghasilan badan dalam rangka penyajian laporan keuangan yang tepat
2. Untuk mengetahui apakah pengaruh pos-pos yang mempunyai perbedaan
temporer antara akuntansi dan perpajakkan terhadap laporan keuangan
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, hasil penelitian dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai perlakuan akuntansi yang tepat terhadap pajak penghasilan sesuai dengan PSAK No. 46
2. Bagi perusahaan, membantu perusahaan agar dapat menerapkan akuntansi
yang tepat dalam rangka penyajian laporan keuangan yang wajar yang berguna bagi pemakai laporan keuangan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
referernsi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
D. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 1 Kerangka Konseptual Penelitian
Perbedaan Temporer
Saldo Aktiva Kewajiban Pajak Tangguhan
Laporan keuangan, Lampiran dan keterangan lainnya dari PT. Dian
Perkasa Langsa
Data Penelitian Standar Penelitian
Penerapan PSAK no.46 Atas Akuntansi Pajak Penghasilan atas
Laporan Keuangan di PT. Dian Perkasa Langsa
Penerapan PSAk No. 46 Tentang Akuntansi Pajak Penghasilan
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
Kieso dan Weygant 2001:3 mengungkapkan definisi laporan keuangan sebagai berikut : “Financial statement are the principal means through which
financial informations communicated to those outside an enterprise. There statements provide thefirm’s history quantified in money terms”
Transaksi ekonomi yang terjadi selama satu periode akuntansi akan dicatat dan dirangkum yang kemudian akan dibuat laporan keuangan untuk pemakai
informasi. Laporan keuangan digunakan sebagai perantara alat komunikasi antara perusahaan dengan pihak-pihak lain yang membutuhkan, baik yang ada di dalam
perusahaan maupun di luar perusahaan. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan. Pengungkapan informasi pada pihak luar
yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi harus diungkapkan secara penuh full disclosure principle
Menurut Schroeder 2001:114, pengungkapan tidak hanya pada laporan keuangan saja tetapi juga pada catatan atas laporan keuangan notes to financial
statement, informasi tambahan supplementary information dan juga other means of financial reporting, yang semua ini termasuk dalam proses pelaporan
keuangan.
Universitas Sumatera Utara
1. Tujuan Laporan Keuangan
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan SAK, 2002:3 disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah: “Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi non keuangan. Jadi, tujuan utama dari penyusunan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
ekonomi. 2. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 : 5-7, yaitu: a.
Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampang dalam keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Universitas Sumatera Utara
b. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan memiliki kualitas relevan, apabila
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan,
atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. c.
Keandalan Informasi memiliki kualitas andal reliable. Informasi memilki kualitas andal
jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur ledthful
representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengientifikasikan kecenderungan trend posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan secara relatif.
B. Perbedaan Laba Akuntansi dan Pajak
Perhitungan laba akuntansi didasarkan pada prinsip akuntansi yang berlaku umum, seperti Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK dan
International Accounting Standard IAS sedangkan laba kena pajak yang menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan dihitung berdasarkan peraturan
Universitas Sumatera Utara
perpajakkan yang berlaku saat ini Undang-Undang No.17 Tahun 2000 tentang : Pajak PenghasilanPPh.
Laba akuntansi maupun pajak didapat dari seluruh total penghasilan dikurangkan dengan seluruh total pengeluaran, maka baru didapatkan laba,
sehingga dijelaskan lebih lanjut mengenai penghasilan maupun pengeluaran menurut akuntansi maupun menurut perpajakkan.
Secara akuntansi, penghasilan income didefinisikan dalam SAK 2002:18 sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal. Penghasilan tersebut meliputi pendapatan revenues dan keuntungan gains. Pendapatan merupakan aliran kas masuk atau kenaikan dalam
aktiva,perlunasan hutang selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barangjasa dan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama
perusahaan. Sedangkan keuntungan adalah peningkatan dalam aktiva yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi selama satu periode.
Menurut perpajakkan, penghasilan merupakan salah satu objek pajak. Dalam Undang-Undang PPh Pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa :
“Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.”
Pengertian penghasilan ini tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak merupakan ukuran terbaik kemampuan membayar.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari mengalirnya inflow tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi Gunadi 2002:46
a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan bebas
b. Penghasilan dari usaha dan kegiatan
c. Penghasilan dari modal
d. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan sebagainya.
Pada intinya pengertian penghasilan antara akuntansi dan perpajakkan adalah sama, yang membedakan adalah dengan adanya PPh final dan penghasilan
yang bukan objek pajak. Dalam perpajakkan, apabila suatu jenis penghasilan dkenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari objek pajak,
penghasilan tersebut tidak digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum karena tingkat pemajakkan level of taxing field berbeda.
Setelah mengetahui bagaimana penghasilan menurut akuntansi dan perpajakkan, maka dijelaskan pula pada pengeluaran biaya-biaya menurut
akuntansi dan juga menurut perpajakkan lebih lanjut. Sehingga dapat lebih mengetahuinya lebih jelas perbedaan akuntansi dengan perpajakkan dari segi
pengeluaran. Menurut akuntansi komersial, untuk tujuan perpajakkan tidak semua biaya
yang boleh dan tidak boleh dkurangkan. Biaya-biaya yang dapat dikurangkan sesuai dengan ketentuan paal 6 ayat 1 Undang-Undang No.17 Tahun 2000, yaitu :
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk
biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam
Universitas Sumatera Utara
bentuk uang, bunga, sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya adminstrasi dan pajak kecuali Pajak Penghasilan.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amoritas
atas pengeluaran untuk memperoleh hak yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
3. Iuran kepada dana pension yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan. 4.
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan. 5.
Kerugian dari selisih kurs mata uang asing. 6.
Biaya penelitian darn pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia. 7.
Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan. 8.
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat: a
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial b
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPLN atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutangpembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan.
c Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus.
d Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Terdapat 5 persyaratan umum agar pengeluaran perusahaan dapat dibiayakan, yaitu Gunadi 2002:108
Universitas Sumatera Utara
a. Bukan termasuk pengeluaran yang secara eksplisit tidak diperkenankan
oleh ketentuan perpajakkan b.
Harus dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
c. Bukan untuk keperluan pribadi atau sebagai pemakaian penghasilan
d. Bukan merupakan pengeluran kapital
e. Jumlah biaya wajar dan sesuai dengan praktik bisnis yang sehat
Beban dalam SAK diakui apabila terjadi arus kas keluar outflow yang ditandai dengan penrunan manfaat ekonomis masa mendatang sehubungan dengan
penurunan aktiva dan penambahan kewajiban yang tidak digunakan untuk kepentingan penanaman modal.
Menurut Gunadi 2002:82, dalam peraturan perpajakkan tidak diatur secara khusus berkaitan dengan penentuan apakah suatu pengeluaran harus dicatat
atau dibukukan sebagai aktiva atau beban. Hal tersebut diserahlan pada praktek akuntansi dan kelaziman bisnis. Dalam prakteknya saat peraturan perpajakkan
menggunakan kata “biaya” maka arti sebenarnya mengarah ke beban. Ada dua perbedaan mengenai laba menurut akuntansi dan perpajakkan
mengenai penghasilan maupun pengeluaran, yaitu : 1.
Beda Tetap Permanent Differences 2.
Beda WaktuTemporer TemporaryDifferences
1. Beda Tetap Permanent Differences
Pengertian Beda tetap Permanent Differences menurut Lumbantoruan 1996:74, yaitu :
Beda tetap Permanent Differences adalah perbedaan pengakuan suatu pendapatan dan beban berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakkan dengan prinsip akuntansi ekonomi perusahaan yang bersifat permanen. Dengan demikian dalam menghitung Penghasilan
Kena Pajak PKP, maka pendapatan dan beban yang termasuk beda tetap untuk seterusnya harus dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tjahjono 2000:559, elemen-elemen yang merupakan pos-pos yang membedakan antara akuntansi dan fiskal yang termasuk dalam perbedaan
tetappermanen adalah : 1.
Penghasilan bunga dari bank 2.
Biaya sumbangan, biaya dalam bentuk natura, dendabunga pajak 3.
Biaya entertainment 4.
Fiskal Luar Negeri dan STP Pokok 5.
Penghasilan deviden
1 Penghasilan bunga dari bank
Salah satu unsur penghasilan di luar usaha dalam laporan labarugi adalah pendapatan bunga deposito bank. Pada akhir periode menurut akuntansi harus
disajikan dalam perhitungan labarugi pada pos rekening pendapatan di luar usaha. Sedangkan menurut Undang-Undang Perpajakkan, dasar perlakuan
penghasilan bunga bank sebagai berikut atas penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito sertifikat Bank Indonesia dipotong pajak penghasilan
bersifat final
2 Biaya sumbangan, biaya dalam bentuk natura, dendabunga pajak
Standar Akuntansi menganut prinsip bahwa semua biaya dapat dibebankan atau dikurangkan dari penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam periode
akuntansi tertentu. Jadi biaya sumbangan, biaya dalam bentuk natura, dendabunga pajak menurut Standar Akuntansi Keuangan merupakan arus kas
keluar yang setiap periode harus dibebankan pada penghasilan. Sedangkan menurut peraturan perpajakkan tidak semua biaya-biaya
dikeluarkan oleh perusahaan bisa dibebankan pada penghasilan pada periode waktu tertentu. Dalam menentukan besarnya penghasilan bagi wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap, biaya yang tidak boleh dikurangkan
Universitas Sumatera Utara
adalah ; harta yang dihibahkan bantuan atau sumbangan dan warisan. Pengahasilan kena pajak yang diperhitungkan dalam suatu peiode tidak boleh
membebankan biaya-biaya sebagai berikut : penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang berkaitan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Yang dimaksud dengan penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kesejahteraan karyawan dalam bentuk barang atau pelayanan. Bagi perusahaan
bukan merupakan biaya, sedangkan bagi karyawan atau penerima bukan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak. Contoh : tunjangan dalam
bentuk natura adalah tunjangan makan diberikan untuk karyawan dalam bentuk nasi bungkus dan minuman, pemberian jatah seragam pakaian kerja,
pelayanan kesehatan untuk karyawan pada rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan, transport untuk karyawan, dan lain-lain.
3 Biaya entertainment
Biaya entertainment merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto deductible expenses sepanjang ada hubungan dengan
kegiatan wajib pajak dan dibuatkan daftar nominatifnya. Dengan demikian biaya entertainment yang tidak dilengkapi dengan daftar nominatifnya
merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan.
4 Fiskal Luar Negeri dan STP Pokok
Fiskal luar negeri dan STP pokok memang bukan merupakan biaya, tetapi ada pengeluaran uang yang dikeluarkan untuk memperoleh fiscal luar negeri
tersebut maupun untuk membayar STP pokok pajak. Dalam akuntansi, kedua pengeluaran tersebut termasuk sebagai biaya, tetapi menurut peraturan
Universitas Sumatera Utara
perpajakkan, keduanya tidak boleh biaya dan harus dikeluiarkan dalam komponen biaya, tetapi nantinya dapat menjadi kredit pajak dan menjadi
pengurang atas pajak penghasilan yang dibayarkan.
5 Penghasilan deviden
Untuk mengoptimalkan penggunaan dana, dana yang terpakai atau menganggur idle fund pimpinan perusahaan biasanya mempunyai
kebijaksanaan untuk menginvestasikan dana yang ada dalam bentuk saham atau obligasi. Atas pembelian perusahaan akan memperoleh penghasilan
berupa deviden. Menurut akuntansi komersial, penghasilan deviden merupakan bagian dari penghasilan yang pada akhir periode harus disajikan
dalam laporan laba rugi.
2. Beda Waktu Temporer Temporary Differnces
Pengertian Beda Waktu Temporer menurut Harnanto 2003 : 112, yaitu :
“Perbedaan antara dasar pengenaan pajak – DPP dari suatu aktiva atau kewajiban dengan nilai tercatat aktiva atau kewajiaban tersebut,
yang akan berakibat pada kenaikan atau bertambahnya laba fiskal pada periode mendatang future taxable amount atau taxable
temporary differences atau berkurangnya laba fiskal periode mendatang future deductible amount or deductible temporary
differences, pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan recovered atau nilai tercatat kewajiban diselesaikan atau dilunasi settled”.
Adapun pengertian Beda waktu temporer menurut Prabowo 2004:209 yaitu : “
Beda waktu temporer perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban biaya tertentu menrut akuntansi dan perpajakkan dimana perbedaan ini mengakibatkan
pergeseran pengakuan penghasilan dan biaya antara satu tahun pajak ke tahun pajak lainnya”.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan temporer terjadi karena adanya perbedaan saat pengakuan beban dan penghasilan, antara perlakuan akuntansi dan perpajakkan dengan
lampaunya waktu maka perbedaan periode pengakuan ini secara otomatis akan menjadi nihil counter balanced dengan sendirinya. Contoh perbedaan temporer
misalnya cadangan piutang tidak tertagih, penggunaan metode penyusutan estimasi umur yang berbeda secara akuntansi komersial dengan yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Perpajakkan. Jadi perbedaan temporer tersebut timbul karena periode pengakuan yang
berbeda antara akuntansi dan perpajakkan yang mungkin disebabkan karena penggunaan metode atau estimasi yang berbeda untuk keperluan akuntansi dan
keperluan perpajakkan. Menurut PSAK No. 17 Par.9, penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai
metode yang dikelompokkan sebagai berikut : A. Berdasarkan wakktu
1. Metode Garis Lurus straight line method
2. Metode pembebanan yang menurun, termasuk di dalamnya adalah
metode jumlah angka tahun sum of the years digit method dan metode saldo jumlah menurunsaldo menurun ganda
decliningdouble declining balance method
B. Berdasarkan penggunaan 1.
Metode jam jasa services hour method 2.
Metode jumlah unit produksi productive output method C. Berdasarkan kriteria lainnya
1. metode berdasarkan jenis dan kelompok group and composite
method 2.
metode anuitas annuity method 3.
Sistem persediaan inventory method Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 tahun 2000, aktiva
digolongkan menjadi dua golongan yaitu golongan yang bukan bangunan yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok 1,2,3,4 dan golongan bangunan yang
terdiri dari bangunan permanen dan bangunan tidak permanen
Universitas Sumatera Utara
Metode yang biasa digunakan menurut peraturan perpajakkan untuk aktiva golongan bukan bangunan bisa menggunakan saldo menurun dan metode garis
lurus dan golongan bangunan hanya boleh menggunakan metode garis lurus. Untuk setiap golongan aktiva berwujud 1,2,3,4 dan bangunan sudah ditentukan
tarifnya berdasarkan jenis dan manfaat ekonomis aktiiva yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang perpajakkan tidak memperhatikan nilai residu aktiva, dan
disusutkan sampai harga perolehannya habis Dengan demikian, Karena adanya perbedaan cara penyusutan akuntansi
dan pajak maka besarnya biaya penyusutan yang dibebankan pada satu tahun akan berbeda. Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk menyesuaikan penyusutan menurut
akuntansi menjadi penyusutan menurut ketentuan pajak.
Tabel 2.1 Tarif Penyusutan
TARIF PENYUSUTAN Kelompok harta
berwujud Masa
Manfaat Garis
Lurus Saldo
Menurun I. Bukan Bangunan
a. kelompok I b. kelompok 2
c. kelompok 3 d. kelompok 4
4 tahun 8 tahun
16 tahun 20 tahun
25 12,5
6,25 5
50 25
12,5 10
II. Bangunan a. permanen
b. non permanen 20 tahun
10 tahun 5
10 -
- Sumber : Walluyo dan Wirawan B. Ilyas : 119
Universitas Sumatera Utara
C. Metode Penangguhan Pajak Penghasilan
Metode alokasi pajak digunakan untuk mempertanggungjawabkan pengaruh-pengaruh pajak dan bagaimana pengaruh-pengaruh tersebut harus
disajikan dalam laporan keuangan. Ada tiga metode untuk mengalokasikan pajak Kieso dan Weygant, 2001;1067-1068 antara lain:
1 Deffered method Metode Penangguhan
2 Net-of-tax method Metode Bersih dari Pajak
3 Net-of-tax method Metode Bersih dari Pajak
1 Deffered method Metode Penangguhan
Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi income statement approach yang memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari
sudut pandang laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini
mengenai istilah perbedaan waktu perbedaan permanent. Hasil hitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang akan diakui sebagai pajak tangguhan
pada laporan laba rugi. Metode ini lebih menekankan malching principle pada periode terjadinya perbedaan tersebut. Namun, perkembangan dunia
bisnis dan akuntansi telah sedemikian pesatnya sehingga muncul transaksi- transaksi yang tidak diakui dalam laporan laba rugi tetapi langsung diakui
sebagai bagian dari ekuitas. Apabila menggunakan pendekatan laba rugi transasksi seperti itu tidak dapat terdeteksi, sehingga pendekatan ini
dipandang kurang relevan.
Universitas Sumatera Utara
2 Asset-liability method metode aktiva-kewajiban
Metode ini menggunakan pendekatan neraca balance sheel approach yang menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi
keuangan dan memprediksikan aliran kas pada masa yang akan dating. Pendekatan neraca memandang perbedaan perlakuan akuntansi dan
perpajakan dari sudut pandang neraca, yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial dan dasar pengenaan pajaknya. Pendekatan ini mengenai
isitilah perbedaan tempoter darn perbedaan non temporer. Pada metode ini terjadi pengakuan pajak tangguhan deferrend tax atas konsekuensi pajak di
masa mendatang berupa aktiva kewajiban pajak tangguhan yang harus dilaporkan di neraca. Beban pajak tangguhan dilaporkan di laba rugi bagian
taksiran PPh sebagai komponen pajak tangguhan, sedangkan penghasilan pajak tangguhan harus dilaporkan di laba rugi sebagai komponen negatif dan
beban pajak tangguhan.
3 Net-of-tax method Metode Bersih dari Pajak
Pada sumber ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaiknya
diperlakukan sebagai penyesuaian atas nilai aktiva atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau beban yang terkait. Dalam metode ini beban pajak
yang disajikan dalam laporan laba rugi sama dengan jumlah pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT tahunan.
D. PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan