xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga perbankan memiliki suatu peranan yang sangat penting di dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU Negara RI No. 10 tahun 1998 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan perbankan adalah badan usaha yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dari pengertian tersebut, penulis mendefinisikan bahwa bank umum adalah suatu bank yang memberikan suatu jasa kepada masyarakat dalam hal ini para
nasabah dengan cara menarik dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, deposito, dan simpanan lain dan kemudian menyalurkannya kembali kepada nasabah
dalam bentuk kredit. Kegiatan menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit kepada nasabah tersebut itulah yang
disebut dengan fungsi intermediasi perbankan. Fungsi intermediasi lembaga perbankan juga dapat disamakan sebagai alat
untuk mempertemukan pihak yang memiliki surplus dana dan defisit dana. Fungsi intermediasi perbankan ini tercermin dari seberapa baik suatu bank dalam mengelola
likuiditas yang ada.
xv Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama
kewajiban jangka pendeknya. Secara lebih terperinci, likuiditas adalah suatu kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya meliputi kemampuan untuk
menjalankan kegiatan operasional bank sehari – hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak dari nasabah, memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan
memberikan suatu keleluasaan bagi masyarakat dalam meraih kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan. Salah satu instrumen yang ditawarkan oleh Bank
Indonesia dalam kebijakan operasi pasar terbuka terkait dengan likuiditas perbankan ini adalah instrumen Sertifikat Bank Indonesia.
Sertifikat Bank Indonesia adalah suatu bentuk surat berharga, yang termasuk juga suatu sarana yang dilakukan oleh Bank Sentral, dalam hal ini adalah Bank
Indonesia berfungsi untuk mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat. Bank indonesia menjalankan fungsi intermediasi perbankan, menyediakan fasilitas
Sertifikat Bank Indonesia untuk menampung surplus dana dari perbankan dan di lain pihak di saat pihak perbankan mengalami defisit terdapat fasilitas tingkat diskonto
Sertfikat Bank Indonesia. Adapun pengembalian yang ditawarkan dari pembelian Sertifikat Bank Indonesia itu adalah berupa tingkat diskonto yang ditentukan lewat
sistem lelang Sertifikat Bank Indonesia. Lelang Sertifikat Bank Indonesia ini dilakukan oleh setiap bank tersebut
mencerminkan suatu kondisi likuiditas perbankan. Kondisi likuiditas perbankan terefleksi dari tingkat diskonto yang ditawarkan oleh masing – masinng bank kepada
Bank Indonesia pada saat lelang Sertifikat Bank Indonesia. Kondisi likuiditas suatu
xvi perbankan diukur dari jumlah dana suatu bank tersebut yang tersimpan di BI, yaitu
Giro Wajib Minimum yang disimpan dalam bentuk rekening giro bank – bank di BI, yang berubah dari waktu ke waktu. Rekening giro di Bank Indonesia lebih besar
dibandingkan dengan Giro Wajib Minimum yang ditentukan mencerminkan kondisi kondisi likuiditas yang lebih longgar . Kondisi likuiditas yang longgar tersebut akan
mendorong bank- bank cenderung menawarkan tingkat diskonto yang lebih rendah dibandingkan dengan bank – bank yang memiliki likuiditas bank yang ketat.
Tingkat diskonto SBI di tahun 2008 – 2010 masih dapat dikatakan mengalami penurunan dari 11,50 di tahun 2008 menjadi 6,59 di tahun 2010
www.bi.go.id .
Kecenderungan turunnya tingkat diskonto tersebut memiliki beberapa dampak, yaitu antara lain turunnya tingkat suku bunga kredit perbankan. Penurunan tingkat diskonto
SBI ini adalah salah satu cara Bank Indonesia untuk meredam permintaan bank – bank umum akan SBI, dan kebijakan tersebut juga mengharuskan perbankan untuk
menyalurkan dananya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Kenyataan yang terjadi di dunia perbankan tidak seperti yang diiharapkan oleh BI dengan
penetapan kebijakan tingkat suku bunga rendah tersebut akan menggerakkan investasi masyarakat. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia , tingkat
diskonto SBI masih dapat dikatakan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat suku bunga simpanan dan suku bunga kredit, yaitu 6,59 untuk tingkat diskonto SBI, dan
6,08 untuk tingkat suku bunga deposito berjangka. Dari kenyataan tersebut, pihak bank umum masih dapat dikatakan memiliki ketertarikan khusus terhadap SBI karena
tingkat diskonto SBI SBI yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat suku bunga
xvii kredit dan di samping itu penyaluran dana dalam bentuk SBI tidak memiliki risiko
sama sekali. Dari pernyataan tersebut dapatlah dikatakan bahwa bank – bank di indonesia secara
umum belumlah mampu melaksanakan fungsi intermediasinya dengan cukup baik, Adapun penelitian terdahulu yang serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh
Luciana dan Anton 1995 yang mengambil judul analisis faktor – faktor yang memengaruhi penetapan tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank – bank
umum. Variabel independen yang digunakan adalah likuiditas perekonomian, tingkat inflasi, dan LDR, pertumbuhan ekonomi, CAR, dan ROA, sedangkan variabel
dependen yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito berjangka 3 bulan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa inflasi, ROA , dan
LDR berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka, sedangkan likuiditas perekonomian, pertumbuhan ekonomi, dan CAR tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka. Berkaitan dengan judul yang telah diteliti sebelumnya oleh Luciana dan Anto, penulis ingin
mengetahui sejauhmana pengaruh dari likuiditas perbankan tehadap tingkat suku bunga deposito berjangka dengan mengkaitkan tingkat diskonto SBI sebagai variabel
intervening. Masalah kelebihan likuiditas dan fungsi intermediasi perbankan adalah hal yang
menarik untuk dibahas untuk dunia perbankan saat ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melihat hubungan antara likuiditas perbankan, tingkat diskonto SBI dan
tingkat suku bunga deposito berjangka dengan judul penelitian : “Pengaruh Likuiditas
xviii Perbankan Terhadap Tingkat Diskonto SBI Dan Dampaknya Pada Tingkat Suku
Bunga Deposito Berjangka “. B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh likuiditas perbankan terhadap tingkat suku
bunga deposito pada bank – bank umum yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode 2008 -2010 ?
2. Bagaimana pengaruh likuiditas perbankan terhadap tingkat suku
bunga deposito berjangka dengan tingkat diskonto SBI dianggap sebagai variabel intervening pada bank – bank umum yang terdaftar
di Bank Indonesia pada periode 2008 – 2010 ? C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi maka penelitian ini dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh likuiditas perbankan
terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank – bank umum yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode 2008 – 2010
2. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh likuiditas perbankan
terhadap tingkat deposito berjangka dengan tingkat diskonto SBI sebagai variabel intervening pada bank – bank umum yang terdaftar
di Bank Indonesia pada periode 2008 – 2010
xix
D. Manfaat Penelitian