Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Kurs Dan Produk Domestik Bruto ( PDB ) Terhadap Nilai Aktiva Bersih ( NAB ) Reksa Dana Di Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO,

KURS DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO ( PDB ) TERHADAP

NILAI AKTIVA BERSIH ( NAB ) REKSA DANA

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ERNESTH PASARIBU 070501099

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Ernesth Pasaribu

NIM : 070501099

Program Studi : Strata – I Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs dan Produk Domestik Bruto (PDB) Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana di Indonesia

Medan, ___________2011 Penulis

(Ernesth Pasaribu) NIM : 07050109


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari : Rabu

Tanggal : 20 April 2011 Nama : Ernesth Pasaribu

NIM : 070501099

Program Studi : Strata I Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

JUDUL : Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs dan Produk Domestik Bruto (PDB) Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana di Indonesia

Ketua Program Studi S1 Pembimbing Skripsi

Ekonomi Pembangunan

(Irsyad Lubis, SE, MSoc.Sc.PhD) (Syarief Fauzi SE, MM,Ak) NIP : 19710503 200312 1 003 NIP : 19750909 200312 1 003

Penguji I Penguji II

(Irsyad Lubis, SE, MSoc.Sc.PdD) (Walad AlTsaniHR.SE,M.Ec) NIP : 19710503 200312 1 003 NIP : 19830612 200812 1 002


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Ernesth Pasaribu

NIM : 070501099

Program Studi : Strata I Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul : Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs dan ProdukDomestik Bruto (PDB) Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana di Indonesia

Tanggal : April 2011 Ketua Program Studi

(Irsyad Lubis, SE, MSoc.Sc.PhD) NIP : 19710503 200312 1 003

Tanggal : April 2011 Dekan

(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec) NIP. 19550810 198303 1 004


(5)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“ ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, KURS DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH

(NAB) REKSA DANA DI INDONESIA ”

Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan,__April 2011

(Ernesth Pasaribu) NIM : 070501099


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Tingkat Suku Bunga (X1), Kurs (X2) dan PDB (X3) terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana (Y) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai tahun 2009 (triwulanan) dan metode yang digunakan adalah Regresi Kuadrat Terkecil (OLS). Sumber data adalah dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Tingkat Suku Bunga dan PDB berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia. Tingkat Suku Bunga Deposito dan Kurs memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia tetapi PDB memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia.

Kata Kunci : Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana, Tingkat Suku Bunga Deposito,Kurs dan PDB


(7)

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the influence of interest rate (X1) and Gross Domestic Product/GDP (X2) to Net Asset Value (NAV) of Mutual Funds (Y) in Indonesia. This research used time series data from 2001 until 2009 (Quarterly) and the method of used is Ordinary Least Square (OLS). Data sources are Central Bank of Indonesia and Indonesia Statistical Base. From the results obtained that interest rate, exchange rate and Gross Domestic Product have significant influence to Net Asset Value (NAV) of Reksa Dana in Indonesia. Interest rate have negatively influence to Net Asset Value (NAV) of Reksa Dana in Indonesia, exchange rate have negatively influence to the and Gross Domestic Product/GDP have positively influence to Net Asset Value (NAV) of Reksa Dana in Indonesia.

Key Words: Net Asset Value (NAV) of Reksa Dana, Interest Rate of Deposito, exchange rate and Gross Domestic Product (GDP)


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus yang sungguh sangat baik yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, KURS DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

(PDB) TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSA DANA DI

INDONESIA”.

Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik dalam dukungan doa, moril dan materil terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembagunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(9)

6. Bapak Syarief Fauzi, SE, MM, Ak selaku dosen pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

7. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Walad Al Tsani, SE, M.Ec selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan hingga selesainya skripsi ini 8. Dosen serta Staf Pegawai di Fakultas Ekonomi Khususnya Departemen Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

9. Para Staf Bank Indonesia Cabang Medan dan Biro Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam memperolah data.

10. Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda St. Gr P. Pasaribu 16 dan Ibunda A. O. Lumban Tobing, SPd serta saudara penulis yaitu Elizabeth Pasaribu, SP, Christie Julinda Pasaribu, Asher Liparawinto Pasaribu, Dian Tio Ulina Pasaribu dan Rahmat Mangulahi Tua Pasaribu yang selama ini menyayangi, mendukung serta membimbing langkah penulis.

11. Seluruh kawan kawan Ekonomi Pembagunan 2007 dan Bidang HUMAS HMD EP USU.


(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan maupun saran yang positif dan membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, April 2011 Penulis

(Ernesth Pasaribu) NIM : 070501099


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Hipotesis ... 12

1.4. Tujuan Penelitian ... 12

1.5. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Landasan Teori ... 14

2.1.1. Defenisi Ilmu Ekonomi ... 14

2.1.2. Masalah Ekonomi ... 14

2.1.3. Jenis Jenis Analisis Ekonomi ... 14

2.1.4. Teori Pokok Dalam Analisis Ekonomi ... 15

2.1.5. Teori Permintaan ... 15

2.1.6. Teori Penawaran ... 18

2.2. Reksa Dana ... 19

2.2.1. Pengertian Reksa Dana ... 19


(12)

2.2.3. Bentuk Reksa Dana ... 20

2.2.4. Sifat Reksa Dana ... 22

2.2.5 Jenis Reksa Dana ... 23

2.2.6 Mamfaat Reksa Dana ... 24

2.2.7 Resiko Reksa Dana ... 26

2.3. Suku Bunga ... 27

2.4. Kurs ... 28

2.5 Produk Domestik Bruto ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 31

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.4. Pengolahan Data ... 32

3.5. Model Analisa Data ... 32

3.6. Test of Goodness of Fit ... 34

3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 34

3.6.2. Uji t-statistik ... 34

3.6.3. Uji F-statistik ... 36

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 38

3.7.1. Multikolinearity ... 38

3.7.2. Autokorelasi (Serial Correlation) ... 39

3.8. Defenisi Variabel Operasional ... 41

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Reksa Dana Indonesia ... 42

4.1.1 Perkembangan Reksa Dana Sebelum Tahun 2001 ... 42

4.1.2 Perkembangan Reksa Dana 2001 – 2009 ... 43

4.1.2.1 Perkembangan Reksa Dana tahun 2001 ... 43


(13)

4.1.2.3 Perkembangan Reksa Dana tahun 2003 ... 45

4.1.2.4 Perkembangan Reksa Dana tahun 2004 ... 46

4.1.2.5 Perkembangan Reksa Dana tahun 2005 ... 47

4.1.2.6 Perkembangan Reksa Dana tahun 2006 ... 48

4.1.2.7 Perkembangan Reksa Dana tahun 2007 ... 49

4.1.2.8 Perkembangan Reksa Dana tahun 2008 ... 50

4.1.2.9 Perkembangan Reksa Dana tahun 2009 ... 51

4.2. Perkembangan Suku Bunga Deposito ... 52

4.3. Perkembangan Kurs ... 54

4.4 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 58

4.5. Hasil Penelitian (Analisa) ... 62

4.5.1. Interpretasi Model ... 63

4.5.2. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 64

4.5.2.1 Analisis Koefisien Determinasi (R-Square) ... 64

4.5.2.2 Uji t-statistik (Uji Parsial) ... 64

4.5.2.3 Uji F-statistik (Uji Overall) ... 68

4.5.3 Uji Asumsi Klasik ... 70

4.5.3.1 Uji Multikolinearity ... 70

4.5.3.2 Autokorelasi (Serial Correlation) ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Permintaan Terhadap Barang Q Pada berbagai Tingkat Harga ... 17

4.1 Kinerja Reksa Dana Pada Tahun 2001 ... 43

4.2 Kinerja Reksa Dana Pada Tahun 2002 ... 44

4.3 Kinerja Reksa Dana Pada Tahun 2003 ... 45

4.4 Kinerja Reksa Dana Pada Tahun 2004 ... 46

4.5 Kinerja Reksa Dana Pada Tahun 2005 ... 47

4.6 Kinerja Reksa Dana Pada Tahun 2006 ... 48

4.7 Kinerja Reksa Dana Pada Tahun 2007 ... 49

4.8 Kinerja Reksa Dana Pada Tahun 2008 ... 50

4.9 Kinerja Reksa Dana Pada Tahun 2009 ... 51

4.10 Suku Bunga Deposito Periode 2001 -2009 ... 52

4.11 Kurs Periode 2001 – 2009……….. .... 54


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Permintaan Barang Q Pada Berbagai Tingkat Harga ... 17

3.1. Kurva Uji t-statistik ... 32

3.2. Kurva Uji F- Statistik ... 38

3.3. Kurva Uji DW- Test statistik ... 40

4.1 Kurva Uji t – Statistik terhadap suku bunga ... 66

4.2 Kurva Uji t – Statistik terhadap kurs ... 67

4.3 Kurva Uji t – Statistik terhadap PDB ... 68

4.4 Kurva Uji F – Statistik ... 69

4.5 Kurva Uji DW – Test Statistik ... 74


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Data Reksa Dana, Suku Bunga Deposito, Kurs dan Produk Domestik Bruto/PDB (2001-2009)

2 Hasil Regresi Suku Bunga Deposito, PDB terhadap NAB Reksa Dana


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Tingkat Suku Bunga (X1), Kurs (X2) dan PDB (X3) terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana (Y) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai tahun 2009 (triwulanan) dan metode yang digunakan adalah Regresi Kuadrat Terkecil (OLS). Sumber data adalah dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Tingkat Suku Bunga dan PDB berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia. Tingkat Suku Bunga Deposito dan Kurs memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia tetapi PDB memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia.

Kata Kunci : Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana, Tingkat Suku Bunga Deposito,Kurs dan PDB


(18)

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the influence of interest rate (X1) and Gross Domestic Product/GDP (X2) to Net Asset Value (NAV) of Mutual Funds (Y) in Indonesia. This research used time series data from 2001 until 2009 (Quarterly) and the method of used is Ordinary Least Square (OLS). Data sources are Central Bank of Indonesia and Indonesia Statistical Base. From the results obtained that interest rate, exchange rate and Gross Domestic Product have significant influence to Net Asset Value (NAV) of Reksa Dana in Indonesia. Interest rate have negatively influence to Net Asset Value (NAV) of Reksa Dana in Indonesia, exchange rate have negatively influence to the and Gross Domestic Product/GDP have positively influence to Net Asset Value (NAV) of Reksa Dana in Indonesia.

Key Words: Net Asset Value (NAV) of Reksa Dana, Interest Rate of Deposito, exchange rate and Gross Domestic Product (GDP)


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki millennium ketiga, dunia mengalami proses globalisasi yang wujud nyatanya adalah liberalisasi pasar yang terbuka dan bebas. Liberalisasi adalah sebuah upaya besar ( grand design ) yang sulit dibendung oleh negara negara di dunia karena kuatnya pengaruh negara negara pro-globalisasi dan liberalisasi yang secara ekonomi dan politik amat kuat dan berpengaruh. Ide dasar liberalisasi adalah untuk menghapuskan semua hambatan dalam perdagangan dan ekonomi, sehingga semua pelaku bisnis dari berbagai negara bisa melakukan perdagangan di dunia tanpa ada diskriminasi. Bagi Indonesia liberalisasi merupakan tantangan berat sekaligus peluang untuk mengefisienkan dan mengefektifkan perekonomiannya.

Implikasi globalisasi juga berkaitan dengan dunia keuangan dimana pasar modal menjadi bagiannya. Pasar modal dengan sendirinya akan terintegrasi karena proses liberalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Secara umum, bagi negara negara yang sedang berkembang, terintegrasinya pasar modal akan memberikan beberapa manfaat seperti meningkatkan kapitalisasi pasar dan aktivitas perdagangan, meningkatkan partisipasi pemodal asing dalam pasar domestic dan meningkatkan akses ke pasar internasional.


(20)

Sejarah pembentukan pasar modal di Indonesia bermula pada zaman VOC yang berlanjut hingga pada pada masa Indonesia modern. Pemerintah Indonesia pasca- Orde Lama berkonsentrasi pada pembangunan secara lebih sistematis sejak akhir 1960-an. Kenyataan yang dihadapi pemerintah saat itu adalah keperluan dana untuk pembangunan dengan berbagai cara terutama melalui pinjaman. Namun bagi pemerintah pinjaman luar negeri bukan merupakan cara yang strategis untuk pembangunan, potensi dana masyarakat Indonesia harus bisa dioptimalkan untuk digunakan. Untuk itu dibentuklah pasar modal yang dimaksud sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan. Fungsi stategis dan penting pasar modal membuat pemerintah amat berkepentingan atas perkembangan dan kemajuan pasar modal, karena berpotensi untuk penghimpunan dana secara massif, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbesar volume kegiatan pembangunan.

Salah satu sumber dana investasi yang besar di pasar modal adalah reksa dana. Pada awalnya, reksa dana dimulai didirikan di Belgia dengan adanya perusahaan investasi tertutup (closed-end investment companies) pada pertengahan abad 1800. Pada tahun 1868, perusahaan Reksa Dana dengan nama Foreign & colonial Investment Trust (F&CIT) didirikan di Inggris dengan pencetus Mr. Lord Westbury. (Adler, 2002:17). Reksa dana muncul karena umumnya pemodal mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada surat-surat berharga. Kesulitan yang dihadapi pemodal antara lain adalah perlunya melakukan berbagai analisa dan memonitor kondisi pasar secara terus-menerus yang sangat menyita waktu. Kesulitan


(21)

lain adalah dibutuhkannya dana yang relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada surat-surat berharga. Oleh karena itu muncullah permintaan dari masyarakat pemodal yang hendak berinvestasi kepada individu atau lembaga yang dapat senantiasa memonitoring dan memberi keuntungan dari investasi pemodal tersebut. Permintaan ini dengan cepat ditangagapi oleh individu atau lembaga yang ahli di bidang tersebut dengan menawarkan produk yang disebut reksa dana.

Dilihat dari asal katanya, reksa dana berasal dari kosa kata “reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata “dana” yang berarti (kumpulan) uang, sehingga reksa dana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan ). Reksa dana merupakan salah satu bentuk dari perusahaan investasi (investment company) sehingga merupakan buy side (sisi beli/permintaan). Pada prinsipnya, investasi pada reksa dana adalah melakukan investasi yang menyebar pada sekian instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar modal, seperti saham biasa, obligasi pemerintah, obligasi swasta, dan lain lain dan juga di pasar uang seperti commercial paper, valas, SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan yang lainnya. Namun demikian, investor tidak perlu membeli sekian banyak instrumen investasi tersebut. Investor cukup memiliki surat berharga yang disebut sertifikat reksa dana, yang diterbitkan oleh manajer investasi (fund manager). Dengan demikian, investor dimungkinkan mendapat keuntungan yang sama dengan investasi pada berbagai macam surat berharga, tetapi risiko yang dihadapi tidak sebesar apabila investor melakukan investasi langsung pada surat surat berharga tersebut. Manajer investasi


(22)

selaku pengelola reksa dana akan menginvestasikan dana yang berhasil dihimpun ke dalam potofolio efek yang telah mendapat izin dari Bappepam.

Mengacu kepada Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) didefenisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh manajer investasi.

Reksa dana mulai lahir di Indonesia pada tahun 1995 ketika muncul BDNI reksa dana yang merupakan reksa dana tertutup. Seiring dengan hadirnya UU Pasar Modal pada tahun 1996, mulailah reksa dana tumbuh secara aktif, hal tersebut karena landasan hukum dan berbagai mekanisme seputar reksa dana telah diakomodasi undang undang tersebut. Reksa dana yang tumbuh dan berkembang pesat adalah reksa dana terbuka. Jika pada tahun 1995 hanya hadir 1 reksa dana dengan dana yang dikelola sebesar Rp 356 milliar, maka pada tahun 1996 tercatat ada 25 reksa dana dimana sebanyak 24 merupakan reksa dana terbuka atau reksa dana yang berupa KIK (kontrak investasi kolektif), dengan total dana yang dikelola sebesar Rp 5,02 trilliun. Disamping perkembangan dalam jumlah, terjadi juga kenaikan total dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat atau biasa disebut total nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana. Nilai aktiva bersih (NAB) atau net asset value merupakan alat ukur kinerja reksa dana. Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksa dana yang bersangkutan. Aktiva atau kekayaan reksa dana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat berharga komersial, saham, obligasi, right dan Efek lainnya.


(23)

Sementara pada kewajiban reksa dana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee Bank Kustodian yang belum dibayar, pajak pajak yang belum dibayar, fee broker yang belum dibayar serta pembelian Efek yang belum dilunasi.

Nilai aktiva bersih ( NAB ) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban kewajiban yang ada. Sedangkan NAB Per Unit Penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai unit Penyertaan yang beredar (outstanding). Jadi jika nilai NAB akan mengalami kenaikan atau penurunan, karena nilai NAB tersebut sangat tergantung akan kinerja aset yang merupakan portofolio reksa dana tersebut. Kalau harga pasar aset aset suatu reksa dana mengalami kenaikan maka NAB nya tentu akan mengalami kenaikan, demikian juga sebaliknya.

NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat data dari Manajer Investasi dan nilai tersebutlah yang kemudian setiap hari dapat dilihat keesokan harinya di media massa.

Secara Umum untuk membeli reksa dana (KIK) maka dana investasi awal minimum berkisar Rp 250.000 sampai Rp 500.000. Ada pula beberapa reksa dana yang menetapkan persyaratan investasi minimum Rp 100.000. Penyertaan tambahan berikutnya pada umumnya ditetapkan lebih rendah dari nilai investasi pertama.

Sepanjang tahun 2007, pertumbuhan industri memang ditopang oleh pertumbuhan dari reksa dana saham, yang bertumbuh secara signifikan. Beberapa hal yang


(24)

memasuki babak baru pada tahun ini adalah mulai dikenalnya Reksa Dana Indeks dan ETF.

NAB Reksadana terus naik sejalan dengan kinerja positif underlying asset-nya. Reksadana dengan porsi equity yang tinggi antara lain indeks, Exchange Traded Fund (ETF) saham, dan saham, merupakan produk dengan kinerja paling baik. Meskipun demikian, reksadana jenis pendapatan tetap yang memiliki porsi NAB terbesar di pasar reksadana kembali menjadi faktor penyumbang terbesar dalam kinerja reksadana secara keseluruhan. Sampai dengan September 2010, NAB reksadana telah mencapai Rp131,2 triliun4 atau tumbuh sebesar 14,9%. Berdasarkan jenisnya, reksadana saham menduduki posisi pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan reksadana pendapatan tetap, pasar uang dan campuran. Pada September 2010, reksadana saham, pendapatan tetap, pasar uang dan campuran masing-masing tumbuh sebesar 9,4%, 6,4%,0,8% dan 7,8%. (Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia,2010).

Keberadaan reksa dana bukan hanya memberi manfaat kepada investor individu. Investor institusi seperti dana pensiunan, perusahaan asuransi, bank dan lembaga yang memiliki dana investasi dapat melakukan diversifikasi investasinya dengan cara yang sangat mudah melalui reksa dana atau perusahaan yang memerlukan dana investasi melalui penerbitan surat surat berharga seperti saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Selain itu, reksa dana juga memberikan manfaat bagi pemerintah, secara tidak langsung, reksa dana akan memberikan manfaat bagi industri pasar


(25)

modal serta bagi pertumbuhan ekonomi. Hampir sama seperti industri perbankan, industri pasar modal merupakan salah satu penopang berputarnya roda perekonomian, yakni sebagai perantara yang menyediakan sumber dana bagi kegiatan investasi.

Hal tersebut menjadikan masyarakat mulai menyadari bahwa tingkat pengembalian (yield) investasi di reksa dana ternyata lebih tinggi dari investasi deposito atau produk perbankan lainnya dimana tingkat pengembalian industri reksa dana ini didukung oleh faktor makroekonomi seperti tingkat suku bunga deposito, tingkat kurs, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), dan laju inflasi.

Berdasarkan data statistik data Ekonomi Keuangan dan Moneter Bank Indonesia, kenaikan suku bunga deposito pada bank bank umum, baik deposito dalam bentuk rupiah maupun deposito yang didominasi dalam bentuk dollar AS, dipicu oleh meningkatnya suku bunga SBI dan tekanan inflasi.

Di sisi suku bunga perbankan, penurunan suku bunga deposito dan suku bunga kredit masih terus berlangsung. Pada September 2010, rata-rata suku bunga deposito 1 bulan sebagai sumber dana utama perbankan menurun sebesar 3 bps menjadi 6,72%. Sementara itu, rata-rata suku bunga deposito untuk seluruh tenor menurun sebesar 14 bps. Penurunan suku bunga deposito tersebut terutama terjadi pada tenor 24 bulan yang menurun signifikan sebesar 67 bps.

Berdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito 1 bulan terutama dilakukan oleh kelompok bank swasta sebesar 10 bps. Sementara itu, kelompok bank


(26)

asing dan campuran, BPD dan kelompok bank persero menurunkan suku bunga depositonya lebih terbatas yakni sebesar 5 bps, 5 bps dan 4 bps. Berbagai perkembangan di atas merefleksikan respons penurunan suku bunga perbankan yang masih terus berlanjut. Hal tersebut memberikan dampak positif bagi penyaluran kredit yang diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir tahun 2010. ( Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia : 2010 )

Reksadana mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, total dana yang berhasil dihimpun pada akhir tahun 2001 hanya Rp 8 triliun dan meningkat mencapai Rp 61,25 triliun pada April 2003. Pertumbuhan yang pesat ini selain disebabkan oleh penurunan suku bunga SBI, juga dipengaruhi oleh besarnya keterlibatan perbankan dalam distribusi reksa dana. (Hadi Sasana : 2003, )

Nilai tukar (exchange rate) juga memiliki pengaruh terhadap nilai aktiva bersih reksa dana. Hal ini terlihat pada krisis ekonomi 1997 yang berdampak pada pertumbuhan reksa dana yaitu krisis yang mulanya berasal dari permasalah tingkat kurs yang menyebar ke aspek aspek lainnya termasuk pasar modal. Reksa dana yang pada hakikatnya terkait dengan instrumen pasar uang dan pasar modal mengalami imbasnya. Bahkan ada menejer investasi yang terpaksa harus menutup reksa dana karena kondisi perekonomian yang tidak kondusif. (Eko PP dan Ubaidillah N: 2009,11 )


(27)

Nilai tukar adalah nilai suatu mata uang dimana negara negara melakukan pertukaran di pasar dunia. Nilai tukar rupiah terutama terhadap dollar AS merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perkembangan dunia usaha. Fluktuasi nilai tukar yang berlebihan (over fluctuation) merupakan kendala operasional yang paling ditakuti oleh para pengusaha, karena di dalam dunia usaha sangat diperlukan kestabilan dan kepastian dalam perencanaan usaha dan investasi.

Nilai tukar mata uang suatu negara dikatakan mengalami apresiasi jika nilai mata uangnya meningkat relative terhadap mata uang negara lain dan dikatakan depresiasi jika nilai mata uangnya menurun relative terhadap mata uang negara lain. Apresiasi rupiah terhadap mata uang dollar AS menggambarkan bahwa perekonomian negara mengalami perbaikan. Hal ini akan meningkatkan ekspektasi dalam berinvestasi sehingga meningkatkan permintaan terhadap instrumen reksa dana, akibatnya NAB reksa dana juga akan meningkat, dan sebaliknya.

Perkembangan nilai tukar selama Oktober 2010 didominasi oleh faktor eksternal. Likuiditas global yang melimpah, akselerasi pemulihan ekonomi global, dan perbedaan stance kebijakan antara negara maju dengan negara berkembang berimplikasi pada berlanjutnya aliran dana asing ke kawasan Asia. Selain itu, penguatan mata uang juga tidak terlepas dari kondisi dolar AS yang mengalami tekanan depresiasi terkait sentimen dari rencana peluncuran quantitative easing tahap 2. Di tengah kuatnya faktor pendorong eksternal tersebut, solidnya fundamental ekonomi domestik dan terjaganya faktor risiko berinvestasi di instrumen rupiah


(28)

menjadi faktor penarik bagi aliran modal masuk. Rata-rata nilai tukar rupiah selama Oktober 2010 tercatat sebesar Rp8.929 per dolar AS atau menguat 0,6% (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada akhir Oktober 2010, rupiah dituutup pada level Rp8.938 per dolar AS atau melemah 0,15% (ptp) dibandingkan akhir bulan sebelumnya. Adapun pergerakan nilai tukar rupiah selama Oktober 2010 cenderung lebih stabil tercermin dari menurunnya tingkat volatilitas. Tingkat volatilitas pergerakan nilai tukar rupiah selama Oktober 2010 mencapai 0,1% dari 0,2% pada bulan sebelumnya.

Dari sisi domestik, membaiknya kondisi pasar keuangan global serta minimnya gangguan eksternal berimbas pada indikator risiko investasi Indonesia yang semakin membaik. Selain itu, membaiknya kepercayaan asing juga terindikasi dari perilaku investor yang sudah memperhitungkan prospek peningkatan rating Indonesia menjadi kategori investment grade.

Dari sisi eksternal, derasnya arus modal asing ke kawasan emerging markets, termasuk Indonesia, menyebakan mata uang kawasan terus terapresiasi. Perkembangan indikator ekonomi AS dan negara-negara maju semakin mempertegas keyakinan pasar bahwa stance kebijakan moneter. (Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia :2010)

Selain itu, produk domestik bruto (PDB) juga memiliki pengaruh terhadap nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana. Produk Domestik Bruto/PDB berpengaruh positif


(29)

terhadap pertumbuhan reksa dana Indonesia yang artinya jika produk domestik Bruto/PDB ditingkatkan maka secara cateris paribus pertumbuhan reksa dana akan ikut juga meningkat. (Sitorus, 2009,48)

Produk domestik bruto (PDB) merupakan ukuran dasar atas penggunaan produk (out put) yang tercipta dari suatu proses ekonomi. Berbagai data agregat yang dapat

diturunkan diantaranya permintaan konsumsi akhir, pembentukan modal tetap (investasi fisik), ekspor dan impor, berbagai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan tersebut ditujukan untuk memenuhi permintaan akhir berbagai pelaku ekonomi domestik maupun luar negri.

Pada tahun 2008, saat perekonomian (PDB) riil tumbuh 6,1 persen. PDB nominal justru tumbuh 25 persen. Kuartal pertama 2009, pertumbuhan PDB nominal sebesar 16,9 persen dan pada kuartal kedua menjadi 10,9 persen. Dengan prospek pertumbuhan lebih tinggi pada kuartal ketiga dan keempat, diyakini PDB nominal akan naik sehingga secara keseluruhan pertumbuhan tahun 2009 berada sekitar 15 persen. Jika ini terjadi, PDB nominal kita akan mencapai sekitar Rp 5.700 triliun. Angka ini kurang lebih sama dengan prediksi PDB nominal sekitar 570 miliar dollar AS, seperti disebutkan sebelumnya. (Hagemman: 2010,2)


(30)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs (Nilai Tukar

Rupiah terhadap Dollar AS) dan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh tingkat suku bunga deposito terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia?

2. Bagaimanakah pengaruh Kurs (nilai tukar rupiah terhadap dollar AS) terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia?

3. Bagaimanakah pengaruh produk domestic bruto (PDB) terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris.

Berdasarkan masalah diatas, maka hipotesisnya sebagai berikut :

1. Suku bunga deposito berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia.

2. Kurs (Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS) berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia.


(31)

3. PDB berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga deposito terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kurs terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh produk domestik bruto (PDB) terhadap pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat menjadi informasi mengenai perkembangan yang terjadi di pasar modal Indonesia.

2. Untuk meningkatkan pembelajaran mengenai Reksa Dana terhadap masyarakat luas baik individu maupun institusi juga bagi semua pihak yang merasa berkepentingan dengan Reksa Dana.

3. Diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sebagai penambah pengetahuan dan bagi pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini.


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Defenisi Ilmu Ekonomi

Prof. P.A. Samuelson ( 1970 ) mendefenisikan ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu – individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber sumber daya yang terbatas tetapi dapat juga digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat. (Sukirno, 2005 : 9)

2.1.2 Masalah Ekonomi

Masalah ekonomi merupakan masalah yang timbul sebagai akibat kebutuhan masyarakat yang sifatnya tidak terbatas dan semakin meningkat sedangkan faktor faktor produksi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sifatnya terbatas.

2.1.3 Jenis Jenis Analisis Ekonomi


(33)

a. Ekonomi Deskriptif yaitu ilmu ekonomi yang menggambarkan keadaan atau kondisi yang sebenarnya dalam perekonomian.

b. Teori Ekonomi yaitu teori ekonomi yang menggambarkan sifat hubungan yang wujud dalam kegiatan ekonomi pada kondisi nyata yang disederhanakan dengan ramalan atau asumsi tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang mempengaruhinya mengalami perubahan.

c. Ekonomi Terapan (Ekonomi Aplikasi) yaitu cabang dari ilmu ekonomi mikro dan makro yang menelaah tentang kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah masalah ekonomi.

2.1.4 Teori Pokok Dalam Analisis Ekonomi

Teori pokok dalam analisis ekonomi adalah sebagai berikut :

a. Teori Mikroekonomi yaitu satu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai perilaku pelaku ekonomi yang lebih kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, seperti menganalisis konsumen individu, rumah tangga, dan perusahaan.

b. Teori Makroekonomi yaitu satu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menganalisis lebih luas keseluruhan kegiatan perekonomian, seperti menganalisis sekelompok masyarakat, negara dan masyarakat dunia.


(34)

Teori Permintaan menerangkan tentang bagaimana perilaku atau sifat permintaan para pembeli terhadap sesuatu barang yang tersedia di pasar. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan oleh ditentukan oleh banyak factor. Di antara faktor faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini :

a. Harga barang yang dimaksud

b. Harga barang lain ( barang subtitusi ) c. Tingkat pendapatan masyarakat

d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat e. Cita rasa atau selera masyarakat

f. Jumlah penduduk

g. Ramalan atau estimasi mengenai keadaan di masa yang akan datang

Dalam analisis tersebut diasumsikan bahwa “faktor faktor lain tidak mengalami perubahan” atau “ceteris paribus”. Hukum permintaan menyatakan makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Secara matematis persamaan untuk fungsi permintaan berdasarkan hukum permintaan adalah sebagai berikut :

Qd = k – xP


(35)

k : Konstanta

x : Koefisien arah/slope P : Tinngkat harga

Sifat hubungan seperti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah pembelianterhadap barang yang mengalami penurunan harga. Yang kedua, kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang. Pendapatan yang merosot tersebut memaksa para pembeli untuk mengurangi pembeliannya terhadap berbagai jenis barang, dan terutama barang yang mengalami kenaikan harga. Lebih lanjut dijelaskan dengan tabel permintaan dan kurva permintaan sebagai berikut.

Tabel 2.1

Permintaan Terhadap Barang Q Pada berbagai Tingkat Harga

Keadaan Harga (rupiah) Jumlah yang diminta

(unit)

A 5.000 2

B 4.000 4

C 3.000 6

D 2.000 8

E 1.000 10

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disajikan kurva permintaan pasar sebagai berikut :


(36)

Kurva permintaan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta, yang mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau salah satu variabel naik (misalnya harga) maka variabel yang lainnya akan turun (misalnya jumlah yang diminta). Kembali diingatka bahwa pergerakan dari titik A ke E sepanjang kurva permintaan di atas hanya berlaku bila semua yang

500 1000 1500 2000 2500

A

B

C

D

E

D

Jumlah yang diminta (unit) Harga

2 4 6 8 10

0

Gambar 2.1


(37)

mempengaruhi permintaan selain harga dianggap tetap. Pada tabel 2.1 dan gambar 2.1 dapat dilihat dua hal yaitu :

1. Jumlah barang yang diminta, yaitu banyaknya barang yang diminta pada setiap periode (setiap titik pada tabel atau kurva yaitu A, B, C, D, E).

2. Permintaan yaitu gabungan dari seluruh jumlah barang yang diminta yaitu kurva D (A+B+C+D+E).

1.1.6 Teori Penawaran

Teori penawaran menerangkan bagaimana perilaku atau sifat para penjual dalam menawarkan barang yang akan dijualnya di pasar. Terdapatnya permintaan belum merupakan syarat yang cukup untuk mewujudkan transaksi dalam pasar. Permintaan yang wujud hanya dapat dipenuhi apabila para penjual dapat menyediakan barang barang yang diperlukan oleh pembeli tersebut.

Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa factor. Yang terpenting adalah :

a. Harga barang yang dimaksud

b. Harga barang barang lain (barang subtitusi) c. Biaya produksi

d. Tujuan operasi perusahaan tersebut e. Tingkat tekhnogi yang digunakan

Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para


(38)

penjual. Sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum Ekonomi menyatakan bila harga tinggi maka permintaan cenderung rendah, penawaran cenderung tinggi. Bila harga rendah permintaan cenderung tinggi, penawaran cenderung rendah, bila permintaan tinggi maka harga cenderung naik, bila permintaan rendah harga cenderung turun, bila penawaran tinggi harga cenderung rendah. (Putong, 2005 : 58).

2.2 Reksa Dana

2.2.1 Pengertian Reksa Dana

Reksadana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam.( Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 Ayat 2 ). Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.

2.2.2 Pengelola Reksa Dana

Pengelola reksa dana adalah sebagai berikut :

a. Manajer Investasi yaitu perusahaan yang bertanggung jawab atas kegiatan investasi yang meliputi analisis dan pemilihan jenis investasi, mengambil keputusan investasi, memonitor pasar investasi dan melakukan tindakan yang


(39)

dibutuhkan untuk kepentingan investor. Perusahaan menejer investasi untuk dapat melakukan usahanya harus memperoleh izin dari Bapepam dan LK.

b. Bank Kustodian yaitu tempat penyimpanan kekayaan serta administrator reksa dana. Sama halnya dengan menejer investasi, Bank Kustodian juga harus mendapat izin dari Bapepam dan LK dalam menjalankan kegiatannya.

2.2.3 Bentuk Reksa Dana

Dari sisi peraturan Bapepam dan LK, Reksa Dana Indonesia dibagi dalam 2 (dua) bentuk kategori yaitu :

a. Reksa Dana berbentuk Perseroan ( Corporate Type )

Dalam bentuk Reksa Dana ini, perusahaan penerbit Reksa Dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun di pasar uang.

Bentuk ini mempunyai cirri cirri sebagai berikut :

1. Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT)

2. Pengelolaan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan Menejer Investasi yang ditunjuk.

3. Penyimpan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara Menejer Investasi dengan Bank Kustodian.


(40)

Reksa Dana berbentuk Perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi Reksa Dana Perseroan yang tertutup dan Reksa Dana yang terbuka.

b. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif ( Contractual Type )

Bentuk Reksa Dana ini merupakan kontrak antara Menejer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan, dimana Menejer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Semua kekayaan Reksa Dana wajib disimpan pada Bank Kustodian yaitu bank umum yang mendapat izin dari Bapepam untuk memberikan jasa penitipan Efek. Reksa Dana selalu bersifat terbuka ( open end – fund ).

Bentuk ini memiliki cirri cirri sebagai berikut :

1. Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.

2. Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh Menejer Investasi berdasarkan kontrak.

3. Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank Kustodian berdasarkan kontrak.

Bentuk ini lebih popular dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan Reksa Dana yang berbentuk Perseroan.


(41)

Dari sisi peraturan Bapepam dan LK, Reksa Dana Indonesia dibagi dalam 2 (dua) sifat kategori yaitu:

a. Reksa Dana bersifat Tertutup ( Close End – Fund )

Reksa Dana Tertutup adalah Reksa Dana yang tidak dapat membeli kembali saham saham yang telah dijual kepada pemodal. Dengan kata lain, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada Menejer Investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal ini harus dilaksanakan melalui Bursa Efek tempat saham Reksa Dana tersebut dicatatkan. Harga pasar dari saham Reksa Dana tertutup ini berubah ubah dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran, sama halnya dengan fluktuasi harga ( kurs ) saham perusahaan publik lainnya.

b. Reksa Dana bersifat Terbuka ( Open End- Fund )

Reksa Dana Tertutup adalah Reksa Dana yang menawarkan dam membeli kembali saham – sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang Reksa Dana) / Unit Reksa Dana yang bersifat terbuka ini dapat menjual kembali saham / unit penyertaannya setiap saat apabila diinginkan.

Menurut peraturan, pembayaran atas penjual kembali ( redemption ) harus dilakukan sesegara mungkin dan tidak boleh lebih lama dari 7 hari bursa sejak diminta penjualan kembali oleh investor pemegang saham / unit.


(42)

Dari sisi peraturan Bapepam dan LK, Reksa Dana Indonesia dibagi dalam 4 (empat) jenis kategori. Penggolongan jenis reksa dana disini berdasarkan kategori instrumen dimana reksa dana melakukan investasi.

a. Reksa Dana Pasar Uang ( Money Market funds )

Konsentrasi portofolio Reksa Dana ini diinvestasikan pada Efek yang bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari setu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Resikonya relatif lebih rendah disbanding dengan Reksa Dana jenis lainnya. Karena instrumen yang dipih merupakan instrumen utang yang mempunyai jatuh tempo kurang dari satu tahun.

b. Reksa Dana Pendapatan Tetap ( Fixed Income Funds )

Reksa Dana ini melakukan investasi sekurang kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat utang. Resikonya lebih tinggi dari Reksa Dana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.

c. Reksa Dana Saham ( Equity Funds )

Investasi Reksa Dana ini sekurang kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat ekuitas. Resikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis Reksa Dana sebelumnya, tetapi tingkat pengembalian yang dihasilkan Reksa Dana jenis ini juga tinggi. Tingginya resiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih fliktuasi. Tetapi sebaliknya, dalam jangka panjang tingkat pengembaliannya lebih tinggi


(43)

dibandingkan jenis lainnya. Jenis ini sesuai untuk investor yang mempunyai horizon investasi yang panjang.

d. Reksa Dana Campuran ( Discrenationary Funds )

Investasinya dilakukan dalam Efek yang bersifat Ekuitas dan Efek yang bersifat utang yang perbandingannya tidak termasuk Reksa Dana Pendapatan Tetap dan saham diatas. Reksa Dana ini beresiko moderat dengan tingkat pengembalian yang relatif lebih tinngi dari pada Reksa Dana Pendapatan Tetap. Perbandingan komposisi portofolionya sangat beragam baik dalam bentuk efek hutang, ekuitas, maupun efek pasar uang.

2.2.6 Manfaat Reksa Dana

Manfaat reksa dana adalah sebagai berikut :

a. Dikelola Menejemen Profesional

Pengelolaan Reksa Dana dilaksanakan oleh Menejer Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Menejer Investasi sangat penting mengingat pemodal individual pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga mungkin tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisis harga Efek serta mengakses informasi ke pasar modal.


(44)

Diversifikasi Investasi yang diwujudkan dalam portofolio efek akan mengurangi resiko karena dana / kekayaan Reksa Dana diinvestasika pada berbagai jenis efek sehingga resikonya juga tersebar. Dengan kata lain, resikonya tidak akan sebesar resiko bila seseorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara individual.

c. Kemudahan Berinvestasi

Kemudahan ini tercermin dari relatif rendahnya nilai investasi awal Reksa Dana dibanding jenis investasi lainnya serta kemudahan pelayanan administrasi pembelian maupun penjualan kembalinya. Kemudahan lainnya adalah fasilitas bagi investoe untuk melakukan investasi kembali ( reinvestsi ) dengan menggunakan deviden yang diperolehnya sehingga saham / unit penyertaannya terus bertambah.

d. Transparansi Informasi

Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan biayanya secara kontinyu sehingga pemegang saham / unit penyertaan dapat memantau keuntungan, biaya dan resiko setiap saat.

e. Likuiditas yang Tinggi

Pemodal dapat mencairkan kembali saham / unit penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing masing Reksa Dana sehingga memudahkan


(45)

investor mengelola kasnya. Reksa Dana terbuka wajib membeli kembali saham / unit penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid.

f. Biayanya Rendah

Karena Reksa Dana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola secara profesioanal, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila investor individu melakukan transaksi sendiri di bursa.

2.2.6 Resiko Reksa Dana

Resiko reksa dana adalah sebagai berikut :

a. Resiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan

Resiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek ( saham, obligasi, surat berharga lainnya ) yang menjadi bagian portofolio Reksa Dana di bursa mengakibatkan menurunnya nilai unit penyertaan.

b. Resiko Likuiditas

Penjualan kembali ( redemption ) sebagian besar unit penyertaan oleh pemilik kepada Menejer Investasi secara bersamaan dapat menyulitkan Menejer Investasi dalam menyediakan uang tunai bagi pembayaran tersebut.


(46)

Perubahan kebijaksanaan di bidang politik dan ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang telah go public / listing di bursa efek. Hal tersebut jelas akan mempengaruhi harga efek yang termasuk dalam portofolio Reksa Dana.

d. Resiko Wanprestasi

Resiko ini dapat timbul saat perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungjawaban saat terjadi hal hal yang tidak diinginkan.

2.3 Suku Bunga

Pembayaran ke atas modal yang dipinjam dari pihak lain dinamakan bunga. Bunga yang dinyatakan sebagai persentase dari modal dinamakan suku bunga. (Sukirno, 2005:375). Tingkat bunga adalah balas jasa berupa harga yang harus dibayar oleh penerima simpanan kepada pemberi simpanan karena pemberi simpanan rela menunda konsumsi saat ini untuk ditabung yang kemudian sipenerima tabungan menggunakannya untuk keperluan tertentu.

Teori teori yang menentukan besarnya suku bunga adalah

a. Teori Klasik

Menurut pandangan klasik bahwa suku bunga menentukan besarnya jumlah tabungan yang disimpan masyarakat. Dalam hal ini suku bunga berbanding lurus dengan besarnya jumlah tabungan yaitu apabila suku bunga semakin tinggi maka


(47)

jumlah tabungan akan semakin tinggi juga dan begitu sebaliknya semakin rendah suku bunga maka jumlah tabungan akan semakin rendah juga.

b. Teori Keynes ( Teori Modern)

Menurut teori Keynes, pendapatan nasional (pendapatan seluruh penduduk dalam perekonomian) menentukan besarnya jumlah tabungan. Pendapatan nasional berbanding lurus dengan besarnya jumlah tabungan. Apabila pendapatan nasional meningkat maka besarnya jumlah tabungan akan semakin meningkat juga, hal ini disebabkan karena pada waktu pendapatan nasional meningkat maka konsumsi masyarakat lebih rendah dari pada pendapatan nasional sehingga sisa pendapatan setelah dikurangi konsumsi digunakan untuk ditabung. Begitu juga sebaliknya apabila pendapatan nasional menurun maka besarnya jumlah tabungan akan semakin menurun juga, hal ini disebabkan karena pada waktu pendapatan nasional menurun maka konsumsi masyarakat lebih tinggi dari pada pendapatan nasional sehingga untuk membiayai konsumsi yang lebih tinggi dari pendapatan nasional masyarakat harus menggunakan tabungan yang dibuatnya pada masa lalu.

2.4 Kurs

Kurs adalah harga satu mata uang diukur dengan mata uang yang lain. (McEachern, 2001:436). Menurut Gregory Mankiw, kurs ( exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling


(48)

melakukan perdagangan. Dari defenisi tersebut diatas dapat diartikan bahwa perdagangan valuta asing adalah suatu mekanisme untuk mengukur nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.

Kurs dalam jangka panjang dapat ditentukan oleh :

a. Hukum satu harga yang menyatakan jika dua negara menghasilkan barang yang sama, biaya transportasi yang sama juga dan hambatan perdagangan yang sangat rendah maka harga barang seharusnya sama di seluruh dunia tidak peduli negara mana yang menghasilkannya.

b. Teori Paritas Daya Beli yang menyatakan bahwa kurs antara dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua negara.

Kurs dalam jangka pendek ditentukan oleh :

a. Pendekatan pasar asset yang sangat bergantung pada teori permintaan asset . Dengan mengetahui bahwa kurs adalah harga dari asset domestic (deposito bank, obligasi, saham, dan lain lain) dinyatakan dalam asset luar negeri (asset serupa yang dengan denominasi dalam mata uang asing)


(49)

b. Pendekatan terhadap impor dan ekspor yaitu dengan mencatat jumlah transaksi ekspor dan impor.

2.4 Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh faktor faktor produksi didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. (Dornbusch, 1997:40). Didalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi juga oleh penduduk negara lain. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara di mana perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menambah barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering sekali juga membantu menambah ekspor. Operasi mereka merupakan bahagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi sesuatu negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan nasional.

Dengan demikian, Produk Domestik Bruto atau dalam istilah Inggrisnya Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warganegara negara tersebut dan negara asing.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah mencakup faktor faktor yang mempengaruhi NAB Reksa Dana di Indonesia seperti tingkat suku bunga deposito, kurs (nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika), dan produk domestik bruto (PDB)

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data time series yang bersifat kuantitatif yaitu berupa data yang berbentuk angka angka, dan sumber datanya adalah dari Bank Indonesia Cabang Medan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dengan kurun waktu 36 triwulan yaitu pada tahun 2001 – 2009.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan bahan kepustakaan berupa tulisan tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah, laporan laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data


(51)

yang dipergunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data time series dari tahun 2001 – 2009 dalam data triwulan, (sampel data 36 triwulan).

3.4 Pengolahan Data

Penulis mempergunakan program komputer E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisa Data

Dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel variabel bebas terhadap variabel tidak bebas digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Faktor faktor yang mempengaruhi NAB Reksa Dana di Indonesia adalah tingkat suku bunga deposito, kurs dan PDB yang dinyatakan dalam fungsi :

Y = f ( X1, X2,X3 ) ……….(1)

Kemudian fungsi tersebut dimasukkan ke dalam bentuk model persamaan regresi linier berganda pada ekonometrika sebagai berikut :

Log Y = α + βLogX1 + β2LogX2+ β3LogX3+µ ……… (2)

Dimana : Y = NAB Reksa Dana (Triliun rupiah)

α = Intercept


(52)

X1 = Tingkat suku bunga ( % )

X2 = Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (ribuan rupiah )

X3 = Produk Domestik Bruto (trilliun rupiah )

µ = Term of error

Model persamaan regresi linier berganda dilogaritmakan karena data antara sesama variabel terikat dan bebas belum sepadan dimana variabel NAB reksa dana (triliun),suku bunga deposito (%), kurs (ribuan) dan PDB (trilliun) sehingga perlu dilogaritmakan.

Secara matematis bentuk hipotesisnya adalah:

artinya jika terjadi kenaikan pada X1 ( tingkat suku bunga), maka Y ( Reksa Dana) akan mengalami penurunan, ceteris paribus.

artinya jika terjadi kenaikan pada X2 ( kurs ), maka Y (Reksa Dana) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.


(53)

artinya jika terjadi kenaikan pada X3 ( PDB ), maka Y (Reksa Dana) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi (R – square) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel variabel independent yang menerangkan variabel dependen atau angka yang menunjukkan seberapa besar variabel dependen dipengaruhi oleh variabel variabel independennya.

Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0 ≤ R2 ≤ 1), dimana nilai koefisien determinasi mendekati 1 berarti variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel terikat.

3.6.2 Uji t - statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel dependen lainnya konstan. Berikut ciri tentang distribusi t, yaitu :

a. Mean distribusi yang terletak di tengah dan membagi daerah menjadi dua lengan dengan luas yang sama (sifat simetris)


(54)

b. Skala yang digunakan adalah skala t

c. Terdapat berbagai bentuk distribusi t tergantung dari derajat bebasnya. Derajat bebas dilambangkan dengan df, besarnya = n – 1 dimana n adalah jumlah anggota dalam sebuah sample. Semakin besar dejat bebasnya, maka distribusi t akan semakin mendekati distribusi normal.

d. Jika kita mengetahui nilai probalitasnya (dari derajat keyakinan) dan derajat bebasnya, maka kita bisa mencari nilai t nya dengan melihat tabel t yang telah dibuat oleh para ahli statistik.

Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = 0 ……… (tidak ada pengaruh)

Ha : bi ≠ 0 ……… (ada pengaruh)

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi tarhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel dependen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Dan bila t – hitung < t – tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima. Ini berarti bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus.


(55)

Dimana :

t* = t - hitung

bi = koefisien variabel ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho : β1 = β2 = β3 = 0 Ho diterima (t* < t – tabel) artinya variabel independent secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen

Ha : β1 # β2 #β3 # 0 Ha diterima (t* > t – tabel) artinya variabel independent secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen


(56)

Ha diterima Ha diterima

Gambar 3.1 Kurva Uji t – statistik

3.6.2 Uji F – Statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Distribusi F ditandai dengan dua macam derajat kebebasan, yakni derajat kebebasan dari pembilang dan derajat kebebasan dari penyebut. Jika nilai F semakin mendekati satu, semakin besar kemungkinan hipotesa nol dapat diterima, sebaliknya apabila nilai F besar, semakin besar kemungkinan hipotesa nol alternative diterima.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

Ho : b1 = b2 = b3 = 0... (tidak ada pengaruh)

Ha : b1 # b2 # b3 # = 0 ... (ada pengaruh) Ho diterima


(57)

Pengujian dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen dan jika F – hitung < F – tabel maka Ho diterima, artinya variabel independen secara bersama sama tidak mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus.

F* = R2 / ( k – 1)

( 1 – R2 ) / ( n – k )

Dimana:

F* = F - hitung

R2 = koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

n = jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho : β1 = β2 = β3 = 0 Ho diterima (F* < F – tabel) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(58)

Ha : β1 # β2 #β3 # 0 Ha diterima (F* > F – tabel) artinya variabel independen secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ho diterima Ha diterima

0 F- Tabel

Gambar 3.2


(59)

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.7.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dilihat dari nilai R-square, F-hitung, t-hitung serta standar error. Adanya multikolinearity ditandai dengan: Standar error tidak terhingga, tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5 %, α = 10 %, α = 1 %, terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori, R2 sangat tinggi.

3.7.2 Autokorelasi Serial Correlation)

Serial correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang.

Autokorelasi atau serial korelasi terjadi bila term of error (μ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa term of error berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila Variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk I ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu :

a. Dengan memplot grafik


(60)

∑ (et – (et – 1))2

∑ e2 t

Dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin – Watson untuk berbagai

nilai α . Hipotesis yang digunakan adalah

Inconclusive Inconclusive

Autokorelasi ( + )

Autokorelasi ( - )

Ho: accept

No Serial Correlation

0 dl du 2 4 – du 4 – dl 4

Gambar 3.3. Kurva Uji D-W Test =

hitung D


(61)

Dimana:

Ho : Tidak ada autokorelasi

Dw < dl : Tolak Ho (ada korelasi positif)

Dw > 4 dl : Tolak Ho (ada korelasi negatif)

Du < dw < 4 – du : Terima Ho (tidak ada autokorelasi)

Dl ≤ dw ≤ du : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

(4 - du) ≤ dw ≤ (4 - dl) : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

c. Uji LM – Test

Untuk medeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini, dilakukan uji Lagrange Multiplier ( LM – Test ), yaitu dengan membandingkan antara nilai X2 hitung > X2 tabel, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, ditolak.

2. Jika nilai X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, diterima.


(62)

3.8 Defenisi Variabel Operasional

a. Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana adalah indikator kinerja dari investasi reksa dana dengan menjumlahkan total nilai aktiva reksa dana berdasarkan harga pasar penutupan aktiva yang bersangkutan, kemudian menguranginya dengan kewajiban kewajiban reksa dana, seperti biaya manajer investasi,biaya bank kustodian, dan lain lain yang dinyatakan dalam Triliun Rupiah.

b. Suku bunga deposito adalah biaya simpanan yang dibayar pihak sebagai tempat menyimpan yang dalam hal ini adalah bank, kepada pihak yang telah mendepositokan uangnya untuk pemakaian selama periode 2001 sampai 2009, yang dinyatakan dalam persen.

c. Kurs ( nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ) adalah harga mata uang Indonesia yakni rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat yakni dollar AS yang penentuannya dibawah kendali Bank Indonesia yang dinyatakan dalam ribuan Rupiah.

d. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh penduduk negara Indonesia dalam satu tahun. Dalam hal ini PDB yang digunakan adalah PDB harga berlaku, dinyatakan dalam Trilliun Rupiah.


(63)

BAB IV

ANALIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia

4.1.1 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Sebelum Tahun 2001

Seiring dengan diberlakukannya UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, reksa dana mulai dikenal di Indonesia. Berdasarkan UU tersebut terdapat dua macam reksa dana, yaitu reksa dana tertutup ( closed – end ) dan reksa dana terbuka ( open – end ). PT. BDNI adalah reksa dana pertama berbentuk PT dan bersifat tertutup dengan mencatatkan 600.000 saham di Bursa Efek Jakarta ( BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) dengan harga nominal Rp 500. ( Eko P.P dan Ubaidillah N.113.2009 ). Pada tahun 1996, Bapepam mengeluarkan peraturan pelaksanaan tentang reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Tahun ini merupakan tahun “reksa dana” karena pada tahun 1995 hanya hadir satu reksa dana dengan dana yang dikelola sebesar Rp 356 milliar, maka pada tahun 1996 mencapai total asset Rp 8,3 trilliun dengan jumlah reksa dana sebanyak 76. Tetapi pada tahun 1997 dan 1988 terjadi krisis makro di Indonesia yang berimbas pada perkembangan reksa dana dimana saat itu bunga bank meningkat sangat drastis membuat investor beralih ke produk perbankan dan melupakan reksa dana. Setelah melewati krisis makro, pada tahun 1999 membaiknya pasar telah membangkitkan kembali optimisme


(64)

pelaku pasar reksa dana ikut berkembang kembali. Sampai tahun 2001 terdapat 96 reksa dana dengan NAB reksa dana mencapai 5,9 Trilliun.

4.1.2 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2001 Sampai 2009

4.1.2.1 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2001

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2001 dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Kinerja Reksa Dana pada tahun 2001 Periode Jumlah

Reksa Dana

Pemegang saham/U.P

NAB ( Rp Trilliun)

Jumlah saham (unit yang beredar)

Triwulan 1 96 42.518 5,9 5.397.144.663.749

Triwulan 2 97 44.179 5,9 5.238.114.257.552

Triwulan 3 104 47.335 6,2 5.484.903.326.754

Triwulan 4 108 51.723 8 7.303.771.880.360

Sumber : Statistik Pasar Modal BAPEPAM 2001

Jumlah reksa dana pada tahun 2001 di triwulan I sebanyak 96 dan mengalami peningkatan tiap triwulanya hingga pada triwulan IV sebanyak 108, meningkat sebanyak 12 reksa dana. Begitu juga jumlah pemegang saham meningkat tiap triwulannya, tertinggi pada triwulan IV sebanyak 51.723 orang. Di jumlah saham ( unit yang beredar ) pada triwulan II mengalami penurunan dari triwulan I ( 5.397.144.663.749 ) menjadi 5.238.114.257.552 pada triwulan II, jumlah penurunan


(65)

sebanyak 159.030.406. Pada NAB ( nilai aktiva bersih ) pada triwulan I dan II adalah sama yaitu 5,9 trilliun, hal ini diakibatkan karena para investor masih trauma dalam berinvestasi diakibatkan krisis makro pada 1997 dan 1998. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena pada triwulan III dan IV sudah mengalami peningkatan menjadi 6,2 dan 8 trilliun.

4.1.2.2 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2002

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2002 dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Kinerja Reksa Dana pada tahun 2002 Periode Jumlah

Reksa Dana

Pemegang saham/U.P

NAB ( Rp Trilliun)

Jumlah saham (unit yang beredar)

Triwulan 1 108 53.397 13,8 7.645.332.389.176

Triwulan 2 113 64.750 17,8 13.129.081.089,357

Triwulan 3 118 75.431 35,6 22.610.243.876,761

Triwulan 4 131 125.820 46,6 41.665.523.049,213

Sumber : Statistik Pasar Modal BAPEPAM 2002

Sampai dengan triwulan IV jumlah reksa dana sebanyak 131 dengan NAB sebesar 46,6 trilliun. Selama tahun 2002 pertumbuhan reksa dana senantiasa kearah positif. Pertumbuhan investasi reksa dana pada tahun ini dipicu oleh penurunan suku bunga SBI diikuti oleh turunnya suku bunga deposito dalam setahun terakhir dan juga


(66)

tidak dikenakannya pajak pada reksa dana yang berumur kurang dari 5 tahuin. Hal ini membuat para investor memindahkan dananya ke raksa dana.

4.1.2.3 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2003

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2003 dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.3

Kinerja Reksa Dana pada tahun 2003 Periode Jumlah

Reksa Dana

Pemegang saham/U.P

NAB ( Rp Trilliun)

Jumlah saham (unit yang beredar)

Triwulan 1 145 154.936 58,3 50.900.701.947,155

Triwulan 2 170 178.053 68,3 58.907.105.442,767

Triwulan 3 171 179.356 85,8 73.649.280.604,973

Triwulan 4 186 171.712 69,4 60.020.745.572,816

Sumber : Statistik Pasar Modal BAPEPAM 2003

Pada tahun 2003 pertumbuhan reksa dana semakin marak, hal ini memberikan sumbangan positif bagi perkembangan pasar keuangan di Indonesia terutama dalam menyediakan alternatif investasi pada pasar keuangan. Jumlah reksa dana terbanyak pada periode IV yaitu 186 bertambah 15 dari 171 reksa dana di triwulan III. Tetapi hal ini tidak sama dengan jumlah pemegang saham, NAB dan jumlah saham yang beredar yang masing masing tertinggi pada triwulan III. Khususnya NAB reksa dana,


(67)

penurunan pada triwulan IV disebabkan adanya isu perubahan dalam perhitungan NAB reksa dana.

4.1.2.4 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2004

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2004 dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.4

Kinerja Reksa Dana pada tahun 2004 Periode Jumlah

Reksa Dana

Pemegang saham/U.P

NAB ( Rp Trilliun)

Jumlah saham (unit yang beredar)

Triwulan 1 193 229.791 78,4 67.427.827.405,700

Triwulan 2 208 243.247 87,3 74.606.673.725,660

Triwulan 3 222 270.415 97,1 81.653.323.639,600

Triwulan 4 246 421.032 104 84.604.893.224,709

Sumber : Statistik Pasar Modal BAPEPAM 2004

Tahun 2004 diawali pada triwulan I, NAB reksa dana sudah mengalami peningkatan dari triwulan IV tahun 2003 sebesar 9 menjadi 78,4 triwulan I di tahun 2004. Dari triwulan I sampai ke IV pertumbuhan NAB reksa dana terus mengalami peningkatan. Tertinggi pada triwulan IV yaitu 104 trilliun. Semakin tidak menariknya produk perbankan menyumbangkan peran dibalik luar biasanya aliran dana masyarakat ke reksa dana. Perkembangan reksa dana yang semakin meningkat


(68)

membuat BAPEPAM senantiasa memperhatikan reksa dana lebih dalam guna mengantisipasi terjadinya krisis reksa dana.

4.1.2.5 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2005

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2005 dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.5

Kinerja Reksa Dana pada tahun 2005 Periode Jumlah

Reksa Dana

Pemegang saham/U.P

NAB ( Rp Trilliun)

Jumlah saham (unit yang beredar)

Triwulan 1 272 346.618 105,3 82.706.198.519,840

Triwulan 2 290 314.814 83,2 62.806.021.756,480

Triwulan 3 311 320.512 34 24.704.096.431,230

Triwulan 4 328 254.660 29,4 21.262.143.379,980

Sumber : Statistik Pasar Modal BAPEPAM 2005

Perkembangan reksa dana tahun 2005 mengalami penurunan, pada triwulan I jumlah NAB reksa dana 105,3 trilliun, triwulan II menjadi 83,2 trilliun menurun sebesar 22,1 trilliun. Terendah pada triwulan ke IV menjadi 29,4 trilliun. Hal ini disebabkan karena jatuhnya harga obligasi. Pada saat itu, hampir 70% dari total asset reksa dana adalah kontribusi dari sumbangan reksa dana pendapatan tetap. ( Eko .PP dan Ubaidillah N : 2009 : 115 ). Terjadi juga aksi “redemption” oleh para investor yaitu penarikan kembali dana yang diinvestasikan di reksa dana untuk menghindari


(69)

krisis reksa dana karena adanya isu pengenaan pajak atas pendapatan reksa dana dan kecenderungan peningkatan “reference rate”. Selain itu, kondisi perekonomian negeri yang mengalami tekanan sebagai imbas dari melambungnya harga minyak dunia , melemahnya nilai tukar rupiah memberikan impilikasi pada naiknya suku bunga dalam negeri. Hal ini pada giliranya melemahkan perekonomian dan berdampak pada menurunnya surat berharga. ( Laporan Perekonomian Indonesia : 2005 : 175 )

4.1.2.6 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2006

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2006 dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.6

Kinerja Reksa Dana pada tahun 2006 Periode Jumlah

Reksa Dana

Pemegang saham/U.P

NAB ( Rp Trilliun)

Jumlah saham (unit yang beredar)

Triwulan 1 342 178.052 29 20.598.331.592,030

Triwulan 2 359 182.446 33,8 25.834.084.886,570

Triwulan 3 369 186.474 39,9 29.319.448.714,300

Triwulan 4 403 202.991 51,6 36.140.102.795,600

Sumber : Statistik Pasar Modal BAPEPAM 2006

Pada tahun 2006 terjadi peningkatan kembali pada NAB reksa dana pasca terjadinya krisis reksa dana di tahun 2005, hal ini dikarenakan kembalinya


(70)

kepercayaan para investor terhadap reksa dana. Pada triwulan IV jumlah NAB reksa dana 51,6 trilliun meningkat sebesar 11,7 trilliun dari 39,9 trilliun di triwulan III.

4.1.2.7 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2007

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2007 dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.7

Kinerja Reksa Dana pada tahun 2007 Periode Jumlah

Reksa Dana

Pemegang saham/U.P

NAB ( Rp Trilliun)

Jumlah saham (unit yang beredar)

Triwulan 1 400 245.222 58,9 40.753.814.505,00

Triwulan 2 419 259.885 67,3 45.875.992.889,00

Triwulan 3 433 249.670 78,9 47.855.956.588,87

Triwulan 4 473 325.224 92,1 53.589.967.474.74

Sumber : Statistik Pasar Modal BAPEPAM 2007

Periode 2007 NAB reksa dana mengalami peningkatan dari triwulan I sampai triwulan IV. Tertinggi pada triwulan IV yaitu 92,1 trilliun meningkat sebesar 13,2 dari triwulan III 78,9 trilliun. Peningkatan ini selain disebabkan kembalinya kepercayaan para investor terhadap reksa dana juga disebabkan pemberian pendidikan yang lebih potensial tentang berinvestasi di reksa dana.


(71)

4.1.2.8 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2008

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2008 dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.8

Kinerja Reksa Dana pada tahun 2008 Periode Jumlah

Reksa Dana

Pemegang saham/U.P

NAB ( Rp Trilliun)

Jumlah saham (unit yang beredar)

Triwulan 1 508 383.435 94,2 58.660.816.896,61

Triwulan 2 532 373.986 95,5 62.875.278.203.00

Triwulan 3 549 363.089 84,9 63.685.676.995,95

Triwulan 4 567 352.429 74 60.976.090.770,24

Sumber : Statistik Pasar Modal BAPEPAM 2008

Tertinggi NAB reksa dana pada tahun 2008 yaitu pada triwulan II 95,5 trilliun, bertambah sebesar 1,3 trilliun dari triwulan I 94,2 trilliun. Tetapi pada triwulan III dan IV mengalami penurunan, terendah pada triwulan IV yaitu 74 trilliun, menurun sebesar 21,5 trilliun dari triwulan II. Penurunan NAB reksa dana ini diakibatkan oleh krisis global yang melanda sejak awal oktober 2008. Walaupun krisis tersebut melanda NAB reksa dana tetapi jumlah reksa dana pada tahun ini selalu mengalami peningkatan yaitu tertinggi pada triwulan IV 567 jumlah reksa dana.


(72)

4.1.2.9 Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2009

Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Tahun 2009 dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.9

Kinerja Reksa Dana pada tahun 2009 Periode Jumlah

Reksa Dana

Pemegang saham/U.P

NAB ( Rp Trilliun)

Jumlah saham (unit yang beredar)

Triwulan 1 577 343.487 77,3 62.786.979.214,26

Triwulan 2 575 357.492 95,4 65.589.721.368,30

Triwulan 3 603 343.120 106,6 65.974.072.100,04

Triwulan 4 610 345.027 112,9 69.978.061.139,63

Sumber : Statistik Pasar Modal BAPEPAM 2009

Pasca krisis global pada tahun 2008, ditahun 2009 pertumbuhan reksa dana mengalami peningkatan dari tiap triwulannya baik NAB reksa dana maupun jumlah reksa dana, jumlah pemegang saham dan jumlah saham yang beredar. Tertinggi NAB reksa dana pada triwulan IV 112,9 trilliun meningkat sebesar 6,3 trilliun dari 106,6 trilliun di triwulan III. Peningkatan ini disebabkan kebijakan BAPEPAM-LK dalam mengantisipasi krisis reksa dana dengan belajar dari pengalaman sebelumnya seperti memberikan pelatihan bagi para investor reksa dana dan menejer investasi guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam mengurangi resiko


(73)

4.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito di Indonesia

Perkembangan suku bunga Deposito selama 9 tahun dari tahun 2001-2009 (data triwulanan) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10

Suku Bunga Deposito Periode 2001 -2009

Periode Suku Bunga Deposito

( % )

2001 Triwulan I 14,86

Triwulan II 15,00

Triwulan III 16,16

Triwulan IV 17,24

2002 Triwulan I 17,02

Triwulan II 15,85

Triwulan III 14,36

Triwulan IV 13,63

2003 Triwulan I 12,90

Triwulan II 11,55

Triwulan III 8,58

Triwulan IV 7,14

2004 Triwulan I 6,11

Triwulan II 6,31

Triwulan III 6,61

Triwulan IV 6,71

2005 Triwulan I 6,93

Triwulan II 7,19

Triwulan III 8,51

Triwulan IV 11,75

2006 Triwulan I 12,19

Triwulan II 11,70

Triwulan III 11,05

Triwulan IV 9,71

2007 Triwulan I 8,32


(74)

Triwulan III 7,25

Triwulan IV 7,31

2008 Triwulan I 7,18

Triwulan II 7,61

Triwulan III 9,83

Triwulan IV 11,30

2009 Triwulan I 9,84

Triwulan II 8,65

Triwulan III 7,56

Triwulan IV 7,02

Sumber : Statistik Keuangan Bank Indonesia Medan 2001-2009

Selama tahun 2001 suku bunga SBI meningkat secara bertahap yang berakibat pada meningkatnya suku bunga deposito. Hal ini terlihat pada table di atas dimana tiap triwulannya mengalami peningkatan. Suku bunga deposito tertinggi berada pada triwulan IV yaitu 17,24%. Di tahun 2002 terjadi penurunan suku bunga deposito sebesar 3,39% dari 17,02 % di triwulan I menjadi 13,63 % di triwulan IV. Hal ini disebabkan penurunan suku bunga SBI yang mendorong penurunan suku bunga deposito. Tahun 2003 suku bunga deposito cenderung menurun hingga 13,63% pada triwulan IV dan ditahun 2004 suku bunga deposito cenderung konstan di titik 6,11% – 6,93 %. Hal ini disebabkan seperti pada tahun sebelumnya yaitu penurunan suku bunga SBI dan perkembangan perekonomian nasional yang semakin membaik dan juga kebijakan bank umum. Di tahun 2005 Bank Indonesia menaikkan suku bunga SBI sehingga suku bunga deposito juga ikut naik. Tiap triwulanya suku bunga deposito mengalami peningkatan hingga mencapai 11,75% pada triwulan IV.


(75)

Berbeda dengan tahun 2005, di tahun 2006 suku bunga deposito mengalami penurunan hingga mencapai 9,71% pada triwulan IV dari 12,19% di triwulan I. penurunan ini disebabkan penurunan suku bunga SBI karena perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan surplusnya transaksi berjalan Indonesia. Masih berlanjut ketahun 2007, penurunan suku bunga SBI juga terjadi. Suku bunga deposito kembali menurun hingga 7,31% pada triwulan IV.

Tahun 2008 terjadi krisis global tepatnya terjadi di triwulan III dan IV. Krisis ini menyebabkan suku bunga deposito meningkat hingga 11,30% di triwulan IV, tetapi hal ini tidak berlangsung lama karna di tahun 2009 triwulan suku bunga deposito sudah kembali menurun hingga 9,84% di triwulan I tahun 2009 dan terus berlangsung turun hingga 7,02% pada triwulan IV tahun 2009. . Hal ini dikarenakan pengalaman Indonesia pada krisis keuangan di tahun 1997 dan 1998 yang mendorong otoritas dan pelaku di sektor keuangan Indonesia berbenah diri, meningkatkan disiplin dan selalu berhati hati.

4.3 Perkembangan Kurs ( Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika ) di Indonesia

Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika selama 9 tahun dari tahun 2001-2009 (data triwulanan) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11


(1)

Triwulan II

9.054

Triwulan III

9.137

Triwulan IV

9.419

2008

Triwulan I

9.217

Triwulan II

9.225

Triwulan III

9.378

Triwulan IV

10.950

2009

Triwulan I

11.575

Triwulan II

10.225

Triwulan III

9.681

Triwulan IV

9.400


(2)

Lampiran 2

Regresi Suku Bunga Deposito, Kurs dan PDB terhadap NAB reksa dana

Dependent Variable: LNAB Method: Least Squares Date: 03/22/11 Time: 01:58 Sample: 2001Q1 2009Q4 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 30.92656 8.451929 3.659112 0.0009

LSBD -1.496163 0.283344 -5.280383 0.0000

LKURS -3.116351 0.991144 -3.144197 0.0036

LPDB 0.744633 0.191007 3.898450 0.0005

R-squared 0.804069 Mean dependent var 3.867639

Adjusted R-squared 0.785700 S.D. dependent var 0.881135 S.E. of regression 0.407900 Akaike info criterion 1.148848 Sum squared resid 5.324230 Schwarz criterion 1.324795

Log likelihood -16.67927 F-statistic 43.77418


(3)

Untuk Menguji Multikolinearity

Regresi Kurs dan PDB terhadap Suku Bunga Deposito

Dependent Variable: LSBD Method: Least Squares Date: 03/22/11 Time: 02:01 Sample: 2001Q1 2009Q4 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -8.858623 4.958338 -1.786612 0.0832

LKURS 1.513863 0.548950 2.757745 0.0094

LPDB -0.416129 0.092322 -4.507355 0.0001

R-squared 0.425156 Mean dependent var 2.275976

Adjusted R-squared 0.390317 S.D. dependent var 0.320945 S.E. of regression 0.250601 Akaike info criterion 0.149746 Sum squared resid 2.072429 Schwarz criterion 0.281706

Log likelihood 0.304571 F-statistic 12.20344


(4)

Regresi Suku Bunga Deposito dan PDB terhadap Kurs

Dependent Variable: LKURS Method: Least Squares Date: 03/22/11 Time: 02:01 Sample: 2001Q1 2009Q4 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8.383324 0.271768 30.84736 0.0000

LSBD 0.123720 0.044863 2.757745 0.0094

LPDB 0.074667 0.030927 2.414303 0.0215

R-squared 0.210677 Mean dependent var 9.153389

Adjusted R-squared 0.162839 S.D. dependent var 0.078299 S.E. of regression 0.071641 Akaike info criterion -2.354651 Sum squared resid 0.169369 Schwarz criterion -2.222692

Log likelihood 45.38373 F-statistic 4.403979


(5)

Regresi Suku Bunga Deposito dan Kurs terhadap PDB

Dependent Variable: LPDB Method: Least Squares Date: 03/22/11 Time: 02:02 Sample: 2001Q1 2009Q4 Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -9.776502 7.512445 -1.301374 0.2021

LSBD -0.915705 0.203158 -4.507355 0.0001

LKURS 2.010486 0.832740 2.414303 0.0215

R-squared 0.398859 Mean dependent var 6.542134

Adjusted R-squared 0.362426 S.D. dependent var 0.465566 S.E. of regression 0.371746 Akaike info criterion 0.938444 Sum squared resid 4.560440 Schwarz criterion 1.070404

Log likelihood -13.89199 F-statistic 10.94779


(6)

Untuk Menguji Autokorelasi ( Metode LM-Test )

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.112716 Prob. F(2,28) 0.342765

Obs*R-squared 2.576974 Prob. Chi-Square(2) 0.275688

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/22/11 Time: 22:06 Sample: 2001Q2 2009Q4 Included observations: 35

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3.425486 8.664146 -0.395363 0.6956

LSBD 0.125586 0.339243 0.370195 0.7140

LKURS 0.051691 0.625301 0.082665 0.9347

LPDB 0.348953 0.738868 0.472281 0.6404

AR(1) -0.034150 0.064353 -0.530667 0.5998

RESID(-1) 0.274845 0.202374 1.358109 0.1853

RESID(-2) 0.095138 0.197640 0.481368 0.6340

R-squared 0.073628 Mean dependent var 4.25E-11

Adjusted R-squared -0.124881 S.D. dependent var 0.193650 S.E. of regression 0.205386 Akaike info criterion -0.150993 Sum squared resid 1.181138 Schwarz criterion 0.160077

Log likelihood 9.642376 F-statistic 0.370905