Pengaruh Back Exercise terhadap Pengurangan Nyeri Punggung Bawah Petugas Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013
PENGARUH BACK EXERCISE TERHADAP PENGURANGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PETUGAS INSTALASI REKAM MEDIK
RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013
TESIS
Oleh RINTA 117032128/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
THE INFLUENCE OF BACK EXERCISE ON LOWER BACK PAIN REDUCTION IN THE MEDICAL RECORD INSTALLATION
PERSONNEL AT H. ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL MEDAN 2013
THESIS
RINTA 117032128/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
PENGARUH BACK EXERCISE TERHADAP PENGURANGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PETUGAS INSTALASI REKAM MEDIK
RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
RINTA 117032128/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Judul Tesis : PENGARUH BACK EXERCISE TERHADAP PENGURANGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PETUGAS INSTALASI REKAM MEDIK RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : RINTA
Nomor Induk Mahasiswa : 117032128
Program Studi : S2 Ilmu KesehatanMasyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E Ketua
) (dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(5)
Telah diuji
Pada Tanggal : 19 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E Anggota : 1. dr.Mhd.Makmur Sinaga M.S
2. dr.Halinda Sari Lubis MKKK 3. Dr. Ir. Gerry Silaban, MKes
(6)
PERNYATAAN
PENGARUH BACK EXERCISE TERHADAP PENGURANGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PETUGAS INSTALASI REKAM MEDIK
RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2013
Rinta 117032128/IKM
(7)
ABSTRAK
Nyeri punggung bawah (LBP) adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diakibatkan dari kelainan mekanika gerak postural yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama Nyeri punggung dapat menyerang siapa saja tidak terkecuali pada pekerja. Bila ini terjadi dapat menyebabkan hilangnya jam kerja dan efisiensi kerja bahkan pengeluaran dana yang cukup besar untuk berobat. Penanganan nyeri punggung bawah juga dapat dilakukan dengan penanganan fisioterapi dan pemakaian alat terapi seperti korset dan penyangga punggung. Dalam penelitian ini permasalahan nyeri punggung juga terjadi pada petugas Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik dan mengenai 30 petugas dari 60 petugas yang ada. Berdasarkan hal ini peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh back exercise terhadap pengurangan rasa nyeri pungung bagian bawah petugas Instalasi Rekam Medik di RSUP H. Adam Malik Medan.
Penelitian ini bersifat kuasi eksperimen dengan rancangan pre dan post test yang bertujuan untuk melihat lebih jauh pengaruh pemberian intervensi back exercise terhadap pengurangan nyeri. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang penderita nyeri punggung. Skala pengukuran tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri VAS (Visual Analog Scale)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan frekuensi latihan dari fase awal sampai 3 minggu ke II terhadap pengurangan nyeri, terdapat hubungan signifikan lama latihan terhadap pengurangan nyeri setelah fase 3 minggu ke II, terdapat hubungan signifikan kekhususan latihan dari mulai fase awal sampai fase 3 minggu ke II terhadap pengurangan nyeri dan terdapat hubungan signifikan macam aktifitas terhadap pengurangan nyeri dari fase awal sampai fase 3 minggu ke II dengan taraf signifikansi masing-masing <0,005.
Disarankan agar Instansi menyediakan alat penunjang pekerjaan maupun ruang kerja yang dapat mengurangi resiko terjadinya nyeri punggung bawah . Khususnya petugas yang ada di Instalasi Rekam Medik untuk terus melakukan latihan back exercise secara rutin.
(8)
ABSTRACT
Low back pain (NPB) is a condition influencing someone and his existence due to mechanical movement disorder or postural lasting for a long time. Back pain can attack anybody including workers. When this happens, it can cause loss of working hours and working efficiency and even expenditure of considerable fund for treatment. Lower back pain treatment can also be done through physiotherapy treatment and therapeutic devices such as corsets and back buffers. In this study, back pain problem also happened to 30 of 60 medical record installation personnel at H. Adam Malik General Hospital Medan. Based on this condition, the purpose of this study was to find out the influence on back exercise on the reduction of lower back pain in the medical record installation personnel at H. Adam Malik General Hospital Medan.
This quasi-experimental study with pre and post test design was aimed at looking further at the influence of the administration of back exercise intervention on pain reduction in the 30 personnel suffering from back pain (samples of this study). The level of back pain was measured through VAS (Visual Analog Scale).
The result of this study showed that there was a significant relationship between the frequency of exercise from the initial phase up to the second week and the reduction of pain, between duration of exercise and the reduction of pain after the phase of the second week, between the specificity of exercise from the intial phase up to the phase of the second week and the reduction of pain, and between the kinds of activities and the reduction of pain from the initial phase up to the second phase with respective level of significance of <0.005.
Each agency, especially the medical record installation, is suggested to provide its personnel with comfortable and ergonomic office to work in and the work supporting equipment taht can minimize the risk of lower back pain.
(9)
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Back Exercise terhadap Pengurangan Nyeri Punggung Bawah Petugas Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
4. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E selaku ketua komisi pembimbing
(10)
dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga
penulisan tesis selesai.
5. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK dan Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku penguji
tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan
dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga
penulisan tesis selesai.
6. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan beserta jajarannya yang telah berkenan
memberikan izin untuk melakukan penelitian sehingga tesis ini selesai.
7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
8. Teristimewa buat suami tercinta D. Tarigan dan anak-anakku tersayang Emdaria
Caesa Tarigan serta Daniel Tarigan yang selalu memotivasi dan mendukung
serta memberi doa, kasih sayang kepada penulis.
9. Saudara-saudariku tercinta, Kel.Pdt. Dr Jadiaman Perangin-angin serta
adik-adikku Kel.Bpk.Pratama Barus, Susanna Dameria Barus, Vernon Barus dan
Muliandri Barus yang mendukungku dalam doa
10. Teristimewa Kenanganku alm ibunda tercinta yang memotivasiku sebelum
Tuhan menjemputnya.
11. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
(11)
12. Semua jajaran Pimpinan dan Staf Poltekes Dr. Rusdi Medan teristimewa
anak-anakku di Prodi DIII Fisioterapi, Risma, Donal, Jhon Roby yang banyak
menolongku dalam menyelesaikan tesis ini .
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Oktober 2013 Penulis
Rinta 117032128/IKM
(12)
RIWAYAT HIDUP
Rinta, lahir pada tanggal 31 Agustus 1965 di Tanjung Morawa, anak dari
pasangan Ayahanda Almarhum J. Barus dan ibunda Almarhumah R. br Tarigan
Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar MethodistTg.Morawa
tamat Tahun 1979, Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri Tg.Morawa tamat
Tahun 1982, SMAN Tg.Morawa tamat Tahun 1985, Akademi Fisioterapi tamat
Tahun 1989, STKIP Riama Medan tamat Tahun 1995, Program D IV Fisioterapi
Poltekes Dr Rusdi Medan tamat Tahun 2011.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan tahun
2013.
Pada tahun 1990 sampai tahun 1991 penulis bekerja di RS Pirngadi Medan,
tahun 1991 sampai sekarang penulis bekerja di RSUP.H Adam Malik Medan, Tahun
1990 sampai sekarang penulis bekerja sebagai dosen tetap di Poltekes Dr. Rusdi
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Hipotesis ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Nyeri Punggung Bawah ... 10
2.1.1 Definisi Nyeri Punggung Bawah ... 10
2.1.2 Anatomi Terapan ... 10
2.1.3 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah ... 17
2.1.4 Gerakan Nyeri Punggung Bawah ... 19
2.1.5 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah ... 21
2.1.6 Epidemiologi ... 25
2.1.7 Etiologi ... 26
2.1.8 Tinjauan AlatUkur ... 28
2.2 Latihan Punggung ... 30
2.2.1 Defenisi Latihan ... 30
2.2.2 Back Exercise ... 31
2.2.3 Konsep Back Exercise ... 36
2.2.4 Lamanya Latihan Back Exercise ... 40
2.3 Landasan Teori ... 40
2.4 Kerangka Konsep ... 42
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 43
3.1 Jenis Penelitian ... 43
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45
3.3 Populasi dan Sampel ... 45
3.3.1 Populasi ... 45
(14)
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46
3.5 Defenisi Operasional ... 46
3.6 Metode Pengukuran ... 47
3.7 Variabel Penelitian ... 47
3.8 Metode Analsisis Data ... 47
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 49
4.2 Karateristik Responden……… 50
4.3 Analisa Univariat ... 52
4.4 Analisa Bivariat ... 53
BAB 5. PEMBAHASAN ... 59
5.1 Karakteristik Responden ... 59
5.2 Pengaruh Frekuensi Latihan terhadap Pengurangan Nyeri Punggung ... 60
5.3 Pengaruh Lama Latihan dengan Pengurangan Nyeri Punggung Bawah ... 61
5.4 Pengaruh Kekhususan Latihan terhadap Pengurangan Nyeri Punggung Bawah ... 63
5.5 Pengaruh Macam Aktivitas terhadap Pengurangan Nyeri Punggung Bawah ... 65
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
6.1 Kesimpulan ... 67
6.2 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN
(15)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu ... 51
4.2 Tabel Distribusi Variabel Nyeri Punggung Bawah ... 52
4.3 Hubungan Frekuensi Latihan dengan Pengurangan Rasa Nyeri pada
Fase 3 Minggu I Setelah Intervensi ... 53
4.4 Hubungan Frekuensi Latihan dengan Pengurangan Rasa Nyeri pada
Fase 3 Minggu II Setelah Intervensi ... 54
4.5 Hubungan Lamanya Latihan dengan Pengurangan Rasa Nyeri pada
Fase 3 Minggu I ... 54
4.6 Hubungan Lamanya Latihan dengan Pengurangan Rasa Nyeri pada
Fase 3 Minggu II ... 55
4.7 Hubungan kekhususan Latihan dengan Pengurangan Nyeri pada
Fase 3 Minggu I ... 55
4.8 Hubungan Kekhususan Latihan dengan Pengurangan Nyeri pada
Fase 3 Minggu II ... 56
4.9 Hubungan Macam Aktivitas dengan Pengurangan Nyeri pada
Fase 3 Minggu I ... 57
4.10 Hubungan Macam Aktivitas dengan Pengurangan Nyeri pada
(16)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Anatomi Lumbal ... 13
2.2 Diskus Intervertebral dan Foramina Intervertebralis tempat Keluarnya Akar Saraf ... 14
2.3 Ligamentum Vertebrae Lumbal ... 15
2.4 Gerakan Postur Low Back Pain ... 19
2.5 Postur Kegiatan Penyimpanan Berkas Rekam Medis ... 20
2.6 Landasan Teori ... 41
2.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 42
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Frekuensi ... 73
2. Crostabs ... 76
3. Kegiatan yang ada di Instalasi Medis ... 87
(18)
ABSTRAK
Nyeri punggung bawah (LBP) adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diakibatkan dari kelainan mekanika gerak postural yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama Nyeri punggung dapat menyerang siapa saja tidak terkecuali pada pekerja. Bila ini terjadi dapat menyebabkan hilangnya jam kerja dan efisiensi kerja bahkan pengeluaran dana yang cukup besar untuk berobat. Penanganan nyeri punggung bawah juga dapat dilakukan dengan penanganan fisioterapi dan pemakaian alat terapi seperti korset dan penyangga punggung. Dalam penelitian ini permasalahan nyeri punggung juga terjadi pada petugas Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik dan mengenai 30 petugas dari 60 petugas yang ada. Berdasarkan hal ini peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh back exercise terhadap pengurangan rasa nyeri pungung bagian bawah petugas Instalasi Rekam Medik di RSUP H. Adam Malik Medan.
Penelitian ini bersifat kuasi eksperimen dengan rancangan pre dan post test yang bertujuan untuk melihat lebih jauh pengaruh pemberian intervensi back exercise terhadap pengurangan nyeri. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang penderita nyeri punggung. Skala pengukuran tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri VAS (Visual Analog Scale)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan frekuensi latihan dari fase awal sampai 3 minggu ke II terhadap pengurangan nyeri, terdapat hubungan signifikan lama latihan terhadap pengurangan nyeri setelah fase 3 minggu ke II, terdapat hubungan signifikan kekhususan latihan dari mulai fase awal sampai fase 3 minggu ke II terhadap pengurangan nyeri dan terdapat hubungan signifikan macam aktifitas terhadap pengurangan nyeri dari fase awal sampai fase 3 minggu ke II dengan taraf signifikansi masing-masing <0,005.
Disarankan agar Instansi menyediakan alat penunjang pekerjaan maupun ruang kerja yang dapat mengurangi resiko terjadinya nyeri punggung bawah . Khususnya petugas yang ada di Instalasi Rekam Medik untuk terus melakukan latihan back exercise secara rutin.
(19)
ABSTRACT
Low back pain (NPB) is a condition influencing someone and his existence due to mechanical movement disorder or postural lasting for a long time. Back pain can attack anybody including workers. When this happens, it can cause loss of working hours and working efficiency and even expenditure of considerable fund for treatment. Lower back pain treatment can also be done through physiotherapy treatment and therapeutic devices such as corsets and back buffers. In this study, back pain problem also happened to 30 of 60 medical record installation personnel at H. Adam Malik General Hospital Medan. Based on this condition, the purpose of this study was to find out the influence on back exercise on the reduction of lower back pain in the medical record installation personnel at H. Adam Malik General Hospital Medan.
This quasi-experimental study with pre and post test design was aimed at looking further at the influence of the administration of back exercise intervention on pain reduction in the 30 personnel suffering from back pain (samples of this study). The level of back pain was measured through VAS (Visual Analog Scale).
The result of this study showed that there was a significant relationship between the frequency of exercise from the initial phase up to the second week and the reduction of pain, between duration of exercise and the reduction of pain after the phase of the second week, between the specificity of exercise from the intial phase up to the phase of the second week and the reduction of pain, and between the kinds of activities and the reduction of pain from the initial phase up to the second phase with respective level of significance of <0.005.
Each agency, especially the medical record installation, is suggested to provide its personnel with comfortable and ergonomic office to work in and the work supporting equipment taht can minimize the risk of lower back pain.
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang
terjadi pada punggung bagian bawah yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
maupun aktifitas tubuh yang kurang baik (Rakel, 2002). Nyeri punggung bawah
(NPB) merupakan penyebab utama hilangnya jam kerja pada industri serta
merupakan alasan untuk mendatangi dokter ataupun mendapatkan perawatan di
rumah sakit (Rene Cailliet, 1978).
Pada era globalisasi ini manusia di tuntut bekerja lebih cepat dalam kaitan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga menyebabkan timbulnya siklus
kerja statis dalam jangka waktu yang lama, seperti duduk di depan computer
berjam-jam serta kurang memperhatikan posisi tubuh yang baik dalam bekerja. Hal
ini dapat menyebabkan keluhan nyeri punggung bawah sehingga tentunya akan
mengurangi produktivitas kerja (Diana, 2005 ). Obesitas merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya NPB akibat pengaruh gaya berat badan yang berlebih
terutama bagian perut (penumpukan lemak) memaksa tubuh membentuk postur
yang tidak sehat sehingga menimbulkan kelemahan otot (Bimariotejo, 2009).
Batasan Overweight menurut World Health Organization (WHO) adalah kelebihan
berat badan pada dewasa pria jika BMI > 25 kg/m2, sedangkan pada perempuan
(21)
bahwa sekitar 20% dari semua cedera punggung adalah karena kegiatan kerja yang
dilakukan pekerja yang bersifat statis seperti duduk lama, berdiri, mendorong dan
menarik beban. Duduk dan berdiri dalam jangka waktu yang lama atau melakukan
gerakan yang sama secara berulang-ulang dapat menimbulkan kekakuanm pada otot.
Penggunaan peralatan yang tidak sesuai dengan pekerja maka sedikit banyaknya akan
berpengaruh bagi kinerja . Dalam melaksanakan tugas pekerja perlu memperhatikan
mengenai posisi dan sikap kerja serta diikuti juga sarana dan prasarana kerja yang
tepat .Jika dalam bekerja terjadi kontraksi otot yang statis dan berlangsung lama
secara berkesinambungan serta sikap kerja yang dipaksa dalam bekerja maka akan
mudah sekali menimbulkan kelelahan shingga hal ini akan menimbulkan rasa nyeri
pada otot . Berdiri statis dalam jangka waktu yang lama yang dapat ditolerir tubuh
adalah 20 menit Jika melewati batas tersebut maka elastisitas jaringan akan
menurun tekanan pada otot akan meningkat dan timbulah ketidak nyamanan pada
punggung (Arnita, 2006). Beberapa laporan dan hasil penelitian yang pernah
dilakukan menyebutkan bahwa penyakit akibat kerja khususnya nyeri punggung
bawah merupakan penyakit yang paling banyak dialami pekerja,dimana kejadian
NPB tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial,maupun
tingkat pendidikan, semua dapat terkena. Lebih dari 70% manusia dalam
kehidupannya pernah mengalami NPB, dengan rata-rata puncak kejadian berusia
35-55 tahun (Anderson, 2007).
Akibat nyeri punggung yang dialami oleh pekerja dapat menyebabkan
(22)
untuk berobat. Menurut penelitian World Health Organizations (WHO) masyarakat
pekerja di Amerika Serikat mengeluarkan hampir 50 miliar dollar setahun untuk
mengurangi masalah nyeri punggung bawah mereka, hal ini merupakan penyebab
utama mengambil cuti sakit sehingga menyebabkan produktifitas menurun (Waddell
G, 2001).
Membahas tentang nyeri punggung bawah (NPB) yang banyak dialami oleh
pekerja di seluruh dunia biasanya paling banyak dijumpai sebagai akibat dari kelainan
mekanikal gerak atau postural yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama,
pekerjaan dengan posisi berdiri yang lama, duduk lama, mengangkat benda-benda
berat dan bekerja dengan alat yang bergetar menjadi faktor kontribusi terjadinya
masalah NPB (Brown and Makckler L.S., 2009).
Menurut Caillet (1978) sebanyak 60% orang dewasa mengalami NPB karena
bekerja atau aktivitas yang dilakukan lebih banyak dalam posisi duduk. Duduk
lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi
tegang dan dapat merusak jaringan lunak disekitarnya. Jika kejadian ini berlanjut
akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang
menyebabkan hernia nukleus pulposus.
Faktor yang mempengaruhi dalam aktivitas mengangkat mencakup metode
mengangkat, posisi horisontal beban, tinggi dan kisaran pengangkatan, karakteristik
objek, dan frekuensi mengangkat. Mengangkat di atas bahu lebih membebani secara
fisiologis dan kurang dapat diterima tubuh. Pengangkatan yang paling efisien adalah
(23)
antaranya lamanya , gaya yang berlebih saat membawa, mendorong, atau menarik,
mekanika pengangkatan yang buruk, postur punggung bawah yang kurang nyaman,
tinggi tempat kerja yang tidak memadai, permukaan kerja yang tidak aman, ruang
yang terbatas dalam melakukan gerak kerja dan material, serta kesalahan rancangan
alat dalam melakukan pekerjaan. Menurut panduan mengangkat dari National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) di Amerika Serikat, 23 kg
aman bagi 75% wanita dan 90% pria. Pekerja harus diajari untuk menghindari atau
mengurangi kegiatan menarik jika memungkinkan lebih banyak mendorong, karena
hal ini lebih ergonomis bagi punggung (Nidus Information Services Inc, 2002).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Community Oriented Program for
Controle of Rheumatic Disease (COPORD ) bahwa di Indonesia angka kejadian
nyeri punggung menunjukan 18,2 % pada laki laki dan 13,6 % pada wanita
sedangkan. National Safety Council melaporkan penyakit akibat kerja yang
frekuensi kejadian paling tinggi adalah sakit/nyeri pada punggung, yaitu 22% dari
1.700.000 kasus (Tarwaka dkk, 2004).
Penelitian Rahmat (2009) menunjukkan prevalensi nyeri punggung bawah
pada pekerja yang duduk lama, pada saat ini mencapai 60% dari pekerja.
Disebutkan juga saat manusia duduk, beban maksimal lebih berat 6-7 kali dari
berdiri. Tulang atas yang menyangga tengkorak mengalami beban terberat.
Secara umum penanganan nyeri punggung bawah bervariasi, biasanya
dalam kondisi yang ringan nyeri tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah
(24)
dilakukan dengan penanganan fisioterapi dan pemakaian alat terapi seperti korset dan
penyangga punggung.
Menurut Hanung (2008) fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk
mengembalikan dan mengatasi gangguan impairment dan activity limitation sehingga
pasien dapat beraktivitas kembali. Namun menurut literature 33% pasien masih
mengalami nyeri hilang-timbul atau nyeri persisten setelah satu tahun. Hanya ada
25% sembuh total setelah menjalani terapi selama satu tahun. Terapi latihan ( back
exercise ) dikenal secara luas dipergunakan sebagai salah satu modalitas pengobatan
NPB.
Penelitian yang dilakukan oleh Hayden (2005) dari Institute for Work &
Health, mengenai manfaat terapi latihan pada NPB non spesifik, didapat bahwa
terapi latihan sedikit lebih efektif dalam mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
fungsi pada penderita NPB. Pada NPB sub akut didapat bahwa terapi latihan
mempunyai efektifitas yang sama dibandingkan dengan tanpa pengobatan atau
dengan pengobatan konservatif lainnya.
Phila Pa (2004) yang melakukan penelitian tentang latihan untuk nyeri
punggung bawah dimana hal ini menunjukkan bahwa latihan mempunyai hubungan
signifikan dalam pengurangan nyeri. Namun latihan kurang berfungsi pada NBP yang
stadium akut karena sifatnya hanya sementara. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa setelah menjalani latihan selama 5 (lima) minggu terdapat pengurangan rasa
nyeri pada pasien yang mengalami nyeri punggung.
Penelitian yang dilakukan oleh Mario (2005) juga menunjukkan bahwa
(25)
dialami penderita, memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengurangan nyeri
punggung bawah, namun disebutkan juga bahwa pengurangan nyeri sangat
dipengaruhi oleh usia penderita.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2013,
maka pada Instalasi Rekam Medis RSUP. H Adam Malik dalam melaksanakan fungsi
kerjanya terdapat kegiatan yang terdiri dari :
1. Penerimaan dan pendaftaran pasien (disini kegiatan dilakukan umumnya
duduk yaitu pengentrian data ke komputer)
2. Analisa dan perakitan rekam medis (kegiatan dilakukan umumnya posisi
duduk yaitu pengentrian ke komputer, merapikan dan menyusun lembar
berkas rekam medis)
3. Penyimpanan berkas rekam medis (umumnya kegiatan dilakukan berdiri,
jongkok, mengangkat, memanjat)
4. Pengolahan data (umumnya kegiatan adalah duduk berupa pengentrian
data ke komputer berdasarkan diagnosa dokter)
5. Pelaporan (umumnya kegiatan dilakukan dengan posisi duduk)
6. Administrasi (umumnya kegiatan dilakukan dengan posisi duduk).
Selain itu juga ditemukan tempat kerja yang sempit dan kurang nyaman.
Pada penyimpanan Berkas Rekam Medis ditemukan batas antara rak bervariasi
70-80 cm sehingga mengganggu ruang gerak petugas, ketinggian rak 2,5 m maka
dibutuhkan tangga yang dapat di ubah sesuai dengan ketinggian (adjustable). Tangga
(26)
berkas rekam medis yang letaknya tinggi petugas kesulitan dan takut terjatuh
karena kaki tangga licin ditambah lagi dasar dari pijakan kurang lebar. Rak dorong
untuk mengangkut berkas rekam medis hanya ada 4 buah sehingga petugas
sebagian mengangkat berkas rekam medis tanpa menggunakan rak pendorong .
Dari survey pendahuluan juga ditemukan bahwa terdapat 30 petugas dari 60
orang petugas yang mengeluh nyeri punggang bawah sedangkan yang terbanyak
ditemukan pada petugas dengan masa kerja 5 tahun . Hasil wawancara pada 7
orang petugas yang mengalami nyeri pinggang bawah ditemukan bahwa mereka
merasakan adanya nyeri hebat saat melakukan aktivitas bahkan 4 dari mereka sudah
memakai korset.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka peneliti merasa tertarik
untuk melakukan kajian tentang nyeri punggung bawah yang dialami oleh petugas
rekam medis serta back exercise yang diberikan pada petugas yang memiliki keluhan
nyeri punggung bawah.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan yang ada pada latar belakang maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: ”Bagaimana pengaruh back exercise
terhadap pengurangan rasa nyeri pungung bagian bawah petugas Instalasi rekam
medik di RSUP. H. Adam Malik Medan ?”
(27)
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh back exercise terhadap pengurangan rasa nyeri
pungung bagian bawah petugas Instalasi rekam medik di RSUP H. Adam
Malik Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengaruh Frekwensi latihanterhadap pengurangan rasa nyeri
pungung bagian bawah petugas Instalasi rekam medik di RSUP H. Adam
Malik Medan
2. Mengetahui pengaruh lamanya latihan terhadap pengurangan rasa nyeri
pungung bagian bawah petugas Instalasi rekam medik di RSUP H. Adam
Malik Medan
3. Mengetahui pengaruh kekhususan latihan terhadap pengurangan rasa
nyeri pungung bagian bawah petugas Instalasi rekam medik RSUP H.
Adam Malik Medan
4. Mengetahui pengaruh macam aktivitas latihanterhadap pengurangan rasa
nyeri pungung bagian bawah petugas Instalasi rekam medik di RSUP H.
Adam Malik Medan.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh back exercise terhadap pengurangan rasa nyeri pungung
(28)
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Secara teoritis temuan dari penelitian ini dapat memperkaya kasanah ilmu
pengetahuan bidang keselamatan kerja dan kesehatan kerja, khususnya
berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai risiko yang dapat
menyebabkan NPB.
1.5.2 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan hasil penelitian dapat meningkatkan informasi tentang
faktor-faktor yang paling berhubungan dengan terjadinya nyeri punggung bawah
sehingga dapat diminimalkan dengan metode yang efektif dan efisien.
1.5.3 Bagi Petugas
Dapat dijadikan pengetahuan dan pengalaman tentang manfaat latihan
punggung agar dapat mencegah dan mengurangi rasa nyeri di bagian
(29)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri Punggung Bawah
2.1.1 Definisi Nyeri Punggung Bawah
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain adalah nyeri yang dibatasi daerah superior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
thorakal terakhir ,daerah inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung
processus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal yang
ditarik dari batas lateral spina lumbalis (Guyton ,2004 ).
2.1.2 Anatomi Terapan
Vertebra lumbalis terdiri dari 5 ruas tulang dengan 5 pasang facets joints yang
disebut juga dengan apophyseal atau zygoapohyseal joints. Susunan anatomis dan
fungsi pada regio lumbal, terbagi dalam segmentasi regional sebagai berikut :
a. Thoracolumbal Junction
Merupakan daerah perbatasan fungsi antara lumbar dengan thorac spine dimana
th12 arah superior facet geraknya terbatas, sedangkan arah inferior facet pada
bidang sagital gerakan utamanya flexion-extension luas. Pada gerak lumbal spine
(30)
b. Lumbal Spine
Vertebra lumbalis lebih besar dan tebal membentuk kurva lordosis dengan puncak
L3
c. Lumbosacral Joint
sebesar 2–4 cm, menerima beban sangat besar dalam bentuk kompresi maupun
gerakan . Stabilitas dan gerakannya ditentukan oleh facet, diskus, ligament dan
otot disamping corpus itu sendiri. Berdasarkan arah permukaan facet joint maka
facet joint cenderung dalam posisi bidang sagital sehingga pada regio lumbal
menghasilkan dominan gerak yang luas yaitu fleksi - ekstensi lumbal.
L5-S1 merupakan daerah yg menerima beban sangat berat mengingat lumbal
mempunyai gerak yang luas sementara sacrum rigid (kaku). Akibatnya
lumbosacral joint menerima beban gerakan dan berat badan paling besar pada
regio lumbal. Ada tiga persendian yang kompleks :
d. Diskus Intervertebralis
Diantara dua corpus vertebra dihubungkan oleh diskus intervertebralis,
merupakan fibrocartilago compleks yang membentuk articulasio antara corpus
vertebra, dikenal sebagai symphisis joint. Diskus intervertebralis pada orang
dewasa memberikan kontribusi sekitar ¼ dari tinggi spine. Diskus juga dapat
memungkinkan gerak yang luas pada vertebra. Setiap diskus terdiri atas 2
komponen yaitu :
1. Nukleus pulposus ; merupakan substansia gelatinosa yang berbentuk jelly
transparan, mengandung 90% air, dan sisanya adalah collagen dan
(31)
atau menarik air.. Nukleus pulposus tidak mempunyai pembuluh darah dan
saraf. Nukleus pulposus mempunyai kandungan cairan yang sangat tinggi
maka dia dapat menahan beban kompresi serta berfungsi untuk
mentransmisikan beberapa gaya ke annulus & sebagai shock absorber.
2. Annulus fibrosus ; tersusun oleh sekitar 90 serabut konsentrik jaringan
collagen, serabutnya saling menyilang secara vertikal sekitar 30o
Diskus intervetebralis akan mengalami pembebanan pada setiap perubahan
postur tubuh. Tekanan yang timbul pada pembebanan diskus intervertebralis disebut
tekanan intradiskal. Menurut Nachemson (1964), tekanan intradiskal berhubungan
erat dengan perubahan postur tubuh. Nachemson meneliti tekanan intradiskal pada
lumbal yaitu pada L3-L4 karena L3-L4 menerima beban intradiskal yang terbesar
pada regio lumbal. Dari penelitian Nachemson menunjukan bahwa tekanan
intradiskal saat berbaring antara 15 – 25 kp dan tidur miring menjadi 2 x lebih besar
dari berbaring. Pada saat berdiri tekanan intradiskal sekitar 100 kp dan tekanan
tersebut menjadi lebih besar saat duduk tegak yaitu 150 kp. Peningkatan tekanan
terjadi saat berdiri membungkuk dari 100 kp menjadi 140 kp, begitu pula saat duduk
membungkuk tekanan intradiskal meningkat menjadi 160 kp. Peningkatan tekanan satu sama
lainnya maka struktur ini lebih sensitif pada strain rotasi daripada beban
kompresi, tension, dan shear. Secara mekanis, annulus fibrosus berperan
sebagai coiled spring (gulungan pegas) terhadap beban tension dengan
mempertahankan corpus vertebra secara bersamaan melawan tahanan dari
(32)
dapat mencapai 200 kp lebih jika mengangkat barang dalam posisi berdiri
membungkuk dan duduk membungkuk.
e. Facet Joint
Sendi facet dibentuk oleh processus articularis superior dari vertebra bawah
dengan processus articularis inferior dari vertebra atas. Sendi facet termasuk dalam
non-axial diarthrodial joint. Setiap sendi facet mempunyai cavitas articular dan
terbungkus oleh sebuah kapsul. Gerakan yang terjadi pada sendi facet adalah gliding
yang cukup kecil
Sendi facet dan diskus memberikan sekitar 80% kemampuan spine untuk
menahan gaya rotasi torsion dan shear, dimana ½-nya diberikan oleh sendi facet.
Sendi facet juga menopang sekitar 30% beban kompresi pada spine, terutama pada
saat spine hiperekstensi. Gaya kontak yang paling besar terjadi pada sendi facet
L5-S1. Apabila discus intervertebralis dalam keadaan baik, maka facet joint akan
menyangga beban axial sekitar 20 % sampai dengan 25 %, tetapi ini dapat mencapai
70% apabila discus intervertebralis mengalami degenerasi. Facet joints juga menahan
gerakan torsi sampai 40%. (Frank, 2001)
(33)
Persendian antara facet joints tulang lumbal ke lima dengan tulang sakral
pertama merupakan persendian antara segmen yang bergerak dari lumbal kelima dan
segmen pertama dari tulang sakral yang tidak bergerak. Pada beberapa kasus segmen
S1 dapat bergerak (mobile) dan ini disebut dengan lumbarisasi (lumbarization) dari
S1 sehingga sering dikatakan tulang lumbal menjadi enam segmen yang bergerak.
Pada kasus lain dapat juga tulang lumbal segmen kelima bersatu dengan tulang
sacrum atau illium dan ini disebut dengan sakralisasi (sacralization) sehingga hanya ada empat segmen tulang lumbal yang bergerak. Keadaan abnormal diatas kadang-kadang disebut dengan transisional vertebra (transitional vertebra).
Gambar 2.2 Diskus Intervertebral dan Foramina Intervertebralis Tempat Keluarnya Akar Saraf (Frank H. Netter, M.D.)
Ligament utama dari tulang lumbal (lumbar spine) sama seperti yang ada pada
servikal bawah dan tulang torakal, yaitu ligamentum longitudinale anterior
(34)
gerakan ektensi lumbal, ligamentum longitudinal posterior ligamen ini sangat sensitif
karena banyak mengandung serabut saraf afferent nyeri (A delta dan tipe C) dan
memiliki sirkulasi darah yang banyak. Ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif
saat gerakan fleksi lumbal, ligamentum flavum ligamen ini mengandung lebih banyak
serabut elastin daripada serabut kolagen dibandingkan dengan ligamen-ligamen
lainnya pada vertebra. Ligamen ini mengontrol gerakan fleksi lumbal, ligamentum
supraspinosus dan interspinosus ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif saat
gerakan fleksi lumbal, serta ligamentum intertransversum ligamen ini mengontrol
gerakan lateral fleksi kearah kontralateral.
Gambar 2.3 Ligamentum Vertebrae Lumbal ( Stephen Kishner , M.D, MHA.)
Otot-otot yang memperkuat gerakan lumbal adalah:
a. Otot errector Spine, merupakan group otot yang luas dan terletak dalam pada
(35)
illiaca dan procesus spinosus thoraco lumbal. Otot terdiri atas : m.tranverso spinalis, m.longissimus, m.iliocostalis, m.spinalis, m.paravertebral. Group otot ini
merupakan penggerak utama pada gerakan extensi lumbal dan sebagai stabilisator
vertebra lumbal saat tubuh dalam keadaan tegak.
b. Otot abdominal, merupakan group otot extrinsik yang membentuk dan
memperkuat dinding abdominal. Pada group otot ini ada 4 otot abdominal yang
penting dalam fungsi spine, yaitu m.rectus abdominis, m.obliqus external,
m.obliqus internal dan m.transversalis abdominis. Group otot ini merupakan
fleksor trunk yang sangat kuat dan berperan dalam mendatarkan kurva lumbal. Di
samping itu m.obliqus internal dan external berperan pada rotasi trunk.
c. Deep lateral muscle, merupakan group otot intrinstik pada bagian lateral lumbal
yang terdiri dari m.quadratus Lumborum, m.Psoas, Group otot ini berperan pada
gerakan lateral fleksi dan rotasi lumbal.
Secara umum, segmen L5-S1 merupakan segmen yang banyak mengalami
masalah dikarenakan segmen ini merupakan segmen yang paling bawah dan
menerima beban paling besar. Pusat gravitasi jatuh tepat melewati segmen ini, yang
mana ini bermanfaat dapat mengurangi tegangan-geser (shearing stress) segmen ini.
Ada suatu transisi dari segmen yang mobil yaitu L5 ke segmen yang stabil atau
terfiksir yaitu S1 yang mana dapat menambah tekanan pada area ini. Oleh karena
sudut L5 dan S1 ini lebih besar dibandingkan sendi vertebra lainnya, sendi ini
(36)
menambah tekanan pada segmen ini ialah gerakan pada segmen ini relatif lebih besar
dibandingkan dengan segmen lain dari lumbal.
2.1.3 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
Menurut David (2008) banyak klasifikasi nyeri punggung bawah ditemukan
dalam literatur, tetapi tidak ada yang benar benar memuaskan. Masing- masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada yang berdasarkan struktur anatomis
(nyeri pinggang primer, sekunder, referal dan psikosomatik), ada yang berdasarkan
sumber rasa nyeri (viserogenik, neurogenik, vaskulogenik, spondilogenik dan
psikogenik), berdasarkan lama penyakitnya (akut, sub akut, kronis), berdasarkan
etiologinya (spesifik dan non spesifik).
2.1.3.1Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Struktur Anatomis
Klasifikasi nyeri punggung struktur anatomis menurut Nicola (2001) dibagi
atas beberapa tingkatan yaitu:
a. Nyeri Punggung Bawah Primer
Merupakan NPB yang disebabkan oleh adanya kelainan pada struktur disekitar
lumbal, yang meliputi kelainan atau cedera pada ligamen, otot, persedian,
maupun persarafannya.
b. Nyeri Punggung Bawah Sekunder
Merupakan NPB yang disebabkan oleh kelainan pada struktur diluar lumbal
c. Nyeri Punggung Bawah Referal
Merupakan NPB yang disebabkan oleh struktur lain diluar sendi lumbal yang
(37)
d. Nyeri Punggang Bawah Psikosomatik
Merupakan nyeri pinggang yang disebabkan oleh adanya faktor gangguan
psikologis penderita.
2.1.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Sumber Rasa Nyeri
Sementara klasifikasi sumber nyeri menurut Macnab (2007) dapat dibagi atas
beberapa bagian yaitu:
a. Viserogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan pada
organ dalam (viseral) seperti gangguan ginjal, usus, mag dan lain-lain.
b. Neurogenik
Merupakan NPB yang bersumber dari adanya penekanan pada saraf punggung
bawah.
c. Vaskulogenik
Merupakan NPB yang bersumber dari adanya gangguan vaskuler disekitar
punggung bawah.
d. Spondilogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan pada
struktur tulang maupun persendian tulang punggung bawah.
e. Psikogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan
(38)
2.1.4 Gerakan/Postur Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Adapun gerakan/postur tubuh terbagi 2 yaitu : postur normal dan tidak
normal. Dimana, postur normal dikatakan bila gerakan punggung merupakan
kerjasama dari kontraksi otot dan struktur-struktur ligament untuk menghindari
terjadinya strain (penekanan) dan sebaliknya pada postur yang tidak normal (Rene
and Cailliet, 2001)
A. Symetrical Facet B. Asymetrical Facet
Gambar 2.4 Gerakan Postur Low Back Pain
(39)
(40)
2.1.5 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Everett (2010) menyebutkan pada umumnya NPB disebabkan oleh sebuah
peristiwa traumatis akut, atau trauma kumulatif dimana berat ringannya suatu
peristiwa traumatis akut sangatlah bervariasi. NPB akibat trauma kumulatif lebih
sering terjadi di tempat kerja, misalnya karena duduk statis terlalu lama atau posisi
kerja yang kurang ergonomis.
Beberapa struktur anatomis elemen-elemen tulang punggung bawah antara
lain : tulang, ligamen, tendon, diskus, otot dan saraf diduga memiliki peran yang
besar untuk menimbulkan rasa nyeri. Struktur disekitar diskus intervertebralis yang
sensitif terhadap rasa sakit ialah: ligamentum longitudinal anterior, ligamentum
longitudinal posterior, korpus vertebra, akar saraf, dan kartílago dari facet joint.
Banyak dari komponen-komponen tersebut diatas memiliki persarafan sensoris yang
dapat menghasilkan sinyal nosiseptif yang merupakan reaksi terhadap adanya suatu
kerusakan jaringan. Penyebab lainnya bisa neuropatik, misalkan ischialgia.
Kebanyakan kasus NPB kronis merupakan campuran antara nosiseptif dan
neuropatik.
Konsep spiral degeneratif biomekanis memiliki bobot kualitas yang baik serta
mendapatkan penerimaan yang lebih luas para ahli. Secara biomekanik,pergerakan
tulang punggung bawah merupakan gerakan kumulatif dari tulang-tulang vertebra
lumbalis, dengan 80-90% merupakan gerakan fleksi dan ekstensi lumbal yang terjadi
di diskus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1. Posisi gerakan tulang belakang lumbal
(41)
depan (membungkuk), rotasi (memutar), dan ketika mencoba untuk mengangkat
benda berat dengan tangan terentang kedepan. Pembebanan aksial dengan durasi
pendek ditahan oleh serat kolagen annular diskus. Pembebanan aksial dengan durasi
yang lebih lama menciptakan tekanan ke anulus fibrosus lebih lama dan
mengakibatkan tekanan menyebar ke endplates. Jika anulus dan endplate dalam
keadaan baik, kekuatan beban dapat dengan baik ditahan. Namun tekanan yang
dihasilkan dari kontraksi otot lumbal dapat bergabung dengan tekanan beban dan
dapat meningkatkan tekanan intradiskal yang melebihi kekuatan serat annular diskus
intervertbralis.
Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang seperti pada gerakan fleksi
dan torsi lumbal saat mengangkat suatu benda, menempatkan diskus pada resiko
untuk mengalami kerobekan annulus fibrosus. Isi anulus fibrosis yaitu nukleus
pulposus dapat menerobos annulus fibrosus yang robek. Serat paling dalam dari
annulus fibrosus ini tidak mempunyai persarafan sehingga bila mengalami kerobekan
tidak menimbulkan rasa nyeri. Tetapi apabila nukleus pulposus sudah mencapai tepi
luar dari annulus fibrosus, kemungkinan akan menimbulkan rasa nyeri karena tepi
aspek posterior dari annulus fibrosus mendapat persarafan dari beberapa serabut
saraf dari n.sinuvertebral dan aspek lateral dari diskus disarafi pada bagian tepinya
oleh cabang dari rami anterior dan gray rami communicants (Everet, 2010).
Penelitian sejak akhir abad ke-20 menunjukkan bahwa penyebab kimia dapat
berperan dalam produksi nyeri punggung bawah. Konsep ini merumuskan bahwa
(42)
PLA2), glutamat dan mungkin senyawa lainnya yang belum diketahui yang
merupakan komponen dari nukleus pulposus, masuk ke ruang epidural dan menyebar
ke Dorsal Root Ganglion (DRG). Komponen dari nukleus pulposus, yang paling
terkenal adalah enzim fosfolipase A2 (PLA2). PLA2 ini dapat berpengaruh secara
langsung pada jaringan saraf, atau mungkin berperanan dalam mengatur respons
inflamasi kompleks yang bermanifestasi sebagai nyeri punggung bawah.
Glutamat, yang merupakan transmitter neuroexcitatory, telah diidentifikasi
berada dalam proteoglikan diskus yang mengalami degenerasi dan telah ditemukan
menyebar ke DRG yang mempengaruhi reseptor glutamat. Substansi P (pain / nyeri)
berada di neuron aferen, termasuk DRG, dan dilepaskan sebagai respon terhadap
rangsangan berbahaya, seperti getaran dan kompresi mekanik saraf. Vertebra yang
tidak stabil dan segmen diskus menjadi lebih rentan terhadap getaran dan beban fisik
berlebihan, sehingga mengakibatkan terjadinya kompresi DRG dan merangsang
pelepasan substansi P. Substansi P, pada gilirannya, merangsang pelepasan histamin
dan leukotriene, yang mengarah ke sebuah perubahan transmisi impuls saraf. Neuron
menjadi lebih peka terhadap rangsangan mekanik, mungkin menyebabkan iskemia,
yang menarik sel polymorphonuclear dan monosit ke daerah-daerah yang
memfasilitasi degenerasi diskus lebih lanjut dan menghasilkan rasa nyeri yang lebih
besar.
Pada gerakan fleksi lumbal, ketegangan tertinggi dicatat pada ligamen
interspinous dan supraspinous, diikuti oleh ligamen intracapsular dan ligamentum
(43)
ialah ligamentum longitudinal anterior. Gerakan fleksi ke lateral menghasilkan
ketegangan tertinggi di ligamen kontralateral. Gerakan rotasi menghasilkan
ketegangan tertinggi di ligamen kapsuler. Pembebanan yang berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan pada ligament tersebut diatas dan menimbulkan rasa nyeri
(Mario, 2005).
Nyeri adalah salah satu mekanisme perlindungan tubuh yang penting.
Rangsangan nyeri dapat membangkitkan dua reaksi yang secara sadar mengalami
rasa nyeri dan reaksi yang tidak sadar berapa reflek-reflek yang menyertai nyeri
seperti menghindar, immobilisasi sendi yang mengalami kerusakan dan ketegangan
otot.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sistem saraf untuk
mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi
yang dijalarkan ke sistem saraf pusat. Untuk menghantar nyeri, pada jaringan lunak
terdapat ujung saraf aferen sebagai reseptor nyeri (nociceptor).
Reseptor tersebut bersambung dengan saraf aferen yang terdiri dari saraf A
alfa, A delta dan saraf C. Saraf A alfa adalah saraf bermielinyang menghambat nyeri,
saraf A delta adalah saraf bermielin yang menghantar rasa suhu dan nyeri yang
bersifat cepat dan tajam sedangkan C adalah saraf yangmenghantar rasa nyeri lambat
yang kronik. (Guyton, 2004). Saraf A delta dan saraf C meneruskan impuls nyeri
menuju kolumna dorsalis medulla spinalis. Saraf aferen A delta masuk ke sel saraf di
lamina I dan bagian luar lamina II, sedangkan saraf C masuk ke sel saraf lamina II
(44)
berjalan keatas menuju batang otak dan thalamus melalui dua jalur. Jalur langsung
yang melalui spinothalamikus ke korteks somatosensoris sehingga nyeri mulai bisa
dirasakan, sedangkan jalur yang tidak langsung melalui formasio retikularis ke
korteks selebri dan korteks asosiasi sensoris sehingga dapat dirasakan intensitas,
lokasi dan lamanya nyeri. Proses perjalanan diatas disebut transmisi (Guyton, 2004).
2.1.6 Epidemiologi
NPB merupakan suatu sindrom yang mempunyai dampak sangat luas .tidak
hanya bagi penderita itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan kerja dan lingkungan
sosialnya. Bagi penderita selain rasa nyeri dan kecacatan yang mungkin timbul, juga
dapat mengakibatkan terganggunya karier kerja, bahkan kehilangan pekerjaan. Bagi
lingkungan kerja, dapat mengakibatkan penurunan produktifitas kerja (Riddle, 1998)
Penelitian epidemiologi yang dilakukan Mario (2005), menunjukkan bahwa
tingkat kejadian nyeri punggung bawah dapat mencapai 80-90%, yang berarti sampai
90% populasi diantara umur 18 tahun dan 65 tahun akan mengalami nyeri punggung
bawah pada suatu ketika dalam kehidupannya Tidak ada perbedaan yang jelas antara
wanita dan pria dalam insidensi NPB. Persentase tersebut diatas dapat bervariasi
menurut negara dan populasi, struktur, sosial-ekonomi. Sekitar sepertiga dari populasi
umur diatas empat puluh lima tahun menderita NPB kronis. NPB merupakan
penyebab utama dari suatu ketidak mampuan (disability) pada orang berumur
dibawah empat puluh tahun.
Di Amerika, sudah dikalkulasi bahwa sekitar 4,5 juta orang mengalami
(45)
persen orang dewasa yang menderita NPB, menghasilkan tiga belas juta kunjungan
ke dokter. NPB merupakan salah satu dari kondisi yang paling sering didiagnose dan
menghasilkan sepuluh persen dari keseluruhan diagnose medis kronis. Di Amerika
Serikat diperkirakan ada enam sampai tujuh juta kasus NPB setiap tahunnya ,dua
puluh dua persen dari semua kejadian tersebut berhubungan dengan kerja (work
related accident) merupakan cedera punggang (Susan, 2006).
Rata-rata tiga puluh hari kerja per seratus pegawai hilang pertahun disebabkan
oleh NPB, dan ini merupakan urutan ke lima dari penyebab opname kerumah sakit.
NPB juga urutan kedua dari alasan kunjungan kedokter setelah jantung. Sebagai
tambahan, kondisi NPB merupakan urutan ke tiga alasan intervensi operasi dan yang
paling sering merupakan penyebab dari ketidak mampuan sehubungan dengan kerja
pada orang dibawah umur empat puluh lima.
2.1.7 Etiologi
a.
Penyebab dari nyeri punggung bawah sulit dengan akurat didiagnose.
Walaupun demikian, banyak para peneliti percaya bahwa penyebab paling banyak
ialah problema muskuloskeletal. Ada tiga kategori sederhana penyebab nyeri yang
secara luas diterima oleh para ahli international yaitu yang disebut dengan Diagnostic
Triage (Waddell, 2007):
1.
Patologi spinal serius (serious spinal pathology), yaitu adanya indikasi penyebab
nyeri punggung bawah serius, yang sering disebut dengan Red Flags seperti:
2.
Umur dari onset kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
(46)
3.
4.
Adanya rasa nyeri yang konstan dan progresif serta nyeri non mekanikal /
non mechanical pain (tidak ada pengurangan saat istirahat di tempat tidur)
5.
Nyeri didaerah torakal
6.
Adanya riwayat tumor ganas
7.
Penggunaan obat kortikosteroid yang lama
8.
Penggunaan narkoba, immunosuppression, HIV
9.
Gangguan sistemik
10.
Pengurangan berat badan yang drastis
11.
Adanya defisit neurologis termasuk sindroma cauda equina (gangguan
miksi, paralisis anal spingter, anastesi area sadel / sadle area, kelainan
pola berjalan akibat kelemahan otot-otot tungkai bawah)
12.
Deformitas struktur tulang belakang
a. Demam
b.
Nerve root pain, yaitu penjalaran rasa sakit sepanjang perjalanan
n.sciatica ditungkai bawah yang disebabkan adanya penekanan saraf
oleh diskus intervertebralis.
NPB non spesific, yaitu NPB dengan penyebab yang tidak diketahui
dengan jelas dan biasanya mengenai struktur muskuloskeletal lumbal,
seperti strain ligamentum dan sprain otot lumbal. Kemungkinan besar
berhubungan dengan faktor mekanis seperti: cara angkat dan angkut
(47)
bekerja, postur tubuh yang buruk, dan kurangnya aktifitas.
Tanda-tanda dari NPB non spesifik ini antara lain:
1.
2.
Nyeri lokal antara skapula dan gluteal, bisa juga menjalar tapi
superfisial. Rasa nyeri bertambah pada posisi atau gerakan tertentu
(membungkuk dan memutar), saat kelelahan, saat stress, tetapi
berkurang apabila beristirahat.
3.
Umur yang terkena biasanya antara 20 – 50 tahun.
Lokasi penyebab rasa nyeri biasanya struktur jaringan lunak antara
segmen L4-S1, dan sendi sakroiliaka
2.1.8 Tinjauan Alat Ukur
2.1.8.1 Visual Analog Scale (VAS)
Alat ukur yang direkomendasi WHO untuk melakukan pengukuran terhadap
nyeri punggung bawah yaitu: Visual Analog Scale untuk mengukur intensitas nyeri,
Menurut International Association For The Study Of Pain (1979) dalam Nugroho DS (2001) sifat nyeri merupakan pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat dipahami adanya kesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan perasaan nyeri yang sama. Nyeri adalah pengalaman umum dari manusia. Beberapa jenis penyakit, injury dan prosedur medis serta surgical berkaitan dengan nyeri. Beberapa pasien mungkin mempunyai pengalaman nyeri yang berbeda dengan jenis dan derajat patologis yang sama. Selain patologi fisik, kultur/budaya, ekonomi, sosial, demografi dan faktor lingkungan mempengaruhi persepsi nyeri seseorang. Keadaan psikologis seseorang, riwayat personal dan faktor
(48)
situasional memberikan kontribusi terhadap kualitas dan kuantitas nyeri seseorang (Turk & Melzack, 1992).
Visual Analogue Scale (VAS) adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skorenya yang menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian skore tersebut dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya. Secara potensial, VAS lebih sensitif terhadap intensitas nyeri daripada pengukuran lainnya. Begitu pula, VAS lebih sensitif terhadap perubahan pada nyeri kronik daripada nyeri akut (Carlson, 1983 ; McGuire, 1984) . Dalam penelitian ini penulis melakukan pemeriksaan derajat atau intensitas nyeri dengan menggunakan skala VAS.
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
(49)
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
2.2 Latihan Punggung (Back Exercise)
Bompa (2002) menerangkan bahwa ”Training is usually defined as systematic
process of longduration, repetitive, progressive exercises, having the ultimate goal of improving athletic performance”. Latihan biasanya didefinisikan sebagai suatu
proses sistematis yang dilakukan dalam jangka waktu panjang, berulang-ulang,
progresif, dan mempunyai tujuan untukmeningkatkan penampilan fisik.
2.2.1 Defenisi Latihan
Menurut Sukadiyanto (2002) istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti: practice, exercises, dan
training. Pengertian latihan yang berasal dari kata practise adalah aktivitas untuk
meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai
peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya.
Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises adalah perangkat utama
dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh
dalam penyempurnaan geraknya.. Latihan berasal dari kata training adalah penerapan
dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan
materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan
(50)
2.2.2 Back Exercise (Latihan Punggung)
Back Exercise adalah suatu latihan yang pertama kali di kenalkan dan digunakan untuk memulihkan kekuatan, ketahanan dan fleksibilitas otot-otot
punggung Dr.Paul Williams (1937).
Dreger, dikutip oleh Suharjana (2007) menyebutkan bahwa program latihan
tersebut mencakup segala hal mengenai takaran latihan, frekuensi latihan, waktu
latihan, dan prinsip-prinsip latihan lainnya. Program latihan ini disusun secara sistematis, terukur, dan disesuaikan dengan tujuan latihan yang dibutuhkan. Latihan
fisik memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Hasil latihan fisik bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh secara instan, tidak dapat
diperoleh dalam satu atau dua minggu.
Tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan tubuh pada facet dan
meregangkan otot daerah lumbal serta mengoreksi tubuh yang salah.
Hasil latihan meningkat secara progresif, misalnya saja peningkatan kekuatan
naik berkisar 1-5% perminggu. Latihan akan terlihat pengaruhnya setelah dilakukan
selama 8 minggu, misal latihan beban dapat meningkatkan kekuatan otot sampai 50%
dalam waktu 8 minggu Faktor lain yang tidak boleh dilupakan demi keberhasilan
program latihan adalah keseriusan latihan seseorang dan kedisiplinan latihan.
Pengawasan dan pendampingan terhadap jalannya program latihan sangat
(51)
Menurut Sadoso (2003) latihan olahraga harus meliputi empat macam, yaitu:
(1) intensitas latihan, (2) lamanya latihan, (3) frekuensi latihan, dan (4) macam
aktivitas latihan, yang masing-masing dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Intensitas Latihan
Kualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut sebagai intensitas.
Besarnya intensitas bergantung pada jenis dan tujuan latihan. Latihan aerobik
menggunakan patokan kenaikan detak jantung seperti yang secara umum intensitas
latihan kebugaran adalah 60% - 90% detak jantung maksimal dan secara khusus
besarnya intensitas latihan bergantung pada tujuan latihan. Latihan untuk membakar
lemak tubuh menggunakan intensitas 65% - 75% detak jantung maksimal yang
dilakukan 20- 60 menit setiap latihan dan dilakukan 3-5 kali perminggu (Pekik,
2004).
b. Lamanya Latihan
Takaran lamanya latihan untuk olahraga prestasi adalah 45-120 menit dalam
training zone,. Takaran lamanya latihan untuk olahraga kesehatan antara 20-30 menit
dalam zone latihan (Sadoso Sumardjuno, 1989) selama 15 menit sebelum kerja dan
15menit setelah kerja, Maksudnya yaitu bahwa latihan-latihan tidak akan efisien, atau
kurang membuahkan hasil jika takaran latihan di atas tidak terpenuhi.
c. Frekuensi Latihan
Dalam melakukan latihan sebaiknya frekuensi latihan dilaksanakan tiga
(52)
untuk olahraga prestasi. Untuk meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali per
minggu (Pekik, 2004).
Menurut Sadoso ,(1992) frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas
latihan dan lama latihan . Latihn tiga kali seminggu secara tidak berurutan baik
untuk olahraga kesehatan karena ketahanan tubuh akan menurun setelah 48 jam
berhenti melakukan latihan .Frekuensi latihan tiga kali seminggu dimana akan terjadi
proses metabolism tubuh yang semakin baik ,jika metabolism semakin baik
pengangkutan sisa metabolism juga semakin baik maka nyeri punggung akan
berkurang . ,
d. Macam Aktivitas Latihan
Sebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut memiliki metode latihan
yang tepat. Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan latihan. Misalnya,
bentuk latihan untuk mengembangkan kardiorespirasi ada bermacam-macam seperti:
lari, sepeda, jogging, berenang, senam aerobik, atau jalan kaki. Latihan yang tepat
hendaknya juga menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan guna mencapai kinerja fisik
yang maksimal bagi seseorang.
Menurut Sadoso Sumosardjuno (2003) prinsip-prinsip dasar latihan yang
efektif adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Beban Berlebih (Overload)
Suharjana (2007) menyatakan bahwa prinsip beban berlebih pada dasarnya
menekankan beban kerja yang dijalani haru melebihi kemampuan yang dimiliki oleh
(53)
supaya system fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan.
Menurut Djoko (2004) prinsip beban berlebih maksudnya yaitu bahwa
pembebanan dalam latihan harus lebih berat dibandingkan aktivitas fisik sehari-hari.
Pembebanan harus terus ditingkatkan secara bertahap sehingga mampu memberikan
pembebanan pada fungsi tubuh. Jadi dalam membuat dan melaksanakan sebuah
program latihan harus berpegang pada prinsip beban berlebih (overload) untuk
meningkatkan kemampuan secara periodik.
b. Kekhususan Latihan
Program latihan yang baik harus dipilih secara khusus sesuai dengan
kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, program latihan back exercise
untuk penguatan dan penguluran otot-otot punggung bawah .
Dalam melakukan latihan, setiap bentuk rangsang akan direspon secara
khusus oleh setiap orang.
c. Individualitas
Menurut Sukadiyanto (2002) setiap individu mempunyai potensi dan
kemampuan yang berbeda-beda. Selain potensi dan kemampuan yang berbeda, faktor
kematangan, lingkungan, latar belakang kehidupan, serta pola makannya pun
berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap aktivitas olahraga yang dilakukannya.
Oleh karena itu, dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan
(54)
d. Latihan Harus Progresif
Latihan bersifat progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari
yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke
keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakan secara
kontinyu, maju dan berkelanjutan. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam proses latihan
harus dilakukan secara kontiyu dan meningkat melanjutkan latihan sebelumnya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan
sebuah aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis, dalam jangka waktu yang
panjang, dilakukan berulang-ulang, meningkat, dan dengan sebuah metoda tertentu
sesuai tujuan yang diinginkan. Proses berlatih yang dilakukan secara
teratur,terencana, berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya,
serta dimulai dari yang sederhana ke yang komplek.
Jackson and Brown (2003) menyatakan beberapa alasan untuk memberikan
back exercise pada penderita NPB:
a. Untuk mengurangi rasa nyeri
b. Untuk menguatkan otot-otot disekitar punggung bawah
c. Untuk mengurangi tekanan mekanis (mechanical stress) pada struktur
tulang belakang
d. Untuk meningkatkan kebugaran
e. Untuk mencegah cidera.
f. Untuk menstabilkan segment yang mengalami kekendoran (hypermobile)
(55)
h. Untuk meningkatkan elastisitas tulang punggung.
2.2.3 Konsep Back Exercise
Back exercise salah satu bentuk latihan yang bertujuan mengurangi nyeri
punggung bawah. Caranya adalah dengan penguatan (strengthening) otot-otot
abdomen dan gluteus maksimus, serta mengulur (stretching) otot-otot ekstensor
punggung. Bentuk latihannya berupa fleksi lumbosakral. Untuk dapat diaplikasikan
dengan tepat, maka syaratnya adalah : (1) latihan teratur dan (2) tidak melebihi batas
nyeri.
Sebagai hasil kontraksi dipertahankan 6-8 detik kemudian rileks, gerakan ini
akan diikuti interval relaksasi secara spontan, sehingga nyeri akan berkurang dan
mobilitas lebih memungkinkan terjadi. Durasi kontraksi setelah 8 detik juga dapat
memberikan relaksasi otot sehingga penguluran berikutnya diberikan lebih lanjut.
Contoh:
1. Latihan untuk mengulur otot punggung bawah berbaring terlentang, kedua lutut
ditekuk, tarik kedua lutut ke arah dada, lalu turunkan kedua kali ke bawah dan
(56)
2. Latihan untuk mengulur otot punggung dan memperkuat otot perut. Kedua lutut
ditekuk, kencangkan perut bersamaan denga mengencangkan otot bokong sambil
tiup napas, tekan pinggang bawah kelantai
.
3. Latihan untuk memperkuat otot perut. Kedua lutut ditekuk, tangan disilangkan di
belakang kepala, angkat kepala dan tubuh bagian atas sambil mengencangkan
perut. Jangan mengencangkan leher, jangan menarik dengan kedua lengan
4. Latihan untuk mempertahankan lengkung punggang bawah. Posisi awal tengkurap.
Angkat tubuh bagian atas dengan cara menekan siku, pertahankan pinggul di
(57)
5. Latihan untuk memperkuat otot punggung. Angkat tubuh bagian atas dan pinggang sampai posisi kedua tangan lurus, tahan 6 hitungan lalu kembali ke posisi awal.
6. Latihan untuk mengulur otot punggung, memperkuat otot-otot perut dan punggung, dan fleksibilitas sendi panggul. Bertumpu pada tangan dan lutut (seperti merangkak). Kencangkan perut dan lengkungkan punggung ke atas, lenturkan ke bawah kembali.
.
7. Latihan untuk mengulur otot punggung dan otot paha bagian belakang. Bungkukkan badan sampai tangan menyentuh lantai
(58)
8. Latihan untuk memperkuat otot punggung dan membentuk kembali
mempertahankan lengkung punggung. Letakkan kedua tangan di belakang
pinggang bawah, lengkungan punggung ke belakang, pertahankan kedua lutut
tetap lurus, kembali ke posisi tegak.
9. Latihan untuk mengulur otot punggung bagian samping, kanan dan kiri. Letakkan
kedua tangan di pinggang, lengkungkan tubuh ke samping kiri, kembali tegak, ke
(59)
2.2.4 Lamanya Latihan Back Exercise
Latihan bukan merupakan barang instan yang sekali telan langsung bebas
persoalan. Latihan harus dilakukan terus menerus dan dianggap sebagai kebutuhan,
seperti kita butuh makan dan minum. Frekuensi latihan diatur sesuai dengan
kemampuan tubuh, sehingga tubuh dapat beradaptasi terhadap rangsangan yang
diterimanya.
Pada Latihan nyeri punggung bawah untuk mendapatkan yang baik, di mulai
dengan 15 menit kerja aerobik ringan per hari, 2 sampai 3 kali per minggu, dan
kemudian secara bertahap tingkatkan hingga 30 sampai 40 menit per hari, 4 sampai 5
kali per minggu. Latihan peregangan dapat dilakukan setiap hari. Latihan penguatan
harus dilakukan tiga atau empat kali per minggu .Untuk melihat hasilnya diperlukan
waktu 6 minggu - 8 minggu.
2.3 Landasan Teori
Petugas Instalasi rekam medik dalam keseharian kerjanya melakukan
pekerjaan yang bersifat mengangkat dan membungkuk,memutar badan, duduk terlalu
lama dan berdiri statis dimana ini sangat berpotensi untuk mengakibatkan cedera
struktur di punggung bawah. Cedera dari struktur punggung bawah ini disebabkan
faktor mekanis dan berhubungan dengan pekerjaannya yang dapat menyebabkan NPB
(Everett, 2010). Gerakan yang berulang seperti mengangkat beban dan membungkuk dapat meningkatkan nyeri pada punggung bawah (Regan, 2010). Back exercise dapat
(60)
bawah (Jackson and Brown 2006). Oleh karenanya, untuk mengurangi keluhan NPB perlu tindakan back exercise.
Gambar 2.6 Landasan Teori
Faktor resiko perseorangan
1.Usia
2. Berat Badan
Faktor Resiko Pekerjaan
1. Posisi statis 2. Membungkuk 3. Memutar 4. Pekerjaan Monoton /Repetisi Penekanan pada Otot-otot Daerah Lumbal Spasme Otot –otot Daerah Lumbal Nyeri Punggung
Back Exercise Frekwensi 3 Kali Seminggu
Waktu 15-30 Menit Meningkat Secara Bertahap
Elastisitas Jaringan Meningkat, Nyeri Punggung Bawah Berkurang
Faktor Resiko Perseorangan 1.Usia
2. Berat Badan 3.Jenis Kelamin 4.Posture
(61)
2.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dapat digambarkan kerangka konsep penelitian
sebagai berikut :
Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Nyeri Punggung Bawah Pre Exercise:
Back Exercise (Intervensi)
1. Frekuensi Latihan 3 Kali Seminggu. 2. Lamanya Latihan 15-30 Menit 3. Kekhususan Latihan
(Penguatan / Penguluran) 4. Macam Aktivitas Latihan
Nyeri Punggung Bawah Post Exercise
Pengurangan Nyeri Punggung Bawah
(62)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini ialah penelitian quasi experiment yang sering juga disebut
dengan ekskperimen semu dengan rancangan penelitian pre dan post. Disebut
eksperimen semu karena tidak semua variabel luar dikontrol oleh peneliti
(Praktiknya, 2001).
Desain penelitian digambarkan sebagai berikut :
R O1 ---X1 --- O2 --- X2--- O3. (Perlakuan back exercise) Keterangan :
R : Rancangan
O1 : Penilaian VAS sebelum perlakuan back exercise.
X1 : Perlakuan NPB dengan menggunakan back exercise 3 minggu pertama O2 : Penilaian NPB setelah perlakuan back exercise pada jangka waktu 3
minggu pertama.
X2 : Perlakuan NPB dengan menggunakan back exercise 3 minggu kedua O3 : Penilaian NPB setelah perlakuan back exercise pada jangka waktu 3
minggu kedua.
Rancangan pada penelitian ini menyangkut beberapa tahapan sejak mulai fase
awal (3 minggu I ) sampai dengan fase 3 minggu ke dua. Tahapan dari fase awal
sampai fase 3 minggu ke dua yaitu:
1) Penilaian VAS pada awal 3 minggu I
Pada tahap awal penelitian ini dilakukan pengukuran derajat nyeri punggung
(63)
2) Perlakuan NPB dengan Back Exercise
Pada tahap ini dilakukan intervensi pemberian back exercise berdasarkan
frekuensi latihan sebanyak 3 kali seminggu, lamanya latihan 15-30 menit,
kekhususan latihan berupa penguatan/ penguluran), macam aktivitas yang
diberikan dari mulai fase awal (3 minggu pertama) sampai fase 3 minggu ke 2.
3) Penilaian NPB setelah perlakuan back exercise pada jangka waktu 3 minggu 1.
Pada tahap ini dilakukan penilaian tingkat nyeri setelah adanya perlakuan back
exercise dari mulai fase awal sampai akhir fase 3 minggu 1. Pada tahap ini
dilihat apakah ada pengurangan tingkat nyeri pada responden .
4) Perlakuan NPB dengan menggunakan back exercise pada 3 minggu ke 2.
Pada tahap ini dilakukan intervensi pemberian back exercise berdasarkan
frekuensi latihan sebanyak 3 kali seminggu, lamanya latihan 15-30 menit,
kekhususan latihan berupa penguatan/penguluran), macam aktivitas yang
diberikan selama 3 minggu kedua
5) Penilaian NPB setelah perlakuan back exercise pada 3 minggu ke 2.
Pada tahap ini dilakukan penilaian tingkat nyeri setelah adanya perlakuan back
exercise dari mulai fase 3 minggu 1 sampai fase 3 minggu ke 2. Pada tahap ini
dilihat apakah ada pengurangan tingkat nyeri yang lebih signifikan pada
(64)
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medik di RSUP H. Adam Malik
Medan yang mempunyai jumlah petugas 60 orang, dan dilakukan antara tgl
15 Januari – 15 Mei 2013.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf Instalasi Rekam Medik yang
menderita NPB yang memenuhi kriteria penerimaan (kriteria inklusi) yaitu sebanyak
30 orang penderita.
3.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini secara total sampling
mengingat jumlah responden masih dapat dijangkau oleh peneliti.
1. Kriteria inklusi (penerimaan)
a. Bersedia mengikuti program latihan sampai selesai
b. Penderita NPB usia 25 sampai45 tahun
c. NPB sudah melewati masa acut
2. Kriteria ekslusi (penolakan)
a. Penderita dengan fraktur vertebra lumbalis
b. Terdapat kelainan postural misalnya skoliosis
c. Penderita mengalami gangguan organ interna
(65)
e. Penderita tidak sedang hamil.
3. Kriteria pengguguran (drop out) :
a. Penderita tidak menyelesaikan serial program penelitian
b. Penderita selama penelitian tidak teratur mengikuti prosedur penelitian
c. Penderita tidak hadir pada akhir evaluasi setelah sebulan selesai mengikuti
program penelitian dengan tenggang waktu tiga hari dari hari terakhir
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pelaksanaan penelitian akan mengikuti tahapan-tahapan. 1) Menetapkan
penderita NPB menurut diagnosis ; 2) Menetapkan kelompok penderita NPB yang
diberikan back exercise yang memenuhi kriteria inklusi; 3) Melakukan penilaian
skala nyeri (VAS) awal sebelum pemberian perlakuan; 4 ) Pemberian back exercise
pada saat sebelum dan sesudah kerja dengan dosis latihan selama 15 menit.5)
Penilaian skala nyeri (VAS) sesudah pemberian perlakuan selama 6 minggu,
7) analisis data, 8) kesimpulan.
3.5 Definisi Operasional
Defenisi variabel dalam penelitian ini melihat dari defenisi yang ada pada
variabel bebas dan variabel terikat serta variable control.
1. Variabel terikat : Pengurangan Nyeri Punggung
2. Variabel bebas : Back Exercise
(66)
Back exsercise dalam variable ini akan melihat beberapa sub variabel yaitu:
a. Frekuensi latihan: jumlah 3 kali perlakuan back exercise dalam satu minggu .
b. Lama latihan adalah: waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan latihan dalam
satu kali latihan (15-30 menit).
c. Kekhususan latihan adalah: jenis latihan khusus yang diberikan pada responden
sesuai dengan tingkat nyeri yang dialaminya dan harus dilakukannya. (latihan
penguluran atau penguatan)
d. Macam aktivitas adalah: jenis-jenis latihan yang dilakukan oleh responden
sehingga back exercise yang dapat memberi manfaat untuk mengurangi nyeri.
e. Pengurangan nyeri punggung bawah adalah: Hasil yang diperoleh setelah
dilakukan back exercise selama 6 minggu
3.6 Metode Pengukuran
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah 1) Formulir isi (VAS),
2) Modul back exercise.
3.7 Variabel Penelitian
Variabel terikat pada penelitian ini adalah nyeri punggung bawah. Pengukuran
Nyeri dengan menggunakan skala VAS.
3.8 Metode Analisis Data
Dalam Analisis statistik non parametrik yang digunakan ialah dari mulai
(67)
menggunakan chy square dan uji Multivariat dengan menggunakan regresi linear.
Batasan kemaknaan uji statistik adalah P = 0,05 (5%). Bila nilai P > 0,05 ; tidak
(68)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik terletak dijalan Bunga Lau no.17
Medan Tuntungan, merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.
335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai dengan SK
Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991
Visi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah “Sebagai pusat
unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta pusat rujukan kesehatan wilayah
Sumatera Bagian Utara dan Aceh yang bertumpu pada kemandirian”. Adapun yang
menjadi Misi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah : (1) Memberikan
pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, (2) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan yang bermutu untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang Profesional dibidang kesehatan, (3)
Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan, (4) Menyelenggarakan pelayanan yang menunjang
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Pada saat ini Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan menerapkan
pelayanan keperawatan prima disetiap unit baik ruang rawat inap, maupun rawat
jalan. Adapun rumah sakit ini memiliki fasilitas ruang rawat inap sebanyak 3 ruangan
(69)
B terdiri dari 6 ruangan, CVCU terdiri dari 2 ruangan, dengan pasitas tempat tidur
berjumlah 600 buah Sedangkan rawat jalan memiliki 19 unit pelayanan rawat jalan
yang terdiri dari: poliklinik kebidanan, poliklinik gigi, poliklinik psikiatri, poliklinik
paru, poliklinik neurologi, poliklinik kardiologi, poliklinik anak, poliklinik bedah,
poliklinik bedah syaraf, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik THT,
Poliklinik Kulit Kelamin, Poliklinik Kecantikan, Poliklinik Breast Klinik, poliklinik
metadon, poliklinik posyanyus, poliklinik eksekutif, Poliklinik medical chek up..
Disamping itu menerima pelayanan penunjang medis lainnya seperti radiologi,
patologi klinik, patologi anatomi, instalasi diagnostik terpadu (Profil RSUP H.
Adam Malik, 2010).
4.2 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini semua yang mengeluh nyeri punggung bawah
(NPB).Pada Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik yang memenuhi kriteria
sampel yang telah ditetapkan sebanyak 30 orang. Berikut tabel distribusi frekuensi
masing-masing variabel:
(1)
LAMA LATIHAN * TINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU II
CrosstabTINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU II
Total Tidak
nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
LAMA LATIHAN <= 15-30 Kali Count 7 3 1 2 13
% of Total 23.3% 10.0% 3.3% 6.7% 43.3%
> 15-30 Kali Count 5 12 0 0 17
% of Total 16.7% 40.0% .0% .0% 56.7%
Total Count 12 15 1 2 30
(2)
KEKHUSUSAN LATIHAN * TINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU I
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.454a 6 .050
Likelihood Ratio 12.286 6 .056
Linear-by-Linear Association .283 1 .595
N of Valid Cases 30
a. 11 cells (91.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.33.
Crosstab
TINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU I Total Tidak
nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedan g
Nyeri Berat
KEKHUSUSAN LATIHAN
Latihan Peregangan
Count 2 6 4 0 12
% of Total
6.7% 20.0% 13.3% .0% 40.0%
Latihan Penguatan Count 1 5 2 2 10
% of Total
3.3% 16.7% 6.7% 6.7% 33.3%
Latihan
Peregangan dan Penguatan
Count 3 2 0 3 8
% of Total
10.0% 6.7% .0% 10.0% 26.7%
Total Count 6 13 6 5 30
% of Total
(3)
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .490 .050
N of Valid Cases 30
KEKHUSUSAN LATIHAN * TINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU II
CrosstabTINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU II
Total Tidak
nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat KEKHUSUSAN
LATIHAN
Latihan Peregangan
Count 5 7 0 0 12
% of Total
16.7% 23.3% .0% .0% 40.0%
Latihan Penguatan Count 2 6 0 2 10
% of Total
6.7% 20.0% .0% 6.7% 33.3%
Latihan
Peregangan dan Penguatan
Count 5 2 1 0 8
% of Total
16.7% 6.7% 3.3% .0% 26.7%
Total Count 12 15 1 2 30
% of Total
(4)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10.138a 6 .019
Likelihood Ratio 10.710 6 .028
Linear-by-Linear Association .000 1 .985
N of Valid Cases 30
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .27.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .503 .019
N of Valid Cases 30
(5)
MACAM AKTIVITAS * TINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU I
CrosstabTINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU I
Total Tidak
nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat MACAM
AKTIVITAS
1-3 macam Count 4 4 2 2 12
% of Total 13.3% 13.3% 6.7% 6.7% 40.0%
4-6 macam Count 2 9 4 3 18
% of Total 6.7% 30.0% 13.3% 10.0% 60.0%
Total Count 6 13 6 5 30
% of Total 20.0% 43.3% 20.0% 16.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.350a 3 .053
Likelihood Ratio 2.326 3 .058
Linear-by-Linear Association .562 1 .453
N of Valid Cases 30
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .270 .053
(6)
MACAM AKTIVITAS * TINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU II
CrosstabTINGKAT NYERI FASE 3 MINGGU II
Total Tidak
nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat MACAM
AKTIVITAS
1-3 macam Count 6 4 1 1 12
% of Total 20.0% 13.3% 3.3% 3.3% 40.0%
4-6 macam Count 6 11 0 1 18
% of Total 20.0% 36.7% .0% 3.3% 60.0%
Total Count 12 15 1 2 30
% of Total 40.0% 50.0% 3.3% 6.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 3.194a 3 .033
Likelihood Ratio 3.575 3 .031
Linear-by-Linear Association .008 1 .927
N of Valid Cases 30
a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .40.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .310 .033