Candle Turbidimeter. 1 unit Jackson Candle Turbidimeter dinyatakan dengan satuan JTU. Pengukuran kekeruhan dengan JCT bersifat visual, yang di
bandingkan air sampel dengan standar. Selain dengan menggunakan JCT, kekeruhan sering di ukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini, sumber
cahaya di lewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang di pantulkan oleh bahan – bahan penyebab kekeruhan di ukur menggunakan suspensi polimer
formazin sebagai larutan standar. Satuan kekeruhan yang di ukur dengan menggunakan Nephelometric adalah NTU Nephelometric Turbidity Unit .
Satuan JTU dan NTU sebenarnya tidak dapat saling mengkonversi akan tetapi Sawyer MC Carty 1978 mengemukakan bahwa 40 NTU setara dengan 40
JTU. Sementara itu batasan turbiditas yang di perbolehkan adalah kurang dari 5 NTU Chandra, 2007 .
Dari tinjauan tentang standar kualitas fisik ini umumnya dapat dilihat bahwa penyimpangan terhadap standar yang telah di tetapkan akan mengurangi
penerimaan masyarakat terhadap air tersebut dan menimbulkan kekhawatiran terkandungnya bahan – bahan kimia yang dapat mengakibatkan efek toksik
terhadap manusia Sutrisno, 2004 .
2.8. Turbidimetri
Interaksi Radiasi Elektro Magnetik REM dengan atom atau molekul yang berada dalam media yang transparan, maka sebagian dari radiasi tersebut akan di
percikkan oleh atom atau molekul tersebut. Percikan radiasi oleh atom atau molekul tersebut menuju segala arah dengan panjang gelombang dan intensitas
yang dipengaruhi ukuran partikel molekul Mulja, 1995 .
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula yang terjadi pada molekul - molekul dengan diameter yang besar atau teragregasi sebagai contoh molekul suspensi atau koloida. Percikan
hamburan pada larutan suspensi dan sistem koloida panjang gelombangnya mendekati ukuran partikel molekul suspensi atau sistem koloida tersebut. Radiasi
hamburan tersebut dikenal sebagai hamburan Tyndal atau hamburan mie yang melahirkan metode turbidimetri Mulja, 1995 .
Hamburan Tyndal adalah hamburan REM oleh molekul atau partikel yang teragregasi dalam bentuk suspensi atau koloid yang partikel – partikelnya lebih
besar dari ukuran molekul. Sifat hamburan Tyndal ini adalah frekuensi dan panjang gelombang sama dengan sumber radiasi Mulja, 1995 .
Hamburan Tyndal dimanfaatkan untuk turbidimetri dan nefelometri sebagai penentuan kekeruhan. Sebagai standar dipakai larutan 5 gram hidrazin sulfat
N
2
H
4
.HSO
4
dan 5 gram heksamitilen tetramin dalam 1 liter aquadestilata. Campuran tersebut dinyatakan memberikan
kekeruhan 4000
NTU Mulja, 1995 .
Metode pengukuran turbiditas dapat di kelompokkan kedalam 3 golongan : 1.
Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang di hamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang.
2. Pengukuran perbandingan cahaya yang diteruskan terhadap cahaya yang
datang. 3.
Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
Universitas Sumatera Utara
Instrumen pengukuran perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung, sedangkan pada
nefalometer intensitas cahaya diukur dengan larutan standar. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus dengan
konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas bergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat 3 dari ukuran
partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat 4 panjang gelombang Khopkar, 2007 .
Beberapa senyawa yang tak dapat larut, dalam jumlah sedikit, dapat disiapkan dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang sedang –
sedang stabilnya. Sifat – sifat dari setiap suspensi akan berbeda – beda menurut konsentrasi fase terdispersinya. Bila cahaya di lewatkan melalui suspensi itu,
sebagian dari energi radiasi yang jatuh didisipasi dihamburkan dengan penyerapan absorpsi , pemantulan refleksi , pembiasan refraksi , sementara
sisanya di transmisi diteruskan . Pengukuran intensitas cahaya yang di transmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi adalah dasar dari
analisis turbidimetri. Bila suspensi di pandang dengan sudut tegak lurus terhadap arah cahaya yang jatuh, sistem nampak opalesen berpendar seperti mutiara
disebabkan oleh pantulan cahaya dari partikel – partikel suspensi itu efek Tyndall . Cahaya di pantulkan tak beraturan dan membaur, sehingga istilah
cahaya baur digunakan untuk menerangkan opalesens atau kekabutan itu. Pengukuran intensitas cahaya baur ini dengan sudut tegak lurus terhadap arah
cahaya jatuh , sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersinya adalah dasar
Universitas Sumatera Utara
dari analisis nefelometri. Analisis nefelometri adalah paling peka untuk suspensi – suspensi yang sangat encer 100 mg l . Teknik – teknik untuk analisis
turbidimetri dan analisis nefelometri masing – masing menyerupai analisis filter fotometri dan fluorimetri. Membuat kurva kalibrasi di anjurkan dalam penerapan
– penerapan nefelometri dan turbidimetri, karena hubungan antara sifat – sifat optis suspensi dan konsentrasi terdispersinya paling jauh adalah semi empiris
Basset, 1994 . Di dalam melakukan pengukuran turbidity menggunakan lilin turbidity
meter dari Jackson dan cara Nephelometer. Pengukuran dengan lilin turbidity meter menggunakan tabung gelas yang di kalibrasi menurut tabel dan standar,
lilin. Sampel di tuang ke tabung sampai nyala lilin tidak kelihatan. Tinggi tabung di ukur dan di bandingkan dengan standar turbidity 1 unit turbidity = mg l SiO
2
Sutrisno, 2004 . Pengukuran turbidity berdasarkan atas penetrasi sinar lilin melalui sampel
air sehingga nyala lilin tidak dapat diamati melalui air. Pengukuran ini hanya dapat menentukan turbidity terendah 25 unit Sutrisno, 2004 .
Cara Nephelometer merupakan pengukuran turbidity tidak langsung. Cara ini membandingkan intensitas penyebaran cahaya yang disebabkan oleh sampel
air dengan intensitas yang disebabkan oleh suspensi standar air pada kondisi yang sama. Semakin tinggi intensitas penyebaran cahaya, semakin tinggi penyebaran
sinar. Oleh karena itu baik sekali untuk mengukur turbidity yang rendah Sutrisno, 2004 .
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat – alat