Proses penyususnan Anggaran KasSebagai Perencanaan Pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara

(1)

Bastian, Indra. 2009. Sistem Perencnaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Blocher, Edward J., David, E. Stout., dan Gary Cokins. 2013. Manajemen Biaya: Penekanan Stratgis. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. 2015. Diakses tanggal 12 Mei 2015.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Empat. Yogyakarta: ANDI.

Murwanto, Rahmadi., Insyafiah., dan Subkhan. 2006. Manajemen Kas Sektor Publik. Jakarta: LPKPAP.

Nafarin, M. 2013. Penganggaran Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Menteri Keuangan.

Robbins, Steven P., dan Mary Coulter. 2010. Manajemen. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Syahyunan. 2013. Manajemen Keuangan: Perencanaan, Analisis, dan Pengendalian Keuangan. Medan: USU Press.

Usman, Husaini. 2014. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Edisi Empat. Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.


(2)

A.Pengertian Anggaran dan Kas 1. Anggaran

Menurut Blocher dan kawan-kawan (2013:564) Anggaran (budget) merupakan rencana terperinci untuk pemerolehan dan pemakaian sumber daya keuangan dan lain-lain selama periode waktu tertentu. Anggaran mencakup aspek keuangan dan nonkeuangan dari operasi dan proyek dan yang direncanakan. Anggaran untuk suatu periode merupakan garis pedoman operasi dan proyeksi hasil operasi untuk periode yang dianggarkan. Ada beberapa manfaat anggaran menurut Nafarin (2013:19), yaitu: 1) Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama.

2) Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan karyawan. 3) Dapat memotivasi karyawan.

4) Menimbulkan tanggungjawab tertentu pada karyawan.

5) Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.

6) Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana) dapat dimanfaatkan seefesien mungkin.

7) Alat pendidikan bagi para manajer.

2. Kas

Menurut Syahyunan (2013:59) Uang tunai atau sering disebut dengan kas merupakan komponen penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Sebagian besar aktivitas pada suatu entitas, apakah entitas bisnis maupun entitas pemerintahan, selalu


(3)

melibatkan uang tunai dalam pelaksanaan kegiatannya. Hampir dapat dipastikan kas inilah yang memiliki peranan sentral dalam menjaga kelangsungan sebuah aktivitas. Kegiatan-kegiatan pembayaran atas suatu aktivitas sebagian besar didominasi dengan menggunakan kas ini tidak terlepas dari kondisi masa kini yang menjadikan uang tunai sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah. Sangat jarang ditemukan dalam system perekonomian sebuah Negara saat ini yang tidak menggunakan uang tunai sebagai alat pembayaran. Menurut Murwanto dan kawan-kawan (2006:1) Ada banyak sekali pengertian tentang kas, baik dari sisi perundang-undangan maupun dari sisi teori/konsep ekonomi.

1) Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara

Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.Dengan demikian kas dalam pengertian undang-undang ini semuauang negara yang bersumber dari seluruh penerimaan negara dan digunakan untuk membayarseluruh pengeluaran negara.

2) Menurut Standar Akuntansi Pemerintah

Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Kas daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran. Kas negara adalah tempat pemyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku


(4)

Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat.

3) Menurut Standar Akuntansi Keuangan

Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendak dan

yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.

B.Anggaran Kas

Menurut Nafarin (2013:309) Anggaran kas adalah anggaran yang menunjukkan perubahan kas dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar sebagai arus kas dibelanjakan atau digunakan sehingga tampak kelebihan atau kekurangan kas, dan saldo kas selama periode tertentu dari suatu organisasi. Anggaran kas (cash budget) memuat implikasi kas dari seluruh aktivitas yang diangarkan. Dengan menyiapkan anggaran kas, pihak manajemen dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa mereka memiliki kas yang cukup ditangan untuk melakukan aktvitas yang direncanakan, memberikan waktu yang cukup untuk mengatur pembiayaan tambahan yang mungkin dibutuhkan selama periode anggaran.

C.Perencanaan Kegiatan

Kementerian Negara/Lembaga dalam merumuskan program dan kegiatan mengacu Surat Edaran Bersama antara Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Menteri


(5)

Keuangan tanggal 19 Juni 2009 No.0142/MPN/06/2009 dan No. SE-1848/MK/2009 perihal pedoman Reformasi Perencanaan dan Pembangunan Rumusan Program dan Kegiatan yang dihasilkan harus mencerminkan tugas-fungsi K/L atau penugasan tertentu dalam kerangka Perioritas Pembangunan Nasional secara konsisten.

Kegiatan merupakan penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai output dengan indikator kinerja yang terukur. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh 1 (satu) atau beberapa satuan kerja sebagai dari pencapaian sasaan terukur pada suatu program yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengarahan sumber daya baik berupa personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang dan jasa.

Dalam penyusunan kegiatan, perlu diperhatikan keterkaitan antara kegiatan dengan program yang memayungi. Disamping itu juga diperhatikan keterkaitan kegiatan dengan cara pencapaiannya melalui komponen. Keterkaitan antar komponen sebagai tahapan dalam rangka pencapaian keluaran harus dilihat sehingga tidak ditemukan adanya tahapan/bagian kegiatan (komponen) dalam rangka pencapaian keluaran yang tidak efesien.

D.Penyusunan Anggaran Kas

Menurut Nafarin (2013:309) penyusunan anggaran kas merupakan cara yang efektif untuk merencanakan dan mengendalikan arus kas, memperkirakan keperluan


(6)

kas, dan secara efektif menggunakan kas yang berlebih (surplus) maupun kas yang kurang (defisit). Penyusunan anggaran merupakan perencanaan secara detail perkiraan biaya bagian atau keseluruhan kegiatan atau program., yang selanjutnya digunakan untuk menetapkan fungsi pengawasan dan pengendalian biaya dan waktu pelaksanaan. Dalam menyusun anggaran kas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara yang harus perlu disusun adalah DIPA.

1. Pengertian DIPA

Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara yang kemudian diserahkan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara dan kemudian disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). DIPA memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran serta tentang program-program, kegiatan, jenis belanja. DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat pengendalian, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan, dan sekaligus merupakan perangkat akuntansi pemerintah. Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.

2. Dasar Hukum Penyusunan DIPA

Dalam proses penyusunan DIPA, dasar hukum yang digunakan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara adalah:


(7)

1) Permenkeu Nomor 93/PMK.02/2011 tanggal 27 Juni 2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL.

2) Permenkeu Nomor 164/PMK.05/2011 tanggal 10 Oktober 2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Pengesahan DIPA.

3. Bahan Penyusunan DIPA

Dalam penyusunan DIPA, dokumen yang digunakan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Negara (DJKN) Sumatera Utara sebagai dasar penyusunan DIPA adalah:

1) Keppres mengenai rincian APBN sebagai dasar Alokasi Anggaran.

Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat merupakan dasar penyusunan DIPA.

2) RKA-KL yang telah ditelaah dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA).

Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang telah disesuaikan dengan Alokasi Anggaran K/L dan mendapat persetujuan DPR, telah ditelaah dan ditetapkan oleh Dirjen Anggaran.

3) Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara (RDP-BUN) yang telah ditelaah dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA). RDP-BUN merupakan rencana kerja dan anggaran Bagian Anggaran BUN yang memuat rincian kebutuhan dan baik yang berbentuk anggaran belanja maupun pembiayaan dalam rangka pemenuhan kewajiban pemerintah pusat dan transfer kepada daerah yang pengelolaannya dikuasakan oleh Presiden kepada Menteri Keuangan.


(8)

4) Bagan Akun Standar

Penyusunan DIPA harus memperhatikan kaidah dalam Bagan Akun Standar untuk memastikan nahwa rencana kerja telah dituangkan sesuai dengan standar kode dan uraian yang diatur dalam ketentuan tentang akuntansi pemerintah.

5) Daftar Nominatif Anggaran

Daftar Nominatif Anggaran (DNA) adalah ringkasan alokasi anggaran Satuan Kerja yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dirinci berdasarkan unit organisasi kementrian negara/lembaga dan provinsi sebagaimana dimuat dalam keputusan presiden mengenai rincian APBN. Daftar Lampiran DNA hanya memuat antara lain Kode dan Nama Satuan Kerja (Satker), Alokasi Anggaran per jenis belanja.

4. Proses Penyusunan DIPA

Untuk mewujudkan pelaksanaan Angaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tertib, efesien, efektif, transparan, akuntabel, dan taat perundang-undangan maka penyusunan DIPA dilakukan untuk mewujudkan itu semua. Dalam penyusunan DIPA, ada langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melaukkan penyusunan. Berikut di bawah ini adalah proses penyusunan DIPA yang dilakukan:


(9)

DJKN DJA

DJPBN

PUSAT KANWIL

Sumber: Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Gambar 3.1.

Skema Penyusunan DIPA

Keterangan Skema:

1) Pertama penyusunan diawali berdasarkan Undang-undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Keputusan Presiden (Keppres) mengenai rincian APBN sebagai Alokasi Anggran.

2) Kemudian RKAKL yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utra kemudian diajukan ke Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) untuk ditelaah dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA).

3) Setelah ditelaah dan ditetapkan dan kemudian mendapatkan persetujuan DPR maka dibuat Surat Pengesahaan RKAKL (SP-RKAKL) oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA). RKAKL SP RKAKL DIPA UU APBN DIPA Pengesahan Penelaahan DJKN Pusat DJKN Sumut

SP RKAKL SP RKAKL Data

SP RKAKL/Provinsi Pengesahan 1 3 4a 5a 5b 6a 6b 4c 7a 7b 8b 8a 2 4b DIPA DIPA


(10)

4) a. Kemudian SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) diserahkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk menjadi bahan Penyusunan DIPA.

b. Kemudian SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) diserahkan kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) untuk menjadi bahan penyesuaian DIPA pada saat DIPA diajukan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) di Jakarta.

c. Dan selanjutnya SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) untuk menjadi data dalam penyesuaian DIPA diajukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.

5) a. Selanjutnya SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) menjad bahan dalam Penyusunan DIPA oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) di Jakarta.

b. Selanjutnya SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) menjadi bahan dalam Penyusunan DIPA oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.

6) a. Kemudian DIPA yang telah disusun oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) diserahkan kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) untuk disahkan.


(11)

b. Kemudian DIPA yang telah disusun oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara untuk disahkan. 7) a. Selanjutnya SP-RKAKL oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) yang

diserahkan kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) menjadi bahan penyesuaian oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) dalam pengesahan DIPA yang diajukan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).

b. Selanjutnya SP-RKAKL oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) yang diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara menjadi bahan penyesuaian oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara dalam pengesahan DIPA yang diajukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.

8) a. Setelah DIPA yang sudah disahkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal

Perbendaharaan (DJPBN) kemudian dibuat Surat Pengesahan DIPA oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) dan diserahkan kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) selaku pengaju DIPA sebagai dasar dalam penggunaan anggaran.

b. Setelah DIPA yang sudah disahkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara kemudian dibuat Surat Pengesahan DIPA oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN)


(12)

Sumatera Utara dan diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara selaku pengaju DIPA sebagai dasar dalam penggunaan anggaran.

5. Langkah-langkah Menyusun DIPA oleh Kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara ke dalam Aplikasi

Dalam menyusun DIPA ke Aplikasi, ada langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara, yaitu:

Sumber. Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Gambar 3.2.

Skema Penyusunan DIPA pada DJKN Sumut

Restore Data RKAKL Pengisian Data PHLN

Pengisian Data Rencana Penarikan dan

Perkiraan Penerimaan

Cetak DIPA Pengisian

SP-RKAKL, KPA, Bendaharawan,

Kirim Data DIPA

5 4

3

2 1


(13)

Keterangan Skema:

1) Pertama memasukkan Data RKAKL ke dalam aplikasi.

2) Kemudian mengisi Data yang berisi tentang Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)

3) Selanjutnya pengisian tentang rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan dalam DIPA diperlukan untuk pencapaian optimalisasi fungsi DIPA sebagai manajemen kas pemerintah. Disamping sebagai alat manajemen kas pemerintah, juga sebagai alat monitoring/pembanding terhadap penyerapan pagu. Rencana penarikan dana berisi tentang untuk Belanja Pegawai, Belanja selain Belanja Pegawai, Transfer ke Daerah, dan Pengeluaran Pembiayaan. Perkiraan Penerimaan berisi tentang Penerimaan Perpajakan, PNBP, dan Penerimaan Pembiayaan tiap bulan pada Kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara.

4) Kemudian pengisian SP-RKAKL oleh Kuasa Pengguna Anggaran dalam Penyusunan DIPA pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.

5) Selanjutnya DIPA yang telah disusun kemudian diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktoat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara untuk disahkan berdasarkan Surat Pengesahan RKAKL (SP-RKAKL) oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA).

6) Setelah disahkan kemudian dibuat Surat Pengesahan DIPA oleh Kantor Wilayah Direktoat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara dan kemudian diserahkan kembali kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara


(14)

(DJKN) Sumatera Utara selaku Pengaju DIPA untuk dicetak DIPA dan dijadikan sebagai dasar dalam penggunaan anggaran

.

6. Format Penyusunan DIPA

Saat akan melakukan penyusunan DIPA, format yang digunkan dalam penyusunan DIPA sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Sumber. Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Gambar 3.3.

Format Penyusunan DIPA Surat Pengesahan Halaman I.A Halaman I.B Halaman II Halaman III Halaman IV

Berisi informasi mengenai Pengesahan DIPA

Rekap isi DIPA dan informasi Pinjaman/Hibah Dalam Negeri

dan Luar Negeri Rekap isi DIPA dan informasi Umum dan Uraian Fungsi/Sub Fungsi, Outcome Program, Output

Kegiatan

Uraian DJKN Sumut/Kegiatan/Output/ Sumber Dana dan Uraian Belanja

Rencana Penarikan Dana per Bulan dan Perkiraan Penerimaan

Catatan : terutama informasi Blokir dan informasi yang


(15)

7. Proses Validasi DIPA oleh kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara

Untuk menjamin kesesuaian data DIPA dengan keputusan Presiden mengenai rincian anggaran belanja pemerintah pusat maka Validasi DIPA dilakukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara. Berikut di bawah ini adalah proses validasi DIPA oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara:

DB RKAKL DIPA

Sumber: Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Gambar 3.4.

Skema Validasi DIPA pada DJPBN Sumut

Keterangan Skema:

1) a. Pertama memasukkan kembali DIPA ke dalam aplikasi untuk divalidasi.

b. Kemudian menyerahkan DIPA kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara untuk dilakukan validasi.

DIPA

DJKN SUMUT

DIPA

Restore Validasi

OK SP

DIPA

TIDAK YA

1b

1c

3a 3b

1a


(16)

c. Database RKAKL DIPA yang telah ditelaah dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) untuk menjadi bahan penyesuaian dalam penentuan validasi DIPA yang diajukan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.

2) Selanjutnya penentuan Validasi dilakukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara.

3) a. DIPA yang divalidasi tidak sesuai maka selanjutnya DIPA diserahkan kembali kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara untuk melakukan pemeriksaan kesalahan yang terjadi.

b. DIPA yang divalidasi sesuai maka selanjutnya dibuat Surat Pengesahan DIPA oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara.

Tata cara pengesahan DIPA

1) DIPA yang telah divalidasi diterbitkan Surat Pengesahan DIPA.

2) Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menetapkan Surat Pengesahan DIPA selaku Bendahara Umum Negara.

3) Surat Pengesahan yang telah ditetapkan Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPBN dan DIPA yang ditandatangani Ditjen Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran merupakan satu kesatuan DIPA yang sah sebagai dasar penggunaan anggaran.


(17)

8. Revisi DIPA

Revisi DIPA adalah perubahan rincian dalam DIPA akibat revisi rincian anggaran pada halaman SP dan/atau halaman I dan/atau halaman II dan/atau halaman III dan/atau halaman IV DIPA, termasuk akibat perbaikan karena kesalahan administratif. Penyebab terjdinya Revisi DIPA adalah sebagai berikut:

1) Hasil Optimalisasi 2) Sisa anggaran

3) Kekurangan Biaya Operasional

4) Perubahan prioritas penggunaan anggaran 5) Perubahan kebijakan pemerintah

6) Keadaan kahar/darurat (force Majeure)

Dalam melakukan Revisi DIPA, Dasar Hukum yang digunakan yaitu:

1) PMK Nomor 49/PMK.02/2011 tanggal 17 Maret 2011 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2011.

2) Perdirjen Nomor PER-22/PB/2011 tanggal 18 April 2011 tentang Tata Cara Revisi DIPA Tahun 2011.

3) Surat Dirjen Perbendaharaan No.S-519/PB/2012 tgl.17 Januari 2012 tentang Revisi DIPA.

Ada beberapa jenis dalam melakukan Revisi DIPA,yaitu: 1) Revisi DIPA berdasarkan Perubahan SP-RKA K/L.

a. Revisi DIPA berdasarkan perubahan SP RKA-K/L adalah revisi anggaran yang memerlukan persetujuan DPR RI, Menteri Keuangan, dan/atau Direktur Jenderal Anggaran.


(18)

b. Perubahan SP RKA-K/L menjadi dasar pengesahan Revisi DIPA dan/atau penerbitan Daftar Revisi Anggaran (DRA) oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan.

c. DRA menjadi dasar pengesahan Revisi DIPA oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan.

2) Revisi DIPA tanpa Perubahan SP-RKA K/L.

a. Penerimaan hibah luar negeri/hibah dalam negeri setelah UU mengenai APBN TA 2011 ditetapkan yang diterima dalam bentuk uang dan dilaksanakan secara langsung oleh Kementerian Negara/Lembaga.

b. Penerimaan penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN untuk Satker BLU.

c. Pergeseran antarprogram dalam satu Bagian Anggaran untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional.

d. Pergeseran antarjenis belanja dalam satu Kegiatan.

e. Perubahan volume Keluaran berupa penambahan volume Keluaran dalam satu Keluaran dan/atau antarkeluaran dalam satu Kegiatan dan satu satker.

f. Pergeseran dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama, atau dalam satu provinsi untuk kegiatan dalam rangka dekonsentrasi.

g. Pergeseran antarprovinsi/kabupaten/kota untuk memenuhi Biaya Operasional yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun oleh instansi vertikalnya di daerah.


(19)

h. Perubahan rincian belanja sebagai akibat dari penyelesaian tunggakan tahun yang lalu sepanjang dalam program yang sama, dananya masih tersedia, dan tidak mengurangi Sasaran Kinerja.

i. Pergeseran rincian anggaran untuk Satker BLU yang sumber dananya berasal dari PNBP.

j. Pergeseran antarkomponen dan antarkeluaran dalam satu kegiatan. k. Perubahan rencana penarikan dan perkiraan penerimaan.

l. Perubahan berupa pergantian/penambahan kantor bayar. m.Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi.

Proses Revisi DIPA pada Kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara oleh KPA.

Sumber: Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Gambar 3.5.

Skema Revisi DIPA pada DJKN Sumut oleh KPA

KPA 1 RKA-DJKN Sumut sesuai melakukanperubahan dengan kewenangannya 2 DIPA berubah? Cetak POK No Cetak POK

Cetak DIPA Revisi Yes ADK RKA DJKN Sumut ADK RKA DJKN Sumut DJPBN 3 Pengesahan DIPA 4 5 hari kerja 5 6


(20)

Keterangan Skema:

1) Pertama Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melakukan perubahan RKA-DJKN Sumut sesuai dengan kewenangannya.

2) - Bila DIPA berubah maka Cetak DIPA Revisi.

- Bila DIPA tidak berubah maka Cetak POK pada Arsip Data Kumputer Rencana Kerja Anggaran (ADK RKA) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumtera Utara dan diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara. POK adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA.

3) Setelah berubah dan dicetak DIPA revisi maka selanjutnya diserahkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara untuk dilakukan Pengesahan DIPA Revisi.

4) Waktu dalam Pengesahan DIPA Revisi adalah 5 hari kerja.

5) Setelah disahkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) Sumatera Utara maka kemudian menyerahkan DIPA Revisi yang telah disahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

6) Selanjutnya Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) mencetak POK yang telah disahkan.


(21)

Ada batasan-batasan dalam melakukan Revisi DIPA, yaitu: 1) Tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap;

a. Kebutuhan Biaya Operasional Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara kecuali untuk memenuhi Biaya Operasional pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara sepanjang masih dalam peruntukan yang sama.

b. Pembayaran berbagai tunggakan.

c. Paket pekerjaan yang bersifat multiyear.

d. Paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya sehingga menjadi minus.

2) Tidak mengubah target kinerja;

a. Tidak mengurangi volume Keluaran Kegiatan Prioritas Nasional dan/atau Prioritas Bidang.

b. Tidak mengurangi spesifikasi Keluaran.

Dalam melakukan Revisi DIPA, ada kewenangan dalam melakukan revisi sesuai dengan jenis revisinya, yaitu;


(22)

Table 3.1. Kewenangan Revisi

Jenis Revisi Kewenangan

I.Revisi Rincian ABPP yaitu revisi rincian anggaran menurut alokasi SP RKA-K/L

DPR-RI;

Menteri Keuangan;

Direktur Jenderal Anggaran

II. Revisi DIPA yaitu perubahan rincian anggaran dalam DIPA

Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan

III. Revisi POK yaitu perubahan rincian anggaran dalam POK

Kuasa Pengguna Anggaran

Sumber. Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

E.Proses Penyusunan Anggaran Kas terhadap Perencanaan Kegiatan

Anggaran yang telah diusulkan dan kemudian, maka anggaran bisa dilakukan berdasarkan kegiatan atau program yang sudah direncenakan. Adapun program atau kegiatan yang terlaksana pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara yang direncanakan pada T.A 2013 dan telah dilaksanakan pada Tahun 2013:


(23)

Tabel 3.2 Realisasi Anggaran

Kantor Wilayah DJKN Sumatera Utara T.A 2013

Uraian

31 Desember 2013

Anggaran Realisasi

% Realisasi terhadap Anggaran PENDAPATAN

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak

- Rp. 42.306.218.000,00 -

Jumlah Pendapatan - Rp. 42.306.218.000,00 -

BELANJA

Belanja Pegawai Rp. 3.450.657.000,00 Rp. 3.096.370.879,00 89,73 Belanja Barang Rp. 3.252.258.000,00 Rp. 3.079.915.000,00 94,69 Belaja Modal Rp. 902.205.000,00 Rp. 876.459.000,00 97,15 Jumlah Belanja Rp. 7.605.120.000,00 Rp. 7.052.539.794,00 92,73

Sumber: Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Dari tabel di atas terlihat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara pada realisasi anggarannya terjadi efesiensi dalam penggunaan anggaran. Itu menunjukkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara dalam menjalankan program atau


(24)

kegiatannya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sehingga efesiensi dalam penggunaan anggaran dapat terjadi.

Dalam menjalankan anggaran, ada 2 jenis pembayaran dalam mengelola kas yang sudah ada terutama dalam permintaan pembayaran, yaitu:

1) Pembayaran Secara Langsung,

Dinamakan pembayaran langsung karena uang dari TSA langsung ditransfer pada rekening supplier atau penerima dana tanpa perlu ada proses pertanggungjawaban lebih lanjut. Treasury Single Account (TSA) adalah sebuah rekening atau sekumpulan rekeningyang berhubungan dimana pemerintah menggunakannya dalam melakukan pembayaran atas tagihan-tagihannya. TSA merupakan suatu rekening yang dipergunakan untuk menyimpan uang negara, menampung semua penerimaan negara dan sumber dana untuk membiayai pengeluaran negara. Rekening ini pada umumnya terdapat pada Bank Sentral.Dokumen yang diajukan bendahara pengeluaran untuk dimintakan pembayarannya adalah bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan dana dan langsung menjadi beban negara. Pembayaran langsung pada prinsipnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara yang berjumlah besar yaitudiatas Rp. 50.000.000.sehingga pembayarannya secara tunai dinilai tidak efektif untuk digunakan pada jenis pengeluaran ini.Contoh pembayaran ini adalah Belanja Pegawai seperti gaji, Belanja Barang dan jasa, Belanja Modal, dan lain-lain.

2) Pembayaran dengan Uang Persediaan

Pembayaran dengan uang persediaan pada dasarnya prinsip yang digunakan adalah pembentukan petty cash oleh bendahara pengeluaran. Sehingga dalam praktiknya


(25)

sejumlah uang diberikan untuk digunakan kemudian.Pembayaran dengan uang persediaan, digunakan untuk membiayai pengeluaran negara yang tergolong kecil yaitu dibawah Rp. 50.000.000. Uang persediaan ini disediakan untuk unit pengguna dana dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya sehari-hari. Pembentukan uang persediaan juga dimaksudkan agar pengeluaran operasional unit pengguna dana dapat dilakukan secara efektif mengingat penggunaan transfer antar rekening membutuhkan biaya yang lebih dibanding manfaatnya.Apabila uang persediaan yang dikelola tidak dapat memenuhi kebutuhan karena adanya kebutuhan mendesak yang tidak dapat ditunda maka dapat dilakukan penambahan uang persediaan dengan cara pengajuan SPP-TUP (surat pernyataan tambahan uang persediaan). SPP-TUP mempunyai ketentuan tambahan yang perlu dipenuhi, yitu dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak/tidak dapat ditunda, dana harus digunakan paling lama 1 bulan saat dicairkan, apabila dana tersebut tidak habis dalam satu bulan maka sisa dana harus disetorkan ke rekening kas negara. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dan menganggur pada bendahara.Contoh pembayaran dengan uang persediaan adalah pembayaran biaya Perjalanan Dinas, honorarium, dan lain-lain.

Secara umum sebuah pengeluaran dapat dimintakan pembayaran atas beban negara apabila terpenuhi ketentuan mengenai ketersediaan dana(appropriasi), adanya komitmen berupa kontrak atau pesanan, dan adanya bukti penyerahan barang dan jasa sesuai kontrak atau pesanan. Prosedur kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara dalam transaksi penganggaran kas secara garis besar sebagai berikut:


(26)

1) Bendahara pengeluaran mencatat transaksi yang terjadi ke dalam kas umum.

2) Berdasarkan transaksi yang dimasukkan ke dalam kas umum, bendahara pengeluaran menggolongkan transaksi ke dalam rekapitulasi pengeluaran perincian objek.

3) Berdasarkan hasil pengelompokan tersebut maka bendahara pengeluaran membuat laporan pertanggungjawabaan bendahara pengeluaran yang diserahkan kepada kepala bagian umum dan seterusnya diserahkan kepada kepala kantor dan diketahui oleh pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran.

Untuk menjamin keabsahan dan kebenaran pengeluaran kas, maka harus mendapatkan pembuktian yang cukup, sehingga dapat dipastikan bahwa pengeluaran kas tersebut benar-benar dilakukan. Pengeluaran kas yang dilakukan Kantor Wilayah Direktoat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara dalam realisasinya dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu

1) Pembyaran pada pihak intern, yaitu pembayaran untuk keperluan operasional. Seperti yang bersifat pembayaran tunai, seperti perjalanan dinas, dan honorarium. 2) Pembayaran pada pihak ekstern, yaitu pembayaran untuk pengadaan barang,


(27)

A.Kesimpulan

Berdasarkan tinjauan penulis atas proses penyusunan aggaran kas sebagai perencanaan kegiatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara, maka penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu Proses penyusunan anggaran kas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara dilakukan dengan menyusun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) terlebih dahulu dimana didalam DIPA tersebut terdapat Rencana Kerja Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-K/L) dan kemudian DIPA diusulkan atau diajukan kepada Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dan selanjutnya diusulkan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan terakhir selanjutnya diusulkan atau diajukan kepada Presiden Republik Indonesia. Setelah proses pengusulan atau pengajuan disetujui oleh Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan, dan Presiden Republik Indonesia, anggaran kas tersebut disusun sesuai program atau kegiatan yang sudah direncanakan dan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku. Di dalam proses kegiatannya, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara terjadi efesiensi dalam penggunaan anggaran. Hal itu terjadi dikarenakan penyusunan anggaran kas yang baik sesuai dengan kegiatan atau program yang dilakukan pada Kantor Wilayah


(28)

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara sehingga efesiensi dalam penggunaan anggaran dapat terjadi.

B.Saran

Berdasarkan dari hasil magang yang telah dilakukan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara, penulis mengajukan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi instansi tersebut, yaitu:

1. Dalam penyusunan anggaran seharusnya data yang dikumpulkan sesuai pada waktu yang ditentukan agar dalam pengerjaan penyusunan anggaran tidak dilakukan dalam keadaan mendesak atau terburu-buru. Hal ini berfungsi untuk meminimalkan kesalahan yang bias terjadi.

2. Untuk mengurangi kesalahan dalam penyusunan anggaran dapat diatasi dengan memberikan pelatihan kepada pegawai bagian keuangan sehingga mereka dapat mengerjakan penyusunan anggaran cepat.

Diharapakan bagian keuangan bisa lebih teliti dan cermat dalam input data sehingga kesalahan-kesalahan yang pernah atau sering terjadi tidak terulang lagi dengan kesalahan yang sama.


(29)

NEGARA SUMATERA UTARA

A.Sejarah

Pada tahun 1971 struktur organisasi dan sumber daya manusia Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) tidak mampu menangani penyerahan piutang negara yang berasal dari kredit investasi. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 dibentuk Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan tugas mengurus penyelesaian piutang negara sebagaimana Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, sedangkan PUPN yang merupakan panitia interdepartemental hanya menetapkan produk hukum dalam pengurusan piutang negara. Sebagai penjabaran Keppres tersebut, maka Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 517/MK/IV/1976 tentang susunan organisasi dan tata kerja BUPN, dimana tugas pengurusan piutang Negara dilaksanakan oleh SatuanTugas (Satgas) BUPN.

Untuk mempercepat proses pelunasan piutang negara macet, diterbitkanlah Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 yang menggabungkan fungsi lelang dan seluruh aparatnya dari lingkungan Direktorat Jenderal Pajak ke dalam struktur organisasi BUPN, sehingga terbentuklah organisasi baru yang bernama Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). Sebagai tindak lanjut, Menteri Keuangan memutuskan bahwa tugas operasional pengurusan piutang Negara dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara (KP3N), sedangkan tugas operasional lelang dilakukan oleh Kantor Lelang Negara (KLN). Selanjutnya, berdasarkan


(30)

Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001 tanggal 3 Januari 2001, BUPLN ditingkatkan menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) yang fungsi operasionalnya dilaksanakan oleh Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN).

Reformasi Birokrasi di lingkungan Departemen Keuangan pada tahun 2006 menjadikan fungsi pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang digabungkan dengan fungsi pengelolaan kekayaan negara pada Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara (PBM/KN) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), sehingga berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Republik Indonesia, DJPLN berubah menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), dan KP2LN berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dengan tambahan fungsi pelayanan di bidang kekayaan negara dan penilaian.

Penertiban Barang Milik Negara (BMN) yang terdiri dari kegiatan inventarisasi, penilaian dan pemetaan permasalahan BMN mengawali tugas DJKN dalam pengelolaan kekayaan negara, dilanjutkan dengan koreksi nilai neraca pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL). Dari kegiatan ini, LKPP yang sebelumnya mendapat opini disclaimer dari BPK RI, telah meraih opini wajar dengan pengecualian. Pada periode pelaporan 2012, sebanyak 50 dari 93 kementerian/lembaga meraih opini wajar tanpa pengecualian.


(31)

Mengingat fungsi pengelolaan aset negara yang merupakan pos terbesar neraca pada LKPP, dan sebagai kontributor perkembangan perekonomian nasional, saat ini DJKN tengah melaksanakan transformasi kelembagaan sebagai bagian dari Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Transformasi kelembagaan di DJKN ini dimaksudkan untuk meningkatkan dan mempertajam fungsi DJKN yang terkait dengan manajemen aset dan special mission pengelolaan kekayaan negara.

B.Visi dan Misi 1. Visi

Menjadi pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2. Misi

a. Mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan kekayaan negara.

b. Mengamankan kekayaan negara secara fisik, administrasi, dan hukum. c. Meningkatkan tata kelola dan nilai tambah pengelolaan investasi pemerintah d. Mewujudkan nilai kekayaan negara yang wajar dan dapat dijadikan acuan dalam

berbagai keperluan.

e. Melaksanakan pengurusan piutang negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

f. Mewujudkan lelang yang efisien, transparan, akuntabel, adil, dan kompetitif sebagai instrumen jual beli yang mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat.


(32)

C.Tugas dan Fungsi 1. Tugas

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang.

2. Fungsi

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang kekayaan negara, piutang negara,dan lelang. b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang. c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kekayaan negara,

piutang negara, dan lelang.

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang.

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

D.Struktur Organisasi

Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan/keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini


(33)

dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efesiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal, melalui saluran tunggal. Berikut bagan struktur organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Sumber: Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara, 2015.

Gambar 2.1.

Struktur Organsasi Kanwil DJKN Sumut

Kepala Kantor

Kepala KPKNL Kepala Bagian

Umum

Kepala Bidang KIHI Kepala Bidang

Penilaian

Kepala Bidang Piutang

Kepala Bidang PKN

Kepala Bidang Lelang


(34)

E.Job Description

Adapun uraian tugas (job description) untuk masing-masing bagian yang terlibat di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara adalah :

1. Kepala Kantor

Tugas Kepala Kantor:

a. Melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang negara, dan lelang.

b. Menyelenggarakan urusan penerimaan/ penolakan/ pengembalian penyerahan piutang negara sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Menyelenggarakan penerbitan pernyataan bersama (PB) atau surat keputusan penetapan jumlah piutang negara (PJPN).

d. Menyelenggarakan penatausahaan, pengamanan, dan pendayagunaan dokumen dan fisik barang jaminan atau harta kekayaan lain.

e. Menyelenggarakan penerbitan dan pemberitahuan surat paksa (SP) dalam rangka penagihan piutang negara.

2. Bagian Umum

Tugas Bagian Umum:

a. Melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengkoordinasian penyelesaian temuan hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional.


(35)

c. Menyusun daftar urut kepangkatan dan formasi pegawai dilingkungan kantor pelayanan kekayaan negara dan lelang.

d. Melaksanakan administrasi kepegawaian kantor pelayanan kekayaan negara dan lelang.

e. Mengusulkan pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Bendahara Pengeluaran

Menyelenggarakan pengelolaan anggaran rutin dengan cara menyiapkan dan mengajukan surat permintaan pembayaran, menerima, menyimpan, mengeluarkan uang dan mengajukan SPP/UYHD pengganti serta membuat LKKR berdasarkan peraturan yang berlaku.

Tugas Bendahara Pengeluran:

a. Membuat konsep daftar perencanaan pembiayaan rutin Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.

b. Mengajukan permintaan uang tunai sebagai persediaan kas rutin untuk pembayaran tagihan-tagihan.

c. Melaksanakan penutupan buku kas umum.

d. Menatausahakan bukti pembayaran tagihan dan pembayaran rutin lainnya.

Sekretaris

Membantu melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga dan pengkoordinasian penyelesaian temuan hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional.


(36)

a. Menyampaikan dan menerima surat masuk dan surat keluar ke kepala Kanwil. b. Menerima tamu yang akan bertemu kepala Kanwil.

c. Menyiapkan keperluan rapat dan pertemuan lainnya.

d. Mengatur jadwal kegiatan kepala Kanwil baik rutin maupun insidentil berdasarkan undangan rapat dan pesan pimpinan.

3. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara

Melakukan penyiapan bahan pemeriksaan dokumen, pengadaan, pengamanan, pengelolaan, pemanfaatan, status penguasaan, analisa pertimbangan 17 permohonan pengalihan serta penghapusan, penatausahaan dan penyusunan daftar kekayaan Negara.

Tugas seksi Pengelolaan Kekayaan Negara:

a. Melaksanakan penyelesaian usulan penetapan status penggunaan/penguasaan kekayaan negara.

b. Melakukan analisa pertimbangan permohonan penghapusan kekayaan negara. c. Melaksanakan akuntansi, pelaporan, dan penyusunan daftar Barang Milik Negara. d. Melakukan analisa pertimbangan permohonan pemindah tanganan (penjualan,

tukar menukar, hibah, penyertaan modal pemerintah) kekayan negara.

4. Seksi Pelayanan Penilaian

Menyusun konsep standar proses penilaian yang meliputi identifikasi permasalahan, survey pendahuluan, pengumpulan dan analisa data, penerapan metode penilaian, rekonsiliasi nilai serta kesimpulan nilai dan laporan penilaian untuk kepentingan penilaian kekayaan Negara.


(37)

Tugas Seksi Pelayanan Penilaian:

a. Mengkoordinasikan penilaian atas barang jaminan yang dilakukan oleh tim penilai.

b. Melaksanakan penggalian potensi di bidang penilaian sumber daya alam, real property, property khusus dan usaha.

c. Melaksanakan pemeliharaan dan pengarsipan secara manual atas laporan penilaian yang telah dilakukan.

d. Menginput data penilaian ke dalam database penilaian.

5. Seksi Piutang Negara

Melakukan penyiapan bahan penetapan dan penagihan piutang negara serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi barang jaminan, pertimbangan dan pemberian keringanan hutang, pengusulan pencegahan, pengusulan dan pelaksanaan paksa badan, penyiapan pertimbangan penyelesaian atau penghapusan piutang negara.

Tugas Seksi Piutang Negara:

a. Menyiapkan konsep surat permintaan kelengkapan data kepada penyerah piutang dalam hal berkas tidak lengkap atau tidak jelas.

b. Menyiapkan konsep surat tanggapan koreksi atas perubahan dalam menetapkan besarnya piutang negara.

c. Menyiapkan Surat Pemberitahuan Persetujuan/penolakan pemberian keringanan hutang.

d. Menyiapkan konsep surat panggilan/panggilan terakhir kepada Penanggung Hutang/Penjamin Hutang.


(38)

6. Seksi Pelayanan Lelang

Melakukan veritifikasi risalah lelang, pembukuan dan pelaporan hasil lelang, pembuatan grosse Risalah Lelang, pengglian potensi lelang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas Seksi Pelayanan Lelang:

a. Menyusun rencana kerja Seksi Pelayanan Lelang sebagai bahan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan.

b. Mengajukan usul konsep penetapan jadwal lelang. c. Melakukan analisa kelengkapan dokumen lelang.

d. Melakukan pembukuan piutang negara dan pelaporan hasil lelang.

7. Seksi Kepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi

Menyiapkan konsep standar registrasi dan penatausahaan berkas kasus piutang Negara, pencatatan surat permohnan lelang, penyajian informasi, pemberian pertimbangan dan bantuan hukum kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang negar dan lelang, serta vertifikasi penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil lelang.

Tugas Seksi Kepatuhan Internal, Hukum, dan Hukum:

a. Mengkoordinasikan pembukuan atas hasil penerimaan pengurusan piutang negara dan lelang.

b. Melaksanakan pembuatan rincian jumlah hutang untuk keperluan lelang. c. Melaksanakan pengembalian kelebihan hasil Piutang Negara dan Lelang. d. Melaksanakan pengembalian uang jaminan lelang yang masuk melalui rekening.


(39)

F. Jaringan kegiatan

Adapun kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan Tahun Kerja 2015 pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara adalah:

1. Memorendung of Understanding dengan pihak Badan Pertanahan Nasional untuk mempercepat program sertifikasi Barang Milik Negara (BMN) serta permintaan Surat Keterangan Tanah atas tanah-tanah yang belum bersertifikat.

2. Pembinaan terpadu yang dilakukan oleh semua bidang dan bagian yang berada di lingkungan Kanwil DJKN Sumut pemberian Apresiasi dan Penghargaan terhadap Penata usahaan dan Pengelolaan BMN Kementrian/Lembaga di Provinsi Sumatera Utara.

3. Melakukan Kegiatan “DJKN Goes to government”.

G.Kinerja kegiatan terkini

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara sudah melakukan beberapa kagiatannya untuk Tahun Kerja 2015 sampai April 2015, yaitu:

1. Melakukan pengarahan kepada seluruh jajaran pegawai Drektorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan yang disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara pada tanggal 8 januari 2015. Acara ini dilakukan untuk pengarahan dalam mengawali rangkaian kerja di Tahun 2015.


(40)

2. Menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan Konsolidasi Lelang dalam rangka menjaga tradisi pencapaian target 2014 yang berlangsung pada tanggal 9 – 10 Februari 2015.

3. Melakukan sosialisai Peraturan Kementrian Keuangan (PMK) no.273/PMK.01/2014. Soialisai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Kinerja di Lingkungan Kementrian Keuangan diikuti oleh para bendaharawan dan pengelola keuangan lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekyaan Negara (DJKN) Sumatera Utara dan Kantor Wilayah Direktort Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Aceh yang berlangsung pada tanggal 12 Februari 2015.

4. Melakukan kegiatan “DJKN Goes To Campus” oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara yang berlangsung di kampus Universitas Pembangunan Pancabudi (Unpab) pada tanggal 24 Februari 2015. Sasaran dari kegiatan ini adalah agar para mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dapat lebih mengenal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) serta memahami Kekayaan Negara serta tahapan pengelolaannya.

5. Menyelenggarakan Rapat Kerja Terbatas (Rakertas) Bidang Kepatuhan Internal, Hukum dan Informasi. Acara dilakukan di Aula Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Pematang Siantar berlangsung pada tanggal18 – 20 Maret 2015. Rakertas ini mengusung tema “Menuju Pengendalian Internal, Penanganan Perkara, serta Humas yang Kuat dan Efektif”. Rakertas ini bertujuan untuk melakukan review, evaluasi sekaligus knowledge sharing dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.


(41)

6. Menyelenggarakan acara Workshop Capatity Building dalam rangka peningkatan efektivitas kerja dan peningkatan kompetensi yang berlangsung pada tanggal 30 – 31 Maret 2015.

7. Melakukan Quality Assurance penilai Kanwil DJKN Sumut. Yaitu peningkatan kualitas penilai melalui quality assurance. Quality Assurance adalah uji kompetensi. Jadi Quality Assurance adalah uji kompetensi yang diberikan kepada semua pegawai untuk mengetahui tingkat kepahaman di bidang penilaian. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah bukan hanya sekedar lulus, tetapi juga untuk menjadi penilai yang professional dan berkualitas. Kegiatan ini diikuti para pegawai perwakilan dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Aceh. Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari dari tanggal 8 – 10 April 2015.

8. Menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan Simulasi E-Auction untuk kalangan perbankan yang menjadi pengguna jasa lelang KPKNL-KPKNL di seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung pada tanggal 29 April 2015.

H.Rencana kegiatan

Rencana kegiatan yang akan dilakukan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara untuk tahun selanjutnya sama seperti rencana kegiatan untuk tahun sebelumnya, hanya saja ada kegiatan yang dikurangi atau ditambah apabila kegiatan itu sudah selesai dikerjakan atau direncanakan untuk dilakkukan pada tahun depan. Contohnya, ada kegiatan renovasi


(42)

bangunan. Apabila renovasi bangunan sudah direncanakan pada kegiatan untuk tahun 2015 dan sudah selesai dikerjakan pada tahun 2015, maka untuk tahun 2016 kegiatan renovasi bangunan tidak direncanakan lagi dikarenakan bangunan yang direnovasi sudah selesai pengerjaannya. Dan apabila ada rencana untuk kegiatan renovasi bangunan untuk tahun 2016, maka ada penambahan rencana kegiatan dari tahun sebbelumnya.

Jadi, rencana kegiatan untuk tahun kedepannya pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara sama seperti tahun sebelumnya. Hanya saja ada penambahan atau pengurangan kegiatan apabila kegiatan itu sudah selesai dikerjakan atau baru akan dikerjakan untuk kegiatan tahun depan.


(43)

A.Latar Belakang Masalah

Dalam dunia usaha, pemerintahan dan sebagian besar kegiatan organisasi atau kelompok lainnya, sistem perencanaan dan pengendalian juga disebut penganggaran manajerial dipakai secara luas untuk melaksaknakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajerial. Dua fungsi utama manajer suatu organisasi adalah merencanakan dan mengendalikan operasi. Perencanaan di Indonesia diawali saat Presiden Soekarno membentuk Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang diketuai Drs. Muhammad Hatta pada tahun 1947. Panitia ini menghasilkan Dasar Pokok Plan yang mengatur ekonomi Indonesia. (Usman 2014:1).

Perencanaan menurut Robbins dan Coulter (2010:191) adalah mendefenisikan tujuan organisasi, menentukan seluruh strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana untuk mengintegraskan serta mengoordinasikan kegiatan kerja. Perencanaan dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang akan dilakukan dimasa mendatang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan berarti menentukan sebelumnya kegiatan yang mungkin dapat dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Perencanaan bagian terpenting dalam kegiatan pembangunan oleh pemerintah. Dari perencanaan itu, proses atau kegiatan pembangunan berjalan sesuai dengan arah yang telah ditentukan.

Salah satu alat perencanaan adalah anggaran (budget). Menurut Blocher dan kawan-kawan (2013:564) Anggaran (budget) merupakan rencana terperinci untuk


(44)

pemperolehan dan pemakaian sumber daya keuangan dan lain-lain selama periode waktu tertentu. Salah satu fungsi anggaran adalah menentukan rencana belanja dan sumber dana yang ada dengan efesien mungkin. Dan anggaran juga berfungsi sebagai dasar evaluasi kinerja. Anggaran sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan, artinya sebelum pekerjaan dilaksanakan terlebih dahulu mendapat persetujuan yang berwenang (terutama dalam hal keuangan). Pekerjaan disetujui untuk dilaksanakan bila ada anggarannya atau tidak menyimpang dari anggaran. Anggaran biasanya disusun untuk waktu yang telah ditetapkan, paling sering untuk tahun fiskal dengan anggaran sub-periode setiap triwulan atau bulan.

Kas adalah uang yang siap dan bebas digunakan. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara,”Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara”. Dengan demikian kas dalam pengertian undang-undang ini semua uang negara yang bersumber dari seluruh penerimaan negara dan digunakan untuk membayarseluruh pengeluaran negara.

Menurut Nafarin (2013:309) Anggaran kas adalah anggaran yang menunjukkan perubahan kas dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar sebagai arus kas dibelanjakan atau digunakan sehingga tampak kelebihan atau kekurangan kas, dan saldo kas selama periode tertentu dari suatu organisasi. Anggaran kas (cash budgeting) memuat implikasi kas dari seluruh aktivitas yang dianggarkan. Perluasan dari perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah penganggaran berdasarkan aktivitas.


(45)

Penganggaran berdasarkan aktivitas dimulai dengan persyaratan aktivitas penganggaran untuk periode yang akan datang. Prosesnya kemudian menganggarkan biaya sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan seperangkat aktivitas yang dianggarkan. Penyusunan anggaran kas merupakan cara yang efektif untuk merencanakan dan mengendalikan arus kas, memperkirakan keperluan kas, dan secara efektif menggunakan kas yang berlebih (surplus) maupun kas yang kurang (defisit). Dengan menyusun anggaran kas akan dapat diketahui kapan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas.

Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efesien, memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang dilakukan. Sektor publik sering dinilai sebagai tempat inefesien, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Untuk itu organisasi sektor publik harus mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara optimal. Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah saat ini menjadi pilihan karena berfokus pada efesiensi pada penyelenggaraan suatu aktivitas/kegiatan. Dengan penerapan anggaran berbasis kinerja dapat menceminkan beberapa hal, yaitu maksud dan tujuan permintaan dana, biaya dari program-program yang diusulkan dalam mencpai tujuan, dan data yang kuantitatif yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program. Tolok ukur keberhasilan penerapan anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja


(46)

dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. (Mardiasmo 2009:1).

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara merupakan sebuah instansi yang kegiatannya terdiri dari pengurusan Piutang Negara, pengurusan Barang Milik Negara (BMN), Pengelolaan Kekayaan Negara, Penilaian, dan Lelang. Kantor Wilayah Direktort Jenderl Kekayaan Negara Sumatera Utara adalah instansi non- profit (tidak berorientasi pada perolehan laba) tetapi lebih berorientasi pada manfaat yang bisa dhasilkan untuk negara maupun masyarakat dari pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara juga mengelola anggaran kas. Anggaran kas disusun oleh Subbagian Keuangan pada Bagian Umum pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Keayaan Negara Sumatera Utara. Dalam penyusunan anggaran, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara menerapkan sistem anggran berbasis kinerja. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis tugas akhir ini dengan judul “Proses Penyusunan Anggaran Kas Sebagai Perencanaan

Kegiatan Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara”.

B.Perumusan masalah

Bagaimana proses penyusunan anggaran kas dan anggaran kas sebagai perencana kegiatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Sumatera Utara sehingga dapat mengetahui bagaimana proses penyusunan anggraran kas dan anggaran kas sebagai perencanaan kegiatan yang dapat membantu efesiensi dalam penggunaan anggaran pada instansi tersebut.


(47)

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses penyususnan anggaran kas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.

D.Manfaat penelitian

a. Bagi penulis, sebagai masukan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai anggaran kas dan proses penyusuan anggaran kas pada suatu instansi

b. Bagi instansi, untuk mengetahui sejauh mana anggaran kas sebagai perencanaan kegiatan dan menjadi sebuah bahan evaluasi pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara.

c. Bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau sumber informasi bagi yang ingin mempelajari dan membahas lebih jauh tentang anggaran kas dan proses penyusunan anggaran kas.


(48)

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN KAS SEBAGAI PERENCANAAN KEGIATAN PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT

JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN) SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh

DENI PERMANA 122101080

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(49)

(50)

Bismillahirrohmaanirrohiim Assalammualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu dan sesuai dengan yang direncanakan. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada junjungan nabi besar Muhammad Sholallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah membawa risalah-Nya untuk menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Semoga kita semua memperoleh syafa’atnya di akhirat kelak.

Tugas Akhir ini dibuat oleh penulis dengan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut, maka penulis menyusun Tugas Akhir ini dengan judul: “Proses

penyususnan Anggaran KasSebagai Perencanaan Pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera utara.”

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa saran maupun bimbingan. Melalui lembaran ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1 Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Sumatera Utara.


(51)

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan koreksi dalam proses penyelesaian tugas akhir sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak / Ibu Staff dan Pegawai di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera Utara.

5. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Iswadi otong dan Ibunda Nur Asiyah S.Pdi, dan juga Abang saya Nurul Andriyansyah, Agus Prayudi Amd, Muhammad Yusuf yang telah memberikan segalanya kepada saya mulai dari kasih sayang, perhatian, pengorbanan serta dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaiakan pendidikan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada Khairunisa Riyanti yang selama ini sudah memberi semangat, membantu, dan meluangkan waktu untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

7. Seluruh teman Departemen Manajemen Keuangan Stambuk 2012, khususnya grub B yang selalu memerikan semangat dan saran kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalamnya dan semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.

Medan, Juni 2015


(52)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... .iii

DAFTAR TABEL ... .iv

DAFTAR GAMBAR ... ..v

BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang masalah ... 1

B.Perumusan masalah ... 4

C.Tujuan dan manfaat penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN) SUMATERA UTARA A.Sejarah ... 7

B.Visi dan Misi ... ..9

C.Tugas dan Fungsi ... .10

D.Struktur organisasi ... .10

E. Job description ... .11

F. Jaringan kegiatan ... .16

G.Kinerja kegiatan terkini ... .17

H.Rencana kegiatan ... .19

BAB III PEMBAHASAN A.Pengertian anggaran dan kas ... 20

B.Anggaran kas ... 22

C.Perencanaan kegiatan ... 22

D.Proses Penyusunan Anggaran Kas ... 23

E. Proses Penyusunan Anggaran Kas terhadap Perencanaan Kegiatan ... 40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 45

B.Saran ... 46


(53)

Tabel 3.1. Kewenangan Revisi ... 40 Tabel 3.2. Realisasi Anggaran ... 41


(54)

Gambar 3.1. Skema Penyusunan DIPA ... .10

Gambar 3.2. Skema Penyusunan DIPA pada Kanwil DJKN Sumut ... .11

Gambar 3.3. Format Penyusunan DIPA ... .16

Gambar 3.4. Skema Validasi DIPA pada DJPBN Sumut ... .17


(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim Assalammualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu dan sesuai dengan yang direncanakan. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada junjungan nabi besar Muhammad Sholallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah membawa risalah-Nya untuk menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Semoga kita semua memperoleh syafa’atnya di akhirat kelak.

Tugas Akhir ini dibuat oleh penulis dengan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut, maka penulis menyusun Tugas Akhir ini dengan judul: “Proses penyususnan Anggaran KasSebagai Perencanaan Pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sumatera utara.”

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa saran maupun bimbingan. Melalui lembaran ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1 Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III

Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Sumatera Utara.


(3)

3. Ibu Beby Kendida Hsb, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan koreksi dalam proses penyelesaian tugas akhir sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak / Ibu Staff dan Pegawai di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

(DJKN) Sumatera Utara.

5. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Iswadi otong dan

Ibunda Nur Asiyah S.Pdi, dan juga Abang saya Nurul Andriyansyah, Agus Prayudi Amd, Muhammad Yusuf yang telah memberikan segalanya kepada saya mulai dari kasih sayang, perhatian, pengorbanan serta dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaiakan pendidikan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada Khairunisa Riyanti yang selama ini sudah memberi semangat,

membantu, dan meluangkan waktu untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

7. Seluruh teman Departemen Manajemen Keuangan Stambuk 2012, khususnya

grub B yang selalu memerikan semangat dan saran kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalamnya dan semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.

Medan, Juni 2015


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... .iii

DAFTAR TABEL ... .iv

DAFTAR GAMBAR ... ..v

BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang masalah ... 1

B.Perumusan masalah ... 4

C.Tujuan dan manfaat penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN) SUMATERA UTARA A.Sejarah ... 7

B.Visi dan Misi ... ..9

C.Tugas dan Fungsi ... .10

D.Struktur organisasi ... .10

E. Job description ... .11

F. Jaringan kegiatan ... .16

G.Kinerja kegiatan terkini ... .17

H.Rencana kegiatan ... .19

BAB III PEMBAHASAN A.Pengertian anggaran dan kas ... 20

B.Anggaran kas ... 22

C.Perencanaan kegiatan ... 22

D.Proses Penyusunan Anggaran Kas ... 23

E. Proses Penyusunan Anggaran Kas terhadap Perencanaan Kegiatan ... 40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 45

B.Saran ... 46


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kewenangan Revisi ... 40 Tabel 3.2. Realisasi Anggaran ... 41


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Kanwil DJKN Sumut ... .10

Gambar 3.1. Skema Penyusunan DIPA ... .10

Gambar 3.2. Skema Penyusunan DIPA pada Kanwil DJKN Sumut ... .11

Gambar 3.3. Format Penyusunan DIPA ... .16

Gambar 3.4. Skema Validasi DIPA pada DJPBN Sumut ... .17