Latar Belakang dan Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah

Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah yang ditimpanya dalam waktu relatif singkat. Letak Indonesia yang merupakan pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia, menyebabkan hampir semua wilayah Indonesia mempunyai resiko gempa tektonik tinggi. Karena letaknya yang demikian, Indonesia seakan-akan berada di dalam lingkaran api yang terus membara. Melihat perkembangan konstruksi gedung di Indonesia, perlu dicari suatu solusi yang mampu mengatasi resiko gempa yang besar di Indonesia, diantaranya penggunaan baja sebagai salah satu alternatif material bangunan yang dipilih di Indonesia. Disamping itu, juga perlu adanya perbaikan terhadap peraturan gempa Indonesia SNI 03-1726-2002 termasuk pengkajian ulang terahadap Peta Zona Gempa yang digunakan untuk keperluan perancangan infrastruktur tahan gempa selama ini karena banyak sudah gempa terjadi dalam satu dekade terakhir sejak dikeluarkannya peraturan gempa Indonesia SNI 03-1726-2002 , seperti gempa Aceh, nias, yogya, padang dan yang terakhir gempa mentawai. Umumnya bangunan tahan gempa direncanakan berdasarkan analisa struktur elastis yang diberi faktor beban untuk simulasi kondisi ultimite batas. Namun, pada kenyataannya perilaku runtuh bangunan saat gempa adalah inelastis. Baja menjadi material yang dipilih dikarenakan karakteristik keruntuhan yang Universitas Sumatera Utara bersifat daktail, dimana daktail adalah suatu sifat yang mempengaruhi mekanisme keruntuhan pada material baja ketika struktur baja telah berada pada kondisi inelastis plastisnya. Ketika mekanisme ini terjadi, baja akan mengalami leleh sebelum runtuh yang akan memberikan waktu bagi para pengguna gedung untuk menyelamatkan diri, tidak seperti beton tanpa tulangan baja yang bersifat getas yang akan runtuh seketika pada saat gaya yang bekerja telah melampaui kemampuan ultimit beton. Gambar 1.1. Hubungan tegangan-regangan pada beton dan baja beban sentris Pada tugas akhir ini direncanakan bangunan menggunakan penampang komposit baja-beton, dimana penampang komposit merupakan penampang yang terdiri dari profil baja dan beton yang digabung bersama untuk memikul beban tekan dan lentur. Dan diharapkan dengan menggunakan penampang komposit ini baik dari segi kualitas dan efisiensi waktu pekerjaan akan lebih menguntungkan. Keistimewaan yang nyata dari sitem komposit Charles G.Salmon, 1991 adalah : − Penghematan berat baja Universitas Sumatera Utara − Penampang balok baja yang digunakan lebih kecil − Kekakuan lantai meningkat − Kapasitas menahan beban lebih besar − Panjang bentang untuk batnag tertentu dapat lebih besar Penampang komposit mempunyai kekakuan yang lebih besar dibandingkan dengan penampang lempeng beton dan gelagar baja yang bekerja sendiri-sendiri dan dengan demikian dapat menahan beban yang lebih besar atau beban yang sama dengan lenturan yang lebih kecil pada bentang yang lebih panjang. Apabila untuk mendapatkan aksi komposit bagian atas gelagar dibungkus dengan lempeng beton, maka akan didapat pengurangan pada tebal seluruh lantai, dan untuk bangunan- bangunan pencakar langit, keadaan ini memberikan penghematan yang cukup besar dalam volume, pekerjaan pemasangan kabel-kabel, pekerjaan saluran pendingin ruangan, dinding-dinding, pekerjaan saluran air, dan lain-lainnya. Amon, Knobloch Mazumder,1999. Gambar1.2 . Peta Gempa Indonesia 2010 Peta Gempa Indonesia 2010 ini digunakan sebagai acuan dasar perencanaan Universitas Sumatera Utara dan perancangan infrastruktur tahan gempa termasuk pengganti peta gempa yang ada di Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Indonesia SNI-03-1726-2002. Dalam tugas akhir ini juga akan dibuat contoh perhitungan untuk bangunan 10 lantai dengan ketinggian setiap lantai 3,75 meter. dengan bantuan software ETABS v.9.5 secara 3 dimensi, dan selanjutnya gayabeban gempa yang bekerja dihitung dengan metode statis ekivalen. 375 cm 375 cm 375 cm 375 cm 375 cm 375 cm 375 cm 375 cm 375 cm 425 cm 600 cm 600 cm 600 cm 600 cm 600 cm 600 cm 600 cm 600 cm 600 cm 600 cm 600 cm 600 cm Gambar 1.3 Denah dan Potongan Bangunan

I.2. Pembatasan Masalah