Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab dimuka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Arti pentingnya pengaturan terhadap tindak pidana terorisme di dalam undang- undang disebabkan karakteristik tindak pidana terorisme dan terorisme merupakan kejahatan luar biasa extraordinary crime. Pertimbangan pentingnya pengaturan terhadap tindak pidana terorisme yakni: Pertama, terorisme merupakan perbuatan yang menciptakan bahaya terbesar the greatest danger terhadap hak asasi manusia. Dalam hal ini hak asasi manusia untuk hidup the right to life dan hak asasi untuk bebas dari rasa takut. Kedua, target terorisme bersifat random atau indiscriminate yang cenderung mengorbankan orang-orang tidak bersalah. Ketiga, kemungkinan digunakannya senjata-senjata pemusnah massal dengan memanfaatkan teknologi modern. Keempat, kecenderungan terjadinya sinergi negatif antar organisasi terorisme nasional dengan organisasi internasional. Kelima, kemungkinan kerjasama antara organisasi teroris dengan kejahatan yang terorganisasi baikyang bersifat nasional maupun transnasional. Keenam, dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Kriminalisai peraturan terorisme diatur dalam peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 yang berdasarkan UU No. 15 Tahun Universitas Sumatera Utara 2003 telah ditetapkan menjadi Undang-Undang. Sedangkan untuk pendanaan terorisme sendiri tidak diatur secara tersendiri melainkan diatur secara bersamaan dalam Perpu 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. 2. Penanggulangan tindak pidana terorisme melalui pendekatan rezim anti money laundering terkait motivasi pelaku melalui pendekatan pelacakan, pembekuan, penyitaan dan perampasan aset hasil tindak pidana. Seseorang ataupun kejahatan terorganisir dengan sendirinya akan menjadi enggan atau tidak memiliki motivasi untuk melakukan suatu perbuatan pidana apabila hasil perbuatan pidana tersebut dikejar dan dirampas untuk negara. Pendekatan inilah yang sering disebut dengan “strategi pencegahan dan pemberantasan pencucian uang” anti-money laundering strategy. Artinya pentingnya memutus motivasi pelaku terorisme didasarkan pertimbangan bahwa sistem dan mekanisme penegakan hukum pencucian uang atau rezim anti-pencucian uang, berbeda dengan penegakan hukum tindak pidana konvensional. Pengungkapan tindak pidana dan pelaku tindak pidana pencucian uang lebih difokuskan pada penelusuran aliran danauang haram follow the money atau transaksi keuangan. Dengan kata lain, penelusuran aliran dana melalui transaksi keuangan, merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan jenis kejahatan, pelaku kejahatan dan tempat dimana hasil kejahatan disembunyikan atau disamarkan. Pendekatan ini tidak terlepas dari paradigma pencucian uang bahwa hasil kejahatan proceeds of crime merupakan “life blood of the crime”, artinya hasil kejahatan merupakan darah yang menghidupi tindak Universitas Sumatera Utara kejahatan itu sendiri sekaligus titik terlemah dari mata rantai kejahatan. Upaya memotong mata rantai kejahatan ini selain relatif mudah dilakukan, juga akan menghilangkan motivasi pelaku untuk mengulangi kejahatan. 3. Hambatan dalam penanggulangan tindak pidana terorisme melalui pendekatan rezim anti money laundering yakni lemahnya keterpaduan perangkat perundang- undang terkait pendanaan terorisme misalnya dalam prakteknya hingga saat ini belum ada kasus pendanaan terorisme yang menggunakan instrumen hukum undang-undang tindak pidana pencucian uang. Ketentuan pendanaan terorisme sebagaimana diatur dengan UU TPPU dengan UU Tindak Pidana Terorisme memiliki perbedaan atau karakteristik sendiri sehingga seharusnya dapat dikenakan bersamaan dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku pendanaan terorisme. Dalam kedua undang-undang ini memang terdapat kesamaan pengaturan mengenai pendanaan terorisme, namun secara spesifik ada perbedaan dalam ketentuan pendanaan terorisme yang diatur pada masing- masing peraturan. UU terorisme lebih menekankan pengaturannya pada kegiatan memberikan dana bagi kegiatan terorisme, sedangkan UU TPPU lebih berbicara masalah proses bagaimana dana itu bisa diberikan untuk mendanai kegiatan terorisme. Di samping itu kendala yang muncul adalah hambatan di dalam menerapkan prinsip know your costumer dan pembuktian terkait predicate crime. Universitas Sumatera Utara

B. Saran