Pengaruh Anggaran Pelatihan dan Anggaran Pengembangan Terhadap Laba Perusahaan dengan Kinerja Karyawan Bagian Penjualan Sebagai Variabel Moderasi Pada Dealer Sepeda Motor di Sumatera Utara
Lampiran 1
No Anggaran
Penjualan
Anggaran
Pengembangan Total Penjualan Laba Bersih
1 21,756,000 13,371,000 31,403,234,549 351,272,950
2 20,400,000 21,300,000 36,659,798,088 258,993,986
3 24,200,000 19,500,000 27,148,099,786 275,470,377
4 21,450,000 23,000,000 42,196,131,772 370,913,742
5 6,500,000 6,500,000 2,258,585,000 122,065,592
6 21,530,000 19,800,000 14,208,507,805 316,780,758
7 3,446,000 2,815,000 8,436,373,620 62,921,311
8 19,350,000 18,450,000 23,581,337,187 331,224,271
9 5,250,000 7,500,000 25,152,657,213 434,545,337
10 19,245,000 17,500,000 41,769,381,307 675,185,830
11 22,100,000 15,000,000 33,659,687,410 358,738,197
12 23,530,000 22,100,000 38,840,503,792 553,025,635
13 19,500,000 16,100,000 15,021,442,025 410,655,455
14 19,450,000 15,800,000 31,505,915,477 387,448,571
15 7,500,000 8,000,000 2,459,912,500 142,792,916
16 14,500,000 15,000,000 8,709,554,806 415,692,622
17 5,200,000 4,500,000 13,120,473,676 167,549,275
18 14,000,000 15,000,000 14,862,960,000 437,821,489
19 18,000,000 22,500,000 25,603,120,070 802,313,384
20 20,500,000 21,500,000 43,446,330,076 921,887,438
21 24,000,000 16,500,000 39,746,747,611 378,073,707
22 16,350,000 15,750,000 35,552,031,354 752,678,438
23 15,275,000 14,300,000 14,333,288,812 412,713,252
24 18,750,000 18,000,000 42,087,195,829 630,800,118
25 8,200,000 8,500,000 3,014,740,000 171,191,189
26 16,550,000 16,250,000 9,560,941,186 464,021,483
27 7,500,000 6,750,000 17,890,579,527 181,819,429
28 15,600,000 16,200,000 22,387,292,650 606,551,306
29 19,750,000 25,300,000 32,334,238,912 861,884,875
(2)
Lampiran 2
Hasil Output SPSS Sebelum Moderasi
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 Y
N 30 30 30
Normal Parametersa,b
Mean 16594400.0000 15759533.3333 472351354.2333
Std. Deviation 6609463.07277 6417033.20500 350937079.39734
Most Extreme Differences
Absolute .161 .153 .209
Positive .131 .104 .209
Negative -.161 -.153 -.126
Kolmogorov-Smirnov Z .883 .837 1.147
Asymp. Sig. (2-tailed) .417 .485 .144
a. Test distribution is Normal.
(3)
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
X1 .214 4.674
X2 .214 4.674
a. Dependent Variable: Y
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .741a .549 .516 244253521.62730 1.497
(4)
Goodness of Fit
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .741a .549 .516 244253521.62730
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -96000966.435 124357960.115 -.772 .447
X1 -22.009 14.837 -.415 -1.483 .150
X2 59.239 15.282 1.083 3.876 .001
a. Dependent Variable: Y
Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1960734040843983620.000 2 980367020421991810.000 16.433 .000b Residual 1610814136338068220.000 27 59659782827335864.000
Total 3571548177182051800.000 29
a. Dependent Variable: Y
(5)
Lampiran 3
Hasil Output SPSS Setelah Moderasi
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Z
N 30
Normal Parametersa,b
Mean 25402565740.9333
Std. Deviation 15094606020.73297
Most Extreme Differences
Absolute .121
Positive .121
Negative -.088
Kolmogorov-Smirnov Z .662
Asymp. Sig. (2-tailed) .773
a. Test distribution is Normal.
(6)
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
X1 .195 5.131
X2 .203 4.915
Z .438 2.286
a. Dependent Variable: Y
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
(7)
Uji Regresi Moderasi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -50927080.455 107995581.053 -.472 .641
X1 -34.895 13.386 -.657 -2.607 .015
X2 49.603 13.494 .907 3.676 .001
Z .013 .004 .543 3.227 .003
a. Dependent Variable: Y
Goodness of Fit
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .823a .678 .641 210333788.97888
a. Predictors: (Constant), Z, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 308823979.787 184445034.954 1.674 .106
X1 -13.158 12.669 -.248 -1.039 .309
Z -.003 .010 -.118 -.268 .791
X1Z 9.169E-010 .000 1.065 2.006 .055
(8)
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 245386654.806 147518408.530 1.663 .108
X2 -.762 10.783 -.014 -.071 .944
Z -.011 .007 -.453 -1.530 .138
(9)
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 2003. Anggaran Perusahaan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Adisaputro, Gunawan dan Yunita Anggarini. 2007. Anggaran Bisnis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Al’amin, Soffa Fauzia. 2012. Pengaruh Biaya Produksi Variabel Terhadap Laba
Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Bineatama Kayone Lestari Tasikmalaya). Tasikmalaya: Universitas Siliwangi
Dani, Surya Wulan. 2006. Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air
Bersih terhadap Laba Kotor pada PDAM Tirtanadi. Medan: USU
Darsono dan Purwanti. 2010. Penganggaran Perusahaan. Edisi 2. Mitra Wacana
Media: Jakarta
Dharmanegara, Ida Bagus Agung. 2010. Penganggaran Perusahaan : Teori dan
Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jakarta:
PT.Indeks Puri Media Kembangan
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS, Edisi Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanum, Zulia. 2009. Pengaruh Hutang Terhadap Laba Usaha Pada Pusat
Penelitian Karet Tanjung Morawa Sumatera Utara. Medan: UMN
Alwashliyah
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi, Edisi Revisi. Medan: Rajawali Press.
(10)
Bandung: UNIKOM
Hardianto, Rika Kharlina Ekawaty, Cherrya Dhia Wenny. 2013. Pengaruh
Penetapan Tingkat Suku Bunga Deposito dan Kredit Mikro Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Bank Rakyat Prabumegah Kencana. Palembang:
STIE MDP
Haruman, Tendi, Sri Rahayu. 2007. Penyusunan Anggaran Perusahaan, Edisi Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu
Herawati, Jajuk dan Sunarto. 2004. Anggaran Perusahaan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: AMUS dan UST Press.
Itasabella. 2011. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan
Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Medan:
USU
Jackson, Susan E, Randall S Schuler dan Steve Werner, 2011. Pengelolaan
Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Kotler, Amstrong. 2010. Principles Of Marketing. Edisi Ketigabelas. New Jersey. Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.
Kaswan. 2011. Pelatihan dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM, Edisi Satu. Bandung: Alfabeta
Mondy, R. Wayne. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Munandar, M. 2007. Budgeting Penganggaran, Perencanaan Lengkap untuk
Membantu Manajemen. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Nafarin, M. 2009. Penganggaran Perusahaan, Edisi Keitga. Jakarta: Salemba Empat
(11)
Nasution, Beti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis, Cetakan Pertama. Medan: Fisip USU Press
Nur Indriantoro. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Cetakan 2. Yogyakarta: BPFE
Octarizza. 2006. Pengaruh Anggaran Penjualan dan Biaya Operasional sebagai
Alat Perencanaan dan Pengendalian Laba pada PT. Rajawali Nusindo Cabang Medan. Medan: USU
Pebriyanti. 2013. Pengaruh Efisiensi Biaya Operasional terhadap Laba Bersih
Dengan Perputaran Persediaan Sebagai Variabel Pemoderasi. Tanjung
Pinang: UMRAH
Rowley, Jenifer. 2005. The Four Cs of Customer Loyalty. University of Wales,
UK: Emerald Group Publishing Limited.
Simamora, Henry. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN Yogyakarta
Siregar, Ir. Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.
Sitepu, Karianto. 2014. Pengaruh Penjualan Kredit Terhadap Penjualan Sepeda
Motor Pada PT. Capella Dinamik Nusantara Kutacane. Medan:
Universitas Sumatera Utara
Sitorus, Ayuning Untari. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Laba Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar DI BEI. Medan:
(12)
Stice, Earl K, James D. Stice, K. Fred Skousen. 2009. Akuntansi Intermediette, Edisi Keenam Belas, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono. 2005. Metode Untuk Penelitian Bisnis, Edisi Dua Belas. Badung: CV. Alfabeta
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi Ketiga. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Werther, B William dan Davis Keith. 2009. Human Resources and Personnel
Management. New York: Mc. Graw Hill International
Wild, John, K.R. Subramyam, dan Robert F. Hasley. 2005. Analisis Laporan
Keuangan. Edisi Delapan, Buku Kesatu. Jakarta: Salemba Empat.
Link Website:
(13)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan hubungan
kausal. Karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan sebab
akibat dalam bentuk pengaruh antara variabel melalui pengujian hipotesis.
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:34) peneliti menggunakan variabel moderasi
atau moderator untuk melihat apakah hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dipengaruhi oleh variabel tersebut.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012: 115) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisitik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini data yang diperoleh dari dealer sepeda motor di
Sumatera Utara.
Sampel merupakan bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang diambil untuk keperluan penelitian. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik dalam menentukan
(14)
Adapun kriteria sampel yang digunakan, antara lain:
1. Dealer sepeda motor di Sumatera Utara yang memiliki laporan keuangan
tahunan tahun 2012-2014.
2. Dealer sepeda motor di Sumatera Utara yang laporan keuangannya tidak
merugi.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dari
tabel berikut.
Tabel 3.1
Sampel Dealer Sepeda Motor di Sumatera Utara
No Nama Perusahaan
1 CV. Aneka Teknik
2 PT. Bintang Utama Motor
3 CV. Wahana Lestari
4 CV. Panca Prima Pribadi
5 CV. Deli Mitra Lestari
6 UD. Honda Kita
7 UD. Cantik Motor
8 PT. Panca Niaga Motor
9 PT. Panca Jaya Motor
(15)
3.3 Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan terdiri dari:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yaitu
data dari dealer sepeda motor di Sumatera Utara yang telah memenuhi kriteria
tertentu.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen baik dari
buku, jurnal, dan situs internet untuk mendukung penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan
informasi atau data primer yang didapatkan langsung dari dealer sepeda motor di
Sumatera Utara berupa anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan serta
laporan laba rugi tahun 2012-2014.
3.5 Batasan Operasional
Atas pertimbangan-pertimbangan efisiensi, minat, keterbatasan waktu,
tenaga, dan pengetahuan peneliti, maka peneliti melakukan beberapa batasan
konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya:
(16)
2. Penelitian ini dilakukan hanya terbatas pada perusahaan yang mau laporan
keuangannya dipublikasikan.
3.6 Defenisi Operasional 3.6.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2007:59). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah laba. Laba merupakan salah satu alat pengukuran
kinerja suatu perusahaan.
3.6.2 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat
mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan
yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya. Berikut variabel
independen yang digunakan dalam penelitian.
1. Anggaran Pelatihan
Pelatihan merupakan salah satu faktor penunjang meningkatnya kinerja
karyawan, dengan semakin sering dan rutin pelatihan diadakan, maka semakin
tinggi kinerja karyawan yang berhasil. Namun, dalam melaksanakan pelatihan
(17)
2. Anggaran Pengembangan
Pengembangan menjadi salah satu faktor penunjang meningkatnya kinerja
perusahaan pada saat yang akan datang, karena pengembangan lebih
berorientasi terhadap pelatihan jangka panjang perusahaan. Pelatihan untuk
pengembangan juga harus dilakukan sesering mungkin dan rutin, agar
pelatihan untuk pengembangan dapat terlaksana dengan baik maka perlu
disusun anggaran biaya untuk pengembangan karyawan dalam setahun.
3.6.3 Variabel Moderasi
Variabel moderating didefenisikan sebagai variabel yang dapat memperkuat
atau memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dan variabel
dependen. Pada penelitian ini kinerja menjadi variabel moderating. Kinerja
diharapkan dapat mempengaruhi hubungan antara anggaran pelatihan dan
(18)
3.7 Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.2
Skala Pengukuran Variabel
Variabel Pengukuran Skala
Anggaran Pelatihan Jumlah dana yang
dialokasikan oleh perusahaan
Rasio
Anggaran Pengembangan
Jumlah dana yang dialokasikan oleh perusahaan
Rasio
Laba Pendapatan
operasional – biaya operasional
Rasio
Kinerja Total penjualan Rasio
3.8 Metode Analisis Data
Seluruh data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan metode analisis statistik dengan menggunakan persamaan regresi
berganda. Analisis data dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20. Model regresi
berganda adalah teknik analisis yang menjelaskan hubungan antara variabel
dependen dengan beberapa variasi independen (Sugiyono 2004:271).
Model penelitian tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh anggaran
pelatihan dan anggaran pengembangan terhadap laba perusahaan dengan kinerja
(19)
3.8.1 Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2006:19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, rage, kurtois, dan skewness (kemencengan distribusi)
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik adalah asumsi yang mendasari analisis regresi dengan tujuan
mengukur asosiasi atau keterikatan antar variabel bebas. Terdapat empat
pengujian terkait uji asumsi klasik yaitu uji normalitas data, uji multikolinearitas,
uji heteroskedasitas, dan uji autokorelasi.
3.8.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendetek=si
apakah variabel residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis
grafik. Sedangkan normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan uji
statistik nonparametric kolmogrof – smirnov (K-S). Suatu variabel dikatakan
(20)
3.8.2.2Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
3.8.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah dengan melihat nilai Lagrange
Multiplier (LM Test). Nilai LM didapat dari hasil perkalian antara R2 dengan
jumlah sampel dalam penelitian (N). Jika nilai LM > Chi Square maka dalam
model regresi mengalami gejala heteroskedastisitas, sedangkan jika nilai LM <
nilai Chi Square maka dalam model regresi tidak mengalami gejala
(21)
3.8.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan
ada problem autokorelasi.
3.8.3 Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda untuk mengetahui pengaruh anggaran pelatihan dan anggaran
pengembangan terhadap kinerja dengan model sebagai berikut:
(i) Y = α + β1X1 + β2X2 + β3 X1.X3 + β4 X2.X3 + e Keterangan:
Y = Laba
X1 = Anggaran Pelatihan
X2 = Anggaran Pengembangan
X3 = Kinerja
a = konstanta
e = standar error
(22)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat statistik Statistical
Package For The Social Science (SPSS). SPSS adalah salah satu program
komputer yang khusus dibuat untuk mengolah data dengan metode statistik
tertentu (Ghozali, 2005:103). Pengujian hasil analisis regresi linear berganda
dilakukan dengan Uji F dan Uji t.
3.8.4 Uji Hipotesis
3.8.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Pengujian ini menggunakan uji F dengan membandingkan F hitung dengan F
tabel. Uji ini dilakukan dengan syarat :
1. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, yaitu variabel-variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, yaitu variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini
(23)
didasarkan pada pembandingan antara nilai signifikansi 0,05 dimana
syaratnya adalah sebagai berikut:
a. Jika signifikansi F < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti variabel-variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika signifikansi F > 0,05, maka Ho diterima yaitu berarti variabel-variabel
independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.8.4.2Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian ini
dilakukan dengan uji t atau t-test, yaitu membandingkan antar t-hitung dengan
t-tabel. Uji ini dilakukan dengan syarat:
1. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak yang berarti variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima yang berarti variabel independen
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan nilai signifikansi t
pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar 5%).
Analisis didasarkan pada perbandingan antara signifikan t dengan nilai
(24)
1. Jika signifikansi t < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti variabel
independennya berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
2. Jika signifikansi t > 0,05, maka Ho diterima yaitu variabel dependen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.8.4.3Menguji Regresi dengan Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel independen yang akan menguatkan
atau melemahkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Ada tiga cara menguji metode analisis regresi linear dengan variabel moderating,
yaitu :
1. Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis
(MRA). Menurut Ghozali (2013:229) metode ini menggunakan pendekatan
analitik yang mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk
mengontrol pengaruh variabel moderator. Untuk menggunakan MRA dengan
satu variabel prediktor (X), maka kita harus membandingkan tiga persamaan
regresi untuk menentukan jenis variabel moderator. Ketiga persamaan
tersebut adalah :
(25)
- Yi = α+β1Xi+β2Zi+β3Xi*Zi+ε
Jika persamaan 2 dan 3 tidak berbeda secara signifikan atau (β3= 0; β2≠ 0) maka
Z bukanlah variabel moderator, tetapi sebagai prediktor (independen). Jika
persamaan 1 dan 2 tidak berbeda maka variabel Z merupakan pure moderator,
tetapi harus berbeda dengan persamaan 3 atau (β2= 0; β3≠ 0). Jika persamaan 1,2,
dan 3 berbeda satu sama lainnya, maka variabel Z merupakan variabel quasi
(26)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dealer sepeda motor
yang ada di provinsi Sumatera Utara. Dealer sepeda motor yang dijadikan sampel
berjumlah 10 perusahaan. Data yang diambil dari dealer sepeda motor yang ada
di Sumatera utara sepanjang 3 tahun, yaitu mulai tahun 2012-2014
Analisis dan pembahasan yang tersaji pada bab ini menunjukkan hasil dari
analisis data berdasarkan pengamatan variabel bebas maupun variabel moderasi
yang digunakan dalam model analisis regresi dengan menggunakan Moderated
Regression Analisys (MRA) untuk mengetahui apakah kinerja berpengaruh positif
terhadap hubungan antara anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan
dengan laba perusahaan.
4.2 Uji Deskriptif
Statistik deskriptif dari data-data dalam penelitian ini disajikan dalam tabel
(27)
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 30 3446000.00 28450000.00 16594400.0000 6609463.07277 X2 30 2815000.00 30000000.00 15759533.3333 6417033.20500 Z 30 2258585000.00 65125910188.00 25402565740.9333 15094606020.73297 Y 30 62921311.00 1913507694.00 472351354.2333 350937079.39734 Valid N (listwise) 30
Dari pengujian deskriptif statistik yang tersaji pada tabel 4.1 menunjukkan
nilai rata-rata anggaran pelatihan sebesar 16,594,400.00 dengan nilai standar
deviasi sebesar 6,609,463.07. Anggaran pelatihan dari nilai terendah sebesar
3,446,000 yaitu perusahaan CV. Deli Mitra Lestari sampai dengan nilai tertinggi
sebesar 28,450,000 yaitu PT. Panca Niaga Motor.
Dari analisis statistik deskriptif diketahui rata-rata anggaran pengembangan
oleh perusahaan sampel sebesar 15,759,533.33 dengan nilai standar deviasi
sebesar 6,609,463.07. Anggaran pengembangan terendah sebesar 2,815,000.00
yaitu perusahaan CV. Deli Mitra Lestari sampai dengan nilai tertinggi sebesar
30,000,000.00 yaitu perusahaan PT. Panca Niaga Motor.
Dari analisis statstik deskriptif diketahui nilai rata-rata kinerja karyawan
bagian penjualan sampel sebesar 25,402,565,740.93 dengan nilai standar deviasi
15,094,606,020.73. Kinerja terendah sebesar 2,258,585,000.00 yaitu perusahaan
(28)
perusahaan PT. Panca Niaga Motor.
Dari analisis statistik deskriptif diketahui nilai rata-rata laba perusahaan
sampel sebesar 472,351,354.23 dengan nilai standar deviasi 350,937,079.39. Laba
perusahaan terendah sebesar 62,921,311.00 yaitu perusahaan CV. Deli Mitra
Lestari (tahun 2012) sampai dengan nilai tertinggi sebesar 1,913,507,694.00 yaitu
perusahaan PT. Panca Niaga Motor.
4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan pada tiap-tiap variabel penelitian untuk
mengetahui variabel mana yang memenuhi dan tidak memenuhi asumsi
normalitas (variabel tersebut terdistribusi secara normal). Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan Normal Probility Plot dan uji
Kolmogorov-Smirnov. Pada uji Kolmogorov-Smirnov, apabila nilai
signifikansi lebih besar dari 0.05, maka data residual berdistribusi normal.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka data residual
(29)
Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Moderasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 Y
N 30 30 30
Normal Parametersa,b Mean 16594400.0000 15759533.3333 472351354.2333
Std. Deviation 6609463.07277 6417033.20500 350937079.39734
Most Extreme Differences
Absolute .161 .153 .209
Positive .131 .104 .209
Negative -.161 -.153 -.126
Kolmogorov-Smirnov Z .883 .837 1.147
Asymp. Sig. (2-tailed) .417 .485 .144
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil dari pengolahan data penelitian sebelum moderasi dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang tersaji dengan tabel 4.2 diperoleh
signifikansi variabel X1 (anggaran pelatihan) = 0.417, X2 (anggaran
pengembangan) = 0.485, dan Y (laba) = 0.144 lebih besar dari 0.05, yang
(30)
Tabel 4.3
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Moderasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Z
N 30
Normal Parametersa,b Mean 25402565740.9333
Std. Deviation 15094606020.73297
Most Extreme Differences
Absolute .121
Positive .121
Negative -.088
Kolmogorov-Smirnov Z .662
Asymp. Sig. (2-tailed) .773
a. Test distribution is Normal.
(31)
Hasil dari pengolahan data penelitian setelah moderasi dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang tersaji dengan tabel 4.3 diperoleh
signifikansi variabel Z (kinerja) lebih besar dari 0.05 yaitu 0.773 yang
menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal.
Gambar 4.1 Sebelum Moderasi
Gambar 4.2 Setelah Moderasi
(32)
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas
dilakukan dengan melihat VIF antar variabel independen. Jika VIF menunjukkan
angka > 10 dan nilai tolerance < 0.1 hal ini berarti terdapat gejala
multikolinearitas.
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas
Sebelum Moderasi
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
X1 .214 4.674
X2 .214 4.674
a. Dependent Variable: Y
Dengan melihat grafik normal plot yang tersaji pada gambar 4.1
(sebelum moderasi) dan gambar 4.2 (setelah moderasi) terlihat titik-titik menyebar
disekitar diagonal, serta penyebarannya mendekati garis diagonal. Kedua grafik ini
(33)
ditunjukkan dalam angka VIF (Variance Inflation Factor) dari X1 (anggaran
pelatihan) dan X2 (anggaran pengembangan) yang < 10 dan nilai tolerance > 0,10.
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas
Setelah Moderasi
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
X1 .195 5.131
X2 .203 4.915
Z .438 2.286
a. Dependent Variable: Y
Dari uji multikolinearitas setelah moderasi yang tersaji dalam tabel 4.5
dapat dilihat tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel penelitian, hal ini
ditunjukkan dalam angka VIF (Variance Inflation Factor) dari X1 (anggaran
pelatihan), X2 (anggaran pengembangan), dan Z (kinerja) < 10 dan nilai tolerance
(34)
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Pengujian ini dapat dilakukan dengan berbagai uji yang dilakukan. Di
bawah ini merupakan hasil dari pengujian heteroskedasitas dengan melihat grafik
plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu Xadalah residual (Y predksi – Y sesungguhnya) yang telah di –
studentized. Cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas adalah dengan
melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data dengan SPSS.
Pengambilan keputusan adalah dengan melihat pola tertentu, seperti titik-titik
yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas dan jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah
terjadi gejala heteroskedasitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran
(35)
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedasitas dengan Scatter Plot Sebelum Moderasi
Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat
(36)
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
Setelah Moderasi
Dari grafik Scatterplot setelah moderasi yang tersaji pada gambar 4.4
dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dn tidak membentuk suatu
pola tertentu serta terebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y,
jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
(37)
4.3.4 Uji autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya masalah dalam autokorelasi
diantaranya dengan menggunkan uji Durbin-Watson.
Tabel 4.6
Hasil Uji Durbin-Watson Sebelum Moderasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .741a .549 .516 244253521.62730 1.497
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel 4.5 hasil pengujian Durbin-Watson diperoleh bahwa tidak
terjadi autokorelasi antar kesalahan pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari
nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 1.497. Angka tersebut berada diantara -2 dan
+2, artinya bahwa angka DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 <
1,497 > +2). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun
(38)
Tabel 4.7
Hasil Uji Durbin-Watson Setelah Moderasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .823a .678 .641 210333788.97888 1.676
a. Predictors: (Constant), Z, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Setelah dimasukkan variabel moderasi berdasarkan tabel 4.6 hasil pengujian
Durbin-Watson diperoleh bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan
pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar
1.676. Angka tersebut berada diantara -2 dan +2, artinya bahwa angka DW lebih
besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 < 1.676 > +2). Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negative.
4.4Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk memprediksi seberapa jauh
perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel independen dimanipulasi
(39)
moderasi. Variabel yang dipakai adalah laba sebagai variabel dependen dan
anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan sebagai variabel independen
serta kinerja sebagai variabel moderasi. Hasil dari analisis regresi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8 Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -96000966.435 124357960.115 -.772 .447
X1 -22.009 14.837 -.415 -1.483 .150
X2 59.239 15.282 1.083 3.876 .001
a. Dependent Variable: Y
Pada tabel di atas dapat dilihat nilai konstanta sebesar -96000966.435. Nilai
koefisien variabel X1 (anggaran pelatihan) adalah -22.009 dan variabel X2
(anggaran pengembangan) adalah 59.239. Berdasarkan hasil uji regresi linear
berganda di atas diperoleh persamaan regresi : Y = -96000966.435+ -22.009X1 +
(40)
Tabel 4.9 Uji Regresi Moderasi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -50927080.455 107995581.053 -.472 .641
X1 -34.895 13.386 -.657 -2.607 .015
X2 49.603 13.494 .907 3.676 .001
Z .013 .004 .543 3.227 .003
a. Dependent Variable: Y
Pada tabel di atas dapat dilihat nilai konstanta sebesar -50927080.455. nilai koefisien untuk variabel X1 adalah sebesar -34.895. nilai koefisien untuk X2 49.603. nilai koefisien untuk variabel moderasi adalah sebesar 0.013. berdasarkan hasil uji regresi maka diperoleh persamaan regresi :
Y = 50927080.455 + -34.895X1 + 49.603X2 + 0.013 X1X3 + e
4.5 Uji hipotesis
4.5.1 Uji R2 atau Koefisien Determinasi
Dari hasil pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model regresi
yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi Best Linear
Unbiased Estimated (BLUE) sehingga layak dilakukan analisis regresi, untuk
mengetahui seberapa baik model regresi yang digunakan dalam penelitian, dapat
(41)
1. Semakin tinggi nilai R Square maka akan semakin baik model regresi. Nilai R
Square yang kecil menunjukkan kemampuan variabel independen menerangkan
variasi variabel dependen sangat terbatas atau sebaliknya. Namun, R Square
memiliki kelemahan mendasar apabila setiap penambahan variabel independen ke
dalam model, maka R Square pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen
(Ghozali,2013). Sedangkan angka koefisien korelasi (Adjusted R Square)
menunjukkan seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi yang terjadi pada variabel independen. Tidak seperti nilai R Square, nilai
Adjusted R Square dapat turun maupun naik meskipun ada penambahan variabel.
Standar Error of Estimate, apabila semakin kecil maka akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Berikut ini disajikan
tabel Goodness of Fit.
Tabel 4.10 Sebelum Moderasi
Goodness of Fit
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .741a
.549 .516 244253521.62730
a. Predictors: (Constant), X2, X1
(42)
Pada tabel 4.6 nilai R Square adalah sebesar 0.741 yang berarti bahwa
74,1% variabel dependen (laba perusahaan yang diproksi ke Tobins Q) dapat
dijelaskan oleh anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan, sedangkan
sebesar 25,9% sisanya dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 4.11 Setelah Moderasi
Goodness of Fit
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .823a
.678 .641 210333788.97888
a. Predictors: (Constant), Z, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Setelah dimasukan variabel moderasi yaitu kinerja, R Square meningkat
menjadi 0.678 yang berarti 67.8% laba dapat dijelaskan dari kedua variabel
tersebut. Begitu juga dengan Adjusted R Square pada persamaan 2 adalah sebesar
0.641 yang berarti 64.1% variasi variabel dependen (laba) dapat dijelaskan oleh
anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan. Nilai Standar Error of Estimate
(43)
menunjukkan model regresi berarti semakin baik.
4.5.2 Pengujian hipotesis secara parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Uji t untuk mengetahui signifikansi koefisien
regresi. Kriteria keputusan diambil dengan membandingkan Sig-t dengan α =
0.05:
- Jika Sig-t < 0.05: koefisien rergesi signifikan,
- Jika Sig-t ≥ 0.05: koefisien regresi tidak signifikan.
Berikut adalah hasil uji regresi parsial yang disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.12 Sebelum Moderasi
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -96000966.435 124357960.115 -.772 .447
X1 -22.009 14.837 -.415 -1.483 .150
X2 59.239 15.282 1.083 3.876 .001
a. Dependent Variable: Y
Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara melihat nilai pada kolom
Sig. yaitu untuk X1 (anggaran pelatihan) sebesar 0.150 dan X2 (anggaran
(44)
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara parsial apabila nilai
signifikansi (kolom Sig.) lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% sehingga
berdasarkan tabel 4.7 dapat diambil keputusan bahwa X1 (anggaran pelatihan)
tidak berpengaruh terhadap Y (laba), sedangkan X2 (anggaran pengembangan)
berpengaruh terhadap Y (laba).
Tabel 4.13 Setelah Moderasi
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 308823979.787 184445034.954 1.674 .106
X1 -13.158 12.669 -.248 -1.039 .309
Z -.003 .010 -.118 -.268 .791
X1Z 9.169E-010 .000 1.065 2.006 .055
a. Dependent Variable: Y
Tabel di atas menunjukkan hasil regresi dengan variabel moderasi Z (kinerja).
Anggaran pelatihan dan kinerja tidak berpengaruh secara parsial terhadap laba.
Kinerja juga tidak dapat memoderasi pengaruh anggaran pelatihan terhadap laba.
Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi berada di atas 0.05 untuk setiap variabel
(45)
Tabel 4.14 Setelah Moderasi
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 245386654.806 147518408.530 1.663 .108
X2 -.762 10.783 -.014 -.071 .944
Z -.011 .007 -.453 -1.530 .138
X2Z 1.083E-009 .000 1.265 3.388 .002
a. Dependent Variable: Y
Tabel di atas menunjukkan hasil regresi dengan variabel moderasi Z (kinerja).
Anggaran peengembangan dan kinerja berpengaruh secara parsial terhadap laba.
Kinerja juga dapat memoderasi pengaruh anggaran pelatihan terhadap laba. Hal
ini dapat dilihat dari nilai signifikansi berada di angka 0.002.
4.5.3 Pengujian hipotesis secara simultan (Uji F)
Uji simultan yang sering disebut dengan uji F dilakukan untuk menguji
apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan)
mempengaruhi variabel dependen. Kriteria keputusan diambil dengan
membandingkan Sig-F dengan α = 0.05
- Jika Sig-F < 0.05 : koefisien regresi signifikan
(46)
Untuk mengetahui apakah X1 (anggaran pelatihan) dan X2 (anggaran
pengembangan) secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi Y (laba) dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.15
Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1960734040843983620.000 2 980367020421991810.000 16.433 .000b Residual 1610814136338068220.000 27 59659782827335864.000
Total 3571548177182051800.000 29
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Dari tabel 4.8 dapat diambil kesimpulan bahwa X1 (anggaran pelatihan)
dan X2 (anggaran pengembangan) secara bersama-sama (simultan)
mempengaruhi Y (laba) dengan tingkat signifikansi 0.00. Pengambilan keputusan
terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas p
dengan nilai tingkat signifikansi, yakni α. Jika nilai probabilitas (kolom Sig.) p ≥
tingkat signifikansi yang digunakan (5%) maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel bebas secara bersama-sama atau simultan tidak mempengaruhi variabel
dependen. Jika, nilai probabilitas (kolom Sig.) p < tingkat signifikansi (5%),
(47)
4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Anggaran Pelatihan Terhadap Laba Perusahaan
Menurut Ghozali (2006:84), apabila variabel dependen memiliki
nilai signifikansi diatas 0.05, maka variabel independen dikatakan tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan
hasil SPSS, hasil penelitian pada Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai
signifikansi anggaran pelatihan terhadap laba perusahaan sebesar 0.150 >
0.05, sehingga anggaran pelatihan tidak berpengaruh terhadap laba
perusahaan.
Pada penelitian ini, anggaran pelatihan yang dianggarkan
perusahaan sebesar Rp161.377.000 pada tahun 2012, Rp 164.280.000 pada
tahun 2013, Rp 170.425.000 pada 2014, dengan merencanakan pelatihan
product knowledge, company orientation, dan dasar-dasar prospecting.
Karyawan-karyawan yang diberikan pelatihan adalah karyawan-karyawan
yang baru bekerja, seperti menurut Dessler (2009:263) pelatihan adalah
proses mengajarkan karyawan baru keterampilan dasar yang mereka
butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka.
Pada penelitian ini karyawan yang dimaksud adalah karyawan
bagian penjualan atau salesman. Karyawan baru akan diberikan pelatihan
untuk menguasai dasar-dasar sepeda motor, seperti
(48)
spesifikasi umum produk. Perusahaan berharap dengan disediakannya
anggaran ini, perusahaan bisa mendapatkan laba yang maksimal namun,
anggaran pelatihan justru tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan, hal
ini bisa saja disebabkan oleh realisasi anggaran yang rendah, pelatihan
yang dilaksanakan tidak efektif dan efisien sehingga justru hanya
membebani perusahaan dan karyawan yang diberi pelatihan tidak
mendapat skill seperti yang diharapkan.
4.6.2 Pengaruh Anggaran Pengembangan Terhadap Laba Perusahaan
Apabila variabel dependen memiliki nilai signifikansi dibawah
0.05, maka variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Ghozali 2006:84). Berdasarkan hasil SPSS,
hasil penelitian pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai signifikansi
anggaran pengembangan terhadap laba perusahaan sebesar 0.001 < 0.05,
sehingga anggaran pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Pada penelitian ini, anggaran pengembangan yang dianggarkan
perusahaan sebesar Rp 143.511.000 pada tahun 2012, Rp 146.925.000
pada tahun 2013, dan Rp 153.042.000 pada tahun 2014 dengan
(49)
karyawan ditujukan kepada karyawan lama yang telah memiliki skill
seperti Menurut Mathis dan Jackson dalam Nasution (2010:127),
pengembangan dilakukan terhadap karyawan-karyawan lama yang
dianggap memiliki potensi untuk mengembangkan bakat-bakat karyawan
dengan tujuan menjalankan rencana-rencana strategis jangka panjang
perusahaan.
Dealer sepeda motor di Sumatera Utara menetapkan para
karyawan yang sudah mempunyai status sebagai karyawan tetap yang
dianggap berbakat untuk diberikan pengembangan sebagai suatu bentuk
soft skill yang nantinya akan mendukung kemampuan karyawan
(salesman) dalam melakukan penjualan dan menjalin relasi yang baik
dengan para konsumen. Dealer sepeda motor di Sumatera Utara juga
beranggapaan bahwa penting bagi mereka untuk menetapkan suatu
anggaran pengembangan bagi para salesman mereka, karena salesman
merupakan frontliner yang menjadi image suatu perusahaan, juga
merupakan ujung tombak dalam hal meraih keuntungan. Anggaran
pengembangan yang ditetapkan oleh dealer sepeda motor di Sumatera
(50)
4.6.3 Pengaruh Anggaran Pelatihan dan Anggaran Pengembangan Terhadap Laba Perusahaan
Apabila variabel dependen memiliki nilai signifikansi dibawah
0.05, maka variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Ghozali 2006:83). Berdasarkan hasil SPSS,
hasil penelitian pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai signifikansi
anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan terhadap laba perusahaan
sebesar 0.002 < 0.05 sehingga anggaran pelatihan dan anggaran
pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Pada penelitian ini, anggaran pelatihan yang dianggarkan
perusahaan sebesar Rp161.377.000 pada tahun 2012, Rp 164.280.000 pada
tahun 2013, dan Rp 170.425.000 pada 2014, sedangkan anggaran
pengembangan dianggarkan sebesar Rp 143.511.000 pada tahun 2012, Rp
146.925.000 pada tahun 2013, dan Rp 153.042.000 pada tahun 2014,
namun anggaran pengembangan mempunyai kontribusi yang cukup besar
terhadap laba perusahaaan, sehingga anggaran pelatihan dan anggaran
pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan meskipun anggaran
pelatihan tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan secara parsial,
(51)
mempunyai attitude yang baik, sedangkan karyawan yang diberi
pengembangan adalah karyawan lama yang telah menguasai job profile
dan menguasai pekerjaan saat ini. Karyawan yang diberikan
pengembangan disiapkan untuk menghadapi tantangan pekerjaan dimasa
depan.
Pada industri sepeda motor, para salesman diharapkan memiliki
communication skill, time management, prospecting skill, dan relationship marketing yang baik. Hal ini dikarenakan, sepeda motor adalah kategori homogenous shopping good, yaitu barang yang untuk keputusan
pembelinya butuh pertimbangan seperti dengan melakukan perbandingan
dan pencarian informasi produk dari berbagai sumber. Dalam kasus ini,
terkadang konsumen yang datang membeli sudah mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber, sehingga salesman diharapkan mampu
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen melalui skill yang telah
diberikan.
Sebagai contoh, salesman baru pada umumnya hanya menguasai
mengenai pengetahuan umum atau ciri-ciri umum produk yang dijual,
sedangkan salesman yang lebih berpengalaman, yang telah disiapkan
untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang telah
(52)
dan substitusi dari produk yang dijual. Pengetahuan yang baik dan skill
yang baik akan mempermudah salesman mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen.
4.6.4 Pengaruh kinerja terhadap hubungan antara anggaran pelatihan dengan laba perusahaan
Berdasarkan hasil SPSS, hasil penelitian pada tabel 4.12
menunjukkan bahwa nilai signifikansi kinerja mempengaruhi hubungan
antara anggaran pelatihan dengan laba perusahaan sebesar 0.055 > 0.05,
sehingga kinerja tidak mempengaruhi hubungan antara pelatihan dengan
laba perusahaan.
Jumlah total penjualan perusahaan yang digunakan sebagai
indikator kinerja adalah Rp 252.814.106.327 pada tahun 2012, Rp
227.229.899.832 pada tahun 2013, Rp 282.032.966.069 pada tahun 2014.
Anggaran pelatihan yang dianggarkan perusahaan sebesar Rp161.377.000
pada tahun 2012, Rp 164.280.000 pada tahun 2013, dan Rp 170.425.000
pada 2014. Dari data di atas dapat dilihat dalam 3 tahun terjadi penurunan
total penjualan pada tahun 2013 sedangkan anggaran pelatihan yang
(53)
laba pada tahun sebelumnya atau jumlah karyawan pada perusahaan.
Umumnya pelatihan ditujukan kepada karyawan baru. Karyawan baru ada
yang belum memiliki pengalaman kerja, ada juga yang telah memiliki
pengalaman kerja, namun biasanya karyawan baru pada perusahaan adalah
karyawan yang belum memiliki pengalaman bekerja, sehingga dalam
menyusun anggarannya perusahaan menganggap bahwa semua karyawan
baru belum memiliki pengalaman atau kinerja.
4.6.5 Pengaruh kinerja terhadap hubungan antara anggaran pengembangan dengan laba perusahaan
Berdasarkan hasil SPSS, hasil penelitian pada tabel 4.12
menunjukkan bahwa nilai signifikansi kinerja mempengaruhi hubungan
antara anggaran pengembangan terhadap laba perusahaan sebesar 0.002 <
0.05 dan nilai koefisiennya 1.08, sehingga kinerja mempengaruhi
hubungan secara positif antara anggaran pengembangan dengan laba
perusahaan, namun kinerja memperlemah hubungan antara anggaran
pengembangan dengan laba perusahaan. Dapat dilihat dari tabel 4.11 nilai
koefisiennya 59.239 menjadi 1.08 setelah dimasukkan variabel moderasi.
Jumlah total penjualan perusahaan yang digunakan sebagai
(54)
227.229.899.832 pada tahun 2013, Rp 282.032.966.069 pada tahun 2014.
Anggaran pengembangan dianggarkan sebesar Rp 143.511.000 pada tahun
2012, Rp 146.925.000 pada tahun 2013, dan Rp 153.042.000 pada tahun
2014. Menurut Jackson, Schuler, dan Werner (2009:211) Pengembangan
merupakan aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kompetensi untuk jangka panjang sebagai antisipasi atas kebutuhan masa
datang. Perusahaan menganggarkan sejumlah dana yang digunakan untuk
membangun kualitas SDM, karena penting bagi perusahaan untuk dapat
selalu menjadi yang utama diindustri yang sedang dijalani. Perubahan
pasar yang kian dinamis, menuntut perusahaan untuk terus meningkatkan
skill karyawan.
Kinerja mempengaruhi hubungan antara anggaran dan laba
perusahaan, namun kinerja memperlemah hubungan antara anggaran
pengembangan dan laba peusahaan, hal ini dikarenakan anggaran yang
dikeluarkan perusahaan untuk pengembangan karyawan sekarang, namun
hasilnya atau kinerja karyawan akan kelihatan pada saat yang akan datang.
Oleh karena itu, kinerja akan memperlemah hubungan antara anggaran
(55)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan maka kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Anggaran pelatihan tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan.
2. Anggaran pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
3. Anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan berpengaruh terhadap laba
perusahaan.
4. Kinerja tidak mempengaruhi hubungan antara anggaran pelatihan dengan laba
perusahaan.
5. Kinerja mempengaruhi hubungan antara anggaran pengembangan dengan laba
perusahaan.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan dari peneliti adalah sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel atau
mencari jenis anggaran lainnya, karena masih banyak variabel lain yang dapat
(56)
2. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah tahun penelitian. Sampel yang
digunakan tidak hanya terbatas dari dealer sepeda motor, tetapi juga
perusahaan-perusahaan lainnya. Sampel yang dipakai juga tidak hanya yang
ada di Sumatera Utara, tetapi daerah-daerah lainnya.
3. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel moderasi yang lain,
menambah variabel moderasi, ataupun menambah variabel intervening untuk
hubungan anggaran pelatihan dan anggaran pengembangan dengan laba
perusahaan.
4. Peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai sebab tidak berpengaruhnya
anggaran pelatihan dengan laba perusahaan dan kinerja tidak memoderasi
(57)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Anggaran
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari anggaran. Pengertian
dari anggaran menurut Dharmanegara (2010:2) adalah suatu rencana yang disusun
secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan
dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu
yang akan datang. Menurut Supriyono dalam Haruman dan Rahayu (2007:3)
anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam
ukuran kuantitatif, biasanya dinyatakan dalam satuan uang, untuk perolehan dan
penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun. Menurut Darsono dan Purwanti (2008:2) anggaran adalah
suatu perencanaan laba strategis jangka panjang, suatu perencanaan taktis laba
jangka pendek; suatu sistem akuntansi berdasarkan tanggung jawab; suatu
penggunaan prinsip pengecualian yang berkesinambungan, sebagai alat untuk
mencapai tujuan dan sasaran suatu organisasi.
Fungsi anggaran menurut Dharmanegara (2010:4), yaitu :
(58)
2. Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang
mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi
3. Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang
memnghubungkan beragam departemen atau divisi organisasi antara yang satu
dengan yang lainnya dan dengan manajemen puncak
4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur, anggaran
berfungsi sebagai standar terhadap mana hasil operasi aktual dapat
dibandingkan.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan
manajemen untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau
kelemahan perusahaan
6. Anggaran mencoba untuk memengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun
karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi
yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi
Bagi manajemen perusahaan yang belum terbiasa mengadakan
penyusunan anggaran dalam perusahaannya, akan menganggap bahwa
penyusunan anggaran ini merupakan pekerjaan dan beban tambahan bagi
perusahaan yang bersangkutan, tetapi bila manajemen perusahaan telah merasakan
(59)
sebagai alat bantu dalam penyusunan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan di
dalam perusahaan yang dipimpinnya.
Menurut Nafarin (2009:31) anggaran dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
1. Segi Dasar Penyusunan
Dilihat dari segi dasar penyusunan, anggaran terdiri atas anggaran variabel dan
anggaran tetap. Anggaran variabel adalah anggaran yang disusun berdasarkan
interval, kapasitas (aktivitas), tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri
anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas yang berbeda.
Anggaran tetap adalah anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat
kapasitas tertentu.
2. Segi Cara Penyusunan
Dilihat dari segi penyusunan, anggaran terdiri atas anggaran periodik dan
anggaran kontinu. Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk satu
periode tertentu. Anggaran kontinu adalah anggaran yang dibuat untuk
mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat.
3. Segi Jangka Waktu
Dilihat dari segi jangka waktunya, anggaran terdiri atas anggaran jangka
pendek dan anggaran jangka panjang. Anggaran jangka pendek adalah
(60)
Anggaran jangka panjang adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu
lebih dari satu tahun.
4. Segi Bidang
Dilihat dari segi bidangnya, anggaran terdiri atas anggaran operasional dan
anggaran keuangan. Kedua anggaran tersebut bila dipadukan disebut anggaran
induk. Anggaran operasional adalah anggaran anggaran untuk menyusun
anggaran penjualan/pendapatan, anggaran biaya pabrik, anggaran bahan baku,
anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, dan
anggaran beban usaha. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun
anggaran neraca. Contohnya anggaran kas, anggaran piutang, anggaran
persediaan, dan anggaran utang.
5. Kemampuan menyusun
Dlihat dari segi kemampuan menyusun, anggaran terdiri atas anggaran
komprehensif dan anggaran parsial. Anggaran komprehensif adalah rangkaian
dari berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran parsial
adalah anggaran yang disusun secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya
menyusun bagian anggaran tertentu saja.
6. Segi Fungsi
(61)
tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain. Anggaran kinerja
adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan
dalam organisasi (perusahaan).
7. Segi Metode Penentuan Harga Pokok Produk
Dilihat dari segi metode penentuan harga pokok produk, anggaran terdiri atas
anggaran tradisional dan anggaran berdasar kegiatan. Anggaran tradisional atau
anggaran konvesional terdiri atas anggaran berdasar fungsional dan anggaran
berdasar sifat. Anggaran berdasar fungsional adalah anggaran yang dibuat
dengan menggunakan menggunakan metode penentuan harga penuh dan
berfungsi untuk menyusun anggaran induk atau anggaran tetap. Anggaran an
yang dibuat dengan menggunakan metode penentuan harga pokok variabel dan
berfungsi untuk menyusun anggaran variabel. Anggaran berdasar kegiatan
adalah anggaran yang dibuat dengan menggunakan metode penetapan harga
pokok berdasarkan kegiatan dan berfungsi untuk menyusun anggaran variabel
dan anggaran induk.
Untuk mencapai tujuan-tujuannya, perusahaan seharusnya menyusun anggaran
yang merupakan penjabaran secara terperinci dari masing-masing tujuan menjadi
program kerja yang akan dilaksanakan, karena luasnya aktivitas, mustahil
bilamana program-program kerja ini harus dipikirkan dan disusun oleh seorang
(62)
bagian personalia dari berbagai jenjang organisasi dan dengan berbagai keahlian
yang berbeda, maka penyusunan anggaran pun perlu melibatkan berbagai
personalia inti dari berbagai fungsi operasional perusahaan.
Menurut Adisaputro dan Asri (2003:46), komisi anggaran umumnya berada di
bawah direksi. Sebab yang utama karena baik dalam penyusunannya maupun
dalam pelaksanaanya, anggaran perlu melibatkan personalia dari berbagai bagian,
dengan menempatkan komisi anggaran ini secara langsung dibawahnya, maka
diharapkan anggaran yang tersusun nantinya akan memperoleh dukungan secara
penuh dari semua bagian yang ada dalam perusahaan, sehingga anggaran
benar-benar akan merupakan alat bagi manajemen untuk menggerakkan serta
mengarahkan kegiatan-kegiatan seluruh bagian.
2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen berasal dari kata to manage (bahasa inggris) yang artinya
mengurus, mengatur, dan mengelola dalam hal ini yang mau diatur adalah
sumber-sumber daya organisasi. Menurut Nasution (2010:2) sumber daya manusia
adalah merupakan sumber daya yang paling penting untuk dikelola secara efektif,
karena sumber daya manusialah yang merencanakan, mengatur dan
(63)
adalah kebijakan dan praktek yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan
aspek orang atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi
perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian. Menurut Mathis
dan Jackson dalam Nasution (2010:3) manajemen sumber daya manusia
berhubungan dengan sistem rancangan formal dalam suatu organisasi untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi dilihat dari bakat seseorang untuk
mewujudkan sasaran organisasi. Menurut Henry simamora dalam Nasution
(2010:2) manajemen sumber daya manusia diartikan sebagai pendayagunaan,
pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan terhadap
individu organisasi atau kelompok kerja.
Dari teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya
manusia merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan dengan
menerapkan fungsi-fungsi manajemen mulai dari merencanakan hingga pada
fungsi pengendalian pada pengadaan sumber daya manusia, pengarahan,
pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber
daya manusia sehingga sumber daya di dalam organisasi dapat digunakan secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan peruahaan.
Menurut Mondy (2008:4) ada lima area fungsional dikaitkan dengan
(64)
1. Penyediaan staf
Merupakan proses yang menjamin suatu organisasi untuk selalu memiliki
jumlah karyawan yang tepat dengan keahlian-keahlian yang memadai dalam
pekerjaan-pekerjaan yang tepat, pada waktu yang tepat, untuk mencapai tujuan
organisasi. Penyediaan staf mencakup analisis pekerjaan, perencanaan sumber
daya manusia, perekrutan, dan seleksi.
2. Pengembangan sumber daya manusia
Adalah fungsi manajemen sumber daya manusia utama yang tidak hanya terdiri
atas pelatihan dan pengembangan namun juga aktivitas-aktivitas perencanaan
dan pengembangan karir individu, pengembangan organisasi, serta manajemen
dan penilaian kerja. Pelatihan dirancang untuk memberi para pembelajar
sejumlah pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk pekerjaan mereka
saat ini. Pengembangan melibatkan pembelajaran yang beranjak ke luar
pekerjaan saat ini dan memiliki fokus jangka panjang.
3. Kompensasi
Mencakup semua imbalan total yang diberikan kepada para karyawan sebagai
timbal balik untuk jasa mereka. Imbalan dapat dapat berupa salah satu
kombinasi dari kompensasi finansial langsung (upah/gaji), kompensasi
(65)
4. Keselamatan dan kesehatan
Keselamatan adalah perlindungan bagi karyawan dari luka-luka yang
disebabkan kecelakaan-kecelakaan terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
bebasnya para karyawan dari sakit secara fisik atau emosi.
5. Hubungan kekaryawanan dan perburuhan
Suatu perusahaan dituntut oleh hukum untuk mengakui serikat pekerja dan
berunding dengannya dengan itikad baik jika para karyawan perusahaan yang
bersangkutan menginginkan serikat pekerja mewakili mereka.
2.1.3 Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan dan pengembangan adalah jantung dari upaya berkelanjutan
untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan kinerja organisasi, tetapi masih
banyak persepsi yang menyamakan antara pelatihan dan pengembangan, padahal
pelatihan dan pengembangan mempunyai arti yang berbeda.
2.1.3.1 Pelatihan
Menurut Mondy (2008:210) pelatihan adalah memberi para pembelajar
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka saat ini.
(66)
meningkatkan kinerja jangka pendek dan dalam suatu pekerjaan tertentu dengan
meningkatkan kompetensi pegawai. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pelatihan itu adalah pemberian pengetahuan, skill, dan keterampilan kerja kepada
karyawan yang bersifat jangka pendek. Contohnya memberikan karyawan
pelatihan menggunakan komputer, mesin foto copy, alat-alat pabrik atau cara-cara
menjawab pelanggan dengan baik.
Pelatihan strategis dapat dilaksanakan dengan efektif melalui empat
tahapan dari proses pelatihan, yakni :
1. Penilaian pelatihan
Pelatihan akan efektif jika sebelum diadakan pelatihan terlebih dahulu
diadakan penilaian kinerja. Penilaian kinerja ini berguna untuk melihat
masalah-masalah kinerja karyawan dan organisasional untuk menentukan
apakah dengan diadakannnya pelatihan akan menolong masalah turunnya
kinerja.
Kebutuhan akan pelatihan dapat diidentifikasi dengan cara analisis tugas
dan analisis kinerja. Analisis tugas adalah suatu telaah yang rinci tentang
sebuah pekerjaan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dituntut sehingga
suatu program pelatihan dapat dimulai. Analisis tugas ini memadai untuk
(67)
pengetahuan yang dituntut untuk kinerja yang efektif dengan demikian
pelatihan biasanya biasanya didasarkan pada analisis tugas.
2. Evaluasi Pelatihan
Evaluasi pelatihan adalah membandingkan hasil-hasil pelatihan dengan
tujuan-tujuan yang diharapkan oleh para manajer pelatih dan peserta pelatihan.
Ada empat tingkatan evaluasi, yaitu:
- Reaksi. Organisasi mengevaluasi tingkat reaksi peserta pelatihan dengan cara
wawancara atau dengan memberi kuesioner pada peserta. Pada wawancara atau
kuesioner itu peserta dimintai untuk menilai pelatihan, gaya instruktur, dan
manfaat dari pelatihan tersebut bagi mereka.
- Pembelajaran. Tingkat-tingkat pembelajaran dapat dievaluasi dengan
mengukur seberapa baik peserta pelatihan telah mempelajari fakta, ide, konsep,
teori, dan sikap. Ujian-ujian pada materi pelatihan secara umum digunakan
untuk mengevaluasi pembelajaran dan dapat diberikan pada saat sebelum atau
setelah pelatihan untuk membandingkan hasilnya.
- Perilaku. Mengevaluasi pelatihan pada tingkat perilaku berarti mengukur
pengaruh pelatihan terhadap kinerja pekerjaan melalui wawancara kepada
peserta pelatihan dan rekan kerja mereka. Mengamati kinerja pada pekerjaan.
Jika para manajer menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang diajarkan dalam
(68)
perilaku dari pelatihan wawancara dapat diperoleh. Perilaku lebih sulit diukur
daripada reaksi dan pembelajaran.
- Hasil. Pemberi kerja mengevaluasi hasil-hasil dengan mengukur pengaruh dari
pelatihan pada pencapaian tujuan organisasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan
cara membandingkan kinerja seorang karyawan sebelum pelatihan dan sesudah
pelatihan.
Jenis-Jenis Pelatihan Sumber Daya Manusia:
1. Product Knowledge
Product knowledge (pengetahuan produk) adalah kumpulan berbagai
macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori
produk, merek, terminology produk, atribut atau fitur produk, harga
produk dan kepercayaan mengenai produk. Bila pemasar/penjual dapat
memahami tentang pengetahuan produk yang baik dan benar maka ia akan
mudah melakukan konfirmasi kepada konsumen untuk memastikan
pembelian produk.
2. Company orientation
Menurut Wether dan Davis (2010:114) orientasi perusahaan (company
orientation) adalah mengakrabkan karyawan dengan peran, organisasi,
(69)
mengetahui dan memahami standar pekerjaan, harapan organisasi,
norma-norma yang dihormati yang berlaku di perusahaan, serta
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus dijalankan dan membantu para
pekerja baru untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek teknis
pekerjaan atau jabatan.
3. Dasar Prospecting
Prospecting merupakan bagian dari aktivitas personal selling. Menurut
Tjiptono (2008:244) prospecting yaitu mencari pembeli dan menjalin
hubungan dengan mereka. Pada perusahaan dealer sepeda motor,
dasar-dasar prospecting yang harus dikuasai salesman baru adalah cara
menyapa konsumen dengan benar, cara penggunaan kata-kata yang benar,
dan intonasi yang benar.
2.1.3.2 Pengembangan
Pengembangan menurut Jackson, Schuler, dan Werner (2009:11) adalah
aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi untuk
jangka panjang sebagai antisipasi atas kebutuhan di masa datang.
Aktivitas-aktivitas pengembangan dapat meningkatkan kinerja dalam pekerjaan
seseorang, tetapi itu bukanlah sasaran utamanya. Sebenarnya, pendekatan yang
umum dalam pengembangan adalah memberikan tugas-tugas “tambahan” kepada
(70)
yang melampaui pekerjaan saat ini dan memiliki fokus lebih jangka panjang.
Pengembangan mempersiapkan karyawan untuk tetap sejalan dengan perubahan
dan pertumbuhan organisasi.
Menurut Mathis and Jackson dalam Nasution (2010:127) pengembangan
harus dihubungkan dengan rencana strategis organisasi karena perusahaan harus
mengembangkan bakat-bakat karyawan untuk menjalankan rencana-rencana
strategis tersebut. Pengembangan juga dimulai dari rencana-rencana sumber daya
manusia, hal ini disebabkan karena ;
1. Rencana sumber daya manusia menganalisis, meramalkan, dan menyebutkan
kebutuhan organisasional untuk sumber daya manusia pada saaat ini dan masa
yang akan datang.
2. Selain dari itu perencanaan sumber daya manusia mengantisipasi gerakan
orang-orang dalam organisasi yang disebabkan oleh pensiun, promosi, dan
pemindahan.
3. Perencanaan sumber daya manusia juga membantu menyebutkan kapabilitas
yang dibutuhkan organisasi tersebut di masa yang akan datang dan
perkembangan yang dibutuhkan agar orang-orang tersedia untuk memenuhi
(71)
2.1.3.3 Jenis-Jenis Pengembangan Sumber Daya Manusia
1. Communication Skill
Menurut Rowley (2002) kemampuan komunikasi adalah kemampuan untuk
mengirim pesan-pesan yang mendukung pencapaian tujuan dimana tetap menjaga
penerimaan sosial. Kemampuan komunikasi merupakan peran penting yang harus
dimiliki seorang karyawan terutama salesman dalam proses komunikasi, baik
dalam penyampaian informasi, memecahkan masalah, maupun dalam melakukan
umpan balik.
2. Relationship Marketing
Kotler dan Amstrong (2010:789) mengatakan, relationship marketing adalah
suatu proses untuk menciptakan, mempertahankan, dan meningkatkan
hubungan-hubungan yang kuat dengan para pelanggan dan stakeholder lainnya.
Selain merancang strategi baru untuk menarik pelanggan baru dan menciptakan
transaksi dengan mereka, perusahaan terus menerus sedang berjuang mati-matian
mempertahankan pelanggan yang ada dan membangun relasi jangka panjang yang
mampu mendatangkan laba dengan mereka.
3. Prospecting Skill
Prospecting adalah langkah awal dalam proses penjualan. Pada tahap ini
pengembangan yang diberikan dealer sepeda motor, ada pada membaca tingkah
(72)
menjawab semua pertanyaan konsumen, dan tahap follow up konsumen yang
mampu membuat konsumen membeli produk.
4. Time management
Menurut Orr dalam Saputro (2006:21) time management atau manajemen
waktu diartikan sebagai penggunaan waktu seefisien dan seefektif mungkin untuk
memperoleh waktu maksimal. Pada dealer sepeda motor, karyawan lama
diberikan pengembangan dalam memanajemen waktu agar dapat lebih mandiri
lagi dalam bekerja.
2.1.3.4 Perbedaan Pelatihan dan Pengembangan
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan lebih bersifat
jangka pendek sedangkan pengembangan bersifat jangka panjang. Untuk lebih
jelasnya, menurut Nasution (2010:126) perbedaan pelatihan dan pengembangan
(73)
Tabel 2.1
Perbedaan Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan Pengembangan
Fokus
Mempelajari perilaku dan tindakan tertentu;
mendemonstrasikan teknik-teknik dan proses-proses
Memahami konsep dan konteks informasi;
mengembangkan penilaian; memperluas kapasitas untuk tugas-tugas Kerangka
Waktu Jangka waktu lebih pendek Jangka waktu lebih panjang
Ukuran-Ukuran Efektivitas
Penilaian kinerja; analisis biaya manfaat; tes-tes kelulusan; atau diploma
Tersedia orang-orang yang memenuhi syarat ketika dibutuhkan; promosi dari dalam bila memungkinkan; keunggulan kompetitif berbasis sumber daya manusia
2.1.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelatihan dan Pengembangan
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh
pelatihan dan pengembangan. Menurut Mondy (2010:212) ada lima, yaitu:
1. Dukungan manajemen puncak
Agar program-program pelatihan dan pengembangan berhasil, dibutuhkan
dukungan kepemimpinan dari atas. Contoh seperti Goldman-Nelson Group di
California, akibat dari tidak adanya dukungan dari Vice President, perusahaan
tersebut tidak dapat melakukan perubahan. Tanpa dukungan dari manajemen
puncak, program pelatihan dan pengembanngan tidak akan berhasil. Cara
(74)
mengambil bagian dalam pelatihan dan memberikan sumber-sumber daya yang
dibutuhkan
2. Komitmen para spesialis dan generalis
Disamping manajemen puncak, seluruh manajer apakah spesialis ataupun
generalis, harus berkomitmen pada dan terlibat dalam proses pelatihan dan
pengembangan. Tanggung jawab utama untuk pelatihan dan pengembangan
melekat pada manajer lini, dari mulai presiden dan chairman of the board ke
bawah. Para professional pelatihan dan pengembangan semata-mata hanya
memberikan keahlian teknis.
3. Kemajuan teknologi
Teknologi adalah faktor paling utama yang mempengaruhi pelatihan dan
pengembangan. Komputer dan internet khususnya, secara dramatis
mempengaruhi berjalannya fungsi-fungsi bisnis. Teknologi telah memainkan
peran besar dalam mengubah cara pengetahuan yang disampaikan kepada
karyawan, dan perubahan ini terus berlanjut.
4. Kompleksitas organisasi
Struktur organisasi yang lebih datar karena lebih sedikitnya level manajerial
tampaknya membuat lebih sederhana pengaturan orang-orang dan tugas-tugas.
(75)
modern. Banyak organisasi telah berubah secara dramatis sebagai akibat
perampingan, inovasi teknologi, dan permintaan pelanggan akan
produk-produk dan jasa-jasa baru yang lebih baik. Hasilnya sering kali adalah
bahwa lebih sedikit orang yang harus menjalankan lebih banyak pekerjaan
pada level yang lebih kompleks.
2.1.4 Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang
berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari
suatu proses. Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah
kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh
seseorang yang melakukan pekerjaan.
Menurut Mondy (2010:257) dengan sistem penilaian kinerja, pelatihan dan
pengembangan memiliki keterkaitan langsung dalam mencapai efektifitas
organisasi. Disamping itu, bayaran dan kinerja terkait secara langsung untuk
(76)
dengan sistem penilaian kinerja yang kuat hampir 50 persen lebih berpeluang
untuk melampaui para pesaingnya.
Untuk memotivasi karyawan meningkatkan kinerjanya dan mencapai
target sasaran, supervisor dapat menggunakan penilaian kinerja untuk menentukan
upah, seperti upah berdasarkan jasa, insentif, dan bonus. Apabila karyawan
memiliki peluang untuk memperoleh penghargaan bagi kinerjanya yang bagus
secara adil, maka akan memotivasi karyawan untuk berkinerja lebih baik lagi.
Informasi penilaian kinerja juga dapat digunakan oleh supervisor untuk mengelola
kinerja karyawannya. Data penilaian kinerja yang menunjukkan kelemahan
kinerja seseorang karyawan misalnya dapat digunakan sebagai acuan manajemen
pada saat mengeset sasaran atau level target pengembangan.
Informasi penilaian kinerja juga digunakan untuk membuat keputusan
penstafan yang mencakup keputusan pencarian karyawan untuk mengisi posisi
tertentu misalnya untuk promosi dan mutasi atau mengurangi jumlah karyawan
pada posisi tertentu. Disamping itu penilaian kinerja berguna untuk menentukan
kebutuhan akan pelatihan pengembangan yang diperlukan karyawan.
Ada beberapa hal yang dievaluasi dalam penilaian kinerja, yaitu:
1. Perencanaan sumber daya manusia. Dalam menilai sumber daya manusia
(77)
potensi untuk dipromosikan. Melalui penilaian kinerja bisa ditemukan bahwa
terdapat kekurangan jumlah karyawan yang siap untuk memasuki manajemen.
2. Perekrutan dan seleksi. Nilai-nilai hasil evaluasi kinerja bisa membantu dalam
memprediksi kinerja para pelamar kerja. Contoh, bahwa bisa ditentukan para
manajer perusahaan yang sukses menampilkan perilaku-perilaku tertentu ketika
menjalankan tugas-tugas pokok. Data-data tersebut kemudian bisa menjadi
tolak ukur untuk mengevaluasi respon-respon yang diberikan pelamar melalui
wawancara keperilakuan.
3. Pelatihan dan pengembangan. Penilaian kinerja harus mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan spesifik seorang karyawan akan pelatihan dan
pengembangan. contoh sebuah perusahaan membutuhkan ketrampilan menulis
dan evaluasinya mengungkapkan kekurangan pada faktor tersebut, maka ia
membutuhkan pelatihan tambahan dalam komunikasi tertulis. Dengan
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang secara negatif mempengaruhi
kinerja, program pelatihan dan pengembangan dapat dikembangkan sehingga
memungkinkan orang-orang untuk membangun kekuatan dan meminimalkan
kekurangan mereka.
4. Perencanaan dan pengembangan karir. Perencanaan dan pengembangan karir
bisa dilihat dari sudut pandang organisasional. Dalam keduanya, data penilaian
(1)
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis, serta seluruh staf dan pegawai. 6. Kepada kedua orang tua, abang, adik, dan semua saudara-saudara yang
banyak memberikan doa, dukungan, motivasi, dan semangat.
7. Kepada kekasih dan sahabat – sahabat sejati, teman seperjuangan yang banyak membantu, memberi saran, memberi dukungan dan semangat yang sangat berarti bagi saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 15 April 2016
Penulis,
Fedrik Suwandi Natio
(2)
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Tinjauan Pustaka... 10
2.1.1 Konsep Anggaran ... 10
2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia ... 15
2.1.3 Pelatihan dan Pengembangan ... 18
2.1.4 Kinerja ... 28
2.1.5 Laba ... 33
2.2. Penelitian Terdahulu ... 36
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 43
2.3.1. Kerangka Konseptual ... 43
2.3.2. Hipotesis ... 45
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
3.1 Jenis Penelitian ... 46
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
3.3 Jenis Data ... 48
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 48
3.5 Batasan Operasional ... 48
3.6 Defenisi Operasional ... 49
3.6.1 Variabel Dependen ... 49
3.6.2 Variabel Independen ... 49
3.6.3 Variabel Moderasi ... 50
3.7 Skala Pengukuran Variabel ... 51
3.8 Metode Analisis Data ... 51
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 52
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 52
3.8.3 Analisis Regresi Berganda ... 54
3.8.4 Uji Hipotesis ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 59
(3)
4.2 Uji Deskriptif ... 59
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 61
4.3.1 Uji normalitas ... 61
4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 65
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 67
4.3.4 Uji autokorelasi ... 70
4.4 Analisis Regresi Berganda ... 71
4.5 Uji hipotesis ... 73
4.5.1 Uji R2 atau Koefisien Determinasi ... 73
4.5.2 Pengujian hipotesis secara parsial (Uji t) ... 76
4.5.3 Pengujian hipotesis secara simultan (Uji F) ... 78
4.6 Pembahasan ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
5.1 Kesimpulan ... 88
5.2 Saran ... 88
(4)
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Anggaran Pelatihan dan Anggaran Pengembangan Dealer Sepeda Motor di Sumatera Utara Tahun
2012 – 2014 ……… 5
2.1 Perbedaan Pelatihan dan Pengembangan ………... 26
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ………. 40
3.1 Sampel Dealer Sepeda Motor di Sumatera Utara ……….. 47
3.2 Skala Pengukuran Variabel ……… 51
4.1 Statistik Deskriptif ………. 60
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Moderasi …………. 62
4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Moderasi ………... 63
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Moderasi …………... 65
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Moderasi …... 68
4.6 Hasil Uji Durbin-Watson Sebelum Moderasi ………... 70
4.7 Hasil Uji Durbin-Watson Setelah Moderasi ……….. 71
4.8 Analisis Regresi Berganda ……… 72
4.9 Analisis Regresi Moderasi ……… 73
4.10 Goodnes of Fit Sebelum Moderasi ………... 74
4.11 Goodnes of Fit Setelah Moderasi ………. 75
4.12 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Sebelum Moderasi ………... 76
4.13 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Setelah Moderasi ……….. 77
4.14 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Setelah Moderasi ……….. 78
(5)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ……… 43
4.1 Normal P-Plot Regression Sebelum Moderasi ………….. 63
4.2 Normal P-Plot Regression Setelah Moderasi ……… 63 4.3 Uji Heteroskedastisitas dengan Scatter Plot Sebelum
Moderasi ………... 69 4.4 Uji Heteroskedastisitas dengan Scatter Plot Setelah
(6)
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lamp. Judul Halaman
1 Data Keuangan Perusahaan Sampel Sebelum diolah …………. 94 2 Hasil Output Pengelolaan Statistik ………. 89