Pengaruh Penilaian Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada BPR Di Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA 1 MEDAN

PENGARUH PENILAIAN KESEHATAN BANK

TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA

BANK PERKREDITAN RAKYAT

DI SUMATERA UTARA

DRAFT SKRIPSI

OLEH

SYAHBRINI ULAN DEWI SIMATUPANG 050502145

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Syahbrini Ulan Dewi Simatupang (2010). Pengaruh Penilaian Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada BPR Di Sumatera Utara. Di bawah bimbingan dosen pembimbing Ibu DR. Isfenti Sadalia SE, ME, Ibu Prof. Dr Ritha F Dalimunthe SE, Msi (Ketua Departemen Manajemen), Bapak Drs. Syahyunan, Msi (Penguji I ) dan Bapak Syafrizal Helmi S. SE, Msi (Penguji II ).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah variabel-variabel CAMEL yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR),Non Performing Loan (NPL), Return on Assets (ROA) , dan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada BPR di Sumatera Utara serta apakah terdapat variabel yang merupakan faktor dominan mempengaruhi pertumbuhan laba. Penilaian ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam sektor manajemen, pemegang saham, maupun pemerintah. Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi linear berganda dimana proses pengolahan datanya menggunakan program SPSS 16 for windows. Penggunaan analisis regresi ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel-variabel CAMEL secara bersama-sama dan secara parsial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR) ,Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA), dan

Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap pertumbuhan laba pada BPR di Sumatera Utara. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset

(ROA) yang memiliki pengaruhn secara signifikan secara terhadap pertumbuhan laba, sedangkan variabel- variabel yang lain yaitu Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kepada Bapa Surgawi atas segala berkat dan kasih karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul : “Pengaruh Penilaian Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada BPR Di Sumatera Utara”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat kelulusan dalam penyelesaian program Strata 1 pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Selama penelitian sampai dengan akhir penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, menerima saran, kritik, masukan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak yang amat besar artinya bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe SE, Msi selaku ketua departemen manajemen yang selalu banyak memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati MBA selaku sekretaris departemen manajemen yang selalu memberikan saran dan masukan kepada saya.

4. Bapak DR. Muslich Lufti SE. Msi selaku dosen wali dan penasehat akademik. 5. Ibu DR. Isfenti Sadalia SE. ME selaku dosen pembimbing, secara khusus


(4)

setinggi-tingginya atas waktu, tenaga, bimbingan, petunjuk, serta saran dari awal penulisan skripsi ini hingga penulis dalam menyelesaikannya sebagaimana mestinya.

6. Bapak Drs. Syahyunan, Msi selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Syafrizal Helmi S. SE, Msi selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Manajemen yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan segala bentuk urusan administrasi selama perkuliahan.

9. Terimakasih yang tidak terhingga kepada mamaku tercinta Dra. Rosdiana Sitinjak yang selalu memberikan nasehat, motivasi, kepercayan serta kesabaran yang memacu penulis untuk melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Skripsi ini ku persembahkan kepada Mamaku tercinta.

10.Terimakasih yang tidak terhingga kepada opungku tercinta Op. Hutapea yang selalu memberikan nasehat, motivasi, kesabaran dan doanya yang memacu penulis untuk melakukan yang terbaik dalam segala hal.

11.Buat Bapaktua Syamsul terimakasih atas dukungan selama penyelesaian skripsi ini. Buat adik-adikku Syahfitri Simatupang, Syahputra Simatupang dan Lia Tamaretha yang selalu memberikan motivasi dan semangat yang tak terhingga dalam proses penyelesaian skripsi ini.

12.Buat Bapak Pendeta Saut Manurung, STh terimakasih atas doa, dukungan, nasihatnya untuk tetap semangat dalam penyelesaian studi dan skripsi ini.


(5)

13.Buat Nova Sihombing sahabat yang paling setia, terimakasih atas kesabaran, kepercayaan, dan perhatian yang diberikan selalu menjadi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

14.Jerry Rahmat teman berbagi pahit getir pengolahan SPSS, teman estafet keliling ekonomi, kesabaran dan ketabahan kita pasti membuahkan hasil teman. Terimakasih atas segala masukan dan pertolongannya.

15.Mahdi Ahyar teman seperjuangan yang selalu bersemangat dalam keadaan apapun. Terimakasih atas dukungan dan motivasinya dalam penyelesaian skripsi.

16.Dhany Novi, Zipora, Trisnafia teman terbaik sepanjang masa.

17.Buat pekerja Tiberias Ministry : Bang Bontor, Kak Intan, Kak Klaudia, Bang Herman, Bang Sabar dan Yunus. Terimakasih atas doa dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

18.Serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikannya secara berlipat ganda.

Penulis berharap semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi yang sederhana ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan dan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa bersama kita.

Medan, Maret 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………....v

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR GRAFIK...viii

DAFTAR TABEL...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan Masalah...6

C. Kerangka Konseptual...6

D. Hipotesis...9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...10

1. Tujuan Penelitian...10

2. Manfaat Penelitian...10

F. Metode Penelitian...11

1. Batasan Operasional...11

2. Defenisi Operasional...11

3. Populasi dan Sampel...13

4. Tempat dan Waktu Penelitian...15

5. Jenis Data...16

6. Metode Pengumpulan Data...16

7. Metode Analisis Data...16

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu...22

B. Pengertian Bank...23

C. Pengertian Kinerja Bank... ...24

D. Pengertian Bank Pekreditan Rakyat...24

E. Analisis Rasio Keuangan Bank...24

F. Prediksi Laba...26

G Pengertian Kesehatan Bank...27

H. Pengertian Analisis CAMEL...27

1. Capital...28

2. Asset Quality...29

3. Management……….29

4. Earning……….29


(7)

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bank Indonesia...31

B. Sejarah Bank Perkreditan Di Indonesia...33

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba...35

B. Uji Asumsi Klasik...44

C. Analisis Regresi Linear Berganda...51

D. Penilaian Kesehatan Bank...56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………..59

B. Saran………60

DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual...9 Gambar 4.1. Histogram Dependent Variable...45 Gambar 4.2. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable...46 Gambar 4.3. Scatterplot Dependent Variable...50


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan Laba BPR Tahun 2007-2008...2


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank...8

Tabel 1.2. Nilai Kredit dan Prediksi Tingkat Kesehatan Bank...8

Tabel 1.3. Jumlah Sampel Penelitian...14

Tabel 1.4. Sampel Penelitian...15

Tabel 1.5. Tingkat Autokorelasi Durbin-Watson...19

Tabel 4.1. Rata-rata CAR,NPL,ROA, LDR dan Pertumbuhan Laba Pada BPR Di Sumatera Utara Periode 2007-2008...35

Tabel 4.2. Capital Adequacy Ratio BPR di Sumatera Utara Periode 2007-2008...37

Tabel 4.3. Non Performing Loan BPR di Sumatera Utara Periode 2007-2008...39

Tabel 4.4. Return on Asset BPR di Sumatera Utara Periode 2007-2008...41

Tabel 4.5. Loan to Deposit Ratio BPR di Sumatera Utara Periode 2007-2008...43

Tabel 4.6. Uji Normalitas Tabel Kolmogorv Smirnov...47

Tabel 4.7. Uji Multikolinearitas Coefficients...48

Tabel 4.8. Uji Autokorelasi Model Summary...48

Tabel 4.9. Uji Glejser Coefficients(a)...51

Tabel 4.10. Goodness of Fit Test Model Summary(b)...51


(11)

Tabel 4.11. Anova (Uji F) Secara Serempak

ANOVA(b)...52 Tabel 4.12. Uji T, Uji Secara Parsial

Coefficients(a)...53 Tabel 4.13. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank……….56


(12)

ABSTRAK

Syahbrini Ulan Dewi Simatupang (2010). Pengaruh Penilaian Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada BPR Di Sumatera Utara. Di bawah bimbingan dosen pembimbing Ibu DR. Isfenti Sadalia SE, ME, Ibu Prof. Dr Ritha F Dalimunthe SE, Msi (Ketua Departemen Manajemen), Bapak Drs. Syahyunan, Msi (Penguji I ) dan Bapak Syafrizal Helmi S. SE, Msi (Penguji II ).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah variabel-variabel CAMEL yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR),Non Performing Loan (NPL), Return on Assets (ROA) , dan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada BPR di Sumatera Utara serta apakah terdapat variabel yang merupakan faktor dominan mempengaruhi pertumbuhan laba. Penilaian ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam sektor manajemen, pemegang saham, maupun pemerintah. Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi linear berganda dimana proses pengolahan datanya menggunakan program SPSS 16 for windows. Penggunaan analisis regresi ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel-variabel CAMEL secara bersama-sama dan secara parsial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR) ,Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA), dan

Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap pertumbuhan laba pada BPR di Sumatera Utara. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset

(ROA) yang memiliki pengaruhn secara signifikan secara terhadap pertumbuhan laba, sedangkan variabel- variabel yang lain yaitu Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan atau kondisi keuangan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, dan masyarakat pengguna jasa bank. Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak bank tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menetapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Dalam empat tahun terakhir, kondisi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumatera Utara berkembang pesat, namun belum banyak diberdayakan padahal potensinya luar biasa. BPR memiliki peranan penting bagi masyarakat yang sulit memiliki akses ke bank umum. BPR juga menciptakan kesempatan berusaha bagi masyarakat dan mendidik masyarakat terhadap pemanfaatan lembaga keuangan sehingga terhindar dari jeratan rentenir. Begitu pula BPR sebagai ujung tombak dalam mendorong perkembangan UMKM. Usaha mikro dan kecil menengah berperan sebagai pencipta lapangan usaha dan pemerataan lapangan kerja. Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Bank Pekreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh BPR secara umum adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan dan deposito berjangka, memberikan kredit, menyediakan


(14)

pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah atau tidak, dan menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat deposito atau tabungan pada bank lain.

Sejumlah indikator kinerja perbankan menunjukkan bahwa BPR mulai berkembang dengan baik pada akhir tahun 2004. Pertama, peningkatan penyaluran kredit perbankan dari Rp 437,943 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 553,548 miliar atau meningkat sebesar 26,40%. Kedua penurunan suku bunga kredit perbankan. Ketiga adanya penurunan NPL dari 6,78 di tahun 2004 menjadi 5,44% di tahun 2005 (Purwanto, 2005). Tetapi jika dilihat dari Grafik 1.1, laba perbankan per Desember 2006 mengalami penurunan sebesar 15,47% menjadi Rp 24,90 miliar dari Rp 29,46 miliar selama tahun 2005 yang kemudian mulai mengalami peningkatan di tahun berikutnya 2007 yaitu sebesar Rp 28,33 miliar dan di tahun 2008 sebesar Rp 35,02 miliar. Adanya fluktuasi tersebut mencerminkan bahwa BPR di Sumatera Utara belum bisa dikatakan stabil sehingga masih diperlukan pengawasan dari tahun ke tahun.

Grafik 1.1 Pertumbuhan Laba BPR tahun 2004-2008 Sumber: www.bi.go.id (diolah)

Pertumbuhan Laba rata-rata BPR Tahun 2004-2008 (Dalam Miliar Rupiah)

22.88

29.46

24.90 28.33

35.02

10 15 20 25 30 35 40


(15)

Sejumlah bankir menyatakan bahwa penurunan laba disebabkan tiga hal yaitu: 1. Peningkatan beban bunga lebih besar daripada peningkatan pendapatan bunga.

Hal ini karena laju kenaikan dana pihak ketiga jauh lebih besar dibandingkan dengan kenaikan suku bunga kredit.

2. Peningkatan NPL, membutuhkan penyisihan lebih besar sehingga mengurangi laba operasional.

3. Peningkatan beban operasional lainnya seperti beban gaji karyawan, sewa kantor, dan lain-lain (Marlupi, 2006:3).

Kredit bermasalah atau NPL juga turut mempengaruhi sektor keuangan selain laba. Angka NPL rata-rata industri perbankan terbuka mengalami peningkatan mencapai 7,56% selama tahun 2005 padahal pada tahun 2004 sudah mengalami penurunan mencapai 4,50%. Seiring dengan memburuknya kondisi perekonomian makro pasca kenaikan harga minyak dunia pada Oktober 2005 dan adanya krisis ekonomi global pada September 2008, terjadi kenaikan NPL yang signifikan, terutama NPL untuk kredit perbankan. Hal ini didorong oleh banyaknya debitur skala menengah ke atas yang terpengaruh dengan krisis finansial global dan segala implikasi ekonominya seperti melonjaknya inflasi dan merosotnya daya beli masyarakat (Kiryanto, 2006:5).

Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak bank untuk mengevaluasi kinerja bank melalui tingkat pertumbuhan laba. Hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Hal ini untuk menerapkan prinsip


(16)

kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Ada dua faktor yang dapat digunakan sebagai alat ukur yaitu dilihat dari faktor kuantitatif dan kualitatif indikator kesehatan bank. Secara kuantitatif bisa kita lihat dari rasio-rasio keuangannya yaitu melalui rasio tingkat kesehatan bank . Dan faktor kualitatif bisa dilihat dari track record pemegang saham mayoritas sebuah bank. Secara umum, kita bisa membedakan kepemilikan saham bank menjadi bank lokal dan bank asing.

Pada penelitian ini faktor yang dilihat adalah faktor kuantitatif yaitu melalui rasio keuangan bank. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian, yaitu : capital, assets, management, earnings, liquidity yang biasa disebut CAMEL. Penilaian CAMEL ini dimaksudkan untuk mengukur apakah manajemen bank telah melaksanakan sistem perbankan dengan asas-asas yang sehat. Rasio keuangan tertentu berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan dan pertumbuhan laba serta dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat. CAMEL tidak sekedar mengukur tingkat kesehatan suatu bank, tetapi sering pula digunakan sebagai indikator dalam menyusun peringkat dan memprediksi prospek suatu bank di masa yang akan datang (Marlupi, 2006:2).

Variabel capital, dilihat dari rasio CAR atau daya tahan suatu bank. Makin besar CAR suatu bank, berarti kesiapannya menghadapi kredit macet besar pula. Bank Indonesia menetapkan standar minimum CAR untuk perbankan sebesar 8%. Selanjutnya, NPL atau kredit tidak lancar. Dari segi asset , besarnya aset yang dimiliki sebuah bank tidak berarti apa-apa jika seluruhnya merupakan aset beresiko. Oleh karena itu, untuk mengukur kesehatan suatu bank, indikator total aset harus


(17)

dipadukan dengan indikator lainnya. Yang termasuk kategori NPL jika kredit yang diberikan berada dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank yang memiliki tingkat NPL lebih rendah dari tahun sebelumnya, layak memperoleh nilai maksimal. Berikutnya aspek manajemen diproksikan dengan menggunakan Net Profit Margin. Pertimbangan rasio ini menujukkan bagaimana manajemen mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien. Lalu dari sisi

Earnings ada ROA. Dari sisi Liquidity, dilihat dari rasio LDR atau perbandingan kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan, baik berupa tabungan dan deposito. Bank yang memiliki LDR sangat kecil berarti bank tersebut tidak menjalankan fungsi intermediasi dengan baik (Siamat,2005:209-215).

Pada penilaian kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ada beberapa pihak yang memiliki kepentingan. Penilaian kesehatan BPR adalah parameter yang digunakan untuk melihat/menilai apakah BPR yang berada di bawah pengawasan dan pembinaannya tersebut sudah menjalankan misinya dengan baik. Sehingga tidak merugikan masyarakat dan melindungi kepentingan masyarakat. Manajemen sangat memerlukan penilaian terhadap kinerja hasil unit bisnisnya, yaitu untuk memastikan tingkat ukuran keberhasilan para manajer dan sekaligus sebagai evaluasi penyusunan perencanaan strategik maupun operasional pada masa selanjutnya. Bagi BPR, tujuan penilaian kesehatan BPR adalah sebagai tolak ukur bagi manajemen BPR untuk menilai apakah pengelolaan BPR telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Dan bagi Bank Indonesia, digunakan sebagai sarana


(18)

penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank. Sedangkan masyarakat sangat menginginkan agar lembaga usaha sektor perbankan ini sehat dan maju sehingga merasa aman menyimpan dan meminjam dana di bank.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-temuan empiris mengenai rasio keuangan, khususnya yang menyangkut kegunaannya dalam memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Penilaian Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada BPR di Sumatera Utara”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

”Apakah rasio-rasio tingkat kesehatan bank yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR) , Non Performing Loan (NPL) , Return on Asset (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada BPR di Sumatera Utara?”.

C. Kerangka Konseptual

Laba (penghasilan bersih) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (Purnawati, 2005). Dalam Statement of Financial Accounting


(19)

Concept No. 1 (2002) informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka panjang, memprediksi laba perusahaan untuk tahun yang akan datang dan menaksir resiko dalam meminjam atau dalam melakukan investasi. Kinerja adalah hasil nyata yang dicapai, kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan dicapainya hasil yang positif. Kinerja bank dapat diketahui melalui penilaian tentang tingkat kesehatan bank, yang standardnya telah ditentukan oleh bank Indonesia. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami untuk dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan.

Ukuran penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia seperti yang telah tertera pada Undang-Undang RI No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan di Pasal 29. Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No.26/5/BPPP Tanggal 29 Mei 1993 yang mengatur tentang tata cara penilaian kesehatan bank. Metode penilaian tingkat kesehatan bank menurut Bank Indonesia meliputi lima aspek yaitu :

Capital, Asset Quality, Management, Earnings, dan Liquidity atau lebih dikenal dengan istilah CAMEL.

Ada tiga langkah dalam menentukan rating dengan peringkat hingga menentukan peringkat yaitu :


(20)

1. Mengumpulkan laporan keuangan bank-bank yang terdiri atas neraca, laporan rugi-laba dan informasi lainnya. Laporan diambil melalui Bursa efek Indonesia.

2. Mengolah angka-angka dengan berbagai rasio dan pertumbuhan yang sudah ditetapkan. Hasilnya dikaitkan dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya. Pembobotan masih diberatkan pada rasio keuangan dibandingkan dengan pertumbuhan.

3. Ketiga, memberi notasi akhir untuk memberi peringkat, sehingga dapat diketahui bank-bank mana saja yang memiliki kriteria sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.

Tabel 1.1

Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ( Metode CAMEL)

Faktor yang

Dinilai Bobot

Permodalan (CAR)

30% Kualitas Aktiva

Produktif (NPL)

30%

Manajemen

(NPM) 20%

Rentabilitas (ROA)

10% Likuiditas

(LDR)

10% Jumlah Bobot 100% Sumber : Booklet Perbankan Indonesia 2008

Ukuran yang digunakan untuk mencerminkan tingkat kesehatan bank dapat dilihat pada Tabel berikut:


(21)

Tabel 1.2

Nilai Kredit dan Prediksi Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat

81-100 Sehat

66-<80 Cukup Sehat

51-<66 Kurang Sehat

0-<51 Tidak Sehat

Sumber: Kasmir, 2005:186

Dalam penelitian ini, peneliti tidak mencantumkam rasio Net Profit Margin (NPM) disebabkan Bank Indonesia dan BPR yang ada di Sumatera Utara tidak mempublikasikan rasio NPM pada laporan keuangan publikasi masing-masing BPR.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang digunakan adalah :

Penilaian Kesehatan Bank

Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1)

Non Performing Loan (NPL) (X2)

Return on Asset (ROA) (X3)

Loan to Deposit Ratio (LDR) (X4)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Siamat (2005) diolah (2009)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka

Pertumbuhan Laba (Y)


(22)

konseptual yang telah diuraikan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Rasio tingkat kesehatan bank CAMEL yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada BPR di Sumatera Utara.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 . Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio tingkat kesehatan bank

CAMEL yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap pertumbuhan laba pada BPR di Sumatera Utara.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:

1. Bagi Bank Perkreditan Rakyat

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk perbaikan peningkatan kualitas kinerja BPR. Serta bagi manajemen bank sebagai evaluasi penyusunan perencanaan strategik maupun operasional pada waktu yang akan datang.


(23)

2. Bagi Pihak Lain

Sebagai referensi, terutama bagi mahasiswa manajemen yang mengambil konsentrasi keuangan untuk tujuan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Sebagai media untuk mengaplikasikan teori yang didapat dengan realisasi yang terjadi didalam dunia perbankan, serta sebagai pemahaman baru terhadap penilaian kinerja suatu BPR.

F. Metode Penelitian

1.Batasan Operasional

Adapun batasan operasional penelitian ialah meliputi penilaian kinerja keuangan perbankan yang diproksikan melalui pertumbuhan laba di Bank Indonesia, sedangkan objek penelitiannya adalah laporan keuangan bank yang meliputi neraca dan laba rugi mulai tahun 2007-2008

2. Definisi Operasional

Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Dependen (Y)

Variabel Dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah nilai pertumbuhan laba. Nilai pertumbuhan laba yang digunakan adalah perubahan laba


(24)

relatif dengan alasan angka laba tersebut lebih representatif dibandingkan laba absolut yang dimaksudkan untuk menghindari pengaruh ukuran perusahaan (Martono,2004). Dasar perhitungan perubahan laba adalah laba bersih setelah pajak Variabel terikat dalam penelitian ini diukur dengan :

Sebelumnya tahun Laba sebelumnya tahun Laba ini tahun Laba Laba n

Pertumbuha  

b. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab yang dilambangkan dengan X . Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah rasio CAMEL pada BPR yang terdaftar di Bank Indonesia kota Medan yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Capital (permodalan) (X1)

Penilaian aspek permodalan lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang usahanya. Penilaian terhadap aspek permodalan sangat penting bagi otoritas moneter untuk menilai apakah suatu bank memenuhi ketentuan tentang CAR

yang telah ditetapkan (Dendawijaya 2005:144).

% 100   ATMR Jumlah Modal Jumlah Ratio Adequacy Capital


(25)

2. Assets Quality (kualitas aktiva produktif) (X2)

Indikasi kualitas aset yang dipakai adalah rasio kualitas produktif bermasalah dengan aktiva produktif (NPL) yang diperoleh dengan rumus :

produktif Aktiva

bermasalah produktif

Kualitas NPL

3. Earnings (Rentabilitas) (X3)

Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai (Dendawijaya, 2005:147) Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Metode penilaiannya dapat dilakukan dengan perbandingan laba terhadap total aset. Besarnya nilai ROA dapat dihitung dengan nilai rumus sebagai berikut:

 100%

Assets Total

Income Net

ROA

4. Liqudity (likuiditas) (X4)

Pada aspek likuiditas ini, penilaian didasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan,giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak untuk disetujui. Untuk menjamin likuiditas dihitung Loan to Deposit Ratio (LDR) yang besarnya dapat dihitung dengan rumus:


(26)

% 100    Modal Masyarakat Dana Diberikan yang Kredit Jumlah LDR

3. Populasi dan Sampel

Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah semua Bank Perkreditan Rakyat yang tercatat di Bank Indonesia (BI) provinsi Sumatera Utara selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 yang berjumlah 44 BPR. Penarikan sampel yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan metode non probability sampling dengan metode Purposive Sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik yaitu:

1. Bank menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2007-2008

2. Laporan keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember dan telah diaudit.

Tabel 1.3

Jumah Sampel Berdasarkan Karakteristik Populasi

No Karakteristik Sampel Jumlah

1. Bank Perkreditan Rakyat yang terdaftar di Bank Indonesia provinsi Sumatera Utara

51 2. Bank Perkreditan Rakyat yang hanya

memiliki laporan keuangan publikasi tahun 2006-2007

3

3. Bank Perkreditan Rakyat yang tidak memiliki laporan keuangan publikasi tahun 2007-2008

4

Jumlah Sampel 44


(27)

Berdasarkan karakteristik penarikan sampel tersebut, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 44 BPR. Terdapat 44 BPR yang menjadi sampel penelitian yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.4 Sampel Penelitian

No Nama Bank

1 BPR Duta Adiarta 2 BPR Milala

3 BPR Prima Tata Patumbak 4 BPR Batangkuis Bumiasih 5 BPR Bumiasih NBP 17 Sunggal 6 BPR Bumiasih NBP 20 Delitua 7 BPR Bumiasih NBP 25 Tembung 8 BPR Dana Ganda

9 BPR Disky Suryajaya 10 BPR Duta Paramarta 11 BPR Guna Rakyat

12 BPR Laksana Abadi Sunggal 13 BPR Laksana Guna Percut 14 BPR Multi Tata Perkasa 15 BPR Nusa Galang Makmur 16 BPR Nusantara Sunggal 17 BPR Solider

18 BPR Talabumi Sunggal 19 BPR Tridana Percut 20 BPR Bumiasih NBP 13

21 BPR Bumiasih NBP 15 Berastagi 22 BPR Logo Karo Asli

23 BPR Bandar Jaya Daerah Perdagangan 24 BPR Buana Agribisnis

25 BPR Bumiasih NBP 7 Raya 26 BPR Tanah Jawa

27 BPR Bumiasih NBP 16 Aek Barana 28 BPR Bumiasih NBP 4 Parapat 29 BPR Diori Ganda

30 BPR Bumiasih NBP 8 Sumbul 31 BPR Bumiasih NBP 1 Siborong-borong 32 BPR Bumiasih NBP 24 Onang Hasang 33 BPR Bina Barumun

34 BPR Karya Parhuta 35 BPR Bumiasih NBP 5 36 BPR Porsea Jaya 37 BPR Surungan Nauli 38 BPR Bumiasih NBP 21


(28)

No Nama Bank 39 BPR Bumiasih NBP 9

40 BPR Bumiasih NBP 10 Dolok Sanggul 41 BPR Perbaungan Hombar Makmur 42 BPR Bumiasih NBP 22 Binjai 43 BPR Siantar Bumiasih 44 BPR Bumiasih NBP 3 Barus

Sumber : www.bi.go.id ( November 2009)

4. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia kota Medan, Jl. Balai Kota No 4 Medan dan melalui media internet dengan situs www.bi.go.id

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari November 2009 sampai Februari 2010.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh secara tidak langsung yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia kota Medan, laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat, buku-buku, jurnal referensi, surat kabar, literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.

6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara melihat dokumen-dokumen untuk memperoleh data


(29)

tentang objek penelitian. Data-data yang diambil adalah laporan keuangan publikasi periode 2007-2008 yang terdapat di situs www.bi.go.id dan Bank Indonesia kota Medan.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian di analisis dan diinterpretasikan secara objektif.

b. Penerapan Model Analisis

Penelitian ini menggunakan model analisis koefisien regresi berganda untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap kinerja keuangan dalam hal ini pertumbuhan laba yang disusun dalam bentuk persamaan berikut (Sugiyono, 2005) :

Y= α + b1x1 +b2x2 + b3x3 + b4x4 + e

Keterangan :

Y = Kinerja BPR (Pertumbuhan Laba) α = Koefisien konstanta

b = Koefisien regresi variable independent X1 = CAR (Capital Adequacy Ratios)


(30)

X3 = ROA (Return on Asset)

X4 = LDR( Loan to Deposit Ratio )

e = Error

Model regresi berganda di atas harus memenuhi syarat asumsi klasik yaitu:

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yaitu:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen atau keduanya mmpunyai distribusi normal apa tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atu mendekati normal. Uji dilakukan melalui analisis Kolmogorov Smirnov melalui program SPSS 15 for windows.

2) Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program

SPSS. Uji multikolinearitas menggunakan kriteria variance inflation factor (VIF)


(31)

3) Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu

(time series). Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji DW dengan melihat koefisien korelasi DW .

Tabel 1.5

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada Autokorelasi Positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi positif No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 -dl Tidak ada autokorelasi Positif atau

Negatif

Tidak Ditolak du < d< 4 - du Sumber : Ghozali, 2005: 96

4) Heteroskedastisitas

Artinya varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Heterokedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas.


(32)

2. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Ada dua jenis koefisien regresi yang dapat dilakukan yaitu uji-F dan uji-t.

1. Uji Serempak (Uji F)

Uji F merupakan suatu ukuran keberartian (signifikansi) keseluruhan dari regresi yang ditaksir, juga merupakan pengujian keberartian (signifikansi) dari koefisien determinasi (R2). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk Pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : b1=b2=b3=b4 =0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari

CAR (Capital Adequacy Ratio), Non Performing Loan (NPL), Return on Assets (ROA) dan LDR(Loan to Deposit Ratio ) terhadap kinerja BPR.

H0 : Tidak semua bi (b1,b2,b3,b4) sama dengan nol

Maka dianggap variabel independen yang terdiri dari dari CAR (Capital Adequacy Ratio), Non Performing Loan (NPL), Return on Assets (ROA) dan LDR (Loan to Deposit Ratio ) telah memenuhi model penelitian terhadap variabel pertumbuhan laba. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah:

Terima H0 bila FHitung ≤ FTabel


(33)

2. Uji- t ( uji pengaruh parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Dilakukan menggunakan uji statistik t. Bentuk Pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : bi = 0 ; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara

parsial terhadap variabel terikat.

H1 : bi ≠ 0 ; artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara

parsial terhadap variabel terikat . Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan

dengan ttabel pada tingkat signifikan (α = 5%). Kriteria pengambilan keputusan pada

uji-t adalah:

Terima H0 bila –ttabel≤thitung≤ ttabel


(34)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Yunitia (2009) melakukan penilitian tentang ”Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Industri Perbankan Terbuka Di Indonesia”. Hasil penelitiannya bahwa secara bersama-sama rasio tingkat kesehatan bank CAMEL yang dinyatakan dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA),

Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba perbankan. Hal ini berdasarkan hasil uji secara simultan (Uji F).

Marlupi (2007) melakukan penelitian tentang ”Analisis Kinerja Perusahaan Perbankan Menggunakan Rasio CAMEL”. Hasil penelitiannya bahwa variabel-variabel

CAMEL yang terdiri dari CAR, BOPO, ROA, RORA, LDR, dan Net Profit Margin

merupaka variabel pembeda dalam membedakan tingkat kesehatan bank. Serta variabel yang terbukti paling dominan dalam membedakan status tingkat kesehatan bank adalah

CAR, RORA, dan ROA. Sedangkan ketiga variabel lain yaitu BOPO, LDR dan Net Profit Margin tidak mampu membedakan status tingkat kesehatan bank.

Luciana (2005) melakukan penelitian tentang ”Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan”. Hasil penelitiannya bahwa rasio CAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi bermasalah dan


(35)

kondisi bermasalah semakin besar dan rasio keuangan CAMEL (CAR, BOPO) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah bank-bank umum swasta nasional di Indonesia.

B. Pengertian Bank

Menurut undang-undang Rl nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tcntang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah "badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak ". (Kasmir, 2005). Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, aktivitas bank yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas atau yang disebut kegiatan funding, agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan dan lainnya. Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang didasarkan pada prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suatu bank mengalami kerugian dari selisih bunga, maka disebut dengan nama negativespread.


(36)

C. Pengertian Kinerja Bank

Kinerja adalah hasil nyata yang dicapai, kadang-kadang dipergunakannya untuk menunjukkan dicapainya hasil yang positif. Kinerja bank dapat diketahui melalui penilaian tentang tingkat kesehatan bank, yang standardnya telah diatur oleh Bank Indonesia. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan (Abdullah, 2003).

D. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat

Yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, adalah: ” Bank (Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak) yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran” (Siamat,2005:400). Dalam hal ini Bank Perkreditan Rakyat melakukan kegiatan berupa penghimpunan dana dari masyarakat dan hanya disimpan dalam bentuk tabungan dan deposito saja.

E. Analisis Rasio Keuangan Bank

Mengingat ada kekhususan kegiatan usaha perbankan dibandingkan usaha manufaktur pada umumnya, maka oleh Bank Indonesia dan Ikatan Akuntansi Indonesia telah diterbitkan panduan penyusunan laporan keuangan perbankan dan proses


(37)

(SKAPI) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). Untuk lebih mempermudah pemahaman tentang laporan keuangan perbankan di Indonesia, akan dijelaskan beberapa hal dari materi SKAPI dan PAPI sebagai berikut:

1. Laporan keuangan bank harus disajikan dalam mata uang rupiah.

2. Kurs tengah yaitu kurs jual ditambah kurs beli Bank Indonesia dibagi dua.

3. Bank wajib mengungkap posisi neto aktiva dan kewajiban dalam valuta asing yang masih terbuka (posisi devisa neto) menurut jenis mata uang.

4. Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan SKAPI.

5. Laporan keuangan bank terdiri dari: neraca, laporan komitmen dan kontijensi, perhitungan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan catatan atas laporan keuangan.

6. Penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu yang menyimpang SAK dan SKAPI dapat dilaksanakan jika hal tersebut tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan bank. 7. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sifat dan perkembangan bank dari waktu ke waktu, maka laporan keuangan disajikan secara komparatif untuk 2 tahun terakhir.

8. Laporan neraca. 9. Laporan laba rugi. 10.Laporan arus kas.


(38)

12. Catatan atas laporan keuangan.

13. Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi.

F. Prediksi Laba

Salah satu manfaat laba adalah untuk memprediksi laba perusahaan tahun yang akan datang. Laba dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Informasi mengenai kinerja masa lalu yang terdapat pada informasi laba dapat digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan perusahaan, walaupun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa yang akan datang akan tetapi prediksi mengenai laba yang akan datang dapat dilakukan jika ada hubungan yang cukup kuat antara kinerja masa lalu dengan kinerja masa depan (Widarjono, 2005)

Para investor menggunakan prediksi laba sebagai faktor utama dalam meramalkan distribusi dividen di masa yang akan datang yang merupakan faktor penting untuk menetapkan nilai berjalan atas sebagian saham atau atas keseluruhan perusahaan, sedangkan bagi pemegang obligasi dan kreditor informasi laba dapat digunakan untuk menilai tingkat pengembalian tahunan dan menerima pembayaran kembali pokok pinjaman pada saat hutang tersebut telah jatuh tempo. Prediksi laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang. Penilaian terhadap kemampuan manajemen dan tersedianya informasi yang memadai merupakan faktor penting dalam membuat prediksi laba untuk masa yang akan datang.


(39)

diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan bank mencakup seluruh kegiatan usaha perbankannya, usaha tersebut meliputi:

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat,dari lembaga lain, dan dari modal sendiri

b. Kemampuan mengelola dana

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat,

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain

e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku

Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor-faktor permodalan, aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank.

H. Pengertian Analisis CAMEL

Untuk melakukan penilaian kesehatan bank dapat dinilai dari berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam keadaan sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik atau malah harus dihentikan operasinya. Metode penilaian tingkat


(40)

kesehatan bank menurut Bank Indonesia meliputi lima aspek yaitu: Capital, Assets Quality, Management, Earnings, Liqudity atau lebih dikenal dengan istilah CAMEL. Kelima aspek tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain (Dendawijaya, 2005).

1. Capital (Permodalan)

Penilaian aspek permodalan lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang usahanya. Penilaian terhadap aspek permodalan sangat penting bagi otoritas moneter untuk menilai apakah suatu bank memenuhi ketentuan tentang CAR yang telah ditetapkan.

% 100  

ATMR Jumlah

Modal Jumlah Ratio

Adequacy Capital

ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) merupakan penjumlahan aktiva neraca dan aktiva administrasi. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot resikonya. Sedangkan ATMR aktiva administrasi diperoleh dengan cara mengalikan nilai aktiva rekening administrasi yang bersangkutan dengan bobot resikonya. Kemudian angka kredit dihitung sebagai berikut:

1. CAR= 0, atau negatif , angka kredit = 0.

2. Setiap kenaikan 0,1%, angka kredit ditambah 1 dengan maksimun 100.


(41)

dan bank yang bersangkutan yang mengetahui tingkat kolektibilitas (lancar, kurang lancar, diragukan atau macet) kualitas aktiva. Indikasi kualitas aset yang dipakai adalah rasio kualitas produktif bermasalah dengan aktiva produktif (NPL) yang diperoleh dengan rumus:

produktif Aktiva

bermasalah produktif

Kualitas NPL

3. Management (manajemen)

Aspek manajemen pada penelitian kinerja bank tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan net profit margin. Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manjemen kualitas aktiva, menajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba.

Pada pertimbangan rasio ini menujukkan bagaimana manajamen mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien. Adapun metode penilaiannya dapat dilakukan dengan cara (Merkusiwati, 2007 ):

Income Operating

Income Net

in M oftt

Net Pr arg 


(42)

Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Metode penilaiannya dapat dilakukan dengan( Dendawijaya, 2005). Perbandingan laba terhadap total asset (ROA) dapat dihitung dengan rumus berikut:

% 100   Aktiva Total Bersih Laba ROA

Perhitungan angka kredit dilakukan sebagai berikut: 1. ROA sebesar 10% atau lebih, nilai kredit=0.

2. Setiap kenaikan ROA sebesar 0.015%, angka kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

5. Liqudity(likuiditas)

Pada aspek likuiditas ini, penilaian didasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan,giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak untuk disetujui. Untuk menjamin likuiditas dihitung Loan to Deposit Ratio (LDR) yang besarnya dapat dihitung dengan rumus (Dendawijaya, 2005).

% 100    Modal Masyarakat Dana Diberikan yang Kredit Jumlah LDR

Angka kredit LDR dihitung sebagai berikut:

a. Rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0 b. Rasio LDR dibawah 110%, angka kredit =100


(43)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. SEJARAH BANK INDONESIA

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Bank Indonesia berawal dari suatu bank milik Belanda dengan nama ”De Javasche Bank” yang didirikan pada tahun 1828 dan diberi tugas sebagai bank sirkulasi oleh pemerintah Hindia Belanda berfungsi sebagai bank komersial. Undang-undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

1. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.

2. Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang.

Sejarah singkat Bank Indonesia dalam perkembangannya dari masa penjajahan hingga saat ini :

a. 1828: De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.

b. 1953: Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya


(44)

dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.

c. 1968: Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

d. 1999: Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

e. 2004: Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance.

f. 2008: Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang (PerPPU) No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Panjang Bank Indonesia.


(45)

B. SEJARAH BANK PERKREDITAN DI INDONESIA

Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

Berawal dari keinginan untuk membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat pelepas uang (rentenir) yang memberikan kredit dengan bunga tinggi, lembaga perkreditan rakyat mulai didirikan.

a. Abad ke-19 : dibentuk Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa.

b. Pasca kemerdekaan Indonesia : didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD).

c. Awal 1970an : didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah Daerah.

d. 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988) melalui Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan


(46)

mengenai keberadaan dan kegiatan usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR.

e. 1992 : Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum. PP No.71/1992 Lembaga Keuangan Bukan Bank yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan lembaga-lembaga keuangan kecil seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD, dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan untuk menjadi BPR dalam jangka waktu sampai dengan 31 Oktober 1997.

Sebagai salah satu jenis bank maka pengaturan dan pengawasan BPR dilakukan oleh Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Kewenangan pengaturan dan pengawasan BPR oleh Bank Indonesia meliputi kewenangan memberikan izin (right to license), kewenangan untuk mengatur (right to regulate), kewenangan untuk mengawasi (right to control) dan kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction). Pengaturan dan pengawasan BPR oleh Bank Indonesia diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi BPR sebagai lembaga kepercayaan masyarakat yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah pedesaan.


(47)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba

Deskripsi nilai variabel independen, yaitu: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) , Return on Asset (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan variabel dependen (pertumbuhan laba) pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut berikut ini :

Tabel 4.1

Rata-rata CAR, NPL, ROA,LDR dan Pertumbuhan Laba BPR di Sumatera Utara

Periode 2007-2008

No Nama Bank CAR NPL ROA LDR

Pertumbuhan Laba 1 BPR Duta Adiarta 22.30 12.30 -0.24 70.10 0,34

2 BPR Milala 86.24 3.92 9.52 86.42 -0,24 3 BPR Prima Tata Patumbak 15.26 28.53 3.30 76.13 -4.15

4 BPR Batangkuis Bumiasih 106.50 7.61 6.60 80.15 50.57

5 BPR Bumiasih NBP 17 Sunggal 10.67 1.75 4.07 88.14 1.41 6 BPR Bumiasih NBP 20 Delitua 16.07 2.48 5.37 73.38 0.79

7 BPR Bumiasih NBP 25 Tembung 10.03 11.18 2.50 81.70 -18.46

8 BPR Dana Ganda 15.67 0.10 6.40 89.10 0.18 9 BPR Disky Suryajaya 48.30 8.54 3.20 69.14 -0.86

10 BPR Duta Paramarta 12.38 2.42 9.03 10.61 1.15

11 BPR Guna Rakyat 31.77 1.70 3.31 75.00 5.30 12 BPR Laksana Abadi Sunggal 30.25 1.30 5.81 90.50 0.09

13 BPR Laksana Guna Percut 55.98 2.90 4.86 94.43 0.15

14 BPR Multi Tata Perkasa 17.45 2.38 2.12 95.62 0.17 15 BPR Nusa Galang Makmur 18.51 6.30 3.47 93.16 -0.17 16 BPR Nusantara Sunggal 54.30 5.88 4.02 89.41 4.50

17 BPR Solider 9.45 11.24 -0.87 76.05 -2.15 18 BPR Talabumi Sunggal 16.41 3.00 11.80 104.22 0.45

19 BPR Tridana Percut 4.33 3.44 -20.64 115.60 -1.77

20 BPR Bumiasih NBP 13 13.44 1.70 6.80 57.77 4.93 21 BPR Bumiasih NBP 15 Berastagi 11.50 2.23 6.70 91.73 0.94

22 BPR Logo Karo Asli 22.62 5.30 3.00 47.63 0.40

23 BPR Bandar Jaya Perdagangan 14.02 7.60 -0.40 89.62 -1.15 24 BPR Buana Agribisnis 20.00 2.80 3.70 43.89 0.23


(48)

No Nama Bank CAR NPL ROA LDR Pertumbuhan

Laba 26 BPR Tanah Jawa 19.50 1.03 5.00 78.00 0.19 27 BPR Bumiasih NBP 16 Aek Barana 10.50 2.20 7.60 80.00 0.56

28 BPR Bumiasih NBP 4 Parapat 12.60 1.55 1.61 38.82 0.65 29 BPR Diori Ganda 18.56 0.55 17.43 96.70 0.05 30 BPR Bumiasih NBP 8 Sumbul 14.14 1.92 5.30 84.20 0.20

31

BPR Bumiasih NBP 1

Siborong-borong 16.05 1.35 7.30 115.66 0.70 32 BPR Bumiasih NBP 24 Onang Hasang 28.10 3.40 3.24 74.38 1.34 33 BPR Bina Barumun 10.00 6.00 0.50 0.50 -0.08

34 BPR Karya Parhuta 34.71 3.18 6.07 73.00 -0.34

35 BPR Bumiasih NBP 5 12.71 13.20 -2.62 106.10 0.86 36 BPR Porsea Jaya 64.00 0.96 -0.65 96.00 0.82

37 BPR Surungan Nauli 35.78 0.40 9.42 67.20 0.57

38 BPR Bumiasih NBP 21 8.00 5.35 0.50 91.00 0.79 39 BPR Bumiasih NBP 9 13.77 2.33 2.91 75.71 0.04

40 BPR Bumiasih NBP 10 Dolok Sanggul 15.50 2.54 3.30 73.04 1.42

41 BPR Perbaungan Hombar Makmur 25.60 2.50 6.18 86.46 0.10 42 BPR Bumiasih NBP 22 Binjai 23.55 1.22 6.83 87.74 0.97

43 BPR Siantar Bumiasih 14.80 2.00 6.36 85.70 1.76

44 BPR Bumiasih NBP 3 Barus 13.00 0.61 5.33 80.83 0.51

Rata-rata 24.77 4.33 4.09 78.90 1.22 Sumber : www.bi.go.id (Desember 2009) (diolah)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hanya terdapat satu bank saja yaitu PT. BPR Batangkuis Bumiasih yang memiliki tingkat pertumbuhan laba di atas total keseluruhan pertumbuhan laba BPR di Sumatera Utara yaitu sebesar Rp 50,57 juta. Kemudian PT. BPR Guna Rakyat sebesar 5,30 juta, dan PT. BPR Bumiasih NBP 13 sebesar 4,93 juta. Sedangkan yang memiliki tingkat pertumbuhan laba di bawah rata-rata dialami oleh PT. BPR Bumiasih NBP 25, PT. BPR Duta Adiarta, PT. BPR Solider dan PT. BPR Tridana Percut. PT. BPR Bumiasih NBP 25 sebesar -18,46 juta, PT. BPR Duta Adiarta sebesar adalah -2,34 juta, PT. BPR Solider sebesar -2,15 juta dan PT. BPR Tridana Percut adalah sebesar -1,77 juta.


(49)

Deskripsi nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) pada BPR di Sumatera Utara selama periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Capital Adequacy Ratio (CAR) BPR di Sumatera Utara Periode 2007-2008(dalam %)

No Nama Bank 2007 2008 Rata-rata

1 BPR Duta Adiarta 21.67 22.91 22.30 2 BPR Milala 112.00 60.48 86.24 3 BPR Prima Tata Patumbak 16.32 14.29 15.26 4 BPR Batangkuis Bumiasih 126.00 87.00 106.50 5 BPR Bumiasih NBP 17 Sunggal 10.20 11.13 10.67 6 BPR Bumiasih NBP 20 Delitua 17.21 14.93 16.07 7 BPR Bumiasih NBP 25 Tembung 10.08 9.89 10.03 8 BPR Dana Ganda 17.47 13.86 15.67 9 BPR Disky Suryajaya 28.32 68.19 48.30 10 BPR Duta Paramarta 10.00 14.76 12.38 11 BPR Guna Rakyat 35.15 28.39 31.77 12 BPR Laksana Abadi Sunggal 33.50 27.00 30.25 13 BPR Laksana Guna Percut 64.15 47.82 55.98 14 BPR Multi Tata Perkasa 18.43 16.44 17.45 15 BPR Nusa Galang Makmur 20.38 16.65 18.51 16 BPR Nusantara Sunggal 71.10 37.50 54.30 17 BPR Solider 7.48 11.39 9.45 18 BPR Talabumi Sunggal 16.83 16.00 16.41 19 BPR Tridana Percut 4.50 4.17 4.33 20 BPR Bumiasih NBP 13 10.00 16.88 13.44 21 BPR Bumiasih NBP 15 Berastagi 12.00 11.00 11.50 22 BPR Logo Karo Asli 21.61 23.63 22.62 23 BPR Bandar Jaya Daerah Perdagangan 17.00 11.04 14.02 24 BPR Buana Agribisnis 20.00 20.00 20.00 25 BPR Bumiasih NBP 7 Raya 8.77 15.37 12.07 26 BPR Tanah Jawa 20.00 19.00 19.50 27 BPR Bumiasih NBP 16 Aek Barana 10.50 10.59 10.50 28 BPR Bumiasih NBP 4 Parapat 14.00 11.19 12.60 29 BPR Diori Ganda 16.84 20.28 18.56 30 BPR Bumiasih NBP 8 Sumbul 16.00 12.28 14.14 31 BPR Bumiasih NBP 1 Siborong-borong 17.02 15.05 16.05 32 BPR Bumiasih NBP 24 Onang Hasang 33.31 22.88 28.10 33 BPR Bina Barumun 10.00 10.00 10.00 34 BPR Karya Parhuta 35.53 33.90 34.71 35 BPR Bumiasih NBP 5 13.00 12.43 12.71 36 BPR Porsea Jaya 76.00 52.00 64.00 37 BPR Surungan Nauli 30.67 44.88 35.78 38 BPR Bumiasih NBP 21 8.00 8.00 8.00


(50)

39 BPR Bumiasih NBP 9 15.15 12.39 13.77 40 BPR Bumiasih NBP 10 Dolok Sanggul 17.00 13.93 15.50 41 BPR Perbaungan Hombar Makmur 26.49 24.66 25.60 42 BPR Bumiasih NBP 22 Binjai 10.75 12.80 23.55 43 BPR Siantar Bumiasih 14.58 15.00 14.80 44 BPR Bumiasih NBP 3 Barus 14.45 11.40 13.00

Rata-rata 25.50 22.35 24.23

Sumber : www.bi.go.id (Desember 2009) (diolah)

Tabel 4.2 ini menunjukkan bahwa nilai variabel permodalan (capital ) yang dalam hal ini dihitung dengan rasio CAR pada masing-masing Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara selama periode penelitian yaitu tahun 2007-2008 yang terdiri dari 2 tahun. Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rasio CAR mengalami kenaikan dan penurunan pada tiap tahunnya.

Pada tahun 2007, nilai CAR tertinggi diraih oleh PT. BPR Batangkuis Bumiasih yaitu sebesar 126.00%. Nilai terendah dialami oleh PT. BPR Tridana Percut yaitu sebesar 4.50%.

Pada tahun 2008, nilai CAR tertinggi masih diraih oleh PT. BPR Batangkuis Bumiasih dengan nilai 87.00%. Dan nilai terendah dialami oleh PT. BPR Tridana Percut yaitu sebesar 4.17%.

Bila dilihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) ada 4 BPR yang nilai

CARnya di atas rata-rata yaitu PT. BPR Batangkuis Bumiasih, PT. BPR Milala, PT. BPR Laksana Guna Percut, dan PT. BPR Porsea Jaya.

Penurunan CAR disebabkan adanya penurunan jumlah modal dan peningkatan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko. Rasio ini menunjukkan daya tahan dan kemampuan bank dalam menghadapi kredit macet. Makin besar CAR suatu bank, berarti


(51)

minimum CAR untuk perbankan sebesar 8%.

2. Deskripsi Nilai Variabel Non Performing Loan (NPL)

Deskripsi nilai Non Performing Loan pada BPR di Sumatera Utara selama periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Non Performing Loan BPR di Sumatera Utara Periode 2007-2008(dalam %)

No Nama Bank 2007 2008 Rata-rata

1 BPR Duta Adiarta 9.41 15.16 12.30 2 BPR Milala 4.93 2.91 3.92

3 BPR Prima Tata Patumbak 34.76 22.30 28.53

4 BPR Batangkuis Bumiasih 9.77 5.46 7.61 5 BPR Bumiasih NBP 17 Sunggal 1.91 1.58 1.75

6 BPR Bumiasih NBP 20 Delitua 2.58 2.38 2.48

7 BPR Bumiasih NBP 25 Tembung 9.10 13.26 11.18 8 BPR Dana Ganda 0.16 0.05 0.10

9 BPR Disky Suryajaya 13.99 3.09 8.54

10 BPR Duta Paramarta 0.20 4.85 2.42 11 BPR Guna Rakyat 0.52 2.87 1.70 12 BPR Laksana Abadi Sunggal 1.47 1.13 1.30

13 BPR Laksana Guna Percut 1.79 4.01 2.90 14 BPR Multi Tata Perkasa 1.96 2.79 2.38

15 BPR Nusa Galang Makmur 8.62 3.89 6.30

16 BPR Nusantara Sunggal 4.98 6.78 5.88 17 BPR Solider 8.74 13.73 11.24 18 BPR Talabumi Sunggal 3.55 2.35 3.00

19 BPR Tridana Percut 3.22 3.66 3.44

20 BPR Bumiasih NBP 13 1.50 1.85 1.70

21 BPR Bumiasih NBP 15 Berastagi 1.24 3.22 2.23

22 BPR Logo Karo Asli 3.56 6.95 5.30 23 BPR Bandar Jaya Daerah Perdagangan 6.72 8.39 7.60 24 BPR Buana Agribisnis 2.90 2.69 2.80 25 BPR Bumiasih NBP 7 Raya 2.73 1.03 1.90

26 BPR Tanah Jawa 2.02 0.05 1.03

27 BPR Bumiasih NBP 16 Aek Barana 1.69 2.68 2.20

28 BPR Bumiasih NBP 4 Parapat 1.47 1.62 1.55

29 BPR Diori Ganda 0.72 0.38 0.55 30 BPR Bumiasih NBP 8 Sumbul 1.94 1.89 1.92

31 BPR Bumiasih NBP 1 Siborong-borong 2.19 0.51 1.35


(52)

33 BPR Bina Barumun 6.75 5.22 6.00 34 BPR Karya Parhuta 3.51 2.85 3.18

35 BPR Bumiasih NBP 5 16.12 10.25 13.20

36 BPR Porsea Jaya 0.76 1.15 0.96 37 BPR Surungan Nauli 0.35 0.46 0.40

38 BPR Bumiasih NBP 21 7.47 3.23 5.35

39 BPR Bumiasih NBP 9 3.20 1.45 2.33

40 BPR Bumiasih NBP 10 Dolok Sanggul 2.73 2.35 2.54 41 BPR Perbaungan Hombar Makmur 2.30 2.59 2.50

42 BPR Bumiasih NBP 22 Binjai 0.64 1.81 1.22 43 BPR Siantar Bumiasih 3.00 1.01 2.00

44 BPR Bumiasih NBP 3 Barus 1.06 0.16 0.61 Rata-rata 4.64 4.03 4.33 Sumber : www.bi.go.id (Desember 2009) (diolah)

Pada Tabel 4.3 menunjukkan nilai NPL pada masing-masing Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara selama periode penelitian yaitu tahun 2007-2008 yang terdiri dari 2 tahun. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai rasio Non Performin Loan (NPL)

yang mengalami kenaikan maupun penurunan pada tiap tahunnya.

Pada tahun 2007, nilai NPL terendah dialami oleh PT. BPR Dana Ganda dengan nilai 0,16 dan PT. BPR Duta Paramarta dengan nilai 0,20%. Dan nilai rasio NPL tertinggi diraih oleh PT.BPR Prima Tata Patumbak dengan nilai sebesar 34,76%.

Pada tahun 2008, nilai NPL terendah dialami oleh PT. BPR Dana Ganda dengan nilai 0,05%. Dan nilai rasio NPL tertinggi diraih oleh PT. BPR Prima Tata Patumbak dengan nilai sebesar 22,30%.

PT. BPR Siantar Bumiasih memiliki rasio NPL sebesar 3,00% di tahun 2007 dan mengalami penurunan menjadi 1,01% di tahun 2008. Penurunan ini berdampak positif bagi perusahaan karena menunjukkan bahwa kolektibilitas pada bank tersebut aman. Begitu juga dengan PT. BPR Bumiasih NBP 24 Onang Hasang memiliki NPL


(53)

nilai maksimal.

Bank Indonesia menetapkan standar maksimal NPL untuk perbankan sebesar 5%. Namun, sebuah bank yang memiliki NPL sangat kecil bukan berarti hampir seluruh kredit bank tersebut adalah kredit lancar, dan menunjukkan betapa sehatnya bank tersebut. NPL yang sangat kecil dapat saja dicapai bank yang hanya sedikit menyalurkan kreditnya.

3. Deskripsi Variabel Return On Asset (ROA)

Deskripsi Return On Asset (ROA) pada BPR di Sumatera Utara selama periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Return On Asset (ROA)

BPR di Sumatera Utara Periode 2007-2008 (dalam %)

No Nama Bank 2007 2008 Rata-rata

1 BPR Duta Adiarta 1.14 -1.62 -0.24

2 BPR Milala 10.00 9.04 9.52 3 BPR Prima Tata Patumbak 1.75 4.76 3.30

4 BPR Batangkuis Bumiasih 9.00 4.20 6.60

5 BPR Bumiasih NBP 17 Sunggal 2.82 5.33 4.07 6 BPR Bumiasih NBP 20 Delitua 4.12 6.62 5.37

7 BPR Bumiasih NBP 25 Tembung 5.00 0 2.50

8 BPR Dana Ganda 11.02 1.67 6.40 9 BPR Disky Suryajaya 0 6.39 3.20

10 BPR Duta Paramarta 10.00 8.07 9.03

11 BPR Guna Rakyat 1.18 5.44 3.31 12 BPR Laksana Abadi Sunggal 6.62 5.00 5.81

13 BPR Laksana Guna Percut 5.16 4.57 4.86

14 BPR Multi Tata Perkasa 2.15 2.09 2.12 15 BPR Nusa Galang Makmur 4.09 2.85 3.47

16 BPR Nusantara Sunggal 0 8.05 4.02

17 BPR Solider 1.39 -3.13 -0.87 18 BPR Talabumi Sunggal 16.59 7.00 11.80

19 BPR Tridana Percut -17.60 -23.68 -20.64


(54)

No Nama Bank 2007 2008 Rata-rata 22 BPR Logo Karo Asli 2.46 3.35 3.00

23 BPR Bandar Jaya Daerah Perdagangan 0 -0.81 -0.40

24 BPR Buana Agribisnis 3.76 3.64 3.70 25 BPR Bumiasih NBP 7 Raya 3.09 7.13 5.11 26 BPR Tanah Jawa 5.00 5.00 5.00

27 BPR Bumiasih NBP 16 Aek Barana 7.22 7.85 7.60 28 BPR Bumiasih NBP 4 Parapat 0 3.22 1.61

29 BPR Diori Ganda 17.39 17.47 17.43

30 BPR Bumiasih NBP 8 Sumbul 5.45 5.10 5.30

31 BPR Bumiasih NBP 1 Siborong-borong 8.43 6.10 7.30 32 BPR Bumiasih NBP 24 Onang Hasang 2.04 4.44 3.24

33 BPR Bina Barumun 0 1.00 0.50

34 BPR Karya Parhuta 6.93 5.22 6.07 35 BPR Bumiasih NBP 5 -5.70 0.46 -2.62

36 BPR Porsea Jaya -4.56 3.25 -0.65

37 BPR Surungan Nauli 8.33 10.51 9.42 38 BPR Bumiasih NBP 21 1.00 1.00 0.50

39 BPR Bumiasih NBP 9 2.96 2.87 2.91

40 BPR Bumiasih NBP 10 Dolok Sanggul 3.00 3.55 3.30 41 BPR Perbaungan Hombar Makmur 6.37 5.99 6.18

42 BPR Bumiasih NBP 22 Binjai 5.92 7.74 6.83

43 BPR Siantar Bumiasih 3.72 9.00 6.36 44 BPR Bumiasih NBP 3 Barus 5.25 5.41 5.33

Rata-rata 3.94 4.38 4.16

Sumber : www.bi.go.id (Desember 2009) (diolah)

Tabel 4.4 menggambarkan nilai variabel Return On Asset (ROA) pada masing-masing. Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa ROA mengalami peningkatan dan penurunan pada setiap tahun penelitian.

Pada tahun 2007, nilai ROA tertinggi diraih oleh PT. BPR Diori Ganda dengan nilai sebesar 17,39%. Dan nilai ROA terendah dialami oleh PT. BPR Tridana Percut dengan nilai -17,60%.

Pada tahun 2008, nilai ROA tertinggi masih diraih oleh PT. BPR Diori Ganda dengan persentase sebesar 17,47%. Dan nilai terendah dialami oleh PT. BPR Tridana Percut dengan nilai -23,68%.


(55)

atas rata-rata yaitu PT. BPR Diori Ganda, PT. BPR Milala, PT. BPR Surungan Nauli dan PT. BPR Bumiasih NBP 1 Siborong-borong.

Bank yang memiliki ROA atau perputaran aset yang tingi bisa mencerminkan bahwa bank tersebut beroperasi secara sehat.

4. Deskripsi Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR )

Deskripsi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada BPR di Sumatera Utara selama periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Loan to Deposit Ratio (LDR)

BPR di Sumatera Utara Periode 2007-2008 (dalam %)

No Nama Bank 2007 2008 Rata-rata

1 BPR Duta Adiarta 69.65 70.56 70.10 2 BPR Milala 80.00 92.85 86.42

3 BPR Prima Tata Patumbak 85.52 66.75 76.13 4 BPR Batangkuis Bumiasih 84.30 76.00 80.15 5 BPR Bumiasih NBP 17 Sunggal 90.52 85.77 88.14

6 BPR Bumiasih NBP 20 Delitua 73.36 73.40 73.38 7 BPR Bumiasih NBP 25 Tembung 85.16 78.25 81.70 8 BPR Dana Ganda 88.86 89.21 89.10

9 BPR Disky Suryajaya 74.84 63.45 69.14

10 BPR Duta Paramarta 10.00 11.23 10.61 11 BPR Guna Rakyat 70.50 79.34 75.00

12 BPR Laksana Abadi Sunggal 86.00 95.00 90.50

13 BPR Laksana Guna Percut 90.84 98.01 94.43 14 BPR Multi Tata Perkasa 96.83 94.41 95.62

15 BPR Nusa Galang Makmur 92.28 94.94 93.16

16 BPR Nusantara Sunggal 94.69 84.13 89.41 17 BPR Solider 74.09 78.02 76.05

18 BPR Talabumi Sunggal 99.45 109.00 104.22

19 BPR Tridana Percut 110.50 120.70 115.60 20 BPR Bumiasih NBP 13 105.44 10.10 57.77

21 BPR Bumiasih NBP 15 Berastagi 92.00 91.45 91.73

22 BPR Logo Karo Asli 49.34 45.93 47.63 23 BPR Bandar Jaya Daerah Perdagangan 87.00 92.25 89.62


(56)

No Nama Bank 2007 2008 Rata-rata 25 BPR Bumiasih NBP 7 Raya 96.24 85.54 90.89

26 BPR Tanah Jawa 75.00 81.00 78.00

27 BPR Bumiasih NBP 16 Aek Barana 74.58 85.43 80.00 28 BPR Bumiasih NBP 4 Parapat 0 77.65 38.82

29 BPR Diori Ganda 97.91 95.49 96.70

30 BPR Bumiasih NBP 8 Sumbul 84.37 84.04 84.20

31 BPR Bumiasih NBP 1 Siborong-borong 120.33 118.99 115.66 32 BPR Bumiasih NBP 24 Onang Hasang 74.13 74.64 74.38

33 BPR Bina Barumun 0 1.00 0.50 34 BPR Karya Parhuta 77.09 68.73 73.00

35 BPR Bumiasih NBP 5 134.00 78.20 106.10

36 BPR Porsea Jaya 96.00 96.00 96.00

37 BPR Surungan Nauli 69.12 65.29 67.20 38 BPR Bumiasih NBP 21 91.00 91.00 91.00

39 BPR Bumiasih NBP 9 73.98 77.45 75.71

40 BPR Bumiasih NBP 10 Dolok Sanggul 74.00 72.89 73.04

41 BPR Perbaungan Hombar Makmur 87.35 85.58 86.46

42 BPR Bumiasih NBP 22 Binjai 94.74 80.74 87.74

43 BPR Siantar Bumiasih 84.41 87.00 85.70 44 BPR Bumiasih NBP 3 Barus 79.21 82.45 80.83 Rata-rata 80.76 77.24 79.00 Sumber : www.bi.go.id (Desember 2009) (diolah)

Tabel 4.5 menunjukkan nilai variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) pada masing-masing Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara selama periode penelitian yaitu tahun 2007-2008 yang terdiri dari 2 tahun. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan dan penurunan pada setiap tahun penelitian.

Pada tahun 2007 nilai variabel LDR tertinggi diraih oleh PT. BPR Bumiasih NBP 5 dengan persentase sebesar 134,00%. Dan nilai LDR terendah dialami oleh PT. BPR Duta Paramarta dengan nilai 10,00%.

Pada tahun 2008 nilai variabel LDR tertinggi diraih oleh PT. BPR Tridana Percut dengan nilai sebesar 120,70%. Dan nilai LDR terendah dialami oleh PT. BPR Bina Barumun dengan nilai 1,00%.


(57)

PT. BPR Bumiasih NBP 1 Siborong-borong, PT. BPR Tridana Percut, PT. BPR Bumiasih NBP 5 dan PT. BPR Talabumi Sunggal. Namun tingkat rasio LDR yang tinggi, belum menjamin bahwa bank tersebut beroperasi dengan sehat.


(58)

B. Hasil Uji Asumsi Dasar Regresi

1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal yakni tidak menceng ke kiri atau ke kanan.

a. Analisis Grafik

Gambar 4.1 Histogram Dependent Variabel (Pertumbuhan laba) Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows (2010)


(59)

Pada Gambar 4.1 Histogram menunjukkan bahwa variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut yang tidak menceng ke kiri ataupun ke kanan.

Cara lain melihat uji normalitas dengan grafik adalah dengan melihat gambar

normal p-p plot of regression standardized residual. Pada Gambar 4.2 terlihat titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data berdistribusi normal.

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of regression Standardized Residual Dependent Variabel (Pertumbuhan Laba)


(60)

b. Analisis Statistik

Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorv-Smirnov dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi normal atau tidak.

Tabel 4.6

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 88

Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation 1.32156432 Most Extreme Differences Absolute .107

Positive .075

Negative -.107

Kolmogorov-Smirnov Z .999

Asymp. Sig. (2-tailed) .271

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows (2010)

Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa variabel residual berdistribusi normal, karena terlihat nilai Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,271 hal ini berarti nilai Symp. Sig (2-tailed) lebih besar dari nilai signifikan dengan nilai 0,05.

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilihat dari


(61)

windows.

Tabel 4.7 Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LNCAR .912 1.096

LNNPL .876 1.142

LNROA .807 1.239

LNLDR .959 1.043

a. Dependent Variable: LNPERTUMBUHANLABA Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows (2010)

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, keempat variabel tersebut memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 5 maka tidak terdapat adanya gejala multikolinieritas pada persamaan regresi linear berganda ini.

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu) atau ruang (seperti dalam data cross section). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1.


(62)

Tabel 4.8 Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .21002

Cases < Test Value 44 Cases >= Test Value 44

Total Cases 88

Number of Runs 39

Z -1.287

Asymp. Sig. (2-tailed) .198 a. Median

Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows (2010)

Dari hasil pengolahan mengunakan SPSS 16 for windows dapat diketahui bahwa nilai test adalah 0,21002 dan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,198 > 0,05. Maka dapat disimpulkan data tidak terkena autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dalam sebuah model regresi, dengan tujuan bahwa apakah suatu regresi tersebut terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari setiap pengamatan ke pengamatan lainnya berbeda, maka disebut heteroskedastisitas.

Ada beberapa cara untuk menguji ada tidaknya situasi heteroskedastisitas dalam varian error terms untuk model regresi. Untuk melihat apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak dapat dilakukan melalui dua cara yaitu cara grafik dan cara statistik dengan menggunakan uji Glejser.


(63)

a. Pendekatan Grafik

Dalam penelitian ini akan digunakan metode chart (diagram scatterplot), dengan dasar pemikiran bahwa (Singgih, 2004) :

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar ke atas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.3 Scatterplot of Dependent Variable


(64)

Dari grafik scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.

b. Uji Glejser

Heteroskedastisitas juga dapat diuji dengan menggunakan uji Glejser. Jika tingkat signifikansi variabel independen < 5% menunjukkan bahwa variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Namun apabila tingkat signifikansinya > 5% maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.9 Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .249 .617 .403 .688

LNCAR .244 .148 .185 1.646 .104

LNNPL -.051 .082 -.072 -.624 .534

LNROA -.032 .135 -.028 -.234 .816

LNLDR .036 .114 .034 .312 .756

a. Dependent Variable: absut

Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows (2010)

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut (absut). Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel CAR, NPL, ROA, dan LDR masing-masing lebih besar dari


(65)

gejala heterokedastisitas dalam model regresi ini.

2. Analisis Regresi Linear Berganda a. Goodness of Fit Test

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .697a .488 .344 1.35303

a. Predictors: (Constant), LNLDR, LNCAR, LNNPL, LNROA b. Dependent Variable: LNPERTUMBUHANLABA

Sumber : Hasil olahan SPSS 16.0 for windows (2010)

Dari hasil pengujian Goodness of Fit, R = 0,697 berarti hubungan antara CAR, NPL, ROA, dan LDR terhadap pertumbuhan laba sebesar 69,7%. Artinya hubungannya erat. Semakin besar R berarti hubungan semakin erat.

Adjusted R Square sebesar 0,344 berarti 34,4% faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba dapat dijelaskan oleh CAR, NPL, ROA, dan LDR. Sedangkan sisanya sebesar 65,6% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(1)

LAMPIRAN 2

Hasil Pengolahan

SPSS 16 for Windows

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 LNLDR, LNCAR,

LNNPL, LNROAa . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: LNPERTUMBUHANLABA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .697a .488 .344 1.35303 a. Predictors: (Constant), LNLDR, LNCAR, LNNPL, LNROA

b. Dependent Variable: LNPERTUMBUHANLABA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 14.647 4 65.947 6.295 .003a

Residual 151.948 83 2.206

Total 166.595 87

a. Predictors: (Constant), LNLDR, LNCAR, LNNPL, LNROA b. Dependent Variable: LNPERTUMBUHANLABA


(2)

(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 88

Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation 1.32156432 Most Extreme Differences Absolute .107

Positive .075

Negative -.107

Kolmogorov-Smirnov Z .999

Asymp. Sig. (2-tailed) .271


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.984 1.003 -1.979 .051

LNCAR .332 .241 .151 1.378 .024

LNNPL .206 .133 .247 2.204 .350

LNROA .293 .220 .110 .940 .030

LNLDR .076 .186 .044 2.408 .684

a. Dependent Variable: LNPERTUMBUHANLABA

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .21002 Cases < Test Value 44 Cases >= Test Value 44

Total Cases 88

Number of Runs 39

Z -1.287

Asymp. Sig. (2-tailed) .198 a. Median


(5)

1 (Constant) -1.984 1.003 -1.979 .051

LNCAR .332 .241 .151 1.378 .172 .912 1.096

LNNPL .293 .133 .247 2.204 .030 .876 1.142

LNROA .206 .220 .110 .940 .350 .807 1.239

LNLDR .076 .186 .044 .408 .684 .959 1.043

a. Dependent Variable: LNPERTUMBUHANLABA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .249 .617 .403 .688

LNCAR .244 .148 .185 1.646 .104

LNNPL -.051 .082 -.072 -.624 .534

LNROA -.032 .135 -.028 -.234 .816

LNLDR .036 .114 .034 .312 .756


(6)