Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Dengan Sikap Aparat Pemerintah Daerah Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Nias)

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN

TERHADAP KINERJA DENGAN SIKAP APARAT

PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI VARIABEL

INTERVENING (STUDI EMPIRIS PADA

PEMERINTAH KABUPATEN NIAS)

TESIS

Oleh

VICTORINUS LAOLI

107017050/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN

TERHADAP KINERJA DENGAN SIKAP APARAT

PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI VARIABEL

INTERVENING (STUDI EMPIRIS PADA

PEMERINTAH KABUPATEN NIAS)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Magister Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

VICTORINUS LAOLI 107017050/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA DENGAN SIKAP APARAT PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI EMPIRIS PADA PERINTAH KABUPATEN NIAS)

Nama Mahasiswa : Victorinus Laoli Nomor Pokok : 107017050 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA)

Ketua Anggota

(Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak)

Ketua Program Studi Direktur


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 07 November 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Anggota : 1. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak

2. Drs. Firman Syarif, MSi, Ak 3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak 4. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak


(5)

PERYATAAN Judul Tesis

“PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA DENGAN SIKAP APARAT PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI EMPIRIS PADA

PEMERINTAH KABUPATEN NIAS).”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Akuntansi pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, November 2012 Penulis,

VICTORINUS LAOLI Materai


(6)

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA DENGAN SIKAP APARAT PEMERINTAH DAERAH

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH KABUPATEN NIAS)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, kesulitan tujuan anggaran) terhadap kinerja dengan sikap aparat sebagai intervening variable pada kabupaten Nias. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada di pemerintahan kabupaten Nias yang berjumlah 38. Dengan menggunakan metode sensus, populasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai sampel penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian, uji faktor konfirmatori, uji asumsi klasik, analisis linear berganda dan analisis jalur. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji faktor konfirmatori, yang dapat diterima sebagai indikator pembentuk faktor karakteristik tujuan anggaran adalah partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran, sedangkan evaluasi anggaran tidak termasuk indikator pembentuk faktor karena tidak memenuhi syarat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa karakteristik tujuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah kabupaten Nias. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa karakteristik tujuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja melalui sikap aparat pemerintah daerah.


(7)

THE INFLUENCE OF THE CHARACTERISTICS OF BUDGET PURPOSE ON THE PERFORMANCE THROUGH THE

ATTITUDEOF PERSONNELOF REGIONAL ADMINISTRATION AS AN INTERVENING

VARIABLE (AN EMPIRICAL STUDY IN NIAS DISTRICT ADMINISTRATION)

ABSTRACT

The aim of the research was to test and to find empirical evidence about the influence of the characteristics of budget purpose (budget participation, clarification of budget purpose, and difficulty of budget purpose) on the performance through the personel’s attitude as an intervening variable in Nias District. The population was 38 SKPDs in Nias Administration; they were used as the samples, using cencus method. The data comprised the primary data and were analyzed by using validity test and reliability instrument, confirmatory faktor test, classical assumption test, multiple linear regression test, and linear test. The result og the research, based on the confirmatory faktor test, showed that budget participation, clarification of budget purpose, budget feedback, and difficulty of budget purpose could be accepted as the indicators of forming the faktors of the characteristics of budget purpose. Meanwhile, budget evaluation was not included in the indicator of forming the faktors because it did not fulfill the requirements. The result of the research also showed that the characteristics of budget purpose had significant influence on the personnel of Nias Regional Admininstration, and that the characteristics of budget purpose had significant influence on the performance through the attitude of the personnel of the Regional Administration.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis sebagai tugas akhir dalam menempuh studi di Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari penyelesaian penulisan tesis ini telah melibatkan banyak pihak, berkenan dengan hal tersebut ijinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU. Akademik.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik perbaikan yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak selaku Sekertaris Program Magister Akuntasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.


(9)

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

7. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

8. Orang tuaku tersayang yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini. 9. Adik-adik tersayang : Versi Damai Laoli, Eka Septianti Laoli, Berliana Laoli,

Talenta Gita Laoli, Nifili Apriliana Laoli, Oktavianus Gea yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penyelesaian penulisan tesis ini.

10. Seluruh SKPD di Pemerintahan Kabupaten Nias, khusunya Bapak Bupati Nias yang telah memberikan izin penelitian di seluruh SKPD Kabupaten Nias.

11. Rekan-rekan mahasiswa di Sekolah Pascasarjana Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan tesis ini pada masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa/i.

Medan, November 2012 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Victorinus Laoli

Tempat/Tgl Lahir : Gunungsitoli, 10 Oktober 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Kristen

Alamat : Jl. Tirta Kompleks KBN No. 3 Gunungsitoli

Telepon : 081396744482

Orang Tua (Ayah) : Drs. Bezisokhi Laoli, MM

(Ibu) : Dra. Jenny Wekel Sihombing (Alm)

Pendidikan

2010 – 2012 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Magister Akuntansi

2006 – 2010 : Universitas HKBP Nommensen Medan 2003 – 2006 : SMA Negeri 3 Gunungsitoli

2000 – 2003 : SLTP Negeri 1 Gunungsitoli 1994 – 2000 : SD RK Mutirara Gunungsitoli


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTARTABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Originalitas Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1. Kinerja aparat pemerintah daerah ... 11

2.1.2. Sikap ... 14

2.1.3. Karakteristik tujuan anggaran ... 16

2.2. Review peneliti terdahulu ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 24

3.1. Kerangka Konsep ... 24

3.2. Hipotesis ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Jenis Penelitian ... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel ... 29

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.5 Defenisi Operasional Variabel ... 31

4.5.1. Partisipasi Anggaran (X1.1 4.5.2. Kejelasan Tujuan Anggaran (X ) ... 32

1.2 4.5.3 Evaluasi Anggaran (X ) ... 32

1.3 4.5.4 Umpan Balik Anggaran (X ) ... 32

1.4 4.5.5 Kesulitan Tujuan Anggaran (X ) ... 32

1.5 4.5.6 Kinerja (Y) ... 33

) ... 33

4.5.7 Sikap (Z) ... 33

4.6 Metode Analisis Data ... 36

4.6.1 Uji Kualitas Data ... 36


(12)

4.6.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 38

4.6.4 Pengujian Hipotesis ... 39

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 40

5.1 Hasil Penelitian ... 40

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

5.1.2 Uji Kualitas Data ... 42

5.1.3 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 45

5.1.4 Demografi Responden Penelitian ... 45

5.1.5 Uji Faktor Konfirmatori ... 47

5.1.6 Analisis Deskriptif ... 49

5.1.6.1Deskriptif Kinerja Aparat Perangkat Daerah ... 50

5.1.6.2 Deskriptif Sikap Aparat Perangkat Daerah ... 51

5.1.6.3 Deskriptif Karakteristik Tujuan Anggaran ... 51

5.1.7 Uji Asumsi Klasik ... 56

5.1.8 Pengujian Hipotesis ... 61

5.1.9 Besarnya Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran terhadap Kinerja dengan sikap sebagai variable Intervening ... 68

5.2 Pembahasan ... 70

BAB VI Kesimpulan dan Saran ... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 75

6.3 Saran ... 76


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Review Peneliti Terdahulu ... 23

4.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

4.2 Definisi Operasional Variabel ... 33

5.1 Hasi Uji Validitas Instrumen ... 43

5.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 44

5.3 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 45

5.4 Statistik Demografi Responden Penelitian ... 45

5.5 Hasil Uji Faktor Konfirmatori Awal ... 47

5.6 Komponen Matrix Awal ... 47

5.7 Hasil Uji Faktor Konfirmatori Akhir ... 48

5.8 Komponen Matrix Akhir ... 48

5.9 Deskriptif Kinerja Aparat Perangkat Daerah ... 50

5.10 Deskriptif Sikap Aparat di Pemerintahan Kabupaten Nias ... 51

5.11 Deskriptif Partisipasi Anggaran ... 52

5.12 Deskriptif Kejelasan Tujuan Anggaran ... 53

5.13 Deskriptif Umpan Balik Anggaran ... 54

5.14 Deskriptif Kesulitan Tujuan Anggaran.. ... 55

5.15 Hasil Uji Kolmogorof Smirnov Hipotesis 1 ... 57

5.16 Hasil Uji Kolmogorof Smirnov Persamaan I Hipotesis 2 ... 58


(14)

5.19 Hasil Pengujian Persamaan I Hipotesis 2... 64 5.20 Hasil Pengujian Persamaan II Hipotesis 2 ... 66


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1Kerangka Konseptual Sebelum Uji Faktor ... 24

5.1 Peta Kabupaten Nias ... 41

5.2 Kerangka Konseptual Setelah Uji Faktor ... 49

5.3 Hasil Uji Normalitas Hipotesis 1 ... 56

5.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Hipotesis 1 ... 57

5.5 Hasil Uji Normalitas Persamaan I Hipotesis 2 ... 58

5.6 Hasil Uji Heterokedastisitas Persamaan I Hipotesis 2 ... 59

5.7 Uji Normalitas Persamaan II Hipotesis 2 ... 60


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 81

2. Analisis Deskriptif Variabel ... 86

3. Tabulasi Data ... 89

4. Rekapitulasi Data ... 90

5. Kisaran Teoritis Variabel ... 91

6. Hasil Uji Validitas ... 92

7. Hasil Uji Reliabilitas ... 96

8. Hasil Uji Faktor Konfirmatori ... 100

9. Hasil Asumsi Klasik ... 102

10.Hasil Uji Regresi ... 106


(17)

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA DENGAN SIKAP APARAT PEMERINTAH DAERAH

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH KABUPATEN NIAS)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, kesulitan tujuan anggaran) terhadap kinerja dengan sikap aparat sebagai intervening variable pada kabupaten Nias. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada di pemerintahan kabupaten Nias yang berjumlah 38. Dengan menggunakan metode sensus, populasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai sampel penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian, uji faktor konfirmatori, uji asumsi klasik, analisis linear berganda dan analisis jalur. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji faktor konfirmatori, yang dapat diterima sebagai indikator pembentuk faktor karakteristik tujuan anggaran adalah partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran, sedangkan evaluasi anggaran tidak termasuk indikator pembentuk faktor karena tidak memenuhi syarat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa karakteristik tujuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah kabupaten Nias. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa karakteristik tujuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja melalui sikap aparat pemerintah daerah.


(18)

THE INFLUENCE OF THE CHARACTERISTICS OF BUDGET PURPOSE ON THE PERFORMANCE THROUGH THE

ATTITUDEOF PERSONNELOF REGIONAL ADMINISTRATION AS AN INTERVENING

VARIABLE (AN EMPIRICAL STUDY IN NIAS DISTRICT ADMINISTRATION)

ABSTRACT

The aim of the research was to test and to find empirical evidence about the influence of the characteristics of budget purpose (budget participation, clarification of budget purpose, and difficulty of budget purpose) on the performance through the personel’s attitude as an intervening variable in Nias District. The population was 38 SKPDs in Nias Administration; they were used as the samples, using cencus method. The data comprised the primary data and were analyzed by using validity test and reliability instrument, confirmatory faktor test, classical assumption test, multiple linear regression test, and linear test. The result og the research, based on the confirmatory faktor test, showed that budget participation, clarification of budget purpose, budget feedback, and difficulty of budget purpose could be accepted as the indicators of forming the faktors of the characteristics of budget purpose. Meanwhile, budget evaluation was not included in the indicator of forming the faktors because it did not fulfill the requirements. The result of the research also showed that the characteristics of budget purpose had significant influence on the personnel of Nias Regional Admininstration, and that the characteristics of budget purpose had significant influence on the performance through the attitude of the personnel of the Regional Administration.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa perubahan fundamental dalam hubungan tata pemerintah dan hubungan keuangan, sekaligus membawa perubahan penting dalam pengelolaan anggaran daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau ouput dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan (PP Nomor 58 Tahun 2005). Berdasarkan pendekatan kinerja, APBD disusun berdasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran. Oleh karena itu, dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, pemerintah daerah bersama DPRD menyusun kebijakan umum yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Penyusunan Kebijakan Umum APBD pada dasarnya merupakan upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) dan standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan pemerintah.


(20)

Untuk mengantisipasi adanya perubahan lingkungan, pemerintah daerah perlu melakukan penjaringan aspirasi masyarakat untuk mengidentifikasi perkembangan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Penjaringan aspirasi masyarakat dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan terlibat dalam proses penganggaran daerah.

Untuk dapat menghasilkan struktur anggaran yang sesuai dengan harapan dan kondisi normatif maka APBD yang pada hakikatnya merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran pemerintah daerah serta tugas pokok dan fungsi unit kerja harus disusun dalam struktur yang berorientasi pada pencapaian tingkat kinerja tertentu. Artinya, APBD harus mampu memberikan gambaran yang jelas tentang tuntutan besarnya pembiayaan atas berbagai sasaran yang hendak dicapai, tugas-tugas dan fungsi pokok sesuai dengan kondisi, potensi, aspirasi dan kebutuhan riil di masyarakat untuk suatu tahun tertentu. Dengan demikian alokasi dana yang digunakan untuk membiayai berbagai program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar dirasakan masyarakat dan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik (PP No. 58 Tahun 2005).

Pemerintah daerah kabupaten Nias merupakan organisasi sektor publik yang menjalankan otonomi daerah sesuai aturan dan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Implementasi undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, merupakan komitmen pemerintah dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan serta harkat dan martabat masyarakat Nias. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan pembangunan maka dituntut suatu proses perencanaan program dan anggaran


(21)

yang baik serta didukung oleh kualitas kinerja aparat pemerintah daerah sebagai konsekuensi dari ketersediaan dana yang memadai, sehingga diharapkan terciptanya kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Pengelolaan pemerintah daerah secara akuntabilitas, tidak lepas dari anggaran pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2005), bahwa wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber daya tersebut dengan baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat. Anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi (Kenis, 1979). Namun demikian, pelaksanaan anggaran dengan kinerja belum tentu sesuai yang diharapkan dalam pencapaian tujuan. Oleh karena itu, efektiftas sistem pengendalian intern pada suatu organisasi perlu ditingkatkan agar pengendalian baik pengendalian keuangan maupun pengendalian kinerja dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Adanya sikap positif dari aparat pemerintah daerah dapat meningkatkan kinerja sehingga para pegawai semakin loyal pada pekerjaannya dan akan memberikan yang terbaik dalam melaksanakan pekerjaannya tersebut sehingga proses pengganggaran dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Dalam perencanaan anggaran ada beberapa karakteristik tujuan anggaran. Menurut Kenis (1979) karakteristik tujuan anggaran yaitu partisipasi anggaran (budgetary participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity),


(22)

umpan balik anggaran (budgetary feedback ), evaluasi anggaran (budgetray evaluation) dan kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty). Karakteristik tujuan anggaran dapat berpengaruh terhadap sikap yang terkait dengan pekerjaan dan sikap yang terkait dengan anggaran (Kenis, 1979). Selanjutnya, anggaran bukan hanya rencana keuangan yang menentukan tujuan biaya dan pendapatan bagi pusat-pusat tanggung jawab di perusahaan bisnis, namun juga sarana untuk kontrol, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja, dan motivasi. Pengetahuan mengenai tujuan yang telah dianggarkan dan informasi mengenai tingkat dimana tujuan tersebut telah tercapai memberikan dasar bagi para manajer untuk mengukur efisiensi, mengidentifikasi masalah, dan mengontrol biaya. Dalam hal waktu dan besarannya, koordinasi berbagai aktivitas fungsional juga dicapai melalui proses pembuatan dan penerapan anggaran.

Komunikasi tujuan yang dianggarkan secara menurun di suatu organisasi memberi informasi kepada para anggota manajemen yang lebih rendah mengenai apa yang diharapkan manajemen tingkat atas. Sebaliknya, manajemen tingkat atas mempelajari pencapaian dan masalah manajemen tingkat yang lebih rendah melalui pelaporan serta membandingkan tujuan dengan kinerja yang aktual. Selanjutnya, informasi anggaran membantu manajemen tingkat atas untuk mengevaluasi kinerja para manajer tingkat lebih rendah dan memberikan reward ataupun hukuman (Kenis, 1979). Di dalam konteks ini, anggaran menunjukkan bagian penting dari sistem motivasi organisasi yang dirancang untuk memperbaiki sikap dan kinerja manajerial. Seluruh aspek ini menunjukkan bahwa potensi anggaran mungkin menjadi alat manajerial yang bermanfaat. Meski demikian,


(23)

anggaran yang diterapkan secara tidak tepat bisa menyebabkan perilaku disfungsional dan sikap negatif diantara anggota organisasi (Kenis, 1979).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja dari perencanaan alokasi biaya yang ditetapkan. Berdasarkan pendekatan kinerja, APBD disusun berdasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran. Dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, pemerintah daerah bersama-sama legislatif daerah menyusun kebijakan umum yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Kebijakan anggaran yang dimuat dalam kebijakan umum APBD, selanjutnya menjadi dasar untuk penilaian kinerja keuangan daerah selama satu tahun anggaran (PP Nomor 58 Tahun 2005).

Oleh karena itu dalam kaitannya dengan kinerja yang optimal dari pelaksana anggaran, sikap dari aparat pemerintah daerah merupakan salah satu faktor yang mendukung peningkatan kinerja. Sikap positif dari masing-masing aparat membuat pelaksana anggaran semakin loyal kepada organisasi, sehingga akan memberikan yang terbaik dalam pelayanan publik. Termotivasi dalam bekerja, bekerja dengan rasa tenang, dan yang lebih penting lagi kepuasan kerja yang tinggi memperbesar kemungkinan tercapainya produktivitas dan motivasi yang tinggi pula. Orang yang tidak merasa puas terhadap pekerjaanya, cenderung melakukan atau menghindar dari situasi-situasi pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun psikologis.

Sikap ini mempengaruhi interpretasi individu mengenai kebijakan, aturan, gaya manajerial, dan peristiwa organisasi lainnya. Interpretasi ini menentukan


(24)

perilaku individu, yang konsekuensinya adalah semua aparat pemerintah daerah tidak memberikan reaksi dalam cara yang sama di saat penetapan anggaran di masing-masing unit kerjanya.

Munawar dkk (2006) menemukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang cukup signifikan dari karakteristik tujuan anggaran terhadap sikap. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik tujuan anggaran secara keseluruhan menghasilkan pengaruh cukup kuat terhadap sikap aparat pemerintah daerah Kabupaten Kupang dalam melaksanakan anggaran. Selain itu aparat pemerintah daerah kabupaten Kupang menunjukkan sikap yang positif terhadap anggaran yang telah ditetapkan pemerintah daerah bersama DPRD kabupaten Kupang yaitu APBD dalam bentuk dokumen anggaran satuan kerja (DASK) bagi masing-masing unit kerja dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan anggaran yang telah ditetapkan.

Dalam menyusun anggaran tahunan, mekanisme dan proses penjaringan informasi pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis daerah. Namun demikian, dalam proses ini kebijakan anggaran harus dijadikan payung bagi eksekutif khususnya unit kerja dalam menyusun kebijakan anggaran tahunan. Dalam penyusunan rencana kerja masing-masing program harus sudah memuat secara lebih rinci uraian mengenai nama program, tujuan dan sasaran program, output yang akan dihasilkan, sumber daya yang dibutuhkan, periode pelaksanaan program, lokasi dan indikator kinerja. Seluruh program yang telah dirancang oleh masing-masing unit kerja, selanjutnya diserahkan ke panitia eksekutif. Panitia eksekutif selanjutnya menganalisis dan bila perlu menyeleksi program-program


(25)

yang dijadikan rencana kerja di masing-masing unit kerja berdasarkan program kerja yang masuk ke panitia eksekutif, yang selanjutnya disusun dan dirancang draft Kebijakan Pembangunan Dan Kebijakan Anggaran Tahunan (APBD) yang nantinya dibahas dengan pihak Legislatif (Kepmendagri No 29 Tahun 2002).

Dalam UU No. 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan kesulitan tujuan anggaran) berpengaruh terhadap kinerja?

2. Apakah karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan kesulitan tujuan anggaran) berpengaruh terhadap kinerja dengan sikap aparat sebagai intervening variabel?

1.3 Tujuan Penelitian


(26)

1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan kesulitan tujuan anggaran) terhadap kinerja.

2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan kesulitan tujuan anggaran) terhadap kinerja dengan sikap sebagai intervening variabel.

1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini berupa kontribusi empiris, teori dan kebijakan, yaitu :

1. Bagi para akademisi (ilmu pengetahuan) hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih atau kontribusi buah pikir untuk pengembangan literatur akuntansi sektor publik (ASP) khususnya pengembangan sistem pengendalian manajemen pada sektor publik.

2. Bagi pemerintah daerah (objek yang diteliti) diharapkan menjadi masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya akan meningkatkan kinerja aparat pemerintah melalui sikap seluruh pegawainya untuk mencapai tujuan anggaran yang diinginkan.

3. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang akuntansi keuangan daerah khusunya tentang karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran).


(27)

1.5 Originalitas

Studi yang kritis tentang akuntansi sektor publik khususnya tentang karakteristik tujuan anggaran telah banyak dilakukan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Munawar dkk, 2006 dalam simposium nasional akuntansi 9 Padang, yang meneliti tentang “pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap perilaku, sikap, dan kinerja aparat pemerintah daerah di kabupaten Kupang” menyimpulkan bahwa karakteristik tujuan anggaran secara simultan berpengaruh secara positif terhadap perilaku, sikap, dan kinerja aparat pemerintah daerah kabupaten Kupang.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Munawar terletak pada variabel penelitian, model penelitian dan lokasi penelitian. Munawar menggunakan variabel independen karakteristik tujuan anggaran dengan tiga variabel dependen yaitu perilaku, sikap, dan kinerja. Lokasi penelitiannya dilakukan pada aparat pemerintah daerah kabupaten Kupang. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel karakteristik tujuan anggaran sebagai variabel independen, kinerja sebagai variabel dependen dan sikap sebagai variabel intervening. Model yang dibuat Munawar yaitu dengan melihat pengaruh dari masing-masing indikator karakteristik tujuan anggaran dengan menggunakan uji t dan uji F. Sedangkan model yang dibuat peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan uji faktor konfirmatori untuk mengetahui apakah seluruh indikator karakteristik tujuan anggaran dalam penelitian ini merupakan variabel pembentuk faktor karakteristik tujuan anggaran dan berapa besarnya nilai dari karakteristik tujuan anggaran yang merupakan variabel unobservable, kemudian dari hasil tersebut dilakukanlah uji


(28)

regeresi linear berganda dan analisis jalur serta lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Nias.

Alasan peneliti menempatkan variabel sikap sebagai intervening variabel karena sikap tidak dapat langsung diamati tetapi dapat dilihat dari setiap kinerja para aparat pemerintah daerah, kinerja merupakan cerminan dari setiap sikap aparat pemerintah daerah. Sedangkan perilaku dapat didefinisikan sebagai hasil konkrit dari sikap, yang posisinya sama dengan kinerja. Itulah sebabnya peneliti menempatkan variabel sikap sebagai intervening variabel. Sedangkan variabel perilaku tidak dipilih karena mempunyai makna yang sama dengan kinerja.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kinerja aparat pemerintah daerah

Penilaian kinerja adalah proses organisasi mengevaluasi/menilai kinerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja mereka (Hani Handoko, 1996).

Kinerja pada dasarnya adalah segala seuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi.

Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Sedangkan kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja organisasional. Menurut Mahoney dkk, (1963) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja indvidu anggota organisasi dalam kegiatan – kegiatan manajerial, antara lain : perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi dan representasi.

Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik atau pimpinan perangkat daerah dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem


(30)

pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran digunakan sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Seiring dengan peranan anggaran tersebut, Argyris (1952) juga menyatakan bahwa kunci dari kinerja yang efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Michael dan Troy (2000) menjelaskan untuk mengukur kinerja sebuah pemerintah lokal dalam perbandingannya dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan maka diperlukan akuntabel oleh pemerintah lokal. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah para pembuat kebijakan dan profesional harus merumuskan visi dan tujuan dari rencana strategis mereka dengan menggunakan input dari masyarakat/publik. Jika input dari masyarakat ini tidak diakomodasi maka akan mengundang kritikan, walaupun pemerintahan lokal sudah melaksanakannya secara efisien sekalipun.

Sadjiarto Arja (2000) menyebutkan lima manfaat adanya pengukuran/penilaian kinerja suatu entitas pemerintahan yaitu:

a. Peningkatan kinerja meningkatkan mutu pengambilan keputusan.

Seringkali keputusan yang diambil pemerintah dilakukan dalam keterbatasan data dan berbagai pertimbangan politik serta tekanan dari pihak-pihak yang berkepentingan. Proses pengembangan pengukuran kinerja ini akan memungkinkan pemerintah untuk menentukan misi dan menetapkan tujuan pencapaian hasil tertentu. Di samping itu dapat juga dipilih metode pengukuran


(31)

kinerja untuk melihat kesuksesan program yang ada. Di sisi lain, adanya pengukuran kinerja membuat pihak legislatif dapat memfokuskan perhatian pada hasil yang didapat, memberikan evaluasi yang benar tehadap pelaksanaan anggaran serta melakukan diskusi mengenai usulan-usulan program baru. b. Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas internal.

Dengan adanya pengukuran kinerja ini, secara otomatis akan tercipta akuntabilitas di seluruh lini pemerintahan, dari lini terbawah sampai teratas. Lini teratas pun kemudian akan bertanggungjawab kepada pihak legislatif. Dalam hal ini disarankan pemakaian sistem pengukuran standar seperti halnya management by objectives untuk pengukuran outputs dan outcomes.

c. Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas publik.

Meskipun bagi sebagian pihak, pelaporan evaluasi kinerja pemerintah kepada masyarakat dirasakan cukup menakutkan, namun publikasi laporan ini sangat penting dalam keberhasilan sistem pengukuran kinerja yang baik. Keterlibatan masyarakat terhadap pengambilan kebijakan pemerintah menjadi semakin besar dan kualitas hasil suatu program juga semakin diperhatikan.

d. Pengukuran kinerja mendukung perencanaan strategi dan penetapan tujuan. Proses perencanaan strategi dan tujuan akan kurang berarti tanpa adanya kemampuan untuk mengukur kinerja dan kemajuan suatu program. Tanpa ukuran-ukuran ini, kesuksesan suatu program juga tidak pernah akan dinilai dengan obyektif.

e. Pengukuran kinerja memungkinkan suatu entitas untuk menentukan penggunaan sumber daya secara efektif.


(32)

Masyarakat semakin kritis untuk menilai program-program pokok pemerintah sehubungan dengan meningkatnya pajak yang dikenakan kepada mereka. Evaluasi yang dilakukan cenderung mengarah kepada penilaian apakah pemerintah memang dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Dalam hal ini pemerintah juga mempunyai kesempatan untuk menyerahkan sebagian pelayanan publik kepada sektor swasta dengan tetap bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

Pengukuran kinerja tentunya tidak sebatas pada masalah pemakaian anggaran, namun lebih dari itu. Pengukuran kinerja mencakup berbagai aspek sehingga dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif dalam pencapaian kinerja tersebut. Sesuai dengan pendekatan kinerja yang digunakan dalam penyusunan anggaran, maka setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai. Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran (Kepmendagri No 29 Tahun 2002).

2.1.2 Sikap

Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu. Sementara Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan objek tertentu.

Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi dalam kehidupan organisasi difokuskan pada beberapa jenis sikap yang berkaitan dengan kerja. Sikap kerja


(33)

berisi evaluasi positif atau negatif yang dimiliki seseorang tentang aspek-aspek lingkungan kerja mereka. Dalam ilmu manajemen sumber daya manusia, sebagian besar penelitian difokuskan pada tiga sikap yaitu kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan dan komitmen organisasional (Robbins, 2007).

Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti yang diuraikan berikut ini:

a. Angkatan kerja yang usianya di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas yang tinggi pada organisasi. Mungkin alasan–alasan yang menonjol ialah bahwa mereka sudah mapan dalam kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan mereka menikmati taraf hidup yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam organisasi, pola karirnya jelas, tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai karier kedua, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan memasuki usia pensiun.

b. Tenaga kerja yang berada pada kategori usia empat puluhan menunjukkan loyalitas pada karir dan jenis profesi yang selama ini ditekuninya. Misalnya, seseorang yang menekuni karir di bidang keuangan akan cenderung “bertahan” pada bidang tersebut meskipun tidak berarti menekuninya hanya dalam organisasi yang sama. Karena itu pindah ke profesi lain, tetapi bergerak di bidang yang sama, bukanlah merupakan hal yang aneh. Barangkali alasan pokoknya terletak pada hasrat untuk benar – benar mendalami bidang tertentu itu karena latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh, bakat, minat, dan pengalaman yang memungkinkannya menampilkan kinerja yang memuaskan yang pada gilirannya membuka peluang untuk promosi, menambah penghasilan, dan meniti karir secara mantap.


(34)

c. Tenaga kerja dalam kategori 30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya tertuju pada diri sendiri. Hal ini dapat dipahami karena tenaga kerja dalam kategori ini masih terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu berpindah dari satu organisasi ke organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari satu profesi ke profesi lain. Di samping itu pula didukung oleh tingkat kebutuhan yang semakin lama semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup sehingga banyak para pekerja yang mencari pekerjaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari. d. Bagi mereka yang lebih muda dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan

kecenderungan mereka masih lebih mengarah kepada gaya hidup santai, apabila mungkin disertai dengan kesempatan “berhura – hura”. Pada kenyataan sehari – hari banyak sekali terjadi kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh para karyawan yang umumnya mempunyai umur relatif muda. Hal itu juga dipicu oleh tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi tidak diiringi oleh tingkat kerajinan yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu tingkat penganggguran semakin lama semakin meningkat (Nitisemito S. Alex, 1991). 2.1.3 Karakteristik tujuan anggaran

Proses anggaran seharusnya diawali dengan penetapan tujuan, target dan kebijakan. Kesamaan persepsi antar berbagai pihak tentang apa yang akan dicapai dan keterkaitan tujuan dengan berbagai program yang akan dilakukan, sangat krusial bagi kesuksesan anggaran. Di tahap ini, proses distribusi sumber daya mulai dilakukan. Pencapaian konsensus alokasi sumber daya menjadi pintu pembuka bagi pelaksanaan anggaran. Proses panjang dari penentuan tujuan ke pelaksanaan anggaran seringkali melewati tahap yang melelahkan, sehingga


(35)

perhatian terhadap tahap penilaian dan evaluasi sering diabaikan. Kondisi inilah yang nampaknya secara praktis sering terjadi (Bastian, 2006).

Sesuai dengan amanat UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi. Sebagai kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungan dengan itu, dalam undang-undang juga disebutkan bahwa belanja negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Dalam kajian teoritis sebagai dasar untuk penelitian ini masih banyak menggunakan kajian teoritis pada sektor privat yang berhubungan dengan variabel-variabel yang diteliti. Hal ini dikarenakan variabel-variabel yang diteliti juga masih menggunakan variabel yang diteliti pada sektor privat. Namun tidak mengurangi kajian-kajian teoritis yang berhubungan dengan sektor publik sebagai dasar/acuan dalam penelitian pada sektor publik. Menurut Kenis (1979) ada 5 karakteristik tujuan anggaran (Budgetary Goal Characteristics) yaitu:


(36)

Partisipasi penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang secara umum dapat meningkatkan kinerja yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas organisasi. Partisipasi penyusunan anggaran yang begitu luas menunujukkan betapa luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah untuk memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya sehingga berpengaruh terhadap tujuan pusat pertanggunjawaban anggaran mereka.

Partisipasi anggaran pada sektor publik terjadi pada saat pembahasan anggaran, dimana eksekutif dan legislatif saling beradu argumen dalam pembahasan RAPBD. Anggaran yang dibuat oleh eksekutif dalam hal ini kepala daerah melalui usulan dari unit kerja yang disampaikan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah, dan setelah itu kepala daerah bersama-sama DPRD menetapkan anggaran.

b. Kejelasan Tujuan Anggaran

Anggaran daerah menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran daerah dapat menggambarkan sasaran kinerja secara jelas. Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh karena itu, sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggungjawab untuk menyusun dan melaksanakannya.

Kenis (1979) menemukan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi positif secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja,


(37)

peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efesiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Kenis (1979) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki.

Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kenis (1979) mengatakan kejelasan sasaran anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan.

Karena begitu luasnya kejelasan tujuan anggaran, maka tujuan anggaran harus dinyatakan secara spesifik, jelas dan dapat dimengerti oleh siapa saja yang bertanggung jawab.

c. Evaluasi Anggaran

Dari aspek pelaksanaan, evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai sejauh mana tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. Evaluasi anggaran menunjukan luasnya perbedaan anggaran yang digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan digunakan dalam evaluasi kinerja mereka.


(38)

d. Umpan Balik Anggaran

Umpan balik terhadap tingkat dimana tujuan anggaran dicapai merupakan suatu variabel motivasional yang penting. Apabila anggota suatu organisasi tidak dapat mengetahui hasil yang mereka capai, mereka tidak akan mempunyai dasar untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan dan tidak memberikan insentif pada kinerja yang tinggi, yang pada akhirnya mereka dapat mengalamai ketidakpuasan (Kenis, 1979). Hal ini dapat memperkuat atau mencegah perilaku-perilaku karyawan. Invancevich (1976) mengemukakan bahwa orang akan melakukan dengan lebih baik bila mereka memperoleh umpan balik mengenai betapa mereka maju kearah tujuan karena umpan balik membantu mengidentifikasi penyimpangan antara apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka ingin kerjakan.

Salah satu konsep yang dapat digunakan dalam melakukan umpan balik atas hasil yang menguntungkan maupun tidak yang dicapai baik oleh manajer menengah atau bawah adalah konsep penguatan yang positif (Polimeni dkk, 1986). Jika terjadi varian yang menguntungkan, manajemen menengah atau bawah harus menerima pujian, promosi, dan/atau reward yang maksimal. Jika terjadi varian yang merugikan, maka manajer tingkat menengah dan bawah tidak boleh dihukum tetapi harus dibimbing untuk memperbaiki hasil yang telah dicapai. Hal ini didasarkan pada temuan Skinner (1959) bahwa perilaku yang mengarah kepada konsekuensi-konsekuensi yang positif meningkatkan kinerja dan cenderung terulang kembali, sedangkan yang sifat negatif tidak efektif dalam meningkatkan kinerja.


(39)

Kepuasan kerja dan motivasi anggaran ditemukan signifikan dengan hubungan yang agak lemah dengan umpan balik anggaran. Umpan balik mengenai tingkat pencapaian tujuan anggaran tidak efektif dalam memperbaiki kinerja dan hanya efektif secara marginal dalam memperbaiki sikap manajer (Kenis, 1979). e. Kesulitan Tujuan Anggaran

Tujuan anggaran adalah range dari "sangat longgar dan mudah dicapai" sampai "sangat ketat dan tidak dapat dicapai". Tujuan yang mudah dicapai gagal untuk memberikan suatu tantangan untuk partisipan, dan memiliki sedikit pengaruh motivasi. Tujuan yang sangat ketat dan tidak dapat dicapai, mengarahkan pada perasaan gagal, frustrasi, tingkat aspirasi yang rendah, dan tujuan partisipan. (Munawar dkk, 2006)

Locke (1968) juga menyatakan bahwa kesulitan sasaran tugas mengakibatkan rendahnya kinerja dibandingkan sasaran yang mudah. Apabila manajer secara terus menerus merasa gagal mencapai sasaran anggaran menyebabkan manajer kehilangan minat kerja, mengurangi prestasi dan hilangnya percaya diri. Anthony dan Govindajaran (1995) berpandangan bahwa anggaran yang ideal adalah anggaran yang ketat namun manajer yakin dapat mencapainya.

Manajer yang melaporkan mempunyai sasaran anggaran yang terlalu ketat juga dilaporkan secara signifikan mengakibatkan tingginya ketegangan kerja (job tension) dan rendahnya kepuasan kerja (job satisfaction), kinerja anggaran (budgetary performance), dan efesiensi biaya dibandingkan dengan yang melaporkan mempunyai sasaran anggaran yang mudah dicapai atau yang ketat tetapi dapat dicapai. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa “ketat (tight) tetapi


(40)

dapat dicapai (attainable)” merupakan level optimum untuk kesulitan tujuan anggaran.

Dampak tingkat kesulitan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan implikasi bahwa apabila manajer merasa anggaran yang ditetapkan mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dan tidak mudah dicapai maka hal tersebut menurunkan kinerja manajer karena manajer merasa gagal dan frustasi sebelum mencapainya. Sedangkan apabila anggaran yang ditetapkan terlalu longgar dan mudah untuk dicapai maka manajer merasa tidak termotivasi dalam melaksanakannya karena untuk mencapainya tidak diperlukan usaha yang keras sehingga tidak menimbulkan suatu tantangan.

2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoritical Mapping)

Munawar dkk (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap perilaku, sikap, dan kinerja aparat pemerintah daerah di kabupaten Kupang menemukan bahwa karakteristik tujuan anggaran secara simultan berpengaruh terhadap perilaku, sikap, dan kinerja. Kennis (1979) menemukan bahwa hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang signifikan.

Darma E. S. (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan sistem pengendalian akuntansi terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi menemukan bahwa komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai organisasi. Hal ini didukung oleh penelitian Abdullah (2004) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan


(41)

antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instasi pemerintah daerah.

Rangkuman hasil penelitian terdahulu ditunjukkan pada table berikut ini. Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel yang Digunakan

Kesimpulan

1 Munawar dkk

(2006)

Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Perilaku, Sikap, dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kupang Karakteristik Tujuan Anggaran (X) Perilaku (Y1) Sikap (Y2) Kinerja (Y3)

Menemukan bahwa Karakteristik Tujuan Anggaran secara simultan berpengaruh terhadap perilaku, sikap, dan kinerja.

2 Kennis

(1979)

The Effect of Budgetary Goal Characteristic on Managerial Attitudes and Performance Budgetary Goal Characteristic (X) Managerial Attitudes (Y1) Performance (Y2) Hubungan Kejelasan sasaran Anggaran dengan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang signifikan.

3 Darma, E.S.

(2004) Pengaruh Kejelasan Sasaran dan Sistem Pengendalian Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi. Kejelasan Sasaran (X1) Sistem Pengendalian Akuntansi (X2) Komitmen Organisasi (X3) Kinerja Manajerial (Y) Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaranyang

ingin dicapai. Komitmen

organisasi yang tinggi cenderung

menurunkan senjangan anggaran dan

signifikan terhadap kinerja 4 Maryanti

(2002)

Pengaruh Karakteristik

Tujuan Anggaran Terhadap Perilaku, Sikap, dan Kinerja Pemerintah Daerah Di Propinsi NTT

Karakteristik Tujuan Anggaran (X) Perilaku (Y1) Sikap (Y2) Kinerja (Y3)

Menemukan bahwa Karakteristik Tujuan Anggaran secara simultan berpengaruh terhadap perilaku dan sikap, serta tidak berpengaruh terhadap kinerja. 5 Abdullah (2004) Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi Dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Kabupaten dan Kota Di DIY

Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) Pengendalian Akuntansi (X2) Sistem Pelaporan (X3) Akuntabilitas Kinerja (Y)

Terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.


(42)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori dapat dibuat kerangka konseptual yang akan diteliti seperti pada Gambar 3.1. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bagaimana pengaruh karakteristik tujuan anggaran yang tediri dari lima indikator terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan sikap sebagai variabel intervening.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual sebelum uji faktor

Keterangan :

PA = Partisipasi Anggaran Kj

EA = Evaluasi anggaran

TA = Kejelasan tujuan anggaran

UBA = Umpan balik anggaran

PA (X1.1)

KjTA

(X1.2)

UBA (X1.4)

EA (X1.3)

KsTA

(X1.5)

KTA (X1)

S (Z)

K (Y)


(43)

Ks

KTA = Karakteristik tujuan anggaran TA = Kesulitan tujuan anggaran

S = Sikap K = Kinerja

Mardiasmo (2005) menyatakan terdapat beberapa alasan pentingnya anggaran sektor publik yaitu : a) anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masayarakat, b) anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan dan trade offs. c) anggaran diperlukan untuk meyakinkan pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrument pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

Proses penganggaran suatu organisasi menggambarkan keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran tersebut pada pusat pertanggungjawaban manajer yang bersangkutan. Schiff dan Lewin (1970) mengemukakan bahwa anggaran yang disusun memiliki dua peran. Pertama, anggaran berperan sebagai perencanaan, yaitu bahwa anggaran tersebut berisi tentang ringkasan rencana keuangan organisasi di masa yang akan datang. Kedua, anggaran sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial.

Menurut Hanson (1966), pengendalian dalam anggaran mencakup pengaturan dan pengarahan orang (direction of people ) dalam organisasi. Fungsi pengendalian perlu mempertimbangkan suatu konsep “direction of people” pada wilayah pengendalian yang relevan pada bisnis organisasi seperti (1) sifat dasar


(44)

dari wewenang dan anggaran, (2) tingkat identifikasi individu dengan tujuan anggaran, dan (3) tingkat pencapaian sasaran anggaran. Proses penyusunan sasaran anggaran suatu organisasi merupakan kegiatan yang penting dan kompleks, karena anggaran mempunyai kemungkinan dampak fungsional atau disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Milani, 1975). Dampak fungsional atau disfungsional ditunjukkan dengan berfungsi atau tidaknya anggaran sebagai alat pengendalian yang baik untuk memotivasi para anggota organisasi meningkatkan kinerja manajerialnya.

Sasaran anggaran yang ideal adalah yang menunjukkan keselarasan tujuan (goal congruence) seutuhnya, dan secara bersama memberi dorongan kepada manajer untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang etis (Hansen dan Mowen, 1999). Manajemen puncak juga perlu memperhatikan karakteristik sasaran penganggaran dalam hubungannya dengan penilaian kinerja, karena hal tersebut dapat mendorong atau menghambat tujuan organisasi. Kennis (1979) menyatakan bahwa sebagian besar pengaruh positif dan negatif dari anggaran atas sikap, perilaku, dan kinerja manajer dapat ditemukan pada karakteristik sasaran penganggaran. Adapun karakteristik sasaran penganggaran yang ditunjukkan oleh Kennis (1979) adalah meliputi partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, kesulitan sasaran anggaran, evaluasi anggaran dan umpan balik anggaran akan mempengaruhi kinerja manajerial.

Chong (2000) menyatakan bahwa partisipasi anggaran merupakan proses dimana bawahan/pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Merchant (1981) menemukan hasil bahwa dengan partisipasi anggaran yang tinggi akan berdampak


(45)

kepada menurunnya kinerja yang dipengaruhi oleh kesenjangan anggaran yang timbul akan partisipasi yang tinggi di dalam penyusunan anggaran tersebut. Hal ini terjadi akibat terbuka seluas-luasnya bagi bawahan untuk berpartisipasi terhadap proses penyusunan anggaran.

Kejelasan tujuan anggaran mempermudah aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran untuk mencapai target-target anggaran yang telah ditetapkan. Komitmen yang tinggi dari aparat pemerintah daerah berimplikasi pada komitmen untuk bertanggung jawab terhadap penyusunan anggaran tersebut. Dengan demikian, semakin jelas tujuan anggaran aparat pemerintah daerah dan dengan didorong oleh sikap yang antusias meningkatkan kinerja aparatur pemerintah.

Invancevich dan McMahon (1976) mengemukakan bahwa orang melakukan dengan lebih baik bila mereka memperoleh umpan balik mengenai betapa mereka maju ke arah tujuan karena umpan balik membantu mengidentifikasi penyimpangan antara yang mereka kerjakan dan yang mereka ingin kerjakan. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Evaluasi anggaran menunjukan luasnya perbedaan anggaran yang digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan digunakan dalam evaluasi kinerja mereka. Semakin tinggi tingkat evaluasi yang dilakukan terhadap penggunaan anggaran dapat memperbaiki kinerja para aparat pemerintah daerah alam hal penggunaan anggaran sehingga akan mempertinggi kinerja.


(46)

Locke (1968) juga menyatakan bahwa kesulitan sasaran tugas mengakibatkan rendahnya kinerja dibandingkan sasaran yang mudah. Apabila manajer secara terus menerus merasa gagal mencapai sasaran anggaran menyebabkan manajer kehilangan minat kerja, mengurangi prestasi dan hilangnya percaya diri. Anthony dan Govindajaran (1995) berpandangan bahwa anggaran yang ideal adalah anggaran yang ketat namun manajer yakin dapat mencapainya. 3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan kesulitan tujuan anggaran) berpengaruh terhadap kinerja.

2. Karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran dan kesulitan tujuan anggaran) berpengaruh terhadap kinerja dengan sikap sebagai intervening variabel.


(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan dan pengaruh antar variabel dependen dan variabel independen. Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain dan juga berguna untuk penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya dilakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya secara langsung terhadap variabel dependennya.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada seluruh SKPD Pemerintahan Kabupaten Nias. Penelitian dilakukan terhadap karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan tujuan anggaran). Penelitian ini dilaksanakan sejak Juni 2012 sampai dengan Agustus 2012. (Lampiran 11).

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang ada di kabupaten Nias. Jumlah populasi ada 38 responden sesuai dengan jumlah SKPD yang ada di kabupaten Nias. Karena populasi yang digunakan dalam penelitian ini relatif sedikit maka metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode survey/sensus yaitu semua populasi terpilih menjadi sampel penelitian.


(48)

Tabel 4.1 Populasi dan Sampel Penelitian

No Satuan Kerja Perangkat Daerah

1 Sekretariat Daerah 2 Sekretariat DPRD 3 Dinas Kesehatan

4 Dinas Pekerjaan Umum 5 Dinas Pendapatan 6 Dinas Pendidikan

7 Badan Kepegawaian Daerah 8 Dinas Pertanian

9 Dinas Kelautan dan Perikanan

10 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, dan Energi 11 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

12 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 13 Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi 14 Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata 15 Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Kebersihan

16 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 17 Inspektorat Kabupaten

18 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

19 Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan 20 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 21 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat 22 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian

23 Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik 24 Kantor Lingkungan Hidup

25 Kantor Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi 26 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

27 Rumah Sakit Umum Daerah

28 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu 29 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 30 Kantor Camat Gido

31 Kantor Camat Idanogawo 32 Kantor Camat Hiliduho 33 Kantor Camat Bawolato 34 Kantor Camat Ma'u 35 Kantor Camat Ulugawo 36 Kantor Camat Botomuzoi 37 Kantor Camat Hiliserangkai 38 Kantor Camat Samolomolo

Jumlah Populasi dan Sampel Sumber : Pemerintah Kabupaten Nias


(49)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari aparat setingkat Kepala Badan/Kantor/Dinas/ yang berada di jajaran Pemerintahan Kabupaten Nias yang dipilih menjadi responden dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner, yang dilakukan dengan cara mendistribusikan daftar pertanyaan agar responden tersebut memberikan jawabannya.

Kuesioner yang berhubungan dengan indikator yaitu kuesioner kinerja SKPD dimodifikasi dari instrumen kuesioner yang dikembangkan oleh Mahoney dkk (1963), kuesioner ini menghasilkan data interval dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju).

Kuesioner sikap dimodifikasi dari instrumen kuesioner yang dikembangkan oleh David A. Whetten & Kim S. Cameron (1998), kuesioner ini mengasilkan data interval dengan skor 5.

Sedangkan Kuesioner karakteristik tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kejelasan tujuan anggaran) dimodifikasi dari instrument yang dikembangkan oleh Milani (1975), kuesioner ini menghasilkan data interval dengan skor 5.

4.5 Definisi Operasional Variabel

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional variabel yang diteliti yang terdiri dari lima variabel independen (dalam bentuk konstruk) yaitu karakteristik


(50)

tujuan anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran), satu vaiabel dependen yaitu kinerja dan satu variabel intervening yaitu sikap.

4.5.1 Partisipasi anggaran (X1.1

Partisipasi anggaran diartikan sebagai tingkat keterlibatan dan pengaruh para individu dalam proses penyusunan anggaran. Partisipasi anggaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah partisipasi manajer dalam proses penganggaran yang mengarah pada seberapa besar tingkat keterlibatan perangkat daerah dalam menyusun anggaran.

)

4.5.2. Kejelasan tujuan anggaran (X1.2

Kejelasan tujuan anggaran merupakan sejauh mana sasaran anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut.

)

4.5.3 Evaluasi anggaran (X1.3

Evaluasi anggaran menunjukkan luasnya tujuan anggaran yang dinyatakan secara spesifik dan jelas, dan dimengerti oleh siapa saja yang bertanggung jawab dan juga menunjukkan pada luasnya perbedaan anggaran yang digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan digunakan dalam evaluasi kinerja mereka.

)

4.5.4 Umpan balik anggaran (X1.4

Menunjukkan pada rasa puas aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan anggaran yang telah ditetapkan sehingga dapat memperbaiki kinerja.


(51)

4.5.5 Kesulitan tujuan anggaran (X1.5

Tingkat kesulitan sasaran anggaran mencakup derajat kesulitan yang dirasakan oleh manajer dalam mencapai anggaran mulai dari sasaran anggaran yang sangat longgar dan mudah dicapai sampai dengan yang sangat ketat dan sulit dicapai.

)

4.5.6 Kinerja (Y)

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja kepala perangkat daerah dalam kegiatan-kegiatan manajerial, yaitu : perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan aparat, negosiasi dan perwakilan.

4.5.7 Sikap (Z)

Menunjukkan sikap para pegawai dari masing-masing SKPD terhadap pekerjaannya. Seseorang yang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu, dan sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.

Ringkasan definisi operasional variabel dapat dijelaskan oleh matriks berikut :

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Indikator Skala Penelitian Kinerja

(Y)

Kemampuan dari masing-masing SKPD dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya yang berpedoman

1.Perencanaan 2.Investigasi 3.Koordinasi


(52)

dan tidak menyimpang dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimulai dari proses penyusunan APBD, Pelaksanaan Belanja, Pelaksanaan dan Penataan pendapatan, akuntansi dan pelaporan sampai kepada perubahan APBD.

4.Evaluasi 5.Pengawasan 6.Pengaturan

aparat

Sikap (Z) Menunjukkan sikap para pegawai dari masing-masing SKPD terhadap pekerjaannya. Seseorang yang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu, dan sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.

1.Mendahulukan tugas

2.Pelayanan masyarakat 3.Memberi yang

terbaik 4.Pengorbanan tanpa pamrih 5.Pencapaian prestasi Interval Partisipasi Anggaran (X1.1

Menunjukkan luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran. ) 1. Partisipasi 2. Kontribusi 3. Keterlibatan 4. Pemberian pendapat 5. Pengaruh partisipasi Interval Kejelasan Tujuan Anggaran (X1.2

Menunjukkan luasnya tujuan anggaran yang dinyatakan secara spesifik dan jelas, dan dimengerti oleh siapa saja yang bertanggungjawab. ) 1. Kejelasan sasaran anggaran 2. Konsekuensi sasaran anggaran 3. Mudah dimengerti 4. Ketidakjelasan sasaran anggaran Interval Evaluasi Anggaran (X1.3

Menunjukkan pada luasnya perbedaan anggaran yang

digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan

digunakan dalam evaluasi kinerja mereka. ) 1. Penggunaan anggaran 2. Persiapan dalam pekerjaan 3. Penyelesaian pekerjaan dengan benar 4. pengevaluasian Interval Umpan Balik Anggaran (X1.4

Menunjukkan pada rasa puas aparat pemerintah daerah dalam

melaksanakan anggaran yang telah ditetapkan, sehingga dapat

memperbaiki kinerja. )

1.Umpan balik positif 2.Pemberian

pujian 3.Perbaikan

Interval


(53)

Kesulitan Tujuan Anggaran

(X1.5

Menunjukan pada ketatnya anggaran yang harus dicapai, ketegangan kerja yang tinggi sehingga dapt mempengaruhi kinerja. ) 1. Pengusulan anggaran yang mungkin dicapai 2. Pembuatan standar 3. Penerimaan kelonggaran 4. Penilaian kelonggaran Interval

4.6 Metode Analisis Data

Model dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik deskriptif, pendekatan regresi linear berganda dan analisis jalur. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi variabel penelitian, antara lain dengan cara melihat mean, standar deviasi dan variansnya. Pendekatan regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis dan membangun generalisai penelitian. Untuk keabsahan hasil analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrument pengamatan, uji faktor konfirmatori, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Untuk melihat berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung dari variable intervening dilakukan analisis jalur.

Model analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Persamaan hipotesis 1

Y = α+β1X(X1.1, X1.2, X1.3, X1.4, X1.5

Persamaan I hipotesis 2

) + ε

Z = α+β1X (X1.1, X1.2, X1.3, X1.4, X1.5

Persamaan II hipotesis 2

) + ε

Y = α+ β1X(X1.1, X1.2, X1.3, X1.4, X1.5) +β2Z+ ε


(54)

Y = Kinerja Aparat Pemerintah Daerah

Z = Sikap

α = Konstanta

β1,

X = Karakteristik tujuan anggaran = Koefisien regresi

X1.1

X

= Partisipasi Anggaran

1.2

X

= Kejelasan Tujuan Anggaran

1.3

X

= Evaluasi Anggaran

1.4

X

= Umpan Balik Anggaran

1.5

ε = Standar Error

= Kesulitan tujuan anggaran

4.6.1 Uji kualitas data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, yaitu persepsi responden yang kemudian dikuantitatifkan agar dapat dilakukan uji statistik. Untuk menguji kesahihan persepsi responden digunakan uji kualitas data yang meliputi :

a. Uji Validitas.

Uji ini dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan-pertanyaan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan-pertanyaan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson (validitas isi/content validity) dengan cara mengkorelasikan masing-masing item pertanyaan-pertanyaan kuesioner dan totalnya, selanjutnya membandingkan r tabel dengan r hitung.

Penentuan valid tidaknya pertanyaan-pertanyaan kuesioner ditentukan melalui besarnya koefisien korelasi, yaitu : jika r hitung positif dan r hitung > r tabel, maka skor butir pertanyaan-pertanyaan kuesioner valid, dan sebaliknya jika r hitung negative dan r hitung < r tabel, maka skor butir pertanyaan-pertanyaan


(55)

b. Uji reliabilitas.

Uji ini dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrument atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, yaitu instrument dikatakan reliabel jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Menurut Nunnally dalam Ghozali (2005) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.

4.6.2 Uji faktor konfirmatori

Uji faktor konfirmatori dimaksud untuk menguji apakah suatu konstruk mempunyai unidimensionalitas atau apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel. Jika masing-masing indikator merupakan indikator pengukur konstruk maka akan memiliki nilai loading faktor yang tinggi. (Ghozali, 2005)

Partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran merupakan indikator variabel dari karakteristik tujuan anggaran. Uji faktor konfirmatori dilakukan dengan melihat berapa jumlah dari component matrix yang terbentuk. Jika component matrix yang terbentuk lebih dari satu komponen, maka ada indikator yang memiliki component matrix terkecil harus dikeluarkan dari model dan dilakukan pengujian ulang sampai component matrix yang terbentuk adalah satu komponen, karena konstruk yang ada di dalam penelitian ini hanya satu konstruk.


(56)

4.6.3 Pengujian asumsi klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas dan heterokedastisitas, sedangkan uji multikolinearitas dan auto korelasi tidak digunakan dalam penelitian ini karena variable bebas yang digunakan hanya satu dan data yang digunakan adalah data primer.

a. Uji normalitas.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam persamaan regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Persamaan regresi yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah yang memiliki residual yang berdistribusi normal. Untuk melihat normalitas digunakan data uji statistik. Tes sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan sebaran data pada P-P Plot. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ghozali (2005) mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan uji Glejser dengan melihat angka signifikansi dari hasil regresi nilai absolute residual sebagai variabel terikat dan variabel bebas. Deteksi ada atau


(57)

tidaknya heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).

4.6.4 Pengujian hipotesis

Untuk membuktikan signifikansi hipotesis, digunakan Uji F, dengan maksud menguji apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95% (α=5%).

Urutan uji F :

a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternative. H0 : β1 = β2

H

= 0

a : Paling sedikit ada satu β1

b. Membandingkan nilai F

≠ 0 i = 1,2

hitung yang dengan Ftabel

c. Kriteria Pengujian :

dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini 0,05 dan degree of freedom = n-k-1

Fhitung > Ftabel = H0

F

ditolak

hitung ≥ Ftabel = H0

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analsisi regresi linear berganda. Pengujian hipotesis untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel independen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F atau yang biasa disebut dengan Analysis of Varian (ANOVA). Pengujian ANOVA atau uji F biasa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan membandingkan F hitung dengan F tabel.


(58)

Syarat uji untuk variabel intervening :

a. Hubungan antar variabel bersifat linear (gunakan uji hipotesis kelayakan model dengan menggunakan angka sig atau F untuk pengaruh gabungan dan uji t untuk pengaruh parsial).

b. Data berskala interval (scaled values dalam SPSS). c. Tidak boleh terjadi multikoliniearitas

d. Adanya recursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali (looping).


(59)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Secara geografis Kabupaten Nias terletak antara 0012’ − 1032’ LU dan 970- 980 BT dan memiliki luas 3.495,40 km2

Utara : Pulau-pulau Banyak provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) (4,88 persen dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara), sejajar dan berada di sebelah barat pulau Sumatera serta dikelilingi oleh Samudera Hindia. Wilayah kabupaten Nias berbatasan dengan :

Timur : Pulau Murshala kabupaten Tapanuli Tengah provinsi Sumatera Utara

Utara : Kabupaten Nias Selatan, provinsi Sumatera Utara Selatan : Samudera Hindia

Ditinjau dari kondisi topografinya, wilayah kabupaten Nias memiliki daratan yang sebagian besar berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan tinggi di atas permukaan laut bervariasi antara 0 − 800m, yang terdiri dari dataran rendah hingga bergelombang sebanyak 24% dari tanah bergelombang hingga berbukti-bukit 28,8%, dan dari berbukit hingga pegunungan mencapai 51,2% dari seluruh luas daratan. Akibat kondisi alam yang demikian mengakibatkan adanya 102 sungai-sungai kecil, sedang, atau besar yang ditemui hampir di seluruh kecamatan.


(60)

Gambar 5.1 Peta Kabupaten Nias

Kabupaten nias memiliki letak geografis yang berdekatan dengan garis khatulistiwa yang mengakibatkan curah hujan setiap tahun cukup tinggi. Curah hujan yang tinggi setiap tahun mengakibatkan kondisi alam kabupaten Nias sangat lembab dan basah dengan rata-rata kelembaban antara 86-92% serta sering mengalami banjir bandang. Suhu udara dalam satu tahun rata-rata 260C per bulan dengan rata-rata minimum 220C dan rata-rata maksimum 310

5.1.2 Uji kualitas data

C.

a. Uji validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menilai alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur kinerja aparat perangkat daerah, sikap aparat perangkat daerah, dan indikator dari karakteristik tujuan anggaran yaitu partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran,


(61)

umpan balik anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran aparat daerah di pemerintahan kabupaten Nias. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati correlation pearson skor masing-masing alat ukur dari tiap-tiap dengan totalnya, selanjutnya membandingkan nilai sig (α) r dengan α 5%, apabila : α r < α 5%, maka alat ukur dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila α r >α 5%, maka alat ukur dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas terhadap keseluruhan alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel di bawah ini :

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Instrumen

Var. Penelitian Alat Ukur Ar α5% Status

Kinerja (Y) 1 0,000 0,05 Valid

2 0,000 0,05 Valid 3 0,000 0,05 Valid 4 0,001 0,05 Valid 5 0,000 0,05 Valid 6 0,000 0,05 Valid

Sikap (Z) 1 0,000 0,05 Valid

2 0,000 0,05 Valid 3 0,000 0,05 Valid 4 0,000 0,05 Valid 5 0,000 0,05 Valid

Partisipasi Anggaran (X1) 1 0,002 0,05 Valid

2 0,000 0,05 Valid

3 0,000 0,05 Valid

4 0,003 0,05 Valid

5 0,012 0,05 Valid

Kejelasan Tujuan Anggaran (X2) 1 0,000 0,05 Valid

2 0,000 0,05 Valid

3 0,024 0,05 Valid

4 0,004 0,05 Valid

Evaluasi Anggaran (X3) 1 0,008 0,05 Valid

2 0,000 0,05 Valid

3 0,000 0,05 Valid

4 0,000 0,05 Valid

Umpan Balik Anggaran (X4) 1 0,003 0,05 Valid

2 0,006 0,05 Valid


(1)

ii.

Uji Heterokedastisitas

b.

Persamaan I Hipotesis 2

i.

Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Undstandardized Predicted Value

N

34

Normal Parameters

a

Mean

18.7352941

Std. Deviation

.73440396

Most Extreme Differences

Absolute

.106

Positive

.106

Negative

-.099

Kolmogorov-Smirnov Z

.618

Asymp. Sig. (2-tailed)

.839


(2)

ii.

Uji Heterokedastisitas

c.

Persamaan II Hipotesis 2


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Predicted

Value

N

34

Normal Parameters

a

Mean

23.7352941

Std.

Deviation

1.17333548

Most Extreme

Differences

Absolute

.094

Positive

.094

Negative

-.056

Kolmogorov-Smirnov Z

.546

Asymp. Sig. (2-tailed)

.926

a. Test distribution is Normal.


(4)

Lampiran 10

: Hasil Analisis Regresi

a.

Hipotesis 1

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std. Error

Beta

Toleranc

e

VIF

1

(Constant)

23.735

.369

64.36

2

.000

Karakteristik

tujuan

anggaran

1.137

.374

.473 3.037 .005

1.000

1.000

a. Predictors: (Constant),

Karakteristik tujuan anggaran

b. Dependent Variable: Sikap

b.

Persamaan I Hipotesis 2

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t

Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

18.735

.310

60.361

.00

0

Karakteristik

tujuan anggaran

.734

.315

.381 2.331

.02

6

1.000

1.000

a. Dependent Variable:

Sikap

c.

Persamaan II Hipotesis 2

ANOVA

b

Model

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

45.432

2

22.716

4.850

.015

a

Residual

145.186

31

4.683


(5)

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std. Error

Beta

Toleran

ce

VIF

1

(Constant)

20.685

3.978

5.200 .000

Karakteristik

tujuan

anggaran

1.017

.407

.423 2.497 .018

.855

1.170

Sikap

.163

.211

.131 .770 .447

.855

1.170


(6)

Lampiran 11 :

Jadwal dan Waktu Penelitian

No URAIAN

KEGIATAN Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 September 2012 Oktober 2012

November 2012

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

1

Penyusunan Proposal

2

Kolokium

3

Pengumpulan data

4

Pengolahan Data

5

Penyusunan Laporan Penelitian

6

Seminar Hasil

7

Perbaikan Seminar Hasil

8


Dokumen yang terkait

ENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

0 3 21

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH

0 6 124

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAPKINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT.

0 4 12

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA.

0 3 17

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Studi Empiris Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Karanganyar.

0 6 19

PENGAR Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Studi Empiris Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Karanganyar.

0 5 18

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Di Kabupaten Boyolali.

0 1 16

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Di Kabupaten Boyolali.

0 2 18

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 6

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 13