Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (Sik) Online Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional; c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat
Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara;
d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti
pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung
jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu
dicabut dan diganti dengan Undang-Undang tentang Kesehatan yang baru; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf
d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Kesehatan; Mengingat:
Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama
(2)
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:
www.hukumonline.com 2 / 48
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan,
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. 5. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
6. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
8. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
(3)
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia.
9. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.
10. Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode yang ditujukan untuk
membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, dan penanganan permasalahan kesehatan
manusia.
11. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat.
12. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. www.hukumonline.com
3 / 48
13. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.
14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
15. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuannya.
16. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat
(4)
yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
18. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
19. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,
manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pasal 3
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu
Hak Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan. www.hukumonline.com
4 / 48 Pasal 5
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
(5)
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan
pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan. Bagian Kedua
Kewajiban Pasal 9
(1) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan
perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.
Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang
sehat, baik fisik, biologi, maupu n sosial. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. Pasal 12
www.hukumonline.com 5 / 48
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya. Pasal 13
(1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
(2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
F. Suryatmo dan Dedy Rusmadi. 2000.”Pengetahuan Dasar Komputer” Rineka Cipta: Jakarta.
Gordon B. Davis 2003. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta : Andi Offset.
Harbani Pasolong. 2007.Teori Administrasi Publik.Bandung: Alfabeta. Ibnu Syamsi. 2004.Efisiensi, Sistemdan Prosedur Kerja.Jakarta:Bumi Indrajit, Richardus Eko (2004). E-Government Strategi Pembangunan Dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta:Andi Offset.
KonferensiNasionalSistemInformasi.2006.SistemInformasiDalamBerbagaiP erspektif.Bandung:Informatika.
Moleong, Lexy.(2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya.
Nurdin.2005. Sistem Komunikasi Indonesia.Jakarta: Grafindo Persada
Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sanapiah Faisal. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Scott, George.M. 2004. Prinsip-prinsip SistemInformasi Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
SondangP.Siagian, 2003.Sistem InformasiManajemen.Jakarta:Bumi Subarsono,G, A 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan
(7)
Sugiyono, 2007.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA
Steers, Richard M. 1980.Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga. Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI.
Tata Sutabri. 2003. Analisa Sistem Informasi. Andi.Yogyakarta.
Wahab, Solichin, A. 1997. Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara.
WahyudiKumorotomo dan Subondo Agus Margono.1994.Sistem Informasi Manajemen dalamOrganisasi-organisasiPublik.Yogyakarta: Gadjah MadaUniversityPress.
Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta : Penerbit Media Pressindo
Zulkiflli Amsyah. 1997.Manajemen SistemInformasi. Jakarta: Gramedia
Daftar Undang-undang:
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 168 tentang Kesehatan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2014 Sistem Informasi Kesehatan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Nomor 440.441.7>7769/V/2014
Internet:
Andres Viklund, 2009. EfektifitasKerja.
Diakses pada 26 Desember 2016
Fadil Ahmad Junaedi, 2011. Roadmap Sistem Informasi Kesehatan
Diakses pada 4 Desember 2016 pukul 1.46 WIB Othenk Planet 2008. Pengertian tentang efektivitas
http://othenk.blogspot.com/pengertian-tentang-efektivitas.html Diakses25 Desember 2016
(8)
Dasar Hukum Mengenai SIK
Diakses 26 Desember 2016 Sistem Informasi
Kesehat
Diakses pada 27 November 2016
(9)
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1GambaranUmumDinas KesehatanProvinsi Sumatera Utara 3.2 Sejarah Singkat Dinas KesehatanSumatera Utara
Pada tahun 1955 organisasi kesehatan ini sudah terbentuk yang pada waktu itu bernama Pengawas/Kepala Dinas Kesehatan Sumut.Organisasi itu masih bersatu dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Medan.Pada waktu itu, organisai ini belum memiliki gedung sendiri. Kemudian atas usaha Dr. I Made Bagiastara sebagai pemimpin organisasi ini, maka pertengahan bulan Oktober 1957 Pengawas atau Kepala Bagian Dinas Kesehatan Sumut ini telah mempunyai gedung sendiri yang beralamat di Jln. Prof.H.M.Yamin SH No.41 AA Medan. Kantor Wilayah Departemen Kesehatan RI sudah dibentuk sejak Indonesia merdeka.Untuk tingkat provinsi organisasi disebut Inspeksi Kesehatan (ISKES).Pada tahun 1950 organisasi kesehatan ini telah dirintis dan pada saat itu dipimpin oleh Gubernur KDH Sumatera Utara. Pada tahun 1950 nama organisasi ini resmi menjadi Dinas Kesehatan Dati I Sumatera Utara. Secara ringkas sejarah penting dalam berdirinya organisasi ini dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Pada tahun 1947-1954 organisasi ini di beri nama Inspeksi Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
2. Pada tahun 1954 nama Inspeksi Kesehatan ini diganti menjadi Jawatan Kesehatan Rakyat Provinsi Sumatera Utara dan Aceh. Pada saat itu
(10)
pimpinannya masih tetap Dr. Sumarsono dan waktu itu Sumatera Utara dan Aceh masih merupakan satu wilayah.
3. Pada tahun 1954 itu juga diadakan perisiapan likuidasi (pemisahan) Inspeksi Kesehatan Sumatera Utara dan Aceh. Maka pada tahun 1955, seperti yang dikemukakan di atas, terbentuklah Pengawas/Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang dipimpin oleh Dr. I Made Bagiastara sampai tahun 1957.
4. Pada tahun 1957-1960 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Kumpulan Pane.
5. Pada tahun 1961-1963 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr. Moerdaso.
6. Pada tahun 1963-1965 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Soejipto Gondo Maid Jojo.
7. Pada tahun 1965-1966 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr. Kol Ibrahim Irsan.
8. Pada tahun 1966-1967 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Husni Odon (Kolonel TNI AD).
9. Pada tahun 1967-1968 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Huiman Lumban Tobing.
10. Pada tahun 1968-1972 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Paruhum Daulay.
(11)
11. Pada tahun 1972-1981 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Mangasa Siregar, M.Com.
12. Pada tahun 1981-1984 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Helmin Djafar,DTPH.
13. Pada tahun 1984-1989 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Hariadi.
14. Pada tahun 1989-22 Februari 1993 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin olehHadi Santoto, Kolonel CKM.
15. Pada tahun 23 Agustus 1993-28 April 1997 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr. Syarifudin Munthe, SKM.
16. Pada tahun 28 April 1997-4 Februari 2007 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Hj.Fatni Sulani,DTM&H,M.Si.
17. Pada tahun 4 Februari 2007-2012 Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Candra Syafei,Sp.OG.
18. Pada tahun 2012 sampai dengan sekarang Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara dipimpin oleh Dr.Siti Hatati Surjantini,M.Kes.
(12)
3.3 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi SumateraUtara a. Visi
Dengan mempertimbangkan hasil kajian atas Visi Gubernur Sumatera Utara, dan sasaran pembangunan kesehatan yang tertuang di dalam RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2018, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang akan menjadi gambaran kondisi pembangunan kesehatan yang ingin dicapai lima tahun kedepan adalah sebagai berikut: “Mewujudkan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara Sehat, Mandiri dan Berdaya Saing”
1. Masyarakat sehat adalah suatu kondisi dimana Penduduk Sumatera Utara sehat baik fisik, mental dan spiritual sehingga mampu untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Masyarakat mandiri, yaitu suatu kondisi dimana masyarakat mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk mempertahankan kualitas kesehatannya.
3. Masyarakat berdaya saing, yaitu suatu kondisi dimana status masyarakat Provinsi Sumatera Utara yang tinggi dan berada diatas capaian nasional. b. Misi
Dalam rangka mewujudkan Mewujudkan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara Sehat, Mandiri dan Berdaya Saing, maka ditetapkan beberapa misi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut :
(13)
1. Menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan bermutu, merata dan terjangkau
2. Meningkatkan pengendalian dan penanggulangan masalah kesehatan 3. Meningkatkan mutu sumberdaya kesehatan
4.Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan
3.4 Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan tugasnya maka di perlukan sistem organisasi yang baik.Faktor koordinasi sangat penting untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal, dan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai tentunya di butuhkan struktur organisasi.Di mana struktur organisasi itu di susun secar efektif dan efisien.Struktur Organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan melalui strategi yang dipilih hubungan antara fungsi-fungsi, wewenang serta tanggung jawab setiap anggota organisasi. Adapun gambar struktur organisasi pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
(14)
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Gambar 3.1
Struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Sumber : Dokumentasi Pribadi (Diambil pada 26 Januari 2017)
3.5Uraian Tugas a. Kepala Dinas
Mempunyai tugas membantu gubernur dalam melaksanakan tugas otonomi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana di maksud diatas, Kepala Dinas dibantu oleh:
1. Sekretaris 2. Bagian umum 3. Bagian keuangan
(15)
4. Bagian program
5. Bidang bina pengendalian masalah kesehatan 6. Bidang bina pelayanan kesehatan
7. Bidang bina pengembangan SDM kesehatan 8. Bidang bina jaminan dan sarana kesehatan
b. Sekretaris
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam memberikan pelayanan teknis dan admnistrasi kepada semua unsur dalam penyelenggaraan urusan yang meliputi manajemen perkantoran/ ketatausahaan dan administasi umum, manajemen organisasi, hukum, hubungan masyarakat, rumah tangga, kepegawaian, perencanaan, penyusunan program, pengelolahan keuangan, perlengkapan dan asset Dinas Kesehatan Provinsi.
c. Bagian Umum
1. melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi administrasi umum perkantoran dan rumah tangga dinas, manajemen organisasi dan hukum/hukum kesehatan, hubungan kemasyarakatan dan informasi publik dan administrasi kepegawaian tingkat provinsi;
2. melaksanakan pengelolaan administrasi umum perkantoran dan rumah tangga dinas, manajemen organisasi dan hukum/hukum kesehatan;
3. melaksanakan penataan dan pemeliharaan perlengkapan kantor, peralatan dinas dan inventaris rumah dinas;
(16)
4. melaksanakan pengelolaan hubungan kemasyarakatan, informasi publik dan keprotokolan;
5. melaksanakan fasilitasi pelayanan umum, pelayanan minimal, pengaturan keamanan dan kenyamanan kantor;
6. melaksanakan penyusunan perencanaan program kerja sekretariat dan subbagian umum;
7. melaksanakan pengelolaan tertib administrasi kepegawaian dan melaksanakan koordinasi dengan bidang terkait serta memberikan dukungan teknis administrasi terhadap bidang terkait serta unit kerja lainnya;
8. melaksanakan penyusunan dan pengelolahan data kepegawaian, serta pemetaan tingkat pendidikan dan kompetensi pegawai;
9. melaksanakan penyiapan dan pengusulan kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala dan pensiun pegawai, peninjauan masa kerja dan pemberian penghargaan, serta pemberiaan tugas/izin belajar, pendidikan dan pelatihan kepemimpinan/struktural, fungsional dan teknis;
10. melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai; d. Bagian Keuangan
1. melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi keuangan dan perbendaharaan, verifikasi, ganti rugi dan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan tingkat provinsi;
2. melaksanakan pengkajian anggaran belanja dan pengendalian administrasi anggaran belanja;
(17)
3. melaksanakan pengkajian, pemetaan, dan evaluasi peruntukan anggaran belanja dan aset dinas serta melaksanakan perhitungan belanja dari seluruh sumber pembiayaan dan dari seluruh sektor terkait keseshatan tingkat provinsi;
4. melaksanakan verifikasi keuangan;
5. melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anggaran dinas; 6. melaksanakan pengadministrasi dan pembukuan keuangan dinas; 7. melaksanakan penyusunan daftar gaji dan tunjangan;
8. melaksanaan pembinaan perbendaharaan keuangan;
9. melaksanakan penyiapan bahan dan pembinaan pengelolaan teknis administrasi keuangan;
10. melaksanakan pembayaran gaji pegawai dan penghasilan tambahan lainnya;
e. Bagian Program
1. melaksanankan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi perencanaan, penyusunan program, anggaran dan pelaporan, penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung perumusan kebijakan provinsi, pengelolaan Survei Kesehatan Daerah (Surkesda), pemantauan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) kesehatan, penyelenggaran kerjasama luar negeri, pengingkatan pengawasan dan akuntabilitas, pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) tingkat provinsi;
2. melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian penerapan/pelaksanaan dokumen teknis secara rincian tugas pokok dan
(18)
fungsi staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator terkait dalam penanganan urusan sub bagiannya;
3. melaksanakan analisis, pemetaan penelitian, kajian-kajian dan studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait dalam penanganan urusan sub bagiannya;
4. melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam penanganan urusan sub bagiannya;
5. melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian kabupaten/kota dalam penanganan urusan sub bagiannya;
6. melaksanakan penyusunan perencanaan tahunan dan perencaan jangka menengah, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) dinas;
7. melaksanakan pengkoordinasian pelaporan, monitoring dan evaluasi kegiatan sekretariat dan bidang-bidang serta UPT dinas;
8. melaksanakan tugas lain yang diberikan Sektretaris sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
9. melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya;
10. melaksanakan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Sekretaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(19)
f. Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan
1. Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengendalian masalah Kesehatan.
2. Melaksanakan pengendalian, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular langsung, bersumber binatang dan penyakit tidak menular ; 3. Melaksanakan upaya pencegahan dan penggulangan penyakit menular
yang menimbulkan epidemi;
4. Melaksanakan imunisasi dan pencapaian UCI (Universal Child Immunization);
5. Melaksanakan promosi kesehatan masyarakat dengan penggunaan metode, sarana dan teknologi promosi kesehatan;
6. Melaksanakan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan serta peningkatan upaya fasilitas dan pendampingan masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat;
g. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan
1. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pelayanan kesehatan;
2. Melaksanakan upaya kesehatan dasar upaya kesehatan komunitas, upaya kesehatan dasar perkotaan;
(20)
3. Melaksanakan upaya kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak tingkat pelayanan kesehatan dasar;
4. Melaksanakan surveilans gizi buruk dan pemantauan penanggulangan gizi buruk tinggkat pelayanan kesehatan dasar;
5. Melaksanakan upaya pemenuhan standar pelayanan kesehatan dasar; 6. Melaksanakan upaya kesehatan rujukan/spesialistik dan pengelolaan sistem rujukan, upaya kesehatan rujukan perkotaan;
6. Melaksanakan upaya kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak tingkat pelayanan kesehatan rujukan;
7. Melaksanakan survelians gizi buruk dan pemantauan penanggulangan gizi buruk tingkat pelayanan kesehatan rujukan;
8. Melaksanakan upaya pemenuhan standar pelayanan kesehatan rujukan; h. Bina Pengembangan SDM Kesehatan
1. Bidang Bina Pengembangan SDM Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan. 2. Melaksanakan perencanaan, pendayagunaan dan rekomendasi tenaga
kesehatan strategis dan pemindahan tenaga tertentu antar Kabupaten/Kota; 3. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan ataupun kegiatan sejenis lainnya yang bersifat peningkatan dan pengembangan kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik;
3. Melaksanakan registrasi dan akreditasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan;
(21)
4. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi peyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan;
5. Melaksanakan registrasi, akreditasi, sertifikasi dan uji kompetensi pejabat struktural, fungsional dan SDM kesehatan pemerintah/swasta;
6. Melaksanakan registrasi, akreditasi, sertifikasi dan perizinan tenaga medis, paramedis, tenaga non-medis/tradisional terlatih;
7. Melaksanakan registrasi dan perijinan tenaga kesehatan asing dan melaksanakan registrasi, pemantauan dan pembinaan lembaga swadaya masyarakat (LSM/Non Government Organization) lokal dan asing (luar negeri) yang bergerak terkait bidang kesehatan dan provinsi;
8. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pemberian izin kepada tenaga kesehatan asing.
i. Bidang Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan
1. Bidang Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala dinas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang Jaminan dan Sarana Kesehatan;
2. Melaksanakan jaminan kesehatan berupa kepesertaan, pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan;
3. Melaksanakan registrasi, akreditasi dan sertifikasi sarana kesehatandan perizinan sarana kesehatan;
4. Melaksanakan bimbingan dan pengendalian sarana kesehatan;
5. Melaksanakan bimbingan pra dan pasca akreditasi dan persiapan pelaksanaan akreditasi sarana kesehatan;
(22)
6. Melaksanakan bimbingan pra dan pasca audit dan persiapan pelaksanaan audit sarana kesehatan;
7. Melaksanakan pemberian izin sarana kesehatan dan rekomendasi izin sarana kesehatan tertentu;
8. Melaksanakan penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat profinsi reagensia, vaksin, ketesediaan obat;
(23)
BAB IV PENYAJIAN DATA
Setelah melakukan penelitian di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara mengenai Pelaksanaan SistemInformasiKesehatanOnlineDalam PeningkatanEfektivitasKerja,maka pada babinidiuraikantemuanpenelitian yang terdiridarimekanismepelaksanaan sistem informasikesehatanonline dalam peningkatan efektivitaskerja, dan kendala yang terjadi dalam implementasi sistem informasi kesehatan online di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen Dinas Kesehatan Provsu Susunan Organisasi dan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yaitu para pegawai yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
4.4 Karakteristik Informan
Penyajian data karakteristik informan bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki informan, sehingga memudahkan penulis dalam mengadakan analisis penelitian. Karekteristik informasi dapat dilihat di bawah ini:
(24)
Informasi kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan kunci yaitu kepala seksi sub bag program yaitu bapak Rusdin Pinem.
2. Identitas Informan Utama
Sedangkan Informan Utama Yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam hal ini adalah pegawai seksi sub bag program di Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara yaitu Elisa Sembiring.
3. Identitas Informan Tambahan
Informan Tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang di teliti.Informan Tambahan pada penelitian ini adalah pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
4.5 IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK) ONLINE DALAM PENINGKATAN EFEKTIVITAS KERJA DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Paradigmapembangunankesehatan yangtertuang dalam Indonesia Sehat merupakanparadigma baru untuklebihmeningkatkan derajat kesehatanmasyarakat yangbersifatproaktif,dalamjangka panjang mampu mendorong masyarakat bersifat mandiri untuk menjaga kesehatannya,menimbulkankesadaranakanpentingnya pelayanankesehatanyang bersifatpromotif,preventif,kuratifdan rehabilitatif.
PembangunankesehatandiSumatera Utaramerupakanbagian integraldari pembangunan kesehatansecaranasional.Salah satu Strategi
(25)
PembangunanKesehatanNasionaluntuk mewujudkan “Indonesia Sehat” adalah menerapkan pembangunan Nasional berwawasan kesehatan,yang berartisetiapupayaprogram pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknyalingkungandanperilakuyang sehat.Keadaaninidapat dicapaidenganpenerapanteknologikesehatansecara tepatoleh petugas-petugaskesehatanyang didukungoleh peranaktifdarisemua unsur dan masyarakat.Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara terpadu kepada masyarakat, Pemprov Sumut melalui Dinas Kesehatan(Dinkes) ProvinsiSumatera UtaramenembangkanSistem InformasiKesehatanOnline (SIKOnline).SIK Online sebagaistrategi pembangunanbidang kesehatanyang sangatpenting dalamhal informasipelaporandanpendataankesehatan.
Berikut ini adalah penyajian data-data yang diperoleh melalui metode wawancara dengan berbagai informan baik dari informan kunci yaitu Kepala seksi Sub bag Program, dan informan tambahan yaitu pegawai seksi sub bag program, pegawai seksi program kesehatan kerja dan olahraga dan Kesehatan Khusus.
Adapun daftar pertanyaan dalam wawancara ini disesuaikan dengan permasalahan di dalam penelitian, yang juga merupakan tujuan dari penelitian ini.
(26)
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari informan hasil wawancara, yaitu wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap kepala seksi dan beberapa orang pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
1. Komunikasi dan Koordinasi
Suatu keberhasilan dari implementor kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa saja yang harus ia lakukan. Mengetahui apa yang menjadi sasaran dan tujuan harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi penyimpangan dalam implementasi. Argumen pertama yang penulis temukan berasal dari Bapak Rusdin Pinem selaku kepala Seksi Kesehatan Khusus dengan pertanyaan yaitu: Bagaimana cara Bapak melakukan komunikasi dengan masing – masing bidang atau satuan kerja yang ada di lingkungan kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara?
Informan menjawab:
“komunikasi dilakukan sejauh ini sudah sangat baik, komunikasi dilakukan pada setiap bidang dan terstruktur dengan baik yang berdasarkan keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nomor : 440.441.7/7769/V/2014 Tentang Pejabat Pengelola Informasi. Berdasarkan keputusan itu seluruh bidang sudah memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjalankan tugas”(hasil wawancara tanggal 1 Maret 2017) Kemudian penulis bertanya kepada Bapak Rusdin Pinem dengan pertanyaan yaitu: Bagaimana cara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menyebarluaskan informasi tentang SIK onlinekepada para pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara?
(27)
“Depkes meminta kepada Dinas-Dinas Kesehatan diseluruh Indonesia baik Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menunjuk dan menetapkan 2 orang petugas dalam hal ini untuk Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sendiri yaitu (Bapak Elisa Sembiring dan Ibu Laura A Sinaga), petugas yang ditetapkan tersebut telah dilatih dan selama 3 hari di Bandung pada November 2007 lalu.” (hasil wawancara tanggal 26 januari 2017)
2. Sumber Daya
Sumber daya sangatlah penting keberadaannya, jika implementor kekurangan sumber daya untuk pelaksanaan maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya dapat berupa manusia dan finansial. Argumen pertama penulis dapatkan mengenai sumber daya manusia ialah dari Bapak Rusdin Pinem dengan pertanyaan: Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia pada Dinas Kesehatan Provinsi dalam Implementasi Sistem Informasi Kesehatan Online?
Informan menjawab:
“Sumber daya manusia yang tersedia sebanyak 14 orang berdasarkan keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nomor : 440.441.7/7769/V/2014 Tentang Pejabat Pengelola Informasi,namun yang bertugas merangkum keseluruhan informasi pada Dinas Kesehatan ada 2 orang yaitu Ibu Laura dan Bapak Elisa selaku petugas informasi Dinas Kesehatan Provinsi.”(hasil wawancara tanggal 1 Maret 2017)
Kemudian penulis bertanya kepada Bapak Elisa Sembiring selaku informan utama, dengan pertanyaan yang sama yaitu: Bagaimana pelayanan yang diberikan Dinas Kesehatan Provinsi dalam hal Sistem Informasi Kesehatan ?
(28)
Informan menjawab:
“Pelayanan yang diberikan selama ini sudah sangat baik, namun dengan adanya mutasi staf/pegawai banyak pegawai yang buta dalam mengelola SIK dan tentunya perlu untuk diberikan pelatihan dan pendidikan” (hasil wawancara tanggal 26 Januari 2017)
Selanjutnya penulis kembali bertanyaterkait sumber daya Finansial kepada Bapak Rusdin Pinem dengan pertanyaan: Bagaimana ketersediaan sumber daya Finansial pada Dinas Kesehatan Provinsi dalam Implementasi Sistem Informasi Kesehatan Online?
Informan menjawab:
“Dana yang digunakan untuk melaksanakan kebijakan tersebut berasal Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah tercantum dan sesuai dengan undang undang”. (hasil wawancara tanggal 1 Maret 2017)
Selanjutnya penulis kembali bertanya kepada Bapak Elisa Sembiring terkait fasilitas dengan pertanyaan: Bagaimana fasilitas yang ada dalam pelaksanaan SIK Online untuk menunjang efektivitas kinerja pegawai? Apakah mendukung atau tidak.?
(29)
“Fasilitas di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera sudah cukup mendukung seperti Komputer, Laptop, serta Koneksi Internet dalam Pengimplentasian Sisten Informasi Kesehatan (SIK)”(Hasil Wawancara 26 Januari 2017)
Kemudian penulis kembali bertanya kepada bapak Elisa Simbiring dengan pertanyaa: Aplikasi apa yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan SIK Online pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera dalam Meningkatkan Efektivitas Kinerja Pegawai?
Informan menjawab:
“berdasarkan kebijkan dari KEMNKES system informasi kesehatan memiliki aplikasi dalam pelaksanaannya yaitu menggunakan aplikasi komdat yang berisi data set prioritas, yaitu yang isinya laporan-laporan rangkuman seluruh data terpenting yang terdiri dari 3 yaitu laporan bulanan, triwulan, dan tahunan” (Hasil Wawancara tanggal 26 Januari 2017)
Gambar.1
(30)
3. Disposisi Implementor
Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan baik itu karakteristik, watak dan sifat yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Jika seorang implementor memiliki disposisi yang baik maka dia juga secara langsung akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik. Argumen pertama yang penulis dapatkan dari Bapak Rusdin Pinem dengan pertanyaan: Bagaimana pemahaman anda tentang Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dalam pelaksanaannya di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara?
Informan menjawab:
“Menurut pemahaman yang saya ketahui tentangSistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan PERDA No.2 Tahun 2008.” (hasil wawancara tanggal 1 Maret 2017)
Selanjutnya penulis kembali bertanya kepada Bapak Elisa Sembiring dengan pertanyaan: Bagaimana sikap maupun karakteristik yang seharusnya dijalankan dari setiap pegawai dan bagaimana standar pelaksanaanya dalam pengimplementasian Sistem Informasi KesehatanOnline?
Informan menjawab:
”karakter umum seperti jujur, komunikastif, koordinatif, ulet, bekerja gambling dan tuntas, semuanya harus dilakukan dengan ikhlas karena segala sesuatu yang kita lakukan akan dipertanggung jawbkan pasti akan berdampak pada Dinkes. Dalam bekerja kita memiliki standar pelaksanaan (Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Nomor: 440.441.7/7769/V/2014 Tentang Pejabat Pengelola
(31)
Informasi dan Dokumentasi Pembantu (PPID Pembantu))”(hasil wawancara tanggal 26 Januari 2017)
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan.Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri.Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standar operating procedur (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program/kebijakan. Struktur organisasi yang terlalu panjang dengan prosedur birokrasi yang rumit cenderung akan melemahkan pengawasan sehingga menyebabkan aktifitas organisasi yang fleksibel. Argumen pertama yang penulis dapatkan dari Bapak Rusdin Pinem dengan pertanyaan: Bagaimana Mekanisme pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara?
Informan Menjawab:
“Pemprov Sumutmelalui Dinas Kesehatan(Dinkes) ProvinsiSumatera UtaramengembangkanSistem Informasi Kesehatan Online, Sistem informasi kesehatan Online sebagaistrategipembangunanbidang kesehatan sangatpenting dalam halinformasi pelaporan dan pendataankesehatan.Informasi kesehataninidapatdiaksessecara online dariseluruhkebupaten/kota melaui rumah sakitdan puskesmas.Mekanisme pelaksanaan SIK terbagi dalam 3 (tiga) tahapan yaitu: Pertama.Tahappengumpulan,dalamtahap pengumpulansemuadatapelaporanyang berasaldaripuskesmas
melaluiSP2TP(Sistem PencatatanTerpaduPuskesmas)dikumpulkan
dandikirimmasing-masing ke DinasKesehatan Kabupaten/Kota
setempat.Kedua. Tahap Pengolahan, adapun proseskerja pada DinasKesehatanProvinsidalamtahapaniniadalah mengumpulkan datayang dikirimdariDinasKesehatan Kabupaten/Kota, memantau indikator-indikator kunci dan menganalisisvariasibesaranindikatorantar-kab/kota, menyusunprofil
(32)
kesehatanprovinsi
danmendistribusikannya.Ketiga.Tahappengiriman,setelah semua data
diolahdandi evaluasibarulahseterusnyaakandikirimsampaike
Departemen KesehatanRepublikIndonesiadandatayang terkumpuldariseluruh Dinas Kesehatan Provinsi diseluruhIndonesia.”(hasil wawancara tanggal 1 Maret 2017)
Kemudian penulis bertanya kepada Bapak Rusdin Pinem dengan pertanyaan yaitu: Bagaimana struktur pelaksana SIK pada Dinas Kesehatan Pemprov Sumatera Utara
Informan menjawab:
“Struktur pelaksana yang ada sesuai dengan Lembar Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Nomor: 440.447.7/7769/V/2014 Tanggal 22 Mei 2014.” (hasil wawancara tanggal 1 Maret 2017)
4.3 Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Implementasi dari Sistem Informasi Kesehatan (SIK) oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, tentu menemui kendala-kendala yang dapat menghambat tercapainya tujuan dari SIK itu sendiri, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara juga harus menemukan solusi agar kendala-kendala yang ada dapat diselesaikan. Argument pertama penulis dapatkan dari Bapak Rusdin Pinem selaku informan kunci penelitian, dengan pertanyaan yaitu: Apa saja yang menjadi kendala-kendala dalam implementasi SIK pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ?
(33)
Informan menjawab:
“Dalam pelaksanaansistem informasi kesehatanonline dalam peningkatan efektivitas kerja, masih terdapat beberapahambatanyang
membuatkurang efektifnya pengoperasiansistem informasi
kesehatanonline tersebut,yaitu (1)AdanyaGangguan Jaringan, (2) keterlambatan data masuk (3)SumberDaya Manusiayangtersedia kurang terampil.” (hasil wawancara tanggal 26 Januari 2017)
Kemudian penulis bertanya kepada bapak Elisa Sembiring selaku pegawai Seksi Sub Bag Program dengan pertanyaan yang sama yaitu: Apa saja yang menjadi kendala-kendala dalam implementasi SIK online pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ?
Informan menjawab:
“Kendala dalam pelaksanaan SIK Online ini ialah terlambatnya pengiriman data-datayang baik dari puskesmas-puskesmas,RS, maupun Dinkes kabupaten/kota.” (hasil wawancara tanggal 26 Januari 2017)
Kemudian untuk menambah data mengenai kendala-kendala yang dihadapi Dinas Kesehatan penulis bertanya kepada Ibu Hafsah Tahir dengan pertanyaan yang sama yaitu: Apa saja yang menjadi kendala-kendala dalam implementasi SIK online pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ?
(34)
“Kendala dalam pelaksanaan system informasi kesehatan online ini adalah keterbatasan kemampuan pegawai dalam menguasai software.” (hasil wawancara tanggal 26 Januari 2017)
Kemudian untuk lebih memperdalam data mengenai kendala-kendala yang dihadapi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam mengimplementasikan Sistem Informasi Kesehatan, penulis bertanya kepada Bapak Muhammad Ahmadi dengan pertanyaan yang sama yaitu: Apa saja yang menjadi kendala-kendala dalam implementasi SIK Onlinepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ?
Informan menjawab:
“Penghambat dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan online ini yaitu gangguan jaringan, terjadinyaoffline padasaatpengoperasiansistem informasi kesehatan online ini; mutasi pegawai pengelola data/informasi;latarbelakang SDMyang kurang menguasai tekhnologi informasi.”(hasil wawancara tanggal 26 Januari 2017)
Kemudian penulis bertanya kepada informan yang sudah ditetapkan, untuk menemukan informasi mengenai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi. Argumen pertama penulis dapatkan dari Bapak Muhammad Ahmadi dengan pertanyaan yaitu: Upaya apa saja yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam mengatasi kendala-kendala implementasi SIK online ?
(35)
“Terkait dengan gangguan jaringan kita biasanya melaporkan kepada telkom terkait lambatnya atau terganggunya jaringan setiap terjadi gangguan. Sedangkan untuk masalah SDM yang kurang terampil biasanya dilakukan pelatihan-pelatihan tambahan oleh kepala dinas untuk mengatasi permasalahan ini.”(hasil wawancara tanggal 1 Maret 2017)
Kemudian untuk menambah informasi mengenai upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala, penulis bertanya kepada Bapak Elisa Sembiring dengan pertanyaan yang sama yaitu: Upaya apa saja yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam mengatasi kendala-kendala implementasi SIK online?
Informan menjawab:
“Upaya yang dilakukan harus lebih meningkatkan koodirnasi dengan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar penyampaian umpan balik data lebih cepat dan lebih efektif lagi agar tidak terjadi keterlambatan penerimaan data ke Dinas Kesehatan Provinsi yang kemudian akan disampaikan ke pusat.”(hasil wawancara tanggal 26 Januari 2017)
Kemudian untuk lebih memperdalam informasi mengenai upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala, penulis bertanya kepada Ibu Hafsah Tahir
(36)
dengan pertanyaan yang sama yaitu: Upaya apa saja yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam mengatasi kendala-kendala implementasi SIK online?
Informan menjawab:
“Peningkatan pelaksanaan sistem informasi kesehatan online
padaDinasKesehatan ProvinsiSumateraUtara terus dilakukan mulaidari pemantauan oleh kepala dinas,evaluasi, dan meningkatkan pelatihan mengenai SIK.” (hasil wawancara tanggal 26 januari 2017)
Berdasarkan data mengenai kendala dan upaya yang penulis sajikan diatas, menurut hemat penulis bahwa kendala-kendala yang dihadapi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara bersifat teknis operasional, dimana kendala yang dihadapi terfokus pada ketersediaan sumber daya manusia yang terampil, akses internet dan keterlambatan data masuk. Selanjutnya upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan melakukan meningkatkan koordinasi dengan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(37)
BAB V ANALISIS DATA
Dalam bab ini, seluruh data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan dianalisis sesuai dengan kelompok masalah yang dikaji peneliti dari indikator-indikator yang digunakan. Adapun analisis yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif dengan analisis kualitatif. Metode ini mengumpulkan data dan fakta yang telah didapatkan di lapangan yang akan dideskripsikan sebagaimana adanya serta menafsirkannya dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk menjelaskan suatu fenomena sosial yang diteliti. Dari hasil analisis data inilah nantinya akan diperoleh jawaban mengenai bagaimana Implementasi Kebijakan Dalam Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
5.1 Implementasi Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Suatu kebijakan yang telah ditetapkan haruslah di implementasikan secara maksimal untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Implementasi kebijakan merupakan proses administratif yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah atau pelaksana teknis sesuai dengan ketetapan yang ada di dalam kebijakan itu sendiri dengan mendayagunakan segenap sumber daya yang ada. Implementasi Kebijakan Dalam Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online Dalam
(38)
Peningkatan Efektivitas Kerja Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utaradilihat dari model implementasi Gorge Edward III melalui variable-variable dibawah ini,yaitu :
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun sebaliknya.Komunikasi dilakukan untuk menghindari distorsi implementasi.Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan.Koordinasi berarti adanya kerjasama yang saling terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan.
Pada pengimplementasian kebijakan SIK online di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam hal komunikasi dilakukan sejauh ini sudah sangat baik, komunikasi dilakukan pada setiap bidang dan terstruktur dengan baik.
2. Sumber daya
Indikator lainnya yang perlu diperhatikan dalam proses implementasi kebijakan adalah sumber daya. Ketersediaan sumber daya merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa sumber daya yang cukup, implementasi kebijakan tidak akan bisa tercapai.
Dalam pengimplementasian kebijakan SIK online di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dari segi sumber daya manusia nya sudah cukup memadai, jumlah sumber daya manusia sebanyak 14 orang berdasarkan keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nomor : 440.441.7/7769/V/2014 Tentang Pejabat Pengelola Informasi, setiap bidangnya memiliki 2 orang petugas
(39)
informasi, sedangkan dalam segi sumber daya dana/financial dalam pelaksanaannya dana berasal dari APBD.
3. Disposisi Implementor
Sikap dan karakteristik dari para pelaksana peraturan dalam menyikapi suatu kebijakan merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Jika para pelaksana peraturan setuju dengan isi suatu kebijakan, dan dalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka akan melaksanakannya sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat kebijakan.
Dalam pengimplementasian kebijakan SIK online pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pemahaman dari setiap implementor sudah cukup baik sesuai dengan PERDA No. 2 Tahun 2008. Setiap agen pelaksana juga selalu bersikap jujur, komunikastif, koordinatif, ulet, bekerja gambling dan tuntas, semuanya harus dilakukan dengan ikhlas karena segala sesuatu yang dilakukan akan dipertanggung jawbkan dan pasti akan berdampak pada Dinkes.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan.Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri.Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standar operating procedur (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program/kebijakan. Struktur organisasi yang terlalu panjang dengan prosedur birokrasi yang rumitcenderung akan melemahkan pengawasan sehingga menyebabkan aktifitas organisasi yang fleksibel.
(40)
Dalam pengimplementasian kebijakan SIK pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera utara struktur birokrasi sudah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku di Dinas Kesehatan Pemprov Sumatera Utara.
5.2 Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Online di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Hambatan terhadap sistem informasiyaitu:(1) Kesalahanteknis,baikpermasalahanperangkat kerasmaupunperangkatlunaknya;(2) Gangguanlingkungan,baik berupagempabumi,kegagalan aruslistrik,danlainsebagainya; (3)Kelalaianmanusia(human error) yangtidak disengaja.
Sejalan denganteori diatas, menurut hasilobservasidanwawancarayang penulis lakukan padaDinasKesehatanProvinsiSumatera Utara,terlihatbahwaada beberapafaktorpenghambat dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan online,yaitu:
1. Gangguan Jaringan
Terjadinyagangguanjaringanpadasaat operasional, dapat menghambat kerja sistem informasi kesehatan online, karena proses pendataan,pencetakkandan monitoringtidakdapat dilakukan. Jadimenurutpenelitigangguan jaringanmerupakan faktoryang sangatkrusialdalampelaksanaansisteminformasi kesehatan online.
(41)
2. Keterlambatan Penyampaian Data
Data yang masuk sering mengalami keterlambatan dari masing masing unit baik dari puskesmas, Rumah Sakit, maupun Dinkes Kabupaten/Kota sehingga kegiatan verifikasi di Dinkes Provinsi menjadi terhambat.
3. Mutasi Pegawai
Adanyamutasidanperpindahanpegawaiyang terjadipada DinasKesehatan ProvinsiSumatera Utaramenyebabkan terganggunya kelancaranpelaksanaansisteminformasikesehatan
online,inidikarenakanpegawaiyangawalnyasebagaipengelola
dataharuspindahsementarakebutuhanakanlaporandatasangat diperlukan. 4. Sumber Daya Manusia Yang kurang terampil
Keterbatasan kemampuan pegawai dalam menguasai sistem informasi kesehatan online sangat berpengaruh karena menghambat kelancaran pelaksanaan SIK Online.Yang seharusnya data dan informasi harus dikirim dengan cepat, menjadi terlambat karena kurang terampilnya SDM.
(42)
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dapat dinilai tercapai, berdasarkan indikator George dapat dilihat bahwa, Komunikasi Internal dalam setiap bidang sudah terstruktur dengan baik, Sumber daya manusianya Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sudah memadai dan dalam pelaksanaan SIK Online dana yang digunakan berasal dari APBD, setiap agen pelaksana cukup memahami penerapan SIK Online namun masih perlu pelatihan yang mendalam lagi agar penerapan SIK Online pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara lebih Efektif, Dalam pengimplementasian kebijakan SIKonline pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera utara struktur birokrasi sudah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku di Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
2. Kendala-kendala dalam Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara bersifat teknis operasional, adapun kendala yang dihadapi
(43)
ialah Gangguan Jaringan, Keterlambatan Penyampaian Data, Mutasi Pegawai, dan Sumber Daya Manusia yang Kurang Terampil.
6.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, adapun saran yang dapat penulis berikan ialah:
1. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar memperhatikan kembali kegiatan mutasi yang terjadi pada struktur birokrasinya, menurut hemat penulis bahwa mutasi yang terjadi sangat mempengaruhi efektivitas kerja pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas pada sistem informasi kesehatan.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar memberikan pendidikan dan pelatihan SIK Online kepada para pegawai yang mengalami rotasi ataupun mutasi, sehingga dari pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan pemahaman pegawai dalam mengimplementasikan SIK Online.
(44)
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1BentukPenelitian
Keberhasilan dan ketepatan suatu hasilpenelitian sebagian besar ditentukan oleh metodeyangdigunakan.Untukmencapaihasiltersebut,maka metodeyang digunakandalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengantipepenelitiandeskriptif.MenurutBogdandanTaylor,metode
penelitiankualitatifadalahprosedur penelitianyang menghasilkandata deskriptifberupakata-katatertulisataulisandari orang-orang danperiaku yangdiamati (Moleong,2002:3).
Penulismemillih metodepenelitiankualitatifinikarenabisamelihat, mengamatisecaralangsung, perilakuinforman sehinggadatayang diperoleh lebihakurat.Halinisejalan dengantujuanpenelitiankualitatifyaituuntuk melihat,mengungkapkandanmenggambarkansecara tepat,sistematis,faktual danakuratmengenaifakta-fakta, sifat-sifatserta hubunganantara fenomena yangdiselidiki.Tipe penelitianiniadalahdeskriptif karena penelitiberusaha mengemukakan suatugejala atau keadaan sebagaimana adanya.
2.2LokasiPenelitian
Penelitian ini dilakukan pada Dinas KesehatanProvinsi Sumatera Utara di Jalan Prof.H.Yamin SH No.4 A.
(45)
2.3. InformanPenelitian
Menurut Lexy, J. Moleong (2005: 90) informan penelitian adalah orang-orangyangdimanfaatkanuntukinformasitentang situasidankondisi latar penelitian. Dalam penelitian iniinformanyangdiperlukan antaralain:
a. Informasi kunci
Yaituorang-orangyang betul-betulmemahamipermasalahan penelitian.Sedangkanmenurut Sugiyono(2008:253), informankunci merupakaninformanyang berwibawadandipercaya“membukakanpintu” kepada penelitiuntukmemasukiobjekpenelitian.Jadi,informankunci adalahmengetahuiselukbeluktentang SistemKesehatanOnlinedan kegiatanyang berhubunganpermasalahanpenelitian.Dalamhalini,yang menjadiinforman kunciadalahkepala seksi sub bag program Informasi Kesehan.
b.Informan utama
Yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam hal ini adalah pegawai seksi sub bag program Informasi Kesehatan di Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
c. Informan tambahan
Yaitu orang-orangyang dianggap mengetahui permasalahanyang akanditeliti.Yangmenjadiinforman tambahanadalah Stafataupegawai seksi
(46)
Kesehatan Khusus dan pegawai seksi Kesehatan Kerja di DinasKesehatan Provinsi SumateraUtara.
2.4 TeknikPengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pungumpulan data dengan dua cara yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:
a. Metode Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, dan selanjutnya mengadakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ditemukan dilapangan.
b. Metode Wawancara, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari para informan. Pengumpulan data dilakukan melalui pertanyaan secara lisan kepada informan secara sistematis dan terorganisasi, yang dilakukan oleh peneliti sehubung dengan masalah yang diteliti. 2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui studi pustaka untuk mendukung data primer. Adapun bentuk pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah: a. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
(47)
lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
b. studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan lainnya yang berkenaan dengan penelitian ini.
2.5Teknik Analisis Data
Teknik analisisdata yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data deskriptif kualitatif. Teknikinidigunakan untukmengolahdata yang diperolehdilapangan melalui observasi, wawancara,studikepustakaan dandokumenter.Analisisdatakualitatifmamaparkanapa-apayang diperoleh dalam penelitianyangdilakukan sejakawal penelitian hinggaakhir penelitian.Teknik analisis data kualitatif digambarkan sebagai berikut:
a. Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
b. Penyajian Data; penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih.
c. Menarik kesimpulan; penarikan kesimpulan menurut Miles dan Huberman hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
(48)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pemerintahadalahpenyelenggara negarayangmemilikitugaspokok danfungsiyang luasdansistematis.Dalammenjalankantugasdan wewenangnya,pemerintahmemerlukansemuainformasiyang adakemudian akandigunakanuntukmenjalankantugas danfungsinya sepertiperencanaan, pembuat kebijakan administrasi negara dan sebagainya. Informasi yang terkaitdenganpelaksanaanfungsidanwewenang pemerintahdiprosesoleh suatusisteminformasiyang merupakankumpulandarisistem-sistemyang digunakan untuk mengumpulkan informasi,mengklasifikasi informasi, mengolah informasi, menginterprestasikan informasi, transmisi (penyampaian) dan penggunaan informasi.Di erareformasiini, pemerintah dituntutuntuk bekerjadenganefektif,efisien,danterkendalimelaluipeningkatansumber
dayamanusia sertapemanfaatan teknologi informasiyang efektif.
Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak dan serba cepat menuntut pemerintah untuk lebih meningkatkan kinerja aparaturnya sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat.Lemahnya pelayanan aparatur pemerintah, menjadi salah satu penyebab tidak optimalnya fungsi pelayanan kepada masyarakat.Kebiasaan yang akhirnya menjadi budaya negatif, berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh aparatur pemerintah sehingga kurang dapat berjalan secara efektif dan efisien.
(49)
Teknologi informasi yang berbasis komputerisasi, saat ini telah menyederhanakan pekerjaan menganalisis jumlah data yang luas, dan teknologi informasi berbasis komputer tersebut dapat memudahkan dalam memanajemen sumber daya aparatur. Proses pengembangan sumber daya aparatur berupa proses pengembangan pegawai, pembinaan pegawai, serta sampai pencatatan para pegawai. Adanya pengembangan sistem informasi di suatu pemerintahan akan memudahkan para pegawai dalam menyimpulkan data dan informasi dengan lebih baik.
Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi sedemikian pesatnya sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat diciptakan dengan sangat cepat dan dapat disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat.Informasi saat ini merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap masyarakat seperti halnya manusia membutuhkan tenaga untuk hidupnya.
Informasi memungkinkan masyarakat dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan yang sedemikian cepat dan kompleks. Hasil dari teknologi ini sangat mempengaruhi sikap pemerintah di masa modern dalam melayani masyarakat.
Kemampuan menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dan merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk bekerja giat dan mengerjakan pekerjaannya.Persyaratan yang sangat mendasar bagi aparatur adalah kemampuan intelektual dengan motivasi kerja yang tinggi sehingga tercipta kinerja aparatur yang kondusif untuk merealisasikan potensi kerja yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan organisasi. Peran yang begitu
(50)
besar dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pelaku utama dan merupakan input dari proses produksi dalam pembangunan akan tercapai apabila faktor-faktor penunjang optimalisasi peran tersebut tercapai. Salah satu faktor-faktor yang menentukan peran SDM adalah kinerja. Aparatur dalam organisasi atau perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik diharapkan akan mempunyai kontribusi positif terhadap organisasi. Kinerja aparatur sangat ditentukan oleh seberapa baik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki aparatur dan memfasilitasi pencapaian kinerja mereka.
Keefektifan suatu pemerintahan dengan program-program kerjanya dapat diartikansebagai pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebagai upayakerjasama.Efektivitasmerupakankemampuan untuk bertahan, menyesuaikandiri,memelihara diridantumbuh,lepasdarifungsitertentu yang dimilikinya.Sondang P.SiagiandalamOthenkPlanet(2008) menjelaskanpengertianefektivitassebagaipemanfaatansumber daya,sarana dan prasaranadalam jumlah tertentuyangsecarasadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barangatas jasakegiatanyangdijalankannya.
Efektivitas menunjukan keberhasilandari segi tercapai tidaknya sasaranyang telahditetapkan. Jikahasilkegiatansemakinmendekatisasaran, berarti makin tinggiefektivitasnya. Efektivitas kerja merupakan suatu keadaan dimana aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusiadapat mencapaihasil
yangdikehendaki.MenurutSiagian(1986:152),efektivitaskerjaadalahpenyelesaianp ekerjaantepatpadawaktunya sepertiyangtelah ditetapkan sebelumnya.
(51)
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2014 Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan. Kebutuhan pada data/informasi yang akurat makin meningkat, namun ternyata sistem informasi yang ada saat ini masih belum dapat menghasilkan data yang akurat, lengkap dan tepat waktu.Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan masih menghadapi berbagai masalah, diantaranya adalah kegiatan pengelolaan data dan informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik.Adanya overlapping kegiatan dalam pengumpulan dan pengolahan data, dimana masing-masing unit mengumpulkan datanya sendiri-sendiri dengan berbagai instrumennya disetiap unit kerja baik di pusat maupun di daerah.Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan itu sendiri masih belum dilakukan secara efisien, masih terjadi redundant data, duplikasi kegiatan, dan tidak efisiennya penggunaan sumber daya. (Junaedi, 2014: 1).
Menunjang pembangunan kesehatan diperlukan upaya kesehatan, dan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 168.
SistemInformasiManajemen (SIM) kinidiperlukanperannya untuk menciptakanintegrasidibidang informasidanoperasidiantaraberbagaipihak yangada disuatuorganisasi,baiklokalmaupunglobal.Kebutuhanakan berbagaijenis organisasiakaninformasibukanhalyang barulagikarenasejak
(52)
dahuluhinggasekarang penanganansuatusistem informasidilakukanmelalui tujuhtahapyaitu: (a)Pengumpulandata, (b) Klasifikasidata, (c) Pengolahan data supaya berubahbentuk,(d)Interprestasiinformasi, (e) Penyimpanan informasi,(f)Penyampaianinformasiatautransmisikepada pengguna,dan(g) Penggunaaninformasiuntukkepentinganmanajemenorganisasi.(Sondang, 2003:2).
DinasKesehatan (Dinkes) Provinsi SumateraUtaramerupakansalah satu Satuan KerjaPerangkatDaerah (SKPD)yangterusmengembangkan penggunaansisteminformasi dilingkunganPemerintahanDaerahProvinsi SumateraUtara,khususnyadalambidang kesehatan.Berdasarkantugaspokok danfungsisebagailembagapelayanan kesehatanyang mengharuskanDinkes ProvinsiSumateraUtarauntukmengembangkandanmewujudkankemudahan
pondasidatadaninformasikesehatandariseluruhpusatpelayanankesehatan di Kabupaten/Kota.
Berbagaiupayapenggunaan teknologiaplikasidalam pembenahan strukturdankerjadalambidang pelayanan kesehatanmengingatsemakin tingginyapermasalahanbidang kesehatanmenjadimomentumuntuk peningkatandanstrategiuntuklebih maju.Pembenahanterhadappelayanan kesehatan terus dilakukan diantaranya melalui website yang akan menjadi pintugerbang informasikesehatanbagimasyarakat,SMSKesehatan dan pelaksanaanSistem InformasiKesehatan Online(SIKOnline).Peluncuran layanan informasihargaobatdengan menggunakan teknologikomunikasi melaluiSMS(ShortMessageService)sehinggahampirsetiaporang dapat memperolehlayananinformasihargadanjenisobatyang dibutuhkansecara efisien sebagaiupaya meningkatkan danmemasyarakatkanpenggunaanobat yang
(53)
rasional.Selain itupenggunaanteknologiaplikasi bidangkesehatanyaitu Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online sebagai strategi pembangunan bidangkesehatan yang sangat pentingdalam hal informasi pelaporan dan pendataan kesehatan.
Sebagaiprogrampembangunanbidang kesehatanyangbaru dikembangkan, SIKOnline
tentunyamasihmenghadapiberbagaimasalah.Kurangnyakoordinasiinformasidatad arikabupaten/kota masihterlihat dalam pelaksanaannya.Namun tentunya kembali pada kesadaran petugas-petugas kesehatan dalam memajukan pelayanan kesehatan demi pencapaian tujuan dalam sektor kesehatan.
Berdasarkan kondisidanpermasalahan tersebut,akan berpotensi menyebabkanterganggunyaprosesdanbahkan outputsertaoutcomeyang diharapkandariprogramyang dilaksanakanDinasKesehatanProvinsi Sumatera Utara dalam rangka pengembangan pelaksanaan SIK Online. Penulismerasatertarikuntukmelakukanpenelusuransecara ilmiahdengan mengangkatnya kedalamsebuahpenelitianuntukmemperolehdeskripsi tentangbagaimana berjalannyapelaksanaanSIKOnlineyangdilakukan, dengan judulpenelitian “IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK) ONLINEDALAM PENINGKATAN EFEKTIVITAS KERJA DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA”.
(54)
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1 . BagaimanaImplementasisisteminformasikesehatan (SIK)Online dalam peningkatan efektivitas kerjadi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara?
2. Apa yang menjadi kendala pelaksanaan sistem informasi kesehatan (SIK) online dalam peningkatan efektivitas kerja di Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara?
1.3Fokus Penelitian
Agar penelitianinilebihterfokus dandenganadanya keterbatasan kemampuanyang penelitimiliki,danuntukmempertajamobjekpembahasan, makapenelitimemfokuskan penelitian inipada:
1. Implementasisisteminformasikesehatan
(SIK)Onlinedalampeningkatan efektivitas kerja padaDinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
2. Kendala dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan (SIK) Online dalam peningkatan efektivitas kerja pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan daripenelitian iniadalah sebagai berikut:
(55)
1. Untukmengetahui implementasisisteminformasikesehatan ( S I K ) Online dalam peningkatan efektivitas kerja di Dinas KesehatanProvinsi Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi kendala berjalannya pelaksanaan sistem informasi kesehatan (SIK) Online dalam peningkatan efektivitas kerja di Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara
1.5Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapain dalam penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis untuk membuat karya ilmiah dan menerapkan teori-teori yang telah diterima di Departemen Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang implementasi sistem informasi kesehatan (SIK) online, juga dimaksudkan sebagai pemenuhan tugas akhir perkuliahan (skripsi).
b. Bagimasyarakat,agarpenelitianinibisamenjadisumberinformasi tentang implementasi sistem informasi kesehatan (SIK) online olehDinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
c. Hasil penelitianini dapat membantu Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dalam mensosialisasikan sistem informasi kesehatan (SIK) online.
(56)
1.6Kerangka Teori
Teori dapat digunakan sebagai bahan landasan atau dasar berfikir dalam memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah dimana suatu teori dapat membantu peneliti sebagai bahan referensi atau pendukung.Oleh karena itu, kerangka teori diharapkan dapat memberikan dukungan pemahaman untuk peneliti dalam memahami masalah yang sedang diteliti.Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan teori – teori sebagai pedoman kerangka berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih (Sugiono, 2007:55).
1.6.1 Kebijakan Publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.
Sedangkan publik bisa diartikan sebagai umum, masyarakat, ataupun Negara.Menurut Easton (dalam Tangkilisan.2003:2), kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai – nilai pada masyarakat.
Sedangkan menurut Anderson (dalam Winarno.2002:16), kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini
(57)
dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan atau bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian pedoman dan dasar rencana yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi sebuah persoalan yang ada dalam kehidupan masyarakatnya dengan hubungan yang mengikat. Jadi, kebijakan publik berpusat pada penyelesaian masalah yang sudah nyata. Kebijakan publik memiliki tahap yang cukup kompleks
karena memiliki banyak proses dan variabel. Menurut William Dunn (2008:23), tahap – tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting) Kelompok masyarakat seperti partai politik, organisasi masyarakat, serikat, atau kelompok lainnya akan menyuarakan isu mereka kepada pemerintah. Isu yang disampaikan akan bersaing untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan.
b. Formulasi kebijakan (Policy Formulation) Isu yang telah masuk ke dalam agenda kebijakan dan dibahas oleh para pembuat kebijakan akan didefenisikan untuk dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada.dalamtahap perumusan kebijakan masing – masing alternatif bersaing untuk memecahkan masalah.
c. Adopsi Kebijakan (Policy Adoption) Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
(58)
kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan. d. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation) Kebijakan
yang sudah diadopsi kemudian dirangkum melalui program – program yang harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan administrasi maupun agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil akan dilaksanakan oleh unit – unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan sumber daya manusia.
e. Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation) Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauhmana kebijakan yang telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik yang pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.Dalam hal ini memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat.Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran – ukuran atau kriteria – kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
1.6.2 Implementasi
Dalam kamus Webster (Wahab, 1997:64) pengertian implementasi dirumuskan secara pendek, dimana “to implement" (mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan
(59)
alat bantu untuk melaksanakan; menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).Menurut Van Meter dan Van Horn (Agustino, 2006: 139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.
Masih berkaitan dengan konsep implementasi, Mazmanian dan Sabatier mengatakan bahwa mengkaji masalah implementasi kebijakan berarti berusaha memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan, baik yang menyangkut usaha-usaha mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau pada kejadian-kejadian tertentu. (Fadillah Putra, 2003:84)
Begitupula Lineberry (Fadillah Putra, 2003:81) juga menyatakan bahwa proses implementasi setidak-tidaknya memiliki empat elemen-elemen sebagai berikut:
1.Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana.
2. Penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana (Standard Operating Procedures/ SOP).
3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok sasaran; pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas/ badan pelaksana.
(60)
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa dampak yang timbul dari program kebijakan itu. Di samping itu, implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administratif, melainkan juga mengkaji factor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan tersebut.
1.6.3 Implementasi Kebijakan
Patton dan Savichi dalam Tangkilisan (2003: 29) menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan publik. Proses yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2002: 102). Ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulah keberhasilan maupun ketidakberhasilan dari suatu kebijakan publik akan diketahui. Suatu kebijakan publik dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik.
(61)
Menurut Tangkilisan (2003: 18), ada 3 (tiga) kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan yaitu :
a. Penafsiran, yaitu : merupakan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan
b. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan.
c. Penerapan, yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lain- lainnya.
1.6.3.1 Teori Implementasi Kebijakan
Berikut teori yang menjelaskan implementasi kebijakan (Subarsono, 2005: 89), yaitu :
1.Teori George C. Edwards III (1980) George C. Edwards menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan:
1) Komunikasi, Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalam mengimplementasi kebijakan/program telah mentransmisikan (mengirimkan) perintah-perintah implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Perintah yang diterima harus jelas, apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran,
(62)
maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
2) Sumberdaya, Sumberdaya dapat berwujud, Sumber Daya Manusia yang sangat diperlukan dalam menjalankan kebijakan, pentingnya ketrampilan SDM itu untuk menjalankan sebuah kebijakan. Sumberdaya manusia tersebut membutuhkan informasi yang berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan pemerintah.
Kemudian, selain sumberdaya manusia, diperlukan juga sumberdaya financial, yang dapat berupa kewenangan atau otoritas yaitu hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga, atau bisa juga disebut dengan adanya fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau program.
3) Disposisi, Disposisi adalah watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan
(63)
kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
4) Birokrasi, Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standard (SOP) yang menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak.
Gambar 2.1 Model Implementasi George C. Edwards III
Sumber : Subarsono, 2005
2. Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn (1975) Van Meter dan Van Horn (Subarsono, 2005: 99) menerapkan model implementasi dengan lebih memfokuskan ke sisi teknisnya.
(1)
ABSTRAK
IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
ONLINEDALAM PENINGKATAN EFEKTIVITAS KERJA DI DINAS
KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA Nama : ASTARI RAMADHANI NIM : 150921011
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Drs. Husni Thamrin Nasution, M.Si
Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan kemajuan teknologi, mendorong lahirnya perubahan serta peningkatan efektivitas pelayanan publik, Sistem Informasi Kesehatan tentu adalah solusi dari segala persoalan efektivitas kerja dalam penyelenggaraan pelayanan pada bidang kesehatan.Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Metode penelitian ini ialah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Informan penelitian terbagai atas Informan Kunci (Kepala Seksi Sub Bag Program) dan Informan Utama (Pegawai Seksi Sub Bag Program).Teknik pengumpulan data terbagi dua yaitu Data Primer (Observasi dan Wawancara) dan Data Skunder (Dokumentasi dan Studi Kepustakaan).Teknik Analisis Data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Hasil penelitian yang penulis lakukan, mengatakan bahwa Implementasi SIK dalam peningkatan efektivitas kerja pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sudah tercapai, namun terdapat kendala-kendala yang bersifat teknis yang mempengaruhi keefektivan implementasi Sistem Informasi Kesehatan Online pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, kesehatan, hidayah, keselamatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini.Tidak lupa pula penulis sanjung sajikan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yang seperti kita rasakan pada saat ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi Administrasi Negara FISIP USU. Adapun judul Skripsi ini adalah “IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)
ONLINEDALAM PENINGKATAN EFEKTIVITAS KERJA DI DINAS
KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA”.Dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak bantuan yang diterima baik berupa moral maupun material serta bimbingan yang banyak membantu penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr.Muryanto Amin,S.sos,M.Si, selaku Dekan FISIP USU.
2. BapakDrs. RasudynGinting,M.Siselaku Ketua Program Studi Administrasi Negara FISIP USU.
3. Bapak Drs.H.M. Husni Thamrin Nasution M.Si selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.
4. Ibu Dra.Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
(3)
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Administrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda M. Aris Tahir dan ibunda Nur Arsyiah Majid, abangda tersayang M. Dandy Kurniawan, serta seluruh keluarga tercinta, yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan berupa moral dan material kepada penulis selama menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Mahasiswa Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis, khususnya Kelas Ekstensi Administrasi Negara 2015. 8. Teman-teman seperjuangan Giezla, Dian, Maya, Isbet, Ihdan, Debby,
Friska, Ridho, dan Ludin yang telah membantu dan memberi semangat dalam pengerjaan skripsi ini.
9. Kerabat terdekat TTTTDWON yang sedikit banyaknya telah membantu dan memberikan masukan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Medan,Maret 2017
(4)
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……… i
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ………..1
1.2Rumusan Masalah ………...7
1.3Fokus Penelitian……….7
1.4Tujuan Penelitian ………..7
1.5Manfaat penelitian ………8
1.6Kerangka Teori ……….9
1.6.1 Kebijakan Publik ……….………...………9
1.6.2 Implementasi ………..……...11
1.6.3 Implementasi Kebijakan ……….….…….13
1.6.3.1 Teori Implementasi Kebijakan ………....14
1.6.3.2 Model Implementasi…………..………..21
1.6.4 Manajemen Pelayanan Publik………..……24
1.6.4.1 Manejemen……….24
1.6.4.2 Pelayanan Publik………....24
1.6.5 Sistem Informasi dan Sistem Kesehatan………..27
1.7 Efektivitas Kerja……….…….42
1.8 Definisi Konsep ……… 46
(5)
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian ………49
2.2 Lokasi Penelitian ……….49
2.3 Informan Penelitian ……….50
2.4 Teknik Pengumpulan Data ………...51
2.5 Teknik Analisis Data ………...52
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1GambaranUmumDinas KesehatanProvinsi Sumatera Utara………...53
3.2 Sejarah Singkat Dinas Kesehatan Sumatera Utara………....53
3.3Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara……….56
3.4 Struktur Organisasi……….57
3.5 Uraian Tugas………...58
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Karakteristik Informan ………...67
4.2 Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK)OnlineDalam PeningkatanEfektivitas Kerja Di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara………68
4.3Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara………...76
(6)
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Implementasi Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Online Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja Pada Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara………..81 5.2 Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Sistem Informasi
Kesehatan Online di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara…………..84
BAB VI PENUTUP
6.1Kesimpulan………86
6.2Saran………..87