6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Kebun Biologi FMIPA UNY
Kebun Biologi FMIPA termasuk dalam kawasan kampus Universitas Negeri Yogyakarta, terletak di Jalan Colombo, Catur Tunggal, Depok, Sleman,
Yogyakarta. Kebun Biologi adalah kawasan dalam pagar kebun percobaan biologi UNY berupa permukaan tanah yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan
selain area yang terdapat bangunan butterfly sanctuary, vermikultur house, green house, dan animal house pada area tersebut.
2. Tumbuhan Epifit
Tumbuhan epifit merupakan tumbuhan khas hutan tropika basah, seperti paku epifit, anggrek, lumut-lumut pohon, dan lain-lain, tumbuh melekat pada batang
atau cabang tumbuhan lain tumbuhan inang. Pada umumnya, tumbuhan epifit tidak memberikan kerugian bagi tumbuhan inangnya Erni Suharini Abraham
Palangan, 2014: 57. Interaksi tersebut termasuk dalam interaksi komensalisme Indriyanto, 2006: 92.
Epifit adalah tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain, tidak berakar di tanah, memiliki ukuran yang lebih kecil di bandingkan dengan
tumbuhan inangnya Indriyanto, 2006: 93. Epifit menggunakan tanaman lain, seperti pohon, untuk mendukung fisiknya, tetapi tidak mengambil nutrisi dari
tanaman lain tersebut Allaby, 1992: 146. Suatu epifit tertambat pada substratnya yang hidup, akan tetapi menyerap air
dan mineral yang sebagian besar dari air hujan yang jatuh pada daunnya
7 Campbell Reece, 2003: 351. Tumbuhan epifit banyak tumbuh di bagian
cabang-cabang pohon dibandingkan di ranting-ranting yang horizontal, hal ini disebabkan oleh kesempatan epifit lebih besar untuk mendapatkan hara dari
deposit yang berasal dari aliran batang atau cabang karena tumbuhan epifit sangat bergantung pada presipitasi dan deposit hara yang terbawa presipitasi Indriyanto,
2006: 94. Epifit yang dapat dijumpai tersebar di Jawa antara lain dari kelompok
Pteridophyta, Piperaceae, Melastomataceae, Moraceae, Urticaceae, Santalaceae, Araliaceae, Ericaceae, Vacciniaceae, Loganiaceae, Asclepiadaceae, Gesneriaceae,
Verbenaceae, Araceae, Zingiberaceae, Rubiaceae, dan Orchidaceae. Backer Van Den Brink, 1965: 39. Bentuk kehidupan epifit didominasi oleh tiga
kelompok tumbuhan, yakni Pteridophyta, Orchidaceae Spermatophyta, dan Bryophyta Ahmad Dwi Setyawan, 2000: 14. Tumbuhan Epifit Spermatophyta
dari Family Orchidaceae anggrek, dan epifit Pteridophyta dari Family Aspleniaceae, Nephrolepidaceae dan Polypodiaceae.
Tumbuhan epifit seperti Pteridophyta dan Orchidaceae memiliki akar radix, batang caulis dan daun folium sejati Campbell Reece Mitchell, 2003: 351.
Pertumbuhan batang tumbuhan epifit dapat dibedakan menjadi tiga macam cara percabangan, yaitu percabangan monopodial Orchidaceae, percabangan
simpodial Orchidaceae, dan percabangan menggarpu atau dikotom Pteridophyta.
a. Pteridophyta Tumbuhan Paku
8 Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berspora yang lebih maju dari lumut.
Meskipun masih membentuk spora, tumbuhan paku sudah mempunyai cormus, yaitu tubuhnya sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati Arif Kurniawan,
2008. Tumbuhan paku adalah tumbuhan berpembuluh tanpa biji Starr et al., 2012: 420.
Akar Pteridophyta memiliki serabut dengan kaliptra pada ujungnya. Jaringan akarnya terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat. Akar Pteridophyta
merupakan terusan pertumbuhan dari suatu bagian calon batang yang lalu membentuk akar ke samping. Berdasarkan kesamaan pada adanya akar,
Pteridophyta beserta Spermatophyta disebut juga Rhizophyta Gembong Tjitrosoepomo, 1994: 97-98.
Batang Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu, atau jika tidak cabang- cabang yang keluar ke arah samping tidak pernah berasal dari suatu ketiak daun.
Batang sejati, sebagian besar herba, ukuran tubuh yang bervariasi dari tinggi sekitar 2 cm hingga yang paling tinggi bisa mencapai 5 meter Gembong
Tjitrosoepomo, 1994: 98. Daun Pteridophyta memiliki pembuluh angkut xylem dan floem, memiliki
klorofil sehingga cara hidupnya berfotoautotrof. Struktur daun terdiri atas jaringan epidermis, mesofil, dan pembuluh angkut. Daun tumbuhan paku berukuran kecil
mikrofil atau berukuran besar makrofil. Daun mikrofil tidak bertangkai dan tidak bertulang, serta berbentuk rambut atau sisik, sedangkan daun makrofil
bertangkai, bertulang daun, jaringan tiang, bunga karang, dan juga memiliki mesofil dengan stomata, serta berbentuk seperti ginjal. Daunnya yang sering
9 disebut frond, keluar dalam bentuk gulungan padat yang dikenal dengan sebutan
fiddlehead sebelum gulungannya terbuka. Sori tunggal: sorus merupakan kelompok spongaria yang terdapat di permukaan bawah daun paku. Struktur dan
ukuran sporofit tumbuhan paku sangat bervariasi, daunnya memiliki bentuk seperti pedang atau terbagi menjadi lembaran Starr, et al., 2012: 420.
Menurut Steenis 1975, famili tumbuhan kelompok Pteridophyta antara lain Famili Selagillaceae, Famili Lycopodiaceae, Famili Polypodiaceae.
b. Spermatophyta
Orchidaceae merupakan famili tumbuhan yang termasuk dalam Divisi Spermatophyta merupakan tumbuhan berpembuluh dengan biji, Orchidaceae juga
biasa disebut anggrek. Sekitar setengah dari tumbuhan anggrek adalah tumbuhan epifit. Anggrek epifit membutuhkan inang sebagai tempat bernaung dari cahaya
matahari Dyah Rahmatia dan Pipit Pitriana, 2009: 5. Morfologi anggrek memiliki ciri khas pada perbungaan terminal, lateral, atau
radial, bunga biasanya bilateral simetris, sebagian besar resupinate oleh torsi atau lentur dari pediselus atau ovarium terbalik, dan tepal berwarna. Daun bergantian,
jarang spiral teratur atau sebaliknya, tidak disambung dengan biasanya sepanjang daun tertutup selubung, kadang-kadang tidak ada squamiform. Batang biasa atau
hampir seluruhnya membengkak menjadi pseudobulb. Anggrek yang memiliki bentuk daun sederhana maka akar udara sering hadir Backer van De Brink,
1968: 215 Di alam, anggrek berkembang biak dengan biji. Alat perkembangbiakan pada
anggrek terdiri atas benang sari yang merupakan alat kelamin jantan, dan putik
10 yang merupakan alat kelamin betina. Kedua alat kelamin ini bersatu dalam
struktur yang disebut kolum dan terletak di hadapan labelum Dyah Rahmatia dan Pipit Pitriana, 2009: 6
Ada dua tipe pertumbuhan tunas pada anggrek, yakni monopodial dan simpodial. Anggrek monopodial adalah anggrek yang tumbuh ke atas dari satu
batang stem. Daunnya akan bertambah terus dari ujung batang selama hidupnya. Jenis ini tidak mempunyai rhizoma dan psedobulb Daisy P. Sriyanti Hendaryono,
1999: 10. Anggrek simpodial memiliki pola tumbuh horisontal. Pseudobulb mempunyai satu sampai beberapa daun. Tunas baru muncul dari dasar pseudobulb
yang sudah tua pada satu titik, bentuk pseudobulb memanjang ke atas seperti batang cane dan ada pula yang pendek, bulat, atau pipih. Anggrek yang
termasuk jenis simpodial adalah Cattleya, Oncidium, Dendrobium dan Coelogyne Daisy P. Sriyanti Hendaryono, 1999: 8.
3. Hubungan antara Tumbuhan Epifit dengan Tumbuhan InangPenopang
Menurut Went 1931, 1940, pelopor besar mengenai kajian tumbuhan epifit dan tumbuhanpohon inangnya, menemukan bahwa adanya hubungan antara
tumbuhan epifit dengan inangnya, kecuali beberapa tumbuhan epifit seperti Asplenium nidus. Went menggolongkan dua macam epifit, yakni epifit yang
tumbuh pada timbunan humus dan epifit pepagan yakni epifit yang menempel pada kulit kayu tumbuhan inang. Kulit kayu berupa lapisan terluar batang dan
akar tumbuhan berkayu. Tumbuhan epifit memiliki hubungan dengan inangnya yakni tumbuhan epifit tidak sepenuhnya hanya sekedar menumpang, tetapi juga
sedikit merugikan tumbuhan inangnya seperti hemi-parasit yang lembut. Ruinen
11 1953 berpendapat bahwa epifitosis atau sifat parasitik yang tersembunyi ini
terjadi karena kegiatan jamur-jamur simbiotik pada tumbuhan paku dan anggrek yang menusuk pepagan tumbuhan inang dan menembus jaringan pembuluh, tetapi
pendapat ini belum dapat dipastikan berlaku pada semua hubungan tumbuhan epifit dengan inangnya.
4. Habitat Tumbuhan Epifit
Habitat memberikan definisi khusus satu set kondisi yang cocok untuk kelangsungan hidup organisme, atau di mana saja suatu kehidupan organisme.
Tingkatan habitat, seperti mikrohabitat yang mengacu pada entitas yang lebih besar seperti hutan, danau, dan padang rumput. Konsep mikrohabitat, seperti
lapisan serasah, atau kanopi pohon, identik untuk tempat fisik yang lebih spesifik Lederer, 1984: 244-245.
Setiap organisme terbatas dalam adaptasi terhadap lingkungan dan terbatas pada satu atau beberapa habitat. Jika mendarat di habitat yang cocok, maka
memiliki kesempatan untuk bertahan hidup Lederer, 1984: 245. Tumbuhan menjadi dominan pada lingkungan yang cocok, diperlukan
kemampuan memanfaatkan lingkungan yang baik dan bebas dari gangguan yang merusakkan memperoleh dukungan terbesar dari seperangkat lingkungan, yakni
pohon-pohonan Fitter Hay, 1991: 8. Faktor-faktor edafik adalah faktor-faktor yang bergantung pada tanah dalam
keadaanya sebagai tanah pada konstitusinnya, kandungan air dan udara, organisme yang hidup di dalamnya dan seterusnya. Faktor-faktor iklim, seperti
12 suhu dan curah hujan, merupakan faktor-faktor yang begitu penting dalam
menentukan sifat umum vegetasi dalam wilayah yang luas Polunin, 1990: 364. Jenis-jenis pohon yang berbeda-beda seringkali menunjukkan kekhususan
dalam flora epifitanya, yang diduga karena adanya beda susunan kimiawi air hujan yang mengalir maupun karena adanya sebab yang lebih jelas yang bertalian
dengan naungan atau tekstur kulit batang pohon Polunin, 1990: 543.
B. Kerangka Pikir
Kebun Biologi FMIPA UNY merupakan sarana pembelajaran di kampus. Di sana terdapat berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Tumbuhan epifit merupakan tumbuhan khas hutan tropis, didominasi oleh kelompok tumbuhan di antaranya Spermatophyta dari Famili Orchidaceae dan
Pteridophyta. Kedua kelompok tumbuhan ini dapat dijumpai di kawasan Kebun Biologi FMIPA UNY, tumbuh menempel pada batang-batang pohon yang
ditanam di sana. Adanya tumbuhan epifit ini mendukung fungsi Kebun Biologi FMIPA UNY sebagai sarana penunjang pembelajaran mengenai tumbuhan.