INVENTARISASI JENIS-JENIS TUMBUHAN EPIFIT DI KEBUN BIOLOGI FMIPA UNY.

(1)

INVENTARISASI JENIS-JENIS TUMBUHAN EPIFIT DI

KEBUN BIOLOGI FMIPA UNY

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Oleh: Wulan Shofiana NIM 11308144032

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017  


(2)

1   

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebun Biologi FMIPA UNY merupakan salah satu sarana pembelajaran di kampus, yang diperuntukkan sebagai kebun percobaan. Demi mencapai fungsi tersebut, Kebun Biologi FMIPA UNY ditanami dengan berbagai jenis tumbuhan yang memungkinkan untuk tumbuh di Kawasan Kebun Biologi, seperti kelompok pohon-pohonan, semak, perdu, dan rumput. Seiring berjalannya waktu, Kebun Biologi memiliki berbagai jenis tumbuhan yang beranekaragam dan dengan jumlah individu yang bervariasi, baik tumbuhan tingkat rendah maupun tumbuhan tingkat tinggi. Di Kebun Biologi saat ini terdapat sekitar 200 jenis tumbuhan terdiri atas tumbuhan obat, tumbuhan buah, tumbuhan hias, dan ada beberapa jenis tumbuhan langka (Sudarsono. 2014. Diakses www.fmipa.uny.ac.id).

Salah satu kelompok tumbuhan yang ada di kebun Biologi FMIPA UNY adalah tumbuhan epifit. Tumbuhan epifit dikenal hidup pada daerah tropik lembab, tumbuh menempel pada tumbuhan lain (menumpang), namun tidak mengambil unsur hara maupun air dari tumbuhan yang ditumpanginya, hanya tumbuh di atas permukaan kulit pohon dan mendapatkan seluruh air dari akarnya. Epifit mendapatkan sumber hara dari debu, sampah/detritus, tanah yang dibawa ke atas oleh rayap atau semut, kotoran burung dan lain-lain (Steenis, 1972).

Pada umumnya tumbuhan epifit yang hidup dalam bentuk tunggal maupun dalam bentuk koloni tumbuh dan berkembang di cabang dan batang bebas cabang bagian-bagian pohon yang menjadi inang. Keanekaragaman epifit pada tumbuhan


(3)

2   

penopang terjadi karena ketergantungannya terhadap iklim mikro tegakan hutan (Akas Pinaringan Sujalu dan Akas Yekti Puliasih, 2011: 213).

Meskipun telah diketahui di Kebun Biologi memiliki beragam jenis tumbuhan, namun tumbuhan-tumbuhan di sana belum terinventarisasi secara menyeluruh dan spesifik sehingga perlu untuk diteliti lebih jauh. Inventarisasi tanaman meliputi identifikasi nama jenis, jumlah jenis, dan jumlah individu tiap jenis. Identifikasi suatu tumbuhan dalam hal ini tidak lain menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi sering juga digunakan istilah determinasi (Gembong Tjitrosoepomo, 1993: 70).

Berdasarkan uraian di atas, tumbuhan epifit dapat dijumpai di Kebun Biologi FMIPA UNY, sehingga inventarisasi tumbuhan epifit perlu dilakukan. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai jenis-jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan dibutuhkan informasi yang akurat tentang:

1. Apa saja jenis-jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY?

2. Apa saja jenis-jenis tumbuhan penopang tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY?

3. Bagaimana hubungan kondisi mikroklimat dengan jenis tumbuhan epifit Kebun Biologi FMIPA UNY?

4. Seperti apa morfologi tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY? 5. Di mana saja tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY dapat dijumpai?


(4)

3   

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada inventarisasi jumlah jenis dan jumlah individu tiap jenis tumbuhan epifit serta tumbuhan penopangnya di Kebun Biologi FMIPA UNY selama pengambilan data pada bulan November 2016-Januari 2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apa saja jenis tumbuhan epifit yang ada di Kebun Biologi FMIPA UNY? 2. Berapa jumlah individu tiap jenis tumbuhan epifit yang ada di Kebun Biologi

FMIPA UNY?

3. Apa sajakah jenis tumbuhan penopang bagi jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.

2. Mengetahui jumlah individu tiap jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.

3. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang menopang tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Selanjutnya

sebagai sumber referensi tentang jenis-jenis tumbuhan epifit dengan mendiskripsikan ciri-ciri morfologi antara lain bentuk daun, batang, dan akar.


(5)

4   

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini akan memberikan informasi dasar bagi peneliti selanjutnya, serta akan bermanfaat dalam perkembangan keilmuan terutama bagi mahasiswa maupun pengajar yang akan memperdalam ilmu mengenai tanaman.

3. Bagi Instansi

Penelitian ini akan memberikan informasi keanekaragaman jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY karena Kebun Biologi biasanya digunakan untuk sarana pelajaran menunjang perkuliahan seperti keanekaragaman, klasifikasi, anatomi, dan morfologi tumbuhan.

G. Batasan Operasional

1. Kebun Biologi FMIPA UNY dalam penelitian ini adalah area dalam pagar Kebun Percobaan Biologi UNY, berupa permukaan tanah yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan selain area yang terdapat bangunan butterfly sanctuary, vermikultur house, green house, dan animal house pada area tersebut.

2. Tumbuhan epifit dalam penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan dari Divisi Pteridophyta dan Divisi Spermatophyta yang hidup menumpang atau menempel pada tumbuhan lain di kawasan Kebun Biologi FMIPA UNY.

3. Inventarisasi tumbuhan epifit adalah kegiatan pengumpulan data jenis-jenis tumbuhan epifit yang ditemukan di Kebun Biologi FMIPA UNY pada bulan November 2016-Januari 2017, yang diidentifikasi sampai ke tingkat spesies. 4. Tumbuhan penopang dalam penelitian ini adalah tumbuhan tempat melekatnya


(6)

5   

diantaranya memiliki karakteristik tekstur kulit tebal dan keras pada hampir semua bagian pohon, beralur pada pohon Cycas rumphii, berserabut pada pohon Cycas revoluta.


(7)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Kebun Biologi FMIPA UNY

Kebun Biologi FMIPA termasuk dalam kawasan kampus Universitas Negeri Yogyakarta, terletak di Jalan Colombo, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Kebun Biologi adalah kawasan dalam pagar kebun percobaan biologi UNY berupa permukaan tanah yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan selain area yang terdapat bangunan butterfly sanctuary, vermikultur house, green house, dan animal house pada area tersebut.

2. Tumbuhan Epifit

Tumbuhan epifit merupakan tumbuhan khas hutan tropika basah, seperti paku epifit, anggrek, lumut-lumut pohon, dan lain-lain, tumbuh melekat pada batang atau cabang tumbuhan lain (tumbuhan inang). Pada umumnya, tumbuhan epifit tidak memberikan kerugian bagi tumbuhan inangnya (Erni Suharini & Abraham Palangan, 2014: 57). Interaksi tersebut termasuk dalam interaksi komensalisme (Indriyanto, 2006: 92).

Epifit adalah tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain, tidak berakar di tanah, memiliki ukuran yang lebih kecil di bandingkan dengan tumbuhan inangnya (Indriyanto, 2006: 93). Epifit menggunakan tanaman lain, seperti pohon, untuk mendukung fisiknya, tetapi tidak mengambil nutrisi dari tanaman lain tersebut (Allaby, 1992: 146).

Suatu epifit tertambat pada substratnya yang hidup, akan tetapi menyerap air dan mineral yang sebagian besar dari air hujan yang jatuh pada daunnya


(8)

7

(Campbell & Reece, 2003: 351). Tumbuhan epifit banyak tumbuh di bagian cabang-cabang pohon dibandingkan di ranting-ranting yang horizontal, hal ini disebabkan oleh kesempatan epifit lebih besar untuk mendapatkan hara dari deposit yang berasal dari aliran batang atau cabang karena tumbuhan epifit sangat bergantung pada presipitasi dan deposit hara yang terbawa presipitasi (Indriyanto, 2006: 94).

Epifit yang dapat dijumpai tersebar di Jawa antara lain dari kelompok Pteridophyta, Piperaceae, Melastomataceae, Moraceae, Urticaceae, Santalaceae, Araliaceae, Ericaceae, Vacciniaceae, Loganiaceae, Asclepiadaceae, Gesneriaceae, Verbenaceae, Araceae, Zingiberaceae, Rubiaceae, dan Orchidaceae. (Backer & Van Den Brink, 1965: 39). Bentuk kehidupan epifit didominasi oleh tiga kelompok tumbuhan, yakni Pteridophyta, Orchidaceae (Spermatophyta), dan Bryophyta (Ahmad Dwi Setyawan, 2000: 14). Tumbuhan Epifit Spermatophyta dari Family Orchidaceae (anggrek), dan epifit Pteridophyta dari Family Aspleniaceae, Nephrolepidaceae dan Polypodiaceae.

Tumbuhan epifit seperti Pteridophyta dan Orchidaceae memiliki akar (radix), batang (caulis) dan daun (folium) sejati (Campbell Reece & Mitchell, 2003: 351). Pertumbuhan batang tumbuhan epifit dapat dibedakan menjadi tiga macam cara percabangan, yaitu percabangan monopodial (Orchidaceae), percabangan simpodial (Orchidaceae), dan percabangan menggarpu atau dikotom (Pteridophyta).


(9)

8

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berspora yang lebih maju dari lumut. Meskipun masih membentuk spora, tumbuhan paku sudah mempunyai cormus, yaitu tubuhnya sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati (Arif Kurniawan, 2008). Tumbuhan paku adalah tumbuhan berpembuluh tanpa biji (Starr et al., 2012: 420).

Akar Pteridophyta memiliki serabut dengan kaliptra pada ujungnya. Jaringan akarnya terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat. Akar Pteridophyta merupakan terusan pertumbuhan dari suatu bagian calon batang yang lalu membentuk akar ke samping. Berdasarkan kesamaan pada adanya akar, Pteridophyta beserta Spermatophyta disebut juga Rhizophyta (Gembong Tjitrosoepomo, 1994: 97-98).

Batang Pteridophyta bercabang menggarpu, atau jika tidak cabang-cabang yang keluar ke arah samping tidak pernah berasal dari suatu ketiak daun. Batang sejati, sebagian besar herba, ukuran tubuh yang bervariasi dari tinggi sekitar 2 cm hingga yang paling tinggi bisa mencapai 5 meter (Gembong Tjitrosoepomo, 1994: 98).

Daun Pteridophyta memiliki pembuluh angkut xylem dan floem, memiliki klorofil sehingga cara hidupnya berfotoautotrof. Struktur daun terdiri atas jaringan epidermis, mesofil, dan pembuluh angkut. Daun tumbuhan paku berukuran kecil (mikrofil) atau berukuran besar (makrofil). Daun mikrofil tidak bertangkai dan tidak bertulang, serta berbentuk rambut atau sisik, sedangkan daun makrofil bertangkai, bertulang daun, jaringan tiang, bunga karang, dan juga memiliki mesofil dengan stomata, serta berbentuk seperti ginjal. Daunnya yang sering


(10)

9

disebut frond, keluar dalam bentuk gulungan padat yang dikenal dengan sebutan fiddlehead sebelum gulungannya terbuka. Sori (tunggal: sorus) merupakan kelompok spongaria yang terdapat di permukaan bawah daun paku. Struktur dan ukuran sporofit tumbuhan paku sangat bervariasi, daunnya memiliki bentuk seperti pedang atau terbagi menjadi lembaran (Starr, et al., 2012: 420).

Menurut Steenis (1975), famili tumbuhan kelompok Pteridophyta antara lain Famili Selagillaceae, Famili Lycopodiaceae, Famili Polypodiaceae.

b. Spermatophyta

Orchidaceae merupakan famili tumbuhan yang termasuk dalam Divisi Spermatophyta merupakan tumbuhan berpembuluh dengan biji, Orchidaceae juga biasa disebut anggrek. Sekitar setengah dari tumbuhan anggrek adalah tumbuhan epifit. Anggrek epifit membutuhkan inang sebagai tempat bernaung dari cahaya matahari (Dyah Rahmatia dan Pipit Pitriana, 2009: 5).

Morfologi anggrek memiliki ciri khas pada perbungaan terminal, lateral, atau radial, bunga biasanya bilateral simetris, sebagian besar resupinate oleh torsi atau lentur dari pediselus atau ovarium (terbalik), dan tepal berwarna. Daun bergantian, jarang spiral teratur atau sebaliknya, tidak disambung dengan biasanya sepanjang daun tertutup selubung, kadang-kadang tidak ada squamiform. Batang biasa atau hampir seluruhnya membengkak menjadi pseudobulb. Anggrek yang memiliki bentuk daun sederhana maka akar udara sering hadir (Backer & van De Brink, 1968: 215)

Di alam, anggrek berkembang biak dengan biji. Alat perkembangbiakan pada anggrek terdiri atas benang sari yang merupakan alat kelamin jantan, dan putik


(11)

10

yang merupakan alat kelamin betina. Kedua alat kelamin ini bersatu dalam struktur yang disebut kolum dan terletak di hadapan labelum (Dyah Rahmatia dan Pipit Pitriana, 2009: 6)

Ada dua tipe pertumbuhan tunas pada anggrek, yakni monopodial dan simpodial. Anggrek monopodial adalah anggrek yang tumbuh ke atas dari satu batang (stem). Daunnya akan bertambah terus dari ujung batang selama hidupnya. Jenis ini tidak mempunyai rhizoma dan psedobulb (Daisy P. Sriyanti Hendaryono, 1999: 10). Anggrek simpodial memiliki pola tumbuh horisontal. Pseudobulb mempunyai satu sampai beberapa daun. Tunas baru muncul dari dasar pseudobulb yang sudah tua pada satu titik, bentuk pseudobulb memanjang ke atas seperti batang (cane) dan ada pula yang pendek, bulat, atau pipih. Anggrek yang termasuk jenis simpodial adalah Cattleya, Oncidium, Dendrobium dan Coelogyne (Daisy P. Sriyanti Hendaryono, 1999: 8).

3. Hubungan antara Tumbuhan Epifit dengan Tumbuhan Inang/Penopang Menurut Went (1931, 1940), pelopor besar mengenai kajian tumbuhan epifit dan tumbuhan/pohon inangnya, menemukan bahwa adanya hubungan antara tumbuhan epifit dengan inangnya, kecuali beberapa tumbuhan epifit seperti Asplenium nidus. Went menggolongkan dua macam epifit, yakni epifit yang tumbuh pada timbunan humus dan epifit pepagan yakni epifit yang menempel pada kulit kayu tumbuhan inang. Kulit kayu berupa lapisan terluar batang dan akar tumbuhan berkayu. Tumbuhan epifit memiliki hubungan dengan inangnya yakni tumbuhan epifit tidak sepenuhnya hanya sekedar menumpang, tetapi juga sedikit merugikan tumbuhan inangnya seperti hemi-parasit yang lembut. Ruinen


(12)

11

(1953) berpendapat bahwa epifitosis atau sifat parasitik yang tersembunyi ini terjadi karena kegiatan jamur-jamur simbiotik pada tumbuhan paku dan anggrek yang menusuk pepagan tumbuhan inang dan menembus jaringan pembuluh, tetapi pendapat ini belum dapat dipastikan berlaku pada semua hubungan tumbuhan epifit dengan inangnya.

4. Habitat Tumbuhan Epifit

Habitat memberikan definisi khusus satu set kondisi yang cocok untuk kelangsungan hidup organisme, atau di mana saja suatu kehidupan organisme. Tingkatan habitat, seperti mikrohabitat yang mengacu pada entitas yang lebih besar seperti hutan, danau, dan padang rumput. Konsep mikrohabitat, seperti lapisan serasah, atau kanopi pohon, identik untuk tempat fisik yang lebih spesifik (Lederer, 1984: 244-245).

Setiap organisme terbatas dalam adaptasi terhadap lingkungan dan terbatas pada satu atau beberapa habitat. Jika mendarat di habitat yang cocok, maka memiliki kesempatan untuk bertahan hidup (Lederer, 1984: 245).

Tumbuhan menjadi dominan pada lingkungan yang cocok, diperlukan kemampuan memanfaatkan lingkungan yang baik dan bebas dari gangguan yang merusakkan memperoleh dukungan terbesar dari seperangkat lingkungan, yakni pohon-pohonan (Fitter & Hay, 1991: 8).

Faktor-faktor edafik adalah faktor-faktor yang bergantung pada tanah dalam keadaanya sebagai tanah pada konstitusinnya, kandungan air dan udara, organisme yang hidup di dalamnya dan seterusnya. Faktor-faktor iklim, seperti


(13)

12

suhu dan curah hujan, merupakan faktor-faktor yang begitu penting dalam menentukan sifat umum vegetasi dalam wilayah yang luas (Polunin, 1990: 364).

Jenis-jenis pohon yang berbeda-beda seringkali menunjukkan kekhususan dalam flora epifitanya, yang diduga karena adanya beda susunan kimiawi air hujan yang mengalir maupun karena adanya sebab yang lebih jelas yang bertalian dengan naungan atau tekstur kulit batang pohon (Polunin, 1990: 543).

B. Kerangka Pikir

Kebun Biologi FMIPA UNY merupakan sarana pembelajaran di kampus. Di sana terdapat berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Tumbuhan epifit merupakan tumbuhan khas hutan tropis, didominasi oleh kelompok tumbuhan di antaranya Spermatophyta dari Famili Orchidaceae dan Pteridophyta. Kedua kelompok tumbuhan ini dapat dijumpai di kawasan Kebun Biologi FMIPA UNY, tumbuh menempel pada batang-batang pohon yang ditanam di sana. Adanya tumbuhan epifit ini mendukung fungsi Kebun Biologi FMIPA UNY sebagai sarana penunjang pembelajaran mengenai tumbuhan.


(14)

13

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Inventarisasi jenis-jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY

Kebun Biologi FMIPA UNY diperuntukkan sebagai sarana pembelajaran

Di Kebun Biologi FMIPA UNY terdapat berbagai jenis tumbuhan

Tumbuhan di Kebun Biologi FMIPA UNY belum terdata secara spesifik jenis dan jumlahnya

Salah satu kelompok tanaman yang ada di Kebun Biologi UNY adalah kelompok tumbuhan epifit

Spermatophyta Pteridophyta


(15)

14

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian sensus yang termasuk dalam metode survai dan analisis deskriptif, yakni menghitung semua individu dalam suatu area yang diketahui luasannya (Southwood & Henderson, 2000: 335). Metode sensus yang digunakan dalam penelitian ini disebut juga metode true census (Lederer, 1984: 203), dengan metode ini organisme tidak bergerak dapat dihitung secara akurat. 

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta (FMIPA UNY) pada bulan November 2016 - Januari 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY (Paku dan Anggrek).

2. Sampel dalam penelitian ini adalah tumbuhan epifit dari Divisi Pteridophyta dan Divisi Spermatophyta (Famili Orchidaceae) yang ada di Kebun Biologi FMIPA UNY.

D. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, anemometer. GPS (Global Positioning System), higrometer, kamera digital, luxmeter, roll meter, soil tester dan termometer.


(16)

15

E. Teknik Pengumpulan Data

Inventarisasi tumbuhan epifit menggunakan metode sensus di kawasan Kebun Biologi FMIPA UNY. Tumbuhan epifit diidentifikasi hingga ke tingkat jenis, dilakukan dengan mengamati ciri morfologi tumbuhan epifit yang dijumpai, selain itu pohon inang yang digunakan epifit sebagai tumbuhan penopang pun didata jenisnya. Buku identifikasi tumbuhan epifit menggunakan buku Flora Malesiana Series II, Ferm dan Fern Allies Vol 4. (D. Darnaedi, 2012), Flora Malesiana Series II, Ferm dan Fern Allies Vol 3. (D. Darnaedi, 1998), dan Flora of Malaya, Fern Of Malaya Vol II. (R. Holttum, 1966). Jenis Paku Indonesia (Setijati Sastrapradja dkk, 1979), Taksonomi Umum (Gembong Tjitrosoepomo, 1993), Taxonomy Of Vascular Plants (George H. M. Lawrence, 1968) dan Koleksi Anggrek Kebun Raya Baturraden (Ita Kusumawati, dkk. 2015). Data jenis dan jumlah individu setiap jenis epifit yang didapatkan dicatat pada lembar rancangan organisasi data.

F. Rancangan Tabulasi Data

Tabel 1. Rancangan Tabulasi Data Jenis Tumbuhan Epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY

No. Jenis Epifit Suku/ famili Tumbuhan penopang


(17)

16 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang telah dilakukan meliputi inventarisasi tumbuhan epifit beserta tumbuhan penopangnya di Kebun Biologi FMIPA UNY. Kebun Biologi FMIPA UNY terletak di Jalan Colombo, Depok, Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016 – 11 Januari 2017. Luas Kebun Biologi UNY adalah 0,2 hektar.

Lokasi dijumpainya tumbuhan epifit berdasarkan pada semua tumbuhan dari jenis Pteridophyta dan jenis Orchidaceae yang hidup menempel pada tumbuhan lain, keberadaanya di area dalam pagar Kebun Biologi FMIPA UNY.

Pengukuran jarak tumbuhan epifit satu dengan tumbuhan epifit lainnya berfungsi untuk mengetahui lokasi masing-masing jenis dijumpainya tumbuhan epifit.

A. Jenis-jenis Tumbuhan Epifit yang Ditemukan di Kebun Biologi FMIPA UNY

Epifit dalam Bahasa Yunani dari kata epi artinya di atas dan phyton artinya tumbuhan. Epifit tumbuh pada permukaan tumbuhan lain, umumnya pada cabang atau batang pohon, daun-daun pohon, semak, dan liana (Campbell & Reece., 2003:351). Epifit utamanya tersebar di tumbuhan dari Divisi Spermatophyta, oleh karena itu Kebun Biologi FMIPA UNY sebagai sarana pembelajaran Mahasiswa Biologi untuk mengenal berbagai jenis tumbuhan, termasuk bentuk daun, batang, akar, bunga serta manfaat yang bisa diolah manusia.

Aneka jenis tanaman obat, tanaman buah, tanaman hias dan ada beberapa jenis tanaman langka di desain sedemikian rupa sehingga menjadi Kebun Biologi.


(18)

17

Perjumpaan tumbuhan epifit pada suatu tumbuhan penopang tergantung pada keanekaragaman dan karakteristik tumbuhan yang hidup pada kawasan tersebut.

Berdasarkan penelitian dijumpai 19 jenis tumbuhan epifit dan 27 jenis tumbuhan penopangnya sebagai berikut:

Tabel 2. Jenis-jenis Tumbuhan Epifit Pteridophyta dan Epifit Orchidaceae di Kebun Biologi FMIPA UNY

No. Jenis Epifit Suku/ famili Tumbuhan

penopang

Suku/famili ∑

A. ANGGREK

1. Agrostophyllum cyathiforme

Orchidaceae Aleurites moluccana

Euphorbiaceae 1 2. Appendicula sp Orchidaceae Annona squamosa Annonaceae 1 3. Cattleya sp Orchidaceae Agathis sp Araucariaceae 1 4. Coelogyne

spesiosa

Orchidaceae Syzygium aqueum Myrtaceae 1

5. Dendrobium aphyllum

Orchidaceae Agathis sp Lansium domesticum Mimusoph elengi Ochna serrulata Araucariaceae Meliaceae Sapotaceae Ochnaceae 3 3 2 1 6. Dendrobium

agrostophyllum Orchidaceae Aleurites moluccana Morinda citrifolia Ixora sp Euphorbiaceae Rubiaceae Amaranthaceae 1 1 5 7. Dendrobium

crumenatum

Orchidaceae Achras zapota Agathis sp Aquilaria malaciensis Cinamomum burmanii Mangifera indica Styrax pinnata Syzygium aqueum Tectona grandis Sapotaceae Araucariaceae Theymelaceae Lauraceae Anacardiaceae Styracaceae Myrtaceae Lamiaceae 1 7 1 6 4 1 1 1 8. Dendrobium

labulatum

Orchidaceae Araucaria heterophylla

Araucariaceae 1 

9. Mycaranthes latifolia

Orchidaceae Pohon mati

Araucaria heterophylla - Araucariaceae 1 2 10. Phalaenopsis

amabilis

Orchidaceae Agathis sp Pohon mati

Araucariaceae 3 3


(19)

18

11. Vanda sp Orchidaceae Agathis sp Araucariaceae 1 TOTAL 51

B. TUMBUHAN PAKU

12. Asplenium nidus

Polypodiaceae Manihot sp Eugenia cumini Euphorbiaceae Myrtaceae 1 2 13. Drymoglosum

piloselloides

Polypodiaceae  Cycas rumphii Pterocarpus indicus Cycadaceae Fabaceae 3 1 14. Drynaria

sparsisora

Polypodiaceae Pterocarpus indicus Annona squamosa Fabaceae Annonaceae 1 1 15. Drynaria

quercifolia

Polypodiaceae  Annona squamosa

Annonaceae 1

16. Nephrolepis cordifolia

Polypodiaceae  Annona squamosa

Annonaceae 2

17. Platycerium bifurcatum

Polypodiaceae  Dracaena fragrans Sphatodea campanulata Dracaenaceae Bignoniaceae 1 1 18. Pyrrosia

longifolia

Polypodiaceae Cycas rumphii Cycadaceae 5

19. Pyrrosia sp Polypodiaceae Cycas revoluta Cycadaceae 6 TOTAL 23


(20)

19

B. Deskripsi Morfologi Tumbuhan Epifit Spermatophyta Famili Orchidaceae Berikut ini pembahasan mengenai masing-masing jenis epifit Spermatophyta Famili Orchidacae (tumbuhan anggrek) di area Kebun Biologi FMIPA UNY, dijumpai 11 jenis epifit berdasarkan ciri-ciri morfologinya, yakni:

1. Agrostophyllum cyathiforme

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar berwarna cokelat, ujung akar runcing, batang akar bulat memiliki bulu-bulu akar. Batang berwarna hijau, bentuk batang bulat, panjang batang 24 cm, batang basah. Simpodial, arah tumbuh daun keatas. Daun berwarna hijau, tepi daun rata, bentuk memanjang ujung tidak simetris, tulang daun keras. Bentuk daun bangun garis (linearis), penampang daun melintang, pipih dan daun amat panjang. Panjang daun 10,5 cm, dan lebar daun 1,4 cm.

Tanaman Penopang

1. Aleurites moluccana (Kemiri) Nama Indonesia

1. Amaranthus sp

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Agrostophyllum cyathifome

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Agrostophyllum

Spesies :Agrostophyllum cyathiforme

Agrostophylum cyathiforme merupakan anggrek epifit dari Famili Orchidaceae memiliki panjang batang mencapai 24 cm. Perbungaan tersusun bergerombol terdiri dari tiga kuntum bunga. Seperti halnya di Kebun Biologi


(21)

20

dimana Agrostophylum cyathiforme menempel di batang Aleurites molucana

koordinat S=07°46,493’ & E=110°23,097’.

Menurut Ita Kusumawati (2015), Agrostophylum cyathiforme memiliki ciri khas perbungaan di ujung, terdiri dari beberapa bunga. Bunga kecil, berwarna putih atau kuning. Kelopak bunga berbentuk lonjong yang ujungnya runcing berukuran 4,5 x 2,6 mm, mahkota bunga berdiameter 4,75 cm hanya terletak di ujung batang, berupa flos terminalis. Mahkota bunga berbentuk lanset dengan ukuran panjangnya sama kelopaknya 1,5 mm dan diameter bunga 1,5 cm.

2. Appendicula sp

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar warna hitam, ujung akar bulat, memiliki bulu-bulu akar. Batang warna putih, panjang batang 6 cm, batang basah, bentuk batang bulat, arah tumbuh batang menggantung. Daun berwarna hijau, daun berbentuk lanset, ujung daun berlekuk dua, melebar di setengah bagian pangkal dan ujungnya menyempit. Panjang daun 7 cm.

Tanaman Penopang 1. Annona squamosa Nama Indonesia 1. Appendicula sp

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Appendicula sp

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Appendicula


(22)

21

Appendicula sp merupakan anggrek simpodial dari Famili Orchidaceae tumbuh epifit di antara percabangan Annona squamosa koordinat S= 07º46,493’ & E= 110º23,097’. Perbungaan bergerombol di ujung batang (terminal) dengan jumlah bunga 6-8 kuntum.

Menurut Ita Kusumawati (2015: 13), Appendicula sp memiliki ciri mahkota bunga berwarna putih dan bibir bunga berwarna putih bagian ujungnya runcing. Bunga mengelompok, diameter 1 cm. Tumbuh di atas seresah lantai hutan tumbuh di ketinggian 300-1.800 m dpl.

3. Cattleya sp

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar berwarna cokelat, ujung akar runcing, batang akar bulat, memiliki serabut akar. Bentuk akar silindris. Batang simpodial. Batang berwarna hijau muda. Batang basah, bentuk batang bulat, arah tumbuh batang tegak lurus. Pseudobulb ukuran besar. Panjang batang 4 cm. daun berwarna hijau, tepi daun rata, bentuk memanjang, ujung daun membulat. Panjang daun 12 cm, lebar daun 2,5 cm.

Tanaman Penopang 1. Pohon Agathis sp Nama Indonesia Queen orchid

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Cattleya sp

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae


(23)

22

Spesies : Cattleya sp

Berdasarkan pengamatan Di Kebun Biologi Cattleya sp dari Famili

Orchidaceae tumbuh epifit di batang pohon Agathis dari S=07°46,494’ & E=110°23,085’. Ciri khas Cattleya sp yakni daun tebal dan banyak mengandung air termasuk berdaun dua. Cattleya sp memiliki ciri bunga yang berbau harum, dan berukuran 5-15 cm atau lebih. Mahkota bunga lebih lebar dibanding kelopak bunga, labelum terdapat bunga tumbuh pseudobulb.

4. Coelogyne spesiosa

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar berwarna cokelat, ujung akar bulat. Batang berwarna hijau, batang basah, amat pendek, bentuk bulat, permukaan licin, arah tumbuh batang menggantung (dependens/pendulous). Daun berwarna hijau, daun hanya 1-2 helai tiap umbi, bentuk lanset memanjang, panjang daun 10-24 cm, lebar daun 4-9 cm. daun tumbuh di ujung umbi semu, berjumlah hanya satu helai. Pertulangan daun melengkung (curvinervis).

Tanaman Penopang 1. Jambu air

Nama Indonesia Anggrek bibir berbulu

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Coelogyne spesiosa

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliopsia

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Coelogyne


(24)

23

Coelogyne spesiosa merupakan anggrek epifit simpodial dari Famili Orchidaceae dikenal sebagai Anggrek bibir berbulu karena mahkota bunga berbentuk benang dan melengkung. Bibir bunga berukuran besar, berwarna merah jingga hingga cokelat tua dan ujungnya berwarna putih. Coelogyne spesiosa menumpang di batang jambu air koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,080’.

Ita Kusumawati (2015:22) Coelogyne spesiosa memiliki cirri bibir bunga (labelum) berwarna merah jingga hingga cokelat tua dan ujungnya berwarna putih agak menggulung ke bawah/ bunga berdiameter 5 cm mencapai 31,5 cm. Bunga muncul dari sela-sela tunas muda, dalam setiap rangkaian perbungaan hanya 1-2 kuntum bunga. Mahkota bunga berbentuk benang dan melengkung.

5. Dendrobium agrostophyllum

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar berwarna cokelat, ujung akar membulat, batang akar bulat, memiliki bulu-bulu akar. Batang berwarna hijau. Batang basah, percabangan simpodial, bentuk bulat, arah tumbuh keatas. Daun berwarna hijau,memanjang, ujung runcing, panjang daun 7 cm, lebar daun 2 cm. Bentuk daun lanset dengan ukuran panjang 20 cm dan lebar daun 3,5 cm.

Tanaman Penopang 1. Aleurites molucanna 2. Ixora sp

3. Morinda citrifolia Nama Indonesia -

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Dendrobium agrostophyllum

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae


(25)

24

Spesies :Dendrobium

agrostophyllum

Dendrobium agrostophyllum merupakan anggrek epifit dari Famili Orchidaceae menempel di batang Aleurites molucanna koordinat S=07°46,496’ & E=110°23,085’, batang Ixora sp koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,083’, batang Amaranthus sp dari S=07°46,493’ & E=110°23,097’. Habitat berada pada ketinggian 1.000-1.250 m dpl. Berdasarkan pengamatan di Kebun Biologi Dendrobium agrostophyllum memiliki ciri bunga berwarna kuning, labellum menggulung kedepan. Bunga menggerombol di ujung batang berjumlah 4-5 kuntum, tangkai bunga berwarna hijau.

6. Dendrobium aphyllum

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar berwarna cokelat, ujung akar membulat, pseudobulb 8 cm, ujung akar bulat. Batang berwarna hijau, batang basah, percabangan simpodial, bentuk bulat, arah tumbuh menggantung. Panjang batang 30 cm. Batang berbentuk silindris yang tersusun tegak atau menggantung. Daun berwarna hijau, panjang ujung hijau membulat, panjang daun 3-10 cm, lebar daun 1-3 cm. daun liat seperti kulit (subcoriaceous). Bunga dengan warna kelopak dan mahkota berwarna kuning pucat dengan urat-urat merah muda, labellum bulat, kolum tampak jelas, pseudobulb ukuran besar. Inflorescens, bunga majemuk pendek, lateral dari daun batang.

Tanaman Penopang 1. Michelia alba

2. Cinnamomum burmanii

Nama Indonesia -

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Dyah Rahmatia &

Kingdom : Plantae


(26)

25 Pipit Fitriana. (2009), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Dendrobium aphyllum

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Dendrobium

Spesies : Dendrobium aphyllum

Dendrobium aphyllum merupakan anggrek epifit dari Famili Orchidaceae menempel di batang Agathis sp koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,085’, batang Aquilaria heterophylla koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,082’, batang Araucraia heterophylla koordinat S=07°46,492’ & E=110°23,090’, batang Cinnaommum burmanii koordinat S=07°46,497’ & E=110°23,085’.

Menurut Ita Kusumawati, dkk (2015: 26) Dendrobium aphyllum memiliki ciri perbungaan muncul pada ruas batang. Bunga berwarna ungu pucat, bibir berwarna kuning pucat keputih-putihan. Bibir bunga agak menggulung berbentuk seperti terompet.

7. Dendrobium crumenatum

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

v

Akar berwarna putih, ujung akar runcing, batang akar bulat, bulu-bulu akar. Batang simpodial, bentuk bulat, pseudobulb panjang 2 cm. Batang bercabang memiliki ruas 1-2. Panjang batang 40-60 cm. Daun berwarna hijau, tepi daun rata, ujung membulat, bentuk daun ellips, lebar daun 3 cm. Panjang daun 8 cm. Daun beruas, tumpul. Daun kelopak yang ditengah panjang, bentuk daun runcing, panjang daun kelopak 2,5 cm. Daun tajuk yang 2 helai panjang 2-2,5 cm. Tanaman Penopang

1. Achras zapota 2. Agathis sp 3. Mangifera indica 4. Michelia alba 5. Styrax pinnata 6. Syzygium aqueum 7. Tectona grandis Nama Indonesia Anggrek merpati


(27)

26

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Dyah Rahmatia & Pipit pitriana. (2009), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Dendrobium crumenatum

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Dendrobium

Spesies :Dendrobium crumenatum

Dendrobium crumenatum dari Famili Orchidaceae dikenal dengan sebutan anggrek merpati karena mempunyai tandan bunga di ujung, pelepah dari daun yang tidak sempurna pada pangkalnya, bunga warna putih, tangkai bunga pada pangkal bersisik mirip burung merpati. Dendrobium crumenatum menempel di batang Achras zapota koordinat S=07°46,495’ & E=110°23,084’, batang Agathis sp koordinat S=07°46,495’ & E=110°23,084’, batang Mangifera indica koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,088’, batang Michelia alba koordinat S=07°46,497’ & E=110°23,085’, batang Styrax pinnata koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,090’, batang Syzygium aqueum koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,080’ dan batang Tectona grandis koordinat S=07°46,493’ & E=110°23,083’.

Berdasarkan pengamatan Dendrobium crumenatum bunga berwarna putih, sepal 2,5 cm, mahkota bunga berwarna kuning, lebarnya 5 cm, putik dan benang sari berwarna kuning, tumbuhan berbunga banyak (Planta multiflora), bunga pada ujung batang (flosterminalis). Menurut SM Latif (1960:235), Dendrobium crumenatum memiliki ciri daunnya berjumlah jarang, bentuk daun bulat, ujung daun tumpul. Tangkai bunga di ujung batang, tandan bunga di ujung.


(28)

27

Menurut Steenis (1975:170) Dendrobium crumenatum memiliki tandan bunga di ujung, pelepah dari daun yang tidak sempurna pada pangkalnya. Panjang daun kelopak 2,5 cm, daun mahkota lateral panjang 2-2,5 cm, bentuk memanjang sampai bentuk lanset.

8. Dendrobium labulatum

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar berwarna hitam, ujung akar runcing, batang akar bulat. Batang berwarna hijau, batang basah, bentuk pipih arah tumbuh menggantung (dependens/pendulous). Batang menjuntai kebawah oleh daun yang tersusun seperti rambut yang dikepang. Daun berwarna hijau, bentuk segitiga, beralur, tebal berdaging. Panjang daun 3,3 cm, lebar daun 2,5 cm. Daun lebih kecil pada ujung dan tersebar mengarah ke bagian pangkal.

  Tanaman Penopang

1. Araucaria heterophylla (Cemara norfolk) 

Nama Indonesia -

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Dendrobium labulatum

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Ochidaceae

Genus : Dendrobium

Spesies : Dendrobium labulatum

Dendrobium labulatum merupakan anggrek epifit simpodial dari Famili Orchidaceae menumpang di batang Araucaria heterophylla (Cemara Norflok) dari S=07°46,492’ & E=110°23,090’. Menurut Ita Kusumawati (2015), Dendrobium labulatum tinggal di hutan hujan dataran rendah pada ketinggian 500-1.200 m dpl. Dendrobium labulatum memiliki mahkota bunga warna ungu, putik dan benang


(29)

28

sari warna kuning, kelopak bunga warna hijau termasuk tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora) dan bunga pada ujung batang (flos terminalis).

Berdasarkan pengamatan Dendrobium labulatum memiliki tangkai bunga di ujung batang. Bunga mekar pada musim hujan. Menurut Ita Kusumawati (2015:27), Dendrobium labulatum, berbunga hanya 1 atau 2 bunga yang terbuka pada satu waktu dan muncul dari batang.

9. Mycaranthes latifofia

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar berwarna cokelat, batang akar bulat, ujung runcing. Batang berwarna hijau, memiliki batang amat pendek. Batang simpodial. Daun berwarna hijau, daun amat panjang, tepi daun rata, ujung runcing. Daun berjumlah 5 helai. Panjang daun 22,5 cm, lebar daun 2,5 cm.

Tanaman Penopang 1. Pohon mati

Nama Indonesia -

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Dyah Rahmatia & Pipit pitriana. (2009), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Mycaranthes latifofia

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Mycaranthes

Spesies : Mycaranthes latifofia

Mycaranthes latifofia dari Famili Orchidaceae menempel di batang pohon mati koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,089’, pada ketinggian 700-1.600 m dpl pada percabanagan utama pohon besar. Menurut Ita Kusumawati (105:33)


(30)

29

daun berjumlah 14 helai, bentuk pita memanjang dengan ujung lancip. Perbungaan muncul di ujung batang di sela-sela daunnya, tersusun dalam bentuk tandan. Perhiasan bunga berwarna kuning, dan didominasi warna merah hati. Kelopaknya berbintik-bintik merah, bibir bunga menonjol ke depan. Cuping bunga sampai berbintik merah merentang datar ke samping. Cuping tengah sangat kecil dibandingkan kedua cuping sampingnya berwarna putih dan ujungnya membelah seperti gigi.

Berdasarkan pengamatan Mycaranthes latifofia menumpang di permukaan pohon mati yang sudah menjadi humus, mengambil unsur hara dengan akar udara. Berdasarkan pengamatan di Kebun Biologi UNY Mycaranthes latifofia bunganya putih, sepal 2,5 cm, mahkota bunga berwarna kuning, putik dan benang sari berwarna kuning.

10. Phalenopsis amabilis

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar berwarna hijau, ujung akar membulat. Batang berwarna hijau, simpodial, dan amat pendek. Daun berwarna hijau, berbentuk jorong, tersusun rapat, berdaging dengan panjang daun 20 cm-30 cm dan lebar 7 cm-12 cm. Daun tajuk putih, membundar hamper-hampir bulat atau kesegian. Daun berjumlah 3-8 helai. Pinggirnya tumpul dan ke pangkalnya kecil.

Tanaman Penopang 1. Agathis sp

Nama Indonesia Anggrek bulan

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh SM Latif(1960), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Phalenopsis amabilis

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae


(31)

30

Famili : Orchidaceae

Genus : Phalaenopsis

Spesies : Phalaenopsis amabilis

Phalaenopsis amabilis dari Famili Orchidaceae dikenal dengan sebutan Anggrek Bulan menumpang di batang Agathis sp koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,085’. Menurut SM Latif (1960:298) Phalaenopsis amabilis memiki ciri tangkai bunga sampai ± 80 cm. Kedudukan bunganya rata, labelumnya berbentuk jangkar, agak meruncing. Daun kelopak warna putih, panjang agak meruncing kebawah. Daun yang ditengah bulat telur memanjang agak bundar di ujungnya.

Berdasarkan pengamatan di Kebun Biologi UNY, Anggrek bulan berbatang amat pendek hanya daun-daun dan akar-akarnya saja. Akar-akar berkilat bagai perak atau alumunium, bentuk pipih, apabila melekat pada benda tempat tinggalnya. Bunga dalam rangkaian yang berbentuk tandan, bercabang, tangkai bunga 15 cm – 100 cm. Daun mahkota berbentuk bundar, melebar dengan pangkal yan kecil dan ujung tumpul. Bibir bunga bertaju tiga, berwarna kuning.

11. Vanda sp

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Akar berwarna putih, bentuk akar bulat, ujung akar membulat. Akar panjang, kasar dan suram. Batang berwarna hijau, panjang batang 20 cm. Lebar daun 2,5 cm, daun dua jajar beruas, bentuk daun pedang. Daun tebal berbentuk silindris. Tngkai bunga diketiak daun, menembus daun pelindung. Daun tebal, berbentuk silindris. Bunga berwarna ungu. Daun tebal, berbentuk silindris. Daun kelopak dan daun tajuk bentuk warnanya sama, pangkalnya kecil.


(32)

31 Tanaman Penopang

1. Agathis sp

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh SM Latif (1960), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Vanda sp

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Vanda

Spesies : Vanda sp

Vanda sp merupakan Anggrek epifit dari Famili Orchidaceae menumpang di batang Agathis sp koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,085’. Vanda sp berbatang yang tegap, lebih 100 cm, bercabang, daunnya banyak, dua baris berhadapan tebal, ujung tidak sama memiliki bentuk berbelahan, panjang sampai ± 45 cm dan lebarnya ± 4 cm. Bunga berwarna ungu. Bunganya tumbuh dari ujung batang (SM. Latif. 1960:340).

Menurut J. N Rentoul (1982), Keluarga Vanda monopodial, daun terus menerus memanjang utama berasal dari sisi mana tunas mungkin muncul, dedaunan bervariasi disalurkan daun Phalaenopsis dan genera mirip dengan sangat beralur dan dedaunan hampir silinder yang disebut silinder berasal dari Vandas dan Aerides. Bunga ukuran vanda normal 6 sampai 8 cm berasal dari batang utama cara yang mirip dengan akar pada ujung batang, dengan labelum dan dagu atau memacu terselip di arah batang pada bagian dalam klaster.

Tangkai bunga diketiak daun, menembus daun pelindung atau berhadapan dengan daun, berbunga sedikit atau banyak, bercabang atau tidak. Bunga besar atau sedang, resupinat, berdaging, daun kelopak dan daun tajuk berbeda (SM Latif, 1960:328).


(33)

32

Menurut Van Steenis (1975:169) Vanda sp bunga berjumlah 5-6, daun

pelindung panjang 6 cm, bunga diameter 7,5-10 cm. daun kelopk bulat telur diameter 3 cm, 2 yang disamping hamper bentuk belah ketupat, dengan ujung tulang daun yang membengkok kembali vertical, bibir bunga panjang 3 cm. Daun mahkota lateral horizontal, dengan sisi belakang putih dan sisi muka ros ungu. Bibir bunga panjang 4 cm, bertaju 3, bentuk pipih panjang 2 cm dan lebar 2 cm, taju samping panjang 2 cm, persegi empat atau bulat. Bunga memiliki ciri khas berbintik-bintik emrah taju tengah bentuk jantung terbalik, panjang 3 cm, dengan ujung yang terbelah dalam dan tepi sisi yang menggulung, pangkal kuning berbintik emrah. Vanda sp memiliki tepung sari (polinia) 4.


(34)

33

C. Deskripsi Morfologi Tumbuhan Epifit Pteridophyta

Berikut ini pembahasan masing-masing jenis epifit Pteridophyta (tumbuhan paku) di area Kebun Biologi FMIPA UNY, dijumpai 9 jenis epifit berdasarkan ciri-ciri morfologinya, yakni:

12. Asplenium nidus

Gambar Spesimen Ciri-Ciri

Panjang daun 84 cm-108 cm, lebar daun 11 cm-13,5 cm. Ujung daun umumnya meruncing atau terkadang membulat, tepinya rata dengan permukaan yang berombak. Daun bagian bawah berwarna lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang daunnya, pada daun yang tua dapat terlihat spora yang keluar pada garis-garis cokelat tersebut. Letak daun tersusun melingkar pada batang yang sangat pendek. Daun yang tertancap melingkar pada batang jika dilihat dari samping tampak seperti sarang burung.

Tumbuhan Penopang 1. Manihot sp

2. Pohon mati

3. Eugenia cumini (Duwet) Nama Indonesia

Pakis sarang burung

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Asplenium nidus.

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Polypodiopsida

Ordo : Polyppodiales

Famili : Aspleniaceae Genus

Spesies

: Asplenium : Asplenium nidus

Asplenium nidus termasuk dalam Famili Aspleniaceae umumnya dikenal dengan sebutan pakis sarang burung karena susunan daunnya yang melingkar, menyerupai sarang burung yang menempel di pohon-pohon jika dilihat dari samping. Tumbuhan paku jenis ini memiliki struktur daun tunggal dengan ukuran


(35)

34

yang bervariasi, panjang daun dapat mencapai 150 cm dan lebar daun hingga 30 cm (Setijati Sastrapradja, 1979: 39). Warna daun hijau, tulang daun memanjang dari pangkal batang hingga ujung daun. Daun tersusun melingkar pada batang yang pendek. Asplenium nidus dikenal sebagai tumbuhan yang dapat digunakan sebagai tanaman hias.

Asplenium nidus tumbuh menempel di pohon Eugenia cumini koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,085’, Manihot sp koordinat S=07°46,492’ & E=110°23,097’, pohon mati koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’.

Asplenium nidus menempel di pohon mati membentuk humusnya sendiri di pohon yang ditumpanginya dari daun-daun yang melapuk. Akar Asplenium nidus menembus jaringan pembuluh, pada batang yang melekat pada cabang-cabang besar pepohonan. Asplenium nidus hidup dalam bentuk koloni di batang bebas, karena ketergantungannya terhadap iklim mikro.

Menurut Van Steenis (1975:99) Asplenium nidus umumnya epifit memiliki ciri khas rimpang tegak, pendek, bersisik. Daun tunggal, bertulang daun menyirip, tidak beruas dengan akar rimpang dan rapat berjejal. Sori berjumlah banyak. Asplenium nidus hidup di daerah yang tidak begitu kering, mulai dari mangrove sampai 2.000 m. Daerah perkebunan yang sangat teduh, juga di tanam menjadi tanaman hias.


(36)

35

13. Drymoglossum piloselloides

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Panjang daun 2-4 cm, Lebar daun 1-3 cm. Bentuk daun oval, ujung daun membulat dan memiliki tulang daun tengah. Rimpang menjulur dan tertutup oleh sisik yang kecil dan bulat berwarna cokelat. Daun warna hijau menempel di batang yang pendek. Ujung akar runcing, batang akar bulat, cabang-cabang akar menjalar, dengan bulu-bulu akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar yang sesungguhnya hanyalah merupakan penonjolan sel-sel kulit luar akar yang panjang menjalar di permukaan pohon yang ditumpanginya.

Tanaman Penopang 1. Cycas rumpii 2. Pterocarpus indicus Nama Indonesia

Picisan, Duduwitan, Pakis duwitan atau Sisik naga

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Drymoglossum piloselloides.

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Drymoglosum

Spesies :Drymoglosum

pilloseloides (L.) Presl

Drymoglossum piloselloides/Pyrrosia piloselloides umumnya dikenal dengan sebutan Picisan, Duduwitan, Pakis Duwitan atau sisik naga karena bentuk daun bertangkai pendek atau duduk, oval memanjang. Ujung daun membulat atau tumpul, berdaging. Daun tertancap di batang pohon dengan jarak pada akar rimpang, dan beruas memiliki tepi daun yang rata, dimorp. Akar rimpang memiliki panjang 5-22 cm. Drmoglossum piloselloides tumbuh rapat menutupi batang pohon Cycas rumphii koordinat S=07°46,449’ & E=110°23,109’, dan


(37)

36

Pterocarpus indicus koordinat S=07°46,486’ & E=110°23,096’, Drymoglosum piloselloides/Pyrrosia piloselloides pada saat dewasa rambut jarang dibagian bawah, urat berjalan mendekat, kerapkali tak terlihat. (Steenis,1975: 96). Drymoglossum piloselloides alat reproduksi vegetatif dengan stek daun memiliki sori tebal dan berdaging, dengan permukaan daun halus mengkilat. Sori dari Drymoglossum dengan garis-garis lurus dan sori dari Pyrrosia bundar, terpisah dan tegak berbeda.

14. Drynaria sparsisora

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Panjang daun menjari 11 - 53,5 cm dan lebar daun 1,5 - 4,7 cm. Daun berwarna hijau tua. Tepi daun berombak. Daun penyangga lebih tipis, pendek dan melebar di bagian tengah. Entalnya kecil dibagian pangkal, ental warna sokelat ditutupi dau warna hijau mua. Bentuk daun memanjang ujung runcing. Tulang daun keras. Rimpang kecil ditutupi oleh sisik. Bentuk bercangap, sori kecil, terletak tidak beraturan diantara jarak tulang daun batang kayu berbentu bersegi, permukaan licin, arah tumbuh serong ke atas, tidak bercabang.

Tanaman Penopang

1.Angsana (Pterocarpus indicus)

Nama Indonesia Langlayangan

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Drynaria sparsisora

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Polypodiopsida

Ordo : Pteriales

Famili : Pteridaceae

Genus : Drynaria


(38)

37

Drynaria sparsisora dikenal sebagai langlayangan karena rimpangnya kecil dan ditutupi oleh sisik yang pendek dan keras. Bentuk daunnya bercangap seperti halnya daun kepala tupai. Sori terletak kecil-kecil di antara anak tulang daun dan tersebar tak beraturan (Setiaji Sastrapradja. 1979:29)

Di Kebun Biologi Drynaria sparsisora menempel di batang Angsana (Pterocarpus indicus) koordinat S=07°46,486’ & E=110°23,096’, dan batang pohon mati yang menempel pohon Srikaya (Annona squamosa) koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’. Di alam dapat ditemukan pada batu-batuan, di daerah yang terbuka dan di sepanjang tepi sungai, pohon-pohon tinggi hidup secara epifit.

Akar rimpang Drynaria sparsisora di Jawa biasa dipakai untuk mengompres bagian tubuh yang memar atau bengkak dan di Makasar ental muda digunakan untuk sayuran (Setiaji Sastrapradja. 1979 :29).

Menurut Balgooy (1998), Drynaria sparsisora memiliki rimpang tebal 0,7 cm, pendek, phyllopods dalam dua baris, berdekatan, helai vaskular 3-12, daun dimorfik, hampir sessile, indumenta/ bulu-bulu terdiri dari rambut stellata dengan lurus dan pada permukaan membentuk lapisan yang berbeda, Drynaria sparsisora epifit, spiral memanjat kadang-kadang terrestrial, hingga 35 m di atas permukaan tanah; dalam berbagai jenis hutan primer dan sekunder.


(39)

38

15. Drynaria quercifolia

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Panjang daun 83 cm, lebar 2,3 cm. Daun menjari berwarna hijau, ujung runcing, tepinya rata dengan permukaan agak berombak. Akar rimpang panjang melintang memanjat dan berukuran tebal. Tulang daun bulat, permukaanya licin, dan permukaan bawah daun ada sori. Batang berkayu, bentuk bersegi, permukaan licin, arah tumbuh sorong ke atas, dan tidak bercabang. Akar warna cokelat.

Tanaman Penopang 1. Pohon mati Nama sinonim Paku daun kepala tupai

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Drynaria quercifolia.

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Drynaria

Spesies : Drynaria quercifolia

Drynaria quercifolia dikenal dengan sebutan paku daun kepala tupai karena mempunyai rimpang yang besar dan menjalar. Rimpang ini ditutupi oleh sisik yang halus dan lebat dan berwarna coklat seperti bulu kepala tupai. Tajuk daun berbentuk lanset garis, tepi rata, yang terbawah kerapkali kecil. Helaian daun mencapai panjang 30-150 cm (Steenis, 1975: 94). Di Kebun Biologi Drynaria quercifolia dijumpai tumbuh menempel di batang pohon yang telah mati di dekat


(40)

39

pohon srikaya (Annona squamosa) koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’.

Tumbuh bersama rumpun Asplenium nidus dan Nephrolepis falcata. Sori

Drynaria quercifolia antara tulang daun lateral dari tajuk daun, agak teratur dalam deretan yang rangkap di kedua belah sisi dari tulang tengah daun.

Menurut Steenis (1975), Drynaria quercifolia dapat dijumpai hidup di kawasan mangrove sampai Indonesia gunung yang rendah, hutan sekunder, dan di atas pohon di Indonesia perkebunan. Drynaria quercifolia banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan berpotensi sebagai obat antibakteri dan obat penyakit kulit (Anti Dermatophytic).

16. Nephrolepis cordifolia

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Daun tunggal, panjang anak daun 5 cm, lebar anak daun 1,5 cm, tangkai daunnya rapat, panjang ibu tangkai daun 10 - 30 cm. Bentuk daun memanjang, ujungnya membulat, tepi daun rata. Anak-anak daun fertile paling panjang 4 cm, kecuali itu sori jauh dari daun. Akar rimpang yang padat dan panjang. Terdapat bulu-bulu berwarna coklat tua pada permukaan tangkai daun. Tunas liar dengan umbi pengeram.

Tanaman Penopang 1. Pohon mati Nama Indonesia Paku sepat

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setiaji Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Nephrolepis cordifolia

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili :Lomariopsidaceae/  Dryopteridaceae

Genus : Nephrolepis


(41)

40

Nephrolepis cordifolia sering pula disebut paku cecerenean atau paku sepat (Sunda) karena tumbuhnya berumpun dengan rimpang yang padat dan panjang. Nephrolepis cordifolia memiliki ciri morfologi yakni, berdaun lebat, helaian daun 20-120 kali 5-16 cm. Anak daun duduk tepinya beringgit bergerigi ringan. Akar rimpang tegak, berdaun rapat, umbi pengeram bersisik panjang 1-3 cm, jumlah anak daun 25-100 kali 3-8 cm, anak daun fertil 1,5-4 kali 0,5-1,5 cm, beringgit dalam sorus. (Steenis, 1975: 97)

Di Kebun Biologi Nephrolepis cordifolia dijumpai tumbuh menempel di batang pohon yang telah mati di dekat pohon srikaya (Annona squamosa) koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’. Tumbuh bersama rumpun Asplenium nidus dan Drynaria quercifolia.

Menurut Steenis (1975) Nephrolepis cordifolia dapat dijumpai hidup di hutan belukar dan rimba rumput, tanaman di ketinggian 1.000-2.000 m, lereng dan lereng batu, hutan kampung, batang pohon. Nephrolepis cordifolia umum sebagai tanaman hias, karena hidup di dalam tanah, membentuk koloni dengan membentuk tunas-tunas di sampingnya.

17. Platycerium bifurcatum

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Panjang daun 53,5 cm, lebar daun 13,5 cm dan tepi daun rata halus. Berwarna hijau. Rumbai daun 7 - 20an. Daun sarang bentuknya ginjal. Permukaan bawahnya daun penyangga berbulu tipis. Kantung-kantung spora 0,3 mm terdapat di ujung daun bagian bawah sehingga keluar anakan yang kelak dapat dipisahkan dan dipindahkan sebagai tumbuhan baru.


(42)

41 Tanaman Penopang

1. Dracaena fragrans 2. Pohon mati

3. Spathodea campanulata Nama Indonesia

Simbar menjangan

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Platycerium bifurcatum

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Platycerium

Spesies : Platycerium bifurcatum

Platycerium bifurcatum disebut simbar menjangan karena rimpang-rimpangnya tertutup oleh daun-daun penyangganya sehingga tidak kelihatan. Daun penyangganya mempunyai lebar dan panjang yang hampir sama. Daun berjumbai, bentuknya seperti pita bercabang-cabang menyerupai tanduk uncal (Setiaji Sastrapradja. 1979: 109).

Menurut Balgooy (1998) Asplenium bifurcatum daun memiliki pelepah, dikotom bercabang dengan lobus, asimetris, sporangia dengan 18-22, apical pada lobus.

Paku jenis ini menempel di batang pohon (famili Dicotyledoneae) yakni, Dracaena fragrans koordinat S=07°46,490’ & E=110°23,094’, dan Spathodea companulata koordinat S=07°46,493’ & E=110°23,086’. Rumbai daun Playcerium bifurcatum pada Dracaena fragrans dan pohon mati ada 7 sedangkan rumbai daun pada Spathodea companulata ada 20an. Kemungkinan dipengaruhi Sphatodea companulata memiliki perawakan batang tinggi besar hingga 15 m.


(43)

42

Sphatodea companulata diperkaya sumber hara dan nitrogen yang turun bersama air hujan.

Playcerium bifurcatum dikenal sebagai tumbuhan yang dapat digunakan sebagai tanaman hias. Tumbuh menempel pada batang pohon Indonesia dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl (Steenis. 1975:92).

Menurut Balgooy (1998) Playcerium bifurcatum daun memiliki pelepah, dichotomously bercabang dengan lobus, bentuk asimetris, sporangia dengan jumlah 18-22 sel. Spora 64 per sporangium. Platycerium bifurcatum habitat epifit dan epilitik, tumbuh dalam kelompok.

18. Pyrrosia sp

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Panjang daun 2 - 5 cm, lebar daun 0,5 - 2 cm. Bentuk daun oval atau memanjang, ujung daun bulat dan memiliki tulang daun tengah. Berwarna hijau, permukaan halus, tepi agak begelombang. Letak daun tersusun pada batang yang sangat pendek membentuk rumpun. Akar tebal 0,7 cm dan pendek, filopods 2 baris.

Tanaman Penopang 1.Cycas revoluta Nama Indonesia Paku purba

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Pyrrosia sp

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Pyrrosia


(44)

43

Pyrrosia sp berbeda dengan Pyrrosia piloseloides. Di Kebun Biologi Pyrrosia sp dijumpai di batang pohon daun berduri sejenis Cycas revoluta koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’ . Akar tidak panjang dan kecil. Daun yang satu dan yang lainnya tumbuh membentuk rumpun. Daunnya ada yang mandul ada yang membawa spora. Daun tunggal berlekuk yang berlekuk sebagian, daun muda bentuk spiral. Pyrrosia sp tumbuh subur mengelilingi batang pohon Cycas revoluta.

Berdasarkan pengamatan, Pyrrosia sp menumpang pada permukaan Cycas revoluta memiliki garis spiral yang tampak melingkar batang, bentuk batang bulat, dan memperlihatkan bekas-bekas daun.

Menurut Balgooy (1998), Pyrrosia sp habitat epifitik, epilitik atau terestrial. Rimpang berukuran0,7 cm, filopod dalam dua baris. Daun mono atau dimorfik. Urat-urat daun sebagian besar yang berbeda, urat ikat membentuk satu atau beberapa seri areoles persegi panjang. Indument terdiri dari rambut stellate, dengan lurus dan pada permukaan yang lebih rendah, anulus dengan 9-22 sel. 19. Pyrrosia longifolia

Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi

Panjang daun 15 cm – 16 cm, lebar daun 1 - 2 cm. Daun berwarna hijau. Tepinya berombak. Bentuk daun memanjang ujung bulat. Lebar daun lebih pendek. Akar warna hitam tebal 2-3 mm, daun pakis umumnya 20-60 cm, permukaan daun halus mengkilat.


(45)

44 Tanaman Penopang

1. Cycas rumphii

2. Pohon daun berduri (Cycas revoluta) Nama Indonesia

Pirosia

Identifikasi Klasifikasi

Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Pyrrosia longifolia

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Polypodiopsida

Ordo : Pteriales

Famili : Pteridaceae Genus : Pyrrosia

Spesies : Pyrrosia longifolia

Pyrrosia longifolia dikenal sebagai Pirosia karena memiliki rimpang tebal 1,8-2,7 mm, panjang, filopod, 2-6 cm, tunas sekitar setengah sepanjang ruas. Schelerenzyma memiliki untai banyak, tersebar dalam silinder vaskular, lamina 0,7-2 cm, setiap areola sangat cekung.

Pyrrosia longifolia menempel pada Cycas rumphii koordinat S=07°46,449’ & E=110°23,109’ dan Pohon daun berduri (Cycas revoluta) koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’. Daun monoporfik, batang untuk 0,5-10 cm, lamina adalah 10-119 oleh 0,7-2 cm atau lebih. Rizoma menjalar, daun fertil dan steril, sorus bundar seluruh sisi bawah bagian atas daun, tanpa indusium, spora tidak teratur. (Balgooy. 1998:164)

Menurut Balgooy (1998) Pyrrosia longifolia altitude dari permukaan laut ke 300-1000 m, jarang epilithic atau terrestrial. Pyrrosia longifolia memiliki phyllopods 2-6 cm, schlerencyma selubung yang berbeda, schlerencyma untai banyak. Sisik bersinar cokelat atau kehitaman. Lamina 10-119 panjang 0,7-2 cm. Sori apical di aetiap areole, panjang 1 mm. Spora dibundel pusat dengan singkat. Spora tidak teratur.


(46)

45

D. Kondisi Lingkungan Abiotik di Kebun Biologi FMIPA UNY Tabel 3. Keadaan mikroklimat

Tanggal

Intensitas Cahaya

(Lux)

Suhu Udara

(°C)

Kelembapan Udara (%)

Kecepatan Angin

(m/s) 11 Januari

2017 09.00 -12.00

13-826 40 58-87 9 m/s

Habitat berarti satu set kondisi yang cocok untuk kelangsungan hidup organisme, atau lebih sederhana, di mana saja suatu kehidupan. Setiap organisme terbatas dalam adaptasi terhadap lingkungan ditentukan oleh faktor-faktor di luar kendali. Faktor-faktor dalam lingkungan yang memungkinkan atau memaksa suatu organisme untuk membuat pilihan tertentu. Pilihan ini dapat dimodifikasi oleh berbagai kondisi (Lederer. 1984: 245&246).

Misalnya Asplenium nidus karena factor lingkungan. Sori jumlahnnya banyak di daerah yang tidak begitu kering, mulai dari mangrove sampai 2.000 m, daerah perkebunan yang sangat teduh, selain itu juga ditanam menjadi tanaman hias. Suhu udara dan kelembapan udara berhubungan dengan fotosintesis, Asplenium nidus tidak ada batang yang sesungguhnya di atas tanah. Akar memiliki sisik, daun steril dengan simpul urat daun tumbuh sejajar ke arah tepi daun. Paku-pakuan dengan akar rimpang yang memanjat dan tersebar rata seluas sisi bawah daun fertil atau anak daun fertil.


(47)

46

Intensitas hubungan dengan kebutuhan cahaya untuk fotosintesis yang sesuai dibutuhkan pada Asplenium nidus sporangium terkumpul menjadi spora (sori) bentuk bulat, bentuk garis, mempunyai atau tak mempunyai selaput penutup.

Suhu udara dan kelembapan udara (%), kecepatan angin (m/s). Misalnya, Steenis (1975:170) Dendrobium crumenatum di daerah teretntu tanaman ini berbunga periodik dan serentak, setelah udara mendadak sedikit mendingin, misalnya karena hujan.

Dendrobium crumenatum menempel pada pohon tetapi tidak seperti tumbuhan parasit. Tumbuhan ini tidak mengambil apa pun dari tuan rumahnya. Akarnya yang khusus mengumpulkan air langsung dari hujan dan embun yang biasanya disimpan dalam batang atau daun.

Berbeda dengan tumbuhan paku tumbuhan merambat tidak merusak tumbuhan tuan rumahnya pada batang pohon, akar membelit tumbuhan penopangnya untuk mencapai tempat yang lebih menggunakan sulur atau akar nafas yang menancap kuat pada tumbuhan yang ditumpanginya.


(48)

47

E. Hubungan Tanaman Epifit dan Tanaman Penopang

Menurut Gesta Rama Noprian Nawawi, Indriyanto dan Duryat (2014), “Tidak terdapat asosiasi secara khusus antara epifit dengan jenis penopangnya, akan tetapi epifit tumbuh pada jenis tumbuhan penopang yang umumnya memiliki karakteristik tekstur kulit tebal, beralur, berserabut dan memiliki kulit yang keras.”

Pohon yang ditumpanginya dicatat spesiesnya serta diamati zona keberadaannya di pohon. Data karakter morfologi anggrek alam yang ditemukan dianalisis deskriptif berdasarkan sifat dan karakter morfologinya. Lokasi keberadaan anggrek dicatat dengan mengguanakan GPS (Global Positioning System)

Spermatophyta ada famili Orchidaceae dengan uraian 11 spesies yaitu Agrostophyllum cyathiforme (1) , Appendicula sp (1) , Catleya sp (1), Coelogyne spesiosa (3), Dendrobium agrostophyllum (7), Dendrobium aphyllum (19), Dendrobium crumentum (27), Dendrobium labulatum (1), Mycaranthes latifofia (1), Phalaenopsis amabilis (6) dan Vanda sp (1).

Tumbuhan epifit Pteridohyta di kawasan Kebun Biologi FMIPA UNY mewakili 3 Famili menurut George H. M. Lawrence. (1968) yaitu Aspleniaceae, Nephrolepidaceae, dan Polypodiaceae. Terdiri dari 8 spesies yaitu Asplenium nidus (3), Drymoglosum piloselloides (4), Drynaria quercifolia (4), Drynaria sparsisora (1), Nephrolepis cordifolis (1), Platycerium bifurcatum (3), Pyrrosia longifolia (2) dan Pyrrosia sp (1).


(49)

48

Tanaman penopang antara lain Achras zapota, Agathis sp, Aleurites mollucana, Annona squamosa, Aquilaria malaciensis, Araucaria heterophylla, Cinamommum burmanii, Cycas rumpii, Dimorcapus longan, Dracaena fragrans, Eugenia cumini, Ixora sp, Lansium domesticum, Malaleuca leucadendron, Mangifera indica, Manihot sp, Michelia alba, Mimusoph elengi, Ochna serrulata, Pterocarpus indicus, Sphatodea campanulata, Styrax pinnata, Syzyqium aqueum dan Tectona grandis.

Tanaman penopang terdiri dari Divisi Spermatophyta. Tanaman Spermatophyta memiliki ciri pohon, tinggi sampai 40 m. Batang jauh di atas tanah baru bercabang. Bagian yang muda dan bagian sisi bawah daun berbulu vilt rapat, berbentuk bintang. Daun bertangkai pendek, kadang-kadang duduk, ellips atau sedikit banyak bulat telur, dengan ujung yang berbentuk baji dan bagian pangkal yang menyempit, pada cabang yang berbunga, 23-40 kali 11-21 cm.

Pohon struktur kulit kayu keras mampu menopang tanaman epifit untuk hidup. Struktur morfologi pohon membuat kanopi menjadi semakin rapat mempengaruhi kondisi sekitar untuk tumbuh tanaman lain.


(50)

49 F. Pemetaan sebaran Tumbuhan Epifit

Lokasi jangkauan koordinat ditentukan dengan GPS. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang diambil meliputi jumlah dan jenis epifit, jenis tumbuhan penopang, karakteristik tumbuhan penopang dan mengetahui jumlah jenis tumbuhan penopang yang berasosiasi dengan jenis epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.

Tabel 4. Lokasi ditemukannya Tumbuhan Epifit Spermatophyta di Kebun Biologi FMIPA UNY No. Tumbuhan epifit Spermatophyta Tumbuhan penopang

Koordinat Ciri-ciri Morfologi

Akar Batang Daun Bunga 1. Agrostophyllum

cyathifome Aleurites molucana S=07°46,496’& E=110°23,085’ √ √  √  - 2. Appendicula sp Annona

squamosa

S=07º46,493’& E= 110º23,097’

√  √  √  - 3. Cattleya sp Agathis sp S=07°46,494’&

E=110°23,085’

√  √  √  - 4. Coelogyne

spesiosa Syzygium aqueum S=07°46,491’& E=110°23,080’. √  √  √  - 5. Dendrobium

Agrostophyllum Aleurites molucana S=07°46,496’& E=110°23,085’ √  √  √  - Ixora sp S=07°46,494’&

E=110°23,083’ √  √  √  - Amaranthus sp S=07°46,493’& E=110°23,097’ √  √  √  - 6. Dendrobium

aphyllum

Agathis sp S=07°46,494’& E=110°23,085’ √  √  √  √ Aquilaria heterophylla S=07°46,491’& E=110°23,082’ √  √  √  ‐  Araucraia heterophylla S=07°46,492’& E=110°23,090’ √  √  √  ‐ Cinamommum burmanii S=07°46,497’& E=110°23,085’ √  √  √  ‐ 7. Dendrobium

crumenatum

Achras zapota S=07°46,495’& E=110°23,084’

√  √  √  - Agathis sp S=07°46,495’&

E=110°23,084’ √  √  √  - Mangifera indica S=07°46,494’& E=110°23,088’ √  √  √  - Michelia alba S=07°46,497’& √ √  √ -


(51)

50 E=110°23,085’ Styrax pinnata S=07°46,491’& E=110°23,090’ √  √  √  - Syzygium aqueum S=07°46,491’& E=110°23,080’ √  √  √  - Tectona grandis S=07°46,493’& E=110°23,083’ √  √  √  - 8. Dendrobium

labulatum Araucaria heterophylla S=07°46,492’& E=110°23,090’ √  √  √  √ 9. Mycaranthes

latifofia

Pohon mati S=07°46,494’& E=110°23,089’

√  √  √  - 10. Phalaenopsis

amabilis

Agathis sp S=07°46,494’& E=110°23,085”

√  √  √  - 11. Vanda sp Agathis sp S=07°46,494’&

E=110°23,085’

√  √  √  - Keterangan: √ = teramati

- = tidak teramati pada saat penelitian

Tabel 5. Tabel Lokasi ditemukannya Tumbuhan Epifit Pteridophyta di Kebun Biologi FMIPA UNY

No. Tumbuhan epifit

Pteridophyta

Tumbuhan penopang

Koordinat Ciri-ciri Morfologi

Akar Batang Daun 1. Asplenium

nidus Eugenia cumini S=07°46,494’& E=110°23,085’ √  √  √  Manihot sp S=07°46,492’&

E=110°23,097’

√  √  √  Pohon mati S=07°46,491’&

E=110°23,089’

√  √  √  2. Drymoglosum

piloselloides Cycas rumphii S=07°46,449’& E=110°23,109’ √  √  √  Pterocarpus indicus S=07°46,486’& E=110°23,096’ √  √  √  3. Drynaria

sparsisora Pterocarpus indicus S=07°46,486’& E=110°23,096’ √  √  √  Pohon mati (menempel Annona squamosa) S=07°46,491’& E=110°23,089’ √  √  √ 

4. Drynaria quercifolia Pohon mati (menempel Annona squamosa) S=07°46,491’& E=110°23,089’ √  √  √ 

5. Nephrolepis cordifolia Pohon mati (menempel S=07°46,491’& E=110°23,089’ √  √  √ 


(52)

51 Annona

squamosa) 6. Playcerium

bifurcatum

Dracaena fragrans

S=07°46,490’& E=110°23,094’

√  √  √  Sphatodea

companulata

S=07°46,493’& E=110°23,086’

√  √  √  7. Pyrrosia sp Cycas sp S=07°46,491’&

E=110°23,089’

√  √  √  8. Pyrrosia

longifolia

Cycass rumpii S=07°46,449’& E=110°23,109’

√  √  √  Cycas sp S=07°46,491’&

E=110°23,089’

√  √  √  Keterangan: √ = teramati


(53)

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

1.Di Kebun Biologi FMIPA UNY ditemukan Tumbuhan epifit Spermatophyta, 11 jenis yakni 11 jenis dari Famili Orchidaceae. dan Tumbuhan epifit paku, 8 jenis yakni 1 jenis dari Famili Aspleniaceae, 1 jenis dari Famili Nephrolepidaceae, dan 6 jenis dari Famili Polypodiaceae.

2.Jumlah individu tumbuhan epifit orchidaceae sebanyak 51 individu,dan jumlah individu Spermatophyta total sebanyak 23 individu.

3.Tumbuhan penopang 23 spesies, yakni 1 jenis dari Famili Anacardiaceae, 1 jenis dari Famili Annonaceae, 1 jenis dari Famili Amaranthaceae, 2 jenis dari Famili Araucariaceae, 2 jenis dari Famili Cycadaceae, 1 jenis Famili dari Bignoniaceae, 1 jenis dari Famili Dracaenaceae, 2 jenis Famili dari Euphorbiaceae, 1 jenis dari Famili Fabaceae, 1 jenis dari Famili Lamiaceae, 1 jenis dari Famili Lauraceae, 1 jenis dari Famili Meliaceae, 2 jenis dari Famili Myrtaceae, 1 jenis dari Famili Ochnaceae, 1 jenis dari Famili Rubiaceae, 2 jenis dari Famili Sapotaceae, 1 jenis dari Famili Styracaceae dan 1 jenis dari Famili Theymelaceae dan Pohon mati yang tidak diketahui jenisnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk peneliti selanjutnya:

1.Melakukan analisis hubungan pengaruh jenis epifit terhadap jumlah individunya. 2.Perlu dilakukan pengukuran luas kebun secara akurat dibandingkan

menggunakan google maps.  


(54)

53

DAFTAR PUSTAKA

Agus Budiana & Sukarsa. (2012). Diversitas Tumbuhan Paku Epifit di Kebun Raya Batu Raden Lereng Selatan G. Slamet. Jurnal Ekologi Gunung Slamet: 71-79.

Akas Pinaringan Sujalu & Akas Yekti Puliasih. (2010). Journal Keanekaragaman Epifit Berkayu Pada Hutan Bekas Tebangan di Hutan Penelitian Malinau (MRF) – CIFOR. FMIPA UNAIR Surabaya.

Allaby, M. (1992). Concise Dictionary of Botany. New York: Oxford University Press.

Balgooy, Van. M. M. J. 1998. Flora Malesiana Series II Vol. 3. Netherland: Back Buys Publisher. (41)

B. R. A. Mooryati Soedibyo. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Campbell, J dan B. Reece. (2003). Biologi Campbell Reece – Mitchell Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Daisy P. Sriyanti Hendaryono. (1999). Budidaya Anggrek dengan Bibit dalam Botol. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

D. Darnaedi. (2012). Flora Malesiana Series II, Fern dan Fern allies Vol 4.The Netherlands: Leiden University

D. Darnaedi. (1998). Flora Malesiana Series II, Fern dan Fern allies Vol 4. Netherlands: Leiden University

Dyah Rahmatia & Pipit Pitriana. (2009). Buku Pengayaan Seri Flora & Fauna. Surabaya: JP Books.

E Suharini & Palangan A., (2014). Geomorfologi Gaya, Proses dan Bentuk Lahan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Fitter, A.H. dan R.K.M Hay. (1991). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fmipa. www.fmipa.uny.ac.id “Kebun Biologi Sebagai Sarana Pembelajaran Biologi” diakses pada 12 November 2016 jam 17.34 WIB

Gembong Tjitrosoepomo. (1993). Taksonomi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University.


(55)

54

Indriyanto. (2014). Ekologi Hutan Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara Kartasapoetra, Ance Gunarsih. (2016). Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap

Tanah dan Tanaman-Cet V. Jakarta: PT Bumi Aksara Cetakan.

Lawrence, G.H. M. (1968). Taxonomy Of Vasculat Plants. New York: The Mac Milan Company

Lederer, R.G. (1984). Ecology and Field Biology. California: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.

Rama Noprian Nawawi, Indriyanto, dan Duryat. 2014. Identifikasi Jenis Epifit dan Tumbuhan yang Menjadi Penopangnya di Blok Perlindungan dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman. Jurnal Sylva Lestari. 39-48 Ruinen, J. (1953). Epiphytosis: A Second View on Epiphytism. Annales

Bogoriensis, 1, 101- Nasional LIPI

Setiaji Sastrapradja, dkk. (1979). JENIS PAKU INDONESIA. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI

S. M Latif. (1960). Bunga anggrek permata belantara Indonesia. Bandung: PT Sumur

Southwood, T.R.E. & Henderson, P.A. (2000). Ecological Methods. Oxford: Blackwell Science Ltd.

Starr, C., et al. (2012). Biologi. Jakarta: Salemba Teknika

Sudarsono, dkk. (2005). Taksonomi Tumbuhan Tinggi-Cet I. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

V Polunin. (1990). Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Van Steenis. (1975). Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita


(1)

49 F. Pemetaan sebaran Tumbuhan Epifit

Lokasi jangkauan koordinat ditentukan dengan GPS. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang diambil meliputi jumlah dan jenis epifit, jenis tumbuhan penopang, karakteristik tumbuhan penopang dan mengetahui jumlah jenis tumbuhan penopang yang berasosiasi dengan jenis epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.

Tabel 4. Lokasi ditemukannya Tumbuhan Epifit Spermatophyta di Kebun Biologi FMIPA UNY No. Tumbuhan epifit Spermatophyta Tumbuhan penopang

Koordinat Ciri-ciri Morfologi

Akar Batang Daun Bunga 1. Agrostophyllum

cyathifome Aleurites molucana S=07°46,496’& E=110°23,085’ √ √  √  -

2. Appendicula sp Annona squamosa

S=07º46,493’& E= 110º23,097’

√  √  √  - 3. Cattleya sp Agathis sp S=07°46,494’&

E=110°23,085’

√  √  √  - 4. Coelogyne

spesiosa Syzygium aqueum S=07°46,491’& E=110°23,080’. √  √  √  - 5. Dendrobium

Agrostophyllum Aleurites molucana S=07°46,496’& E=110°23,085’ √  √  √  - Ixora sp S=07°46,494’&

E=110°23,083’ √  √  √  - Amaranthus sp S=07°46,493’& E=110°23,097’ √  √  √  - 6. Dendrobium

aphyllum

Agathis sp S=07°46,494’& E=110°23,085’ √  √  √  √ Aquilaria heterophylla S=07°46,491’& E=110°23,082’ √  √  √  ‐  Araucraia heterophylla S=07°46,492’& E=110°23,090’ √  √  √  ‐ Cinamommum burmanii S=07°46,497’& E=110°23,085’ √  √  √  ‐ 7. Dendrobium

crumenatum

Achras zapota S=07°46,495’& E=110°23,084’

√  √  √  - Agathis sp S=07°46,495’&

E=110°23,084’ √  √  √  - Mangifera indica S=07°46,494’& E=110°23,088’ √  √  √  - Michelia alba S=07°46,497’& √ √  √ -


(2)

50 E=110°23,085’ Styrax pinnata S=07°46,491’& E=110°23,090’ √  √  √  - Syzygium aqueum S=07°46,491’& E=110°23,080’ √  √  √  - Tectona grandis S=07°46,493’& E=110°23,083’ √  √  √  - 8. Dendrobium

labulatum Araucaria heterophylla S=07°46,492’& E=110°23,090’ √  √  √  √ 9. Mycaranthes

latifofia

Pohon mati S=07°46,494’& E=110°23,089’

√  √  √  - 10. Phalaenopsis

amabilis

Agathis sp S=07°46,494’& E=110°23,085”

√  √  √  - 11. Vanda sp Agathis sp S=07°46,494’&

E=110°23,085’

√  √  √  - Keterangan: √ = teramati

- = tidak teramati pada saat penelitian

Tabel 5. Tabel Lokasi ditemukannya Tumbuhan Epifit Pteridophyta di Kebun Biologi FMIPA UNY

No. Tumbuhan epifit

Pteridophyta

Tumbuhan penopang

Koordinat Ciri-ciri Morfologi Akar Batang Daun 1. Asplenium

nidus Eugenia cumini S=07°46,494’& E=110°23,085’ √  √  √  Manihot sp S=07°46,492’&

E=110°23,097’

√  √  √  Pohon mati S=07°46,491’&

E=110°23,089’

√  √  √  2. Drymoglosum

piloselloides Cycas rumphii S=07°46,449’& E=110°23,109’ √  √  √  Pterocarpus indicus S=07°46,486’& E=110°23,096’ √  √  √  3. Drynaria

sparsisora Pterocarpus indicus S=07°46,486’& E=110°23,096’ √  √  √  Pohon mati (menempel Annona squamosa) S=07°46,491’& E=110°23,089’ √  √  √ 

4. Drynaria quercifolia Pohon mati (menempel Annona squamosa) S=07°46,491’& E=110°23,089’ √  √  √ 

5. Nephrolepis cordifolia Pohon mati (menempel S=07°46,491’& E=110°23,089’ √  √  √ 


(3)

51 Annona

squamosa) 6. Playcerium

bifurcatum

Dracaena fragrans

S=07°46,490’& E=110°23,094’

√  √  √  Sphatodea

companulata

S=07°46,493’& E=110°23,086’

√  √  √  7. Pyrrosia sp Cycas sp S=07°46,491’&

E=110°23,089’

√  √  √  8. Pyrrosia

longifolia

Cycass rumpii S=07°46,449’& E=110°23,109’

√  √  √  Cycas sp S=07°46,491’&

E=110°23,089’

√  √  √  Keterangan: √ = teramati


(4)

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1.Di Kebun Biologi FMIPA UNY ditemukan Tumbuhan epifit Spermatophyta, 11 jenis yakni 11 jenis dari Famili Orchidaceae. dan Tumbuhan epifit paku, 8 jenis yakni 1 jenis dari Famili Aspleniaceae, 1 jenis dari Famili Nephrolepidaceae, dan 6 jenis dari Famili Polypodiaceae.

2.Jumlah individu tumbuhan epifit orchidaceae sebanyak 51 individu,dan jumlah individu Spermatophyta total sebanyak 23 individu.

3.Tumbuhan penopang 23 spesies, yakni 1 jenis dari Famili Anacardiaceae, 1 jenis dari Famili Annonaceae, 1 jenis dari Famili Amaranthaceae, 2 jenis dari Famili Araucariaceae, 2 jenis dari Famili Cycadaceae, 1 jenis Famili dari Bignoniaceae, 1 jenis dari Famili Dracaenaceae, 2 jenis Famili dari Euphorbiaceae, 1 jenis dari Famili Fabaceae, 1 jenis dari Famili Lamiaceae, 1 jenis dari Famili Lauraceae, 1 jenis dari Famili Meliaceae, 2 jenis dari Famili Myrtaceae, 1 jenis dari Famili Ochnaceae, 1 jenis dari Famili Rubiaceae, 2 jenis dari Famili Sapotaceae, 1 jenis dari Famili Styracaceae dan 1 jenis dari Famili Theymelaceae dan Pohon mati yang tidak diketahui jenisnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk peneliti selanjutnya:

1.Melakukan analisis hubungan pengaruh jenis epifit terhadap jumlah individunya. 2.Perlu dilakukan pengukuran luas kebun secara akurat dibandingkan

menggunakan google maps.  


(5)

53

DAFTAR PUSTAKA

Agus Budiana & Sukarsa. (2012). Diversitas Tumbuhan Paku Epifit di Kebun Raya Batu Raden Lereng Selatan G. Slamet. Jurnal Ekologi Gunung Slamet: 71-79.

Akas Pinaringan Sujalu & Akas Yekti Puliasih. (2010). Journal Keanekaragaman Epifit Berkayu Pada Hutan Bekas Tebangan di Hutan Penelitian Malinau (MRF) – CIFOR. FMIPA UNAIR Surabaya.

Allaby, M. (1992). Concise Dictionary of Botany. New York: Oxford University Press.

Balgooy, Van. M. M. J. 1998. Flora Malesiana Series II Vol. 3. Netherland: Back Buys Publisher. (41)

B. R. A. Mooryati Soedibyo. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Campbell, J dan B. Reece. (2003). Biologi Campbell Reece – Mitchell Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Daisy P. Sriyanti Hendaryono. (1999). Budidaya Anggrek dengan Bibit dalam Botol. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

D. Darnaedi. (2012). Flora Malesiana Series II, Fern dan Fern allies Vol 4.The Netherlands: Leiden University

D. Darnaedi. (1998). Flora Malesiana Series II, Fern dan Fern allies Vol 4. Netherlands: Leiden University

Dyah Rahmatia & Pipit Pitriana. (2009). Buku Pengayaan Seri Flora & Fauna. Surabaya: JP Books.

E Suharini & Palangan A., (2014). Geomorfologi Gaya, Proses dan Bentuk Lahan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Fitter, A.H. dan R.K.M Hay. (1991). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fmipa. www.fmipa.uny.ac.id “Kebun Biologi Sebagai Sarana Pembelajaran Biologi” diakses pada 12 November 2016 jam 17.34 WIB

Gembong Tjitrosoepomo. (1993). Taksonomi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University.


(6)

54

Indriyanto. (2014). Ekologi Hutan Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara Kartasapoetra, Ance Gunarsih. (2016). Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap

Tanah dan Tanaman-Cet V. Jakarta: PT Bumi Aksara Cetakan.

Lawrence, G.H. M. (1968). Taxonomy Of Vasculat Plants. New York: The Mac Milan Company

Lederer, R.G. (1984). Ecology and Field Biology. California: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.

Rama Noprian Nawawi, Indriyanto, dan Duryat. 2014. Identifikasi Jenis Epifit dan Tumbuhan yang Menjadi Penopangnya di Blok Perlindungan dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman. Jurnal Sylva Lestari. 39-48 Ruinen, J. (1953). Epiphytosis: A Second View on Epiphytism. Annales

Bogoriensis, 1, 101- Nasional LIPI

Setiaji Sastrapradja, dkk. (1979). JENIS PAKU INDONESIA. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI

S. M Latif. (1960). Bunga anggrek permata belantara Indonesia. Bandung: PT Sumur

Southwood, T.R.E. & Henderson, P.A. (2000). Ecological Methods. Oxford: Blackwell Science Ltd.

Starr, C., et al. (2012). Biologi. Jakarta: Salemba Teknika

Sudarsono, dkk. (2005). Taksonomi Tumbuhan Tinggi-Cet I. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

V Polunin. (1990). Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Van Steenis. (1975). Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita