8 dibangun dengan sangat memerhatikan ruang atau tempat. Ruang liturgis
baik selama perayaan maupun di luar waktu perayaan dipandang secara simbolik sebagai tempat penyelenggaraan karya keselamatan manusia
sehingga harus dibangun indah dan selaras Rom 8:19-21.
6. Fungsi dan Tujuan Bangunan Gereja
Gereja dapat menjadi sarana pembangunan rohani yaitu untuk membangun kerohanian bagi masyarakat di sekitarnya dan menjangkau
jiwa-jiwa bagi kemuliaan nama Tuhan. Bangunan gereja sangat memengaruhi arsitekturnya untuk menjalankan segala aktivitas keagamaan
maupun ritual atau liturgi yang dijalankan. Setiap umatnya dapat beribadah karena ruang dan tempat yang membantu jemaat memusatkan
dirinya kepada yang Ilah. Bangunan gereja membantu menetapkan makna ibadah bagi orang yang berkumpul di dalamnya serta dapat mendiktekan
kemungkinan-kemungkinan terbuka bagi kita dalam bentuk-bentuk dan gaya-gaya ibadah.
24
B. Arsitektur Tradisional Bali
1. Sumber Ajaran dan Konsep Dasar
Arsitektur Tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah orientasi
kosmologi atau dikenal dengan Sanga Mandala, keseimbangan kosmologi, Manik Ring Cecupu, dan hirarki ruang, terdiri atas Tri Loka dan Tri
Angga. Dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala manusia. Dalam membangun suatu bangunan ada suatu konsep dasar yang
digunakan sebagai pedoman dalam menentukan hirarki ruang dalam bangunan yaitu konsep Tri Angga.
25
Konsep dasar dari Arsitektur Tradisonal Bali ATB yang selalu dipakai pada pembangunan bangunan
24
James F.White, Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta :BPK Gunung Mulia, 2009, 78.
25
“Academia”, Angga Iswara, “Konsep Tri Angga dan Tri Loka”, Accessed November 22, 2015. https:www.academia.edu9985141Konsepsi_Tri_Angga_dan_Tri_Loka.
9 Bali
26
adalah Tri Loka atau Tri Angga umum-semiprivate-private pada bangunan rumah tradisional Bali dan Nawa Sanga untuk rumah tradisional
Bali Puri. Pandangan tradisi adat Bali, bangunan adalah wadah dari manusia dan merupakan penghubung antara manusia dan alam semesta.
Arsitektur tradisional Bali berusaha mendekati alam dengan cara mengikuti bentuk alam lingkungannya.
27
2. Ciri Khas Bangunan Arsitektur Bali
Hampir semua bangunan bernuansa Bali memperlihatkan material yang kental dengan nuansa alami. Ciri khas arsitektur Bali adalah harmoni
dengan alam. Arsitektur harmoni ini merupakan karakter dan inheren sebagai watak dasar arsitektur Bali. Kedatangan Majapahit meninggalkan
kebudayaan di Bali berupa teknik pahatan di batu dan digunakan sebagai pura atau tempat ibadah orang Hindu. Gaya arsitektur Bali dibuat dengan
konsep Tri Angga yang merupakan konsep keseimbangan yang memperlihatkan tiga tingkatan yaitu: Utama atau kepala, diwujudkan
dalam bentuk atap, yaitu, genteng, Madya atau badan, diwujudkan dalam bentuk bangunan dinding, jendela dan pintu, dan nista atau kaki,
diwujudkan dengan pondasi rumah sebagai penyangga.
28
3. Bale Bengong