15
D. Tempat Ibadah Umat Kristen bernuansa Hindu Bali
Arsitektur Tradisional Bali telah ada sejak zaman dahulu yang diwariskan sebagai landasan dalam membangun sebuah hunian yang
berfilosofi tinggi.
36
Filosofi arsitektur Bali dapat terpancar karena bale bengong merupakan simbol raja yang sedang berkuasa. Raja memanggil
rakyat untuk bertanya situasi dan kondisi wilayah tempat tinggalnya maupun peristiwa temporer yang dijumpainya di perjalanan melalui bale
bengong.
37
BPI Bontihing menggunakan bale bengong mencoba untuk mengungkapkan sisi tempat bersantai menjadi tempat untuk beribadah dan
merenungi firman Tuhan yang lekat dengan alam. Beribadah di bale bengong dengan suasana yang terbuka tanpa sekat dan batas membuat
interaksi antar jemaat semakin hangat. Dalam Hindu, khususnya di Bali ada yang disebut pelangkiran.
Pelangkiran berasal dari kata “langkir” artinya tempat memuja. Pelangkiran letaknya di atas tempat tidur untuk menstanakan
BhataraDewa yang ingin dipuja.
38
Jemaat BPI Bontihing menggunakan pelangkiran sebagai tempat menaruh Alkitab yang letaknya juga diatas
kepala. Prabukepala dianggap suci oleh umat Hindu Bali. Alkitab berada diatas kepala itu berarti Alkitab tersebut disucikan sebagai pedoman
menjalani kehidupan. Salah satu kelengkapan sarana ibadah Jemaat BPI Bontihing juga
adalah gebogan, yaitu sebuah tatakan beralas datar sebagai tempat untuk mempersembahkan hasil bumi. Gebogan digunakan sebagai simbol ucapan
terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jemaat BPI Bontihing menggunakan gebogan sebagai tempat lilin.
39
Makna atau filosofi banten
36
“Academia”, Olin Blegur, “Rumah Tradisional Bali”, Accessed Desember 27, 2015. https:www.academia.edu15357928Rumah_Tradisional_Bali.
37
Olin Blegur, “Rumah Tradisional Bali”,
38
“InputBali”, Mengetahui Makna dan Fungsi Pelangkiran, May 15, 2015. Accesed Desember
29, 2015.
http:inputbali.combudaya-balimengetahui-makna-dan-fungsi-fungsi- pelangkiran.
39
Wayan Tarna, “Makna Gebokan Bagi Umat Hindu”, October 9, 2014. Accessed Februari
14, 2015.
http:wayantarne.blogspot.co.id201410makna-gebokan-bagi-umat- hindu.html.
16 gebogan terlihat dari bentuknya yang menjulang lancip dan di atasnya
diletakkan canang dan sampiyan sebagai wujud persembahan dan bhakti ke hadapan Tuhan.
40
Gambar 7. Suasana Perayaan Natal di BPI Bontihing
Sumber : https:www.facebook.comgroups768474919950260?fref=ts
BPI Bontihing menggunakan gebogan sebagai tempat lilin dengan makna bahwa lilin yang menyala membuat kita memahami rasa syukur
kita karena telah dipilih Allah sebagai terang dunia. Lilin sebagai penerang melambangkan doa yang kita persembahkan kepada Tuhan melalui iman.
Kita memohon kepada Tuhan dalam doa dengan terang iman atau kita mohon bantuan Roh Kudus agar berdoa bersama kita kepada Tuhan. Tata
musiknya juga berbeda, tidak seperti di gedung gereja terdapat beberapa perangkat alat musik. Alat musik bukan saja menjadi kesaksian tetapi
menjadi sarana untuk menyampaikan kesaksian dalam pertumbuhan rohani. BPI Bontihing tidak menggunakan piano, gitar, maupun drum,
tetapi serulinglah yang menjadi alat musik pengiring jalannya ibadah. Bagi umat Hindu seruling adalah salah satu alat yang dimainkan oleh Dewa
Krisna yaitu sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling.
41
40
“InputBali”, Makna Adanya Gebogan dalam Tradisi Hindu di Bali, January 20, 2016. Accessed February 20, 2016. http:inputbali.combudaya-balimakna-adanya-gebogan-dalam-
tradisi-hindu-di-bali.
41
Aksamala, “Krishna Sebagai Avatara Wisnu Sebuah Sejarah Singkat April 22, 2014. Accessed March 4, 2016. https:aksamala.wordpress.com20140422krishna-sebagai-avatara-
wisnu-sebuah-sejarah-singkat.
17 BPI Bontihing ini terbilang sangat unik karena walaupun sudah
“meninggalkan” agama lamanya namun bukan berarti telah “meninggalkan” budayanya. Mereka masih tetap mempertahankan
identitas budaya Bali, misalnya liturgi dalam ibadahnya, arsitektur bangunannya, pakaian ataupun sarana yang digunakan dalam ibadah. Hal
ini dipertahankan karena mereka terbilang masih nyaman dengan kebiasaan tersebut. Sehingga keKristenan yang mereka kenal adalah
keKristenan yang dekat dengan mereka bukan keKristenan yang jauh yang datang dari budaya barat.
E. Tanggapan Masyarakat Sekitar