bertahan hidup. Peralatan yang digunakan para petani garam di Desa Kuwu merupakan peralatan yang sederhana dan tidak menggunakan mesin,
sehingga seluruh aktifitas dilakukan sendiri oleh petani garam. Melalui penggunaan peralatan pembuat garam yang dilakukan oleh
petani garam di Desa Kuwu, menjadi wujud dari adaptasi kultural. Selain itu, perilaku yang dilakukan petani garam di Desa Kuwu merupakan perilaku
adaptif yang bersifat idiosyncratic. Idiosyncratic adalah cara-cara unik individu
dalam mengatasi
permasalahan lingkungan
http:prasetijo.wordpress.com20080128adaptasi-dalam-anthropologi .
B. Landasan Teori
Teori yang digunakan di sini adalah teori adaptasi budaya dengan tokohnya Julian Steward. Steward dalam Haviland 1985:11 ada tiga prosedur dalam
sebuah ekologi budaya, yaitu: 1.
Hubungan antara teknologi sesuatu kebudayaan dengan lingkungannya harus dianalisis. Dengan pertanyaannya adalah sampai berapa jauh efektifnya
kabudayaan yang bersangkutan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada untuk keperluan pangan dan perumahan anggota-anggotanya?
2. Pola tata kelakuan yang berhubungan dengan teknologi dalam kebudayaan
harus dianalisis. Dengan pertanyaannya adalah bagaimana anggota-anggota kebudayaan yang bersangkutan melakukan tugasnya yang harus dikerjakan
agar dapat bertahan hidup?
3. Harus ditentukan bagaimana hubungan pola-pola tata kelakuan itu dengan
unsur-unsur lain dalam sistem budaya yang bersangkutan. Dengan pertanyaannya adalah bagaimana pekerjaan yang mereka lakukan untuk
bertahan hidup itu mempengaruhi sikap dan pandangan orang-orangnya? Bagaimana hubungan antara perilaku mereka untuk bertahan hidup dengan
kegiatan-kegiatan sosial dan hubungan pribadi mereka? Untuk menjelaskan adanya variasi di daerah tertentu, Julian Steward dalam
Haviland 1985:12 juga menyatakan konsep tipe kebudayaan culture type yaitu kebudayaan yang ditinjau berdasarkan teknologi tertentu dan hubungannya
dengan sifat-sifat lingkungan yang ditangani dengan menggunakan teknologi tersebut. Selain itu menurut Maran 2007: 20, kebudayaan adalah cara khas
manusia untuk mengadaptasikan diri dengan lingkungannya. Cara khas yang ada pada suatu kebudayaan diperoleh melalui proses belajar.
Bannett dalam Putra 2003:10, adaptasi bukan hanya sekedar persoalan bagaimana mendapatkan makanan dari suatu kawasan tertentu tetapi juga
mencakup persoalan transformasi sumber-sumber daya lokal dengan mengikuti model dan patokan-patokan, standard konsumsi manusia yang umum, serta biaya
dan harga atau mode-mode produksi di tingkat nasional. Selain itu Bannett dalam Putra 2003:11, adaptif atau tidaknya suatu perilaku
dapat ditentukan atas dasar tercapai tidaknya tujuan yang diinginkan goal statis- faction. Dalam hal ini dapat dilihat dari terwujudnya suatu tindakan yang
dilakukan oleh individu. Manusia dilahirkan dengan kapasitas untuk belajar seperangkat sosial dan kaidah-kaidah budaya yang tidak terbatas. Fokus
perhatian adaptasi dipusatkan pada proses belajar, dan modifikasi budayanya. Selain itu adaptasi juga merupakan suatu proses yang dinamik karena baik
organisme maupun lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat konstantetap.
C. Kerangka Berfikir