Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas saat ini sudah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani WHO,2000. Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi berakibat pada perubahan pola makan atau konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji fast food yang berdampak meningkatkan risiko obesitas Subardja dkk, 2010. Prevalensi obesitas pada anak dan remaja saat ini meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan oleh adanya industrialisasi dan globalisasi yang mengakibatkan perubahan pola masukan makanan, komposisi, ketersediaan dan harganya telah mengubah pola hidup yang ada Subardja dkk, 2010. Perkembangan kemajuan teknologi dengan penggunaan kendaraan bermotor yang telah memudahkan mobilitas dan berbagai media elektronika memberi dampak berkurangnya aktifitas fisik yang akhirnya mengurangi keluaran energi Syarif, 2010, 2003, 2002. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Data dari Centres for Disease Control and Prevention CDC didapatkan prevalensi obesitas pada anak usia prasekolah di amerika tahun 2008 adalah 14,6, sedangkan prevalensi obesitas pada anak usia 12-18 tahun meningkat dari 6 pada tahun 1970an menjadi 17 pada tahun 2003-2004 CDC, 2009; Yanovski, 2007. Prevalensi anak usia sekolah dengan overweight di negara berkembang paling banyak di dapatkan di amerika latin dan karibia 4,4, kemudian afrika 3,9, dan asia 2,9. Tetapi secara mutlak jumlah terbesar ada di asia karena lebih dari 60 atau 10,6 juta jiwa tinggal di kawasan ini de Onis, 2000. Di indonesia prevalensi obesitas menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 adalah 12,2 untuk balita, dan 9,5 untuk anak usia sekolah laki- laki, serta 6,4 untuk anak usia sekolah perempuan. Prevalensi obesitas anak usia sekolah di jawa tengah sebesar 6,6 untuk anak laki-laki dan 4,6 untuk anak perempuan RISKESDAS, 2007. Prevalensi obesitas pada anak SD di Yogyakarta sebesar 7,9 perempuan dan 12,6 pada laki-laki Himmah, 2005. Sedangkan prevalensi obesitas untuk anak SLTP di Yogyakarta sebesar 4,9 Hidayati dkk, 2006. Prevalensi obesitas di semarang sebesar 12,1 Mexitalia, 2004. Di SD Bromantakan Surakarta, prevalensi obesitas sebesar 9,7 Hidayah, 2007. Penumpukan lemak regional khususnya pada segmen tubuh bagian atas merupakan prediktor yang lebih baik daripada IMT untuk komplikasi yang terkait dengan obesitas, seperti hipertensi, diabetes, obstructive sleep apneu, dan penyakit kardiovaskuler Martinho et al, 2008. Beberapa peneliti telah menguji perpustakaan.uns.ac.id commit to user hubungan antara lingkar pinggang dengan IMT dan telah dibuktikan bahwa lingkar pinggang berkorelasi baik dengan IMT dan total lemak tubuh, serta berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler Bigaard et al, 2005; Jansen et al, 2004; Wang, 2003. Ada banyak metode yang dipakai untuk menentukan obesitas, beberapa teknik bisa dilakukan di fasilitas kesehatan primer, seperti pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul, akan tetapi pengukuran tersebut tidak selalu dapat dipraktekkan, khususnya jika musim dingin, kondisi sibuk, atau pada praktek pribadi harian Ben-noun et al, 2001. Salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan obesitas pada anak dan orang dewasa adalah Indeks Massa tubuh IMT yang didefinisikan sebagai berat badan individual dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter IMT = kg m 2 Akan tetapi disamping popularitas dan kemudahannya sebagai alat antropometris, Indeks Massa Tubuh memiliki beberapa kelemahan yaitu penghitungannya tidak menunjukkan variasi distribusi lemak yang ecara alamiah berbeda antar individu dan populasi WHO, 2000. Salah satu metode yang akurat untuk menentukan ditribusi lemak tubuh adalah computed tomography scan CT Scan dan Magnetic resonance Imaging MRI. Akan tetapi metode ini kurang sesuai karena mahal dan resiko terpapar radiasi Cole dan Chacera, 2002. Pekerjaan, pendidikan, pendapatan yang diterima oleh orang tua, lingkungan di sekitar anak, pola asuh yang diterapkan orang tua, intensitas hubungan antara orang tua dan anak, status sosial ekonomi keluarga serta commit to user tingkat kesejahteraan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif seorang anak. Hal ini dibuktikan oleh Santos, di mana anak-anak dengan status sosial dan kesejahteraan keluarga yang baik mempunyai kemampuan kognitif lebih baik dibandingkan anak-anak yang berasal dari status sosial dan tingkat kesejahteraan yang rendah Engle PL, Black MM. 2008 ; Santos, et al 2008. Karakteristik orang tua, lama menonton televisi, olah raga, aktivitas fisik, perkembangan psikososial berhubungan erat terhadap kejadian obesitas dan berat badan lebih sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak, pada penelitian yang dilakukan oleh Yanfeng, Huang F dan Lee MJ membuktikan bahwa anak-anak yang mengalami obesitas dan berat badan lebih dengan pola aktivitas fisik, olahraga yang kurang, menonton televisi lebih dari 2 jam sehari, perkembangan psikososial yang tidak seimbang serta karakteristik orang tua yang cenderung jarang mendampingi anak di rumah akan meningkatkan kejadian obesitas dan berat badan lebih serta tingkat inteligensi yang kurang Yanfeng,et al 2008, Huang F, Lee MJ 2007. Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Dalam arti yang lebih luas, para ahli mengartikan Inteligensi sebagai suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Inteligensi berkaitan dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan Dunbar RI, Shultz S. 2007 commit to user Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Skor tes IQ sering dilihat sebagai ukuran kecerdasan seorang anak. Tes IQ adalah alat ukur kecerdasan yang hasilnya berupa skor. Tetapi skor tersebut hanya memberi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara keseluruhan Dunbar RI, 2007. Istilah Inteligensi ini ditemukan pada tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Inteligensi ini terletak di otak bagian korteks. Inteligensi adalah sebuah kemampuan yang memberikan individu untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi De Young CG. 2011; Gottfredson L, Saklofske DH. 2009; Pal HR,2004 .

2. Rumusan Masalah