Latar atau Setting Fakta Cerita

23 Menurut Nurgiyantoro 2002: 195-201 terdapat dua teknik pelukisan tokoh yaitu: 1 Teknik Ekspositori atau Taknik Analitis Teknik ekspositori adalah cara pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya. 2 Teknik Dramatik Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi.

2.2.3. Latar atau Setting

Latar atau setting merupakan salah satu unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra. Unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra, termasuk latar merupakan salah satu unsur terpenting pembangun sebuah karya sastra. 24 Abrams berpendapat bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam Nurgiyantoro, 2002: 216. Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan di karya sastra Laelasari, 2006: 147. Latar menurut Semi 1988: 46 adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, termasuk tempat atau ruang yang dapat diamati, dan waktu. Brooks dalam Tarigan, 1993: 136 menyatakan bahwa latar juga diartikan sebagai latar belakang fiksi, unsur tempat dan ruang dalam suatu novel. Latar yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita Suharianto, 2005: 22. Latar merupakan segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa Sudjiman, 1988: 44. Latar menurut Aminuddin 2004: 67 adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah salah satu unsur intrinsik karya sastra yang menyaran pada tempat dan waktu terjadinya suatu peritiwa dalam karya sastra tersebut. Nurgiyantoro 2002: 218-219 membagi latar menjadi dua yaitu latar fisik dan latar spiritual. Latar fisik adalah latar tempat 25 menyaran pada lokasi tertentu. Penunjukkan latar fiksi dalam karya fiksi dapat dengan cara yang bermacam-macam, tergantung selera dan kreativitas pengarang. Latar spiritual dapat berupa tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Selain membedakan latar menjadi latar fisik dan latar spiritual, Nurgiyantoro 2002: 220-221 juga membagi latar menjadi latar netral dan latar tipikal. Latar netral adalah latar sebuah karya yang yang hanya berupa latar yang sekedar latar, berhubung sebuah cerita memang membutuhkan landas tumpu atau pijakan. Latar tipikal di pihak lain, memiliki dan menonjolkan sifat khas tertentu, baik yang menyangkut unsur tempat, waktu, maupun sosial. Hudson dalam Sudjiman, 1988: 44 membedakan latar menjadi dua yaitu latar sosial dan latar fisik. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain yang melatari peristiwa. Latar fisik adalah tempat dalam wujud fisiknya, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya.

2.3. Tema