Kebijakan Fiskal Tahun 2009 Kebijakan Fiskal di Indonesia tahun 2009 – 2011

38 Kebijakan fiskal tahun 2005 adalah kebijakan sebagai penerusan kebijakan fiskal tahun 2004 seperti kebijakan melakukan kampanye sadar dan peduli pajak melalui billboard, videotron, highway information system, dan komik pajak untuk konsumsi anak-anak serta melalui media elektronik, pengembangan dan pengawasan terhadap e-filling, e-registration, e-payment, dan e-counseling, peningkatan kinerja tim optimalisasi penerimaan pajak, dan melanjutkan program canvassing, manajemen pemeriksaan pajak, dan penagihan tunggakan pajak. Agar kemampuan ekonomi masyarakat dapat terdorong, telah dilakukan kebijakan intensifikasi perpajakan seperti penyesuaian besaran penghasilan tidak kena pajak untuk tiap wajib pajak sehingga mengubah penerimaan gaji bersih yang dibawa pulang oleh pegawai atau karyawan, pemberian fasilitas fiskal bagi perusahaan yang membantu korban bencana alam berupa deductible expense. Peningkatan pelayanan administrasi terus dilakukan baik dalam bidang PPN, PBB, cukai, bea masuk dan lain-lainnya.

4. Kebijakan Fiskal di Indonesia tahun 2009 – 2011

Dalam beberapa tahun terakhir, strategi kebijakan fiskal lebih diarahkan untuk melanjutkan dan memantapkan langkah-langkah konsolidasi fiskal dalam mewujudkan APBN yang sehat dan berkelanjutan fiscal sustainability, tetapi masih dapat memberikan ruang untuk stimulus fiskal dalam batas-batas kemampuan keuangan negara. Kebijakan fiskal secara umum adalah ke arah ekspansif yang dicerminkan dari adanya kebijakan defisit, sehingga dapat memberikan andil dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.

a. Kebijakan Fiskal Tahun 2009

Kebijakan fiskal tahun 2009 tetap diarahkan untuk memberikan stimulus- stimulus bagi perekonomian domestik dengan besaran defisit yang berkesinambungan sesuai dengan batas kemampuan keuangan negara. Situasi perekonomian global yang tidak menentu yang diawali oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, naiknya harga komoditi pangan, minyak mentah 39 dan perlambatan ekonomi global menyebabkan kebijakan fiskal mempunyai peran lebih strategis dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi dalam rangka menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Penyusunan APBN 2009 sangat dipengaruhi oleh situasi krisis ekonomi global yang dimulai dari krisis finansial di Amerika dan Yunani. Kondisi ini menimbulkan banyak pengaruh terhadap perkembangan perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Sebagaimana diketahui pada akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009, perekonomian dunia mengalami krisis keuangan yang sangat dahsyat, yang ditandai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan besar dunia. Krisis keuangan ini juga diikuti oleh kemerosotan ekonomi dunia dan aktivitas perdagangan internasional secara sangat signifikan. Puncak krisis keuangan global ini ditandai oleh suramnya aktivitas ekonomi, pelemahan pasar modal, ketatnya liquiditas, gejolak nilai tukar antar negara, dan penurunan volume perdagangan dunia. Perlambatan aktivitas ekonomi yang terjadi di negara maju, juga berimbas ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini tak terhindarkan karena Indonesia memiliki keterkaitan perdagangan dan finansial dengan negara-negara maju. Dalam menghadapi krisis keuangan tersebut, pemerintah telah melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak buruk krisis tersebut. Langkah yang diambil terutama dengan melakukan penguatan dan perlindungan terhadap masyarakat dan pelaku ekonomi nasional dari imbas gejolak krisis ekonomi global. Untuk meminimalkan dampak krisis tersebut pemerintah menetapkan berbagai kebijakan countercyclical yaitu kebijakan-kebijakan untuk mengembalikan siklus ekonomi yang sedang menurun ke arah yang lebih positif. Stimulus fiskal sebagai kebijakan countercyclical dilakukan dalam rangka mempertahankan daya beli masyarakat, menjaga daya tahan perusahaansektor usaha, serta menciptakan kesempatan kerja dan menyerap dampak PHK melalui kebijakan pembangunan infrastruktur padat karya. Dalam APBN 2009, kebijakan fiskal dapat dirinci berdasarkan arah kebijakan, strategi kebijakan, dan garis besar postur APBN 2009. Berdasarkan arah kebijakan fiskal dimaksudkan untuk mencapai tiga prioritas utama yaitu: 40 a peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan perdesaan; b percepatan pertumbuhan yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi; dan c peningkatan upaya antikorupsi, reformasi birokrasi, serta pemantapan demokrasi, pertahanan dan keamanan dalam negeri. Sementara itu, strategi kebijakan fiskal tahun 2009 meliputi: a pengendalian capping subsidi BBM dan listrik; b memperhitungkan pelaksanaan amandemen UU PPh dan PPN; c reformulasi dana perimbangan dengan memasukkan beban subsidi BBM dan subsidi pupuk sebagai variabel penerimaan dalam negeri PDN dalam perhitungan Dana Alokasi Umum DAU; d pelaksanaan amandemen Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD; dan e belanja kementerian negara dan lembaga KL Rp322,3 triliun. Strategi kebijakan di sektor riil, khususnya untuk mendorong partisipasi sektor swasta dalam kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja yang cukup di dalam negeri. Pemerintah senantiasa berupaya untuk meningkatkan investasi dan peran swasta dalam upaya meningkatkan kemampuan daya saing sektor riil, yaitu di bidang sumber daya air, transportasi, energi, pos dan telekomunikasi, perumahan dan permukiman maupun pembangunan jalan dan jembatan. Beberapa kebijakan pemerintah di sektor riil pada tahun 2009 antara lain sebagai berikut. a Di bidang sumber daya air, kebijakan yang dilakukan antara lain mengoptimalkan fungsi sarana dan prasarana sumber daya air dalam memenuhi kebutuhan air irigasi dan industri, dan meningkatkan kinerja jaringan irigasi guna memenuhi kebutuhan air usaha tani, terutama dalam mewujudkan ketahanan pangan. b Di bidang transportasi, kebijakan yang dilakukan antara lain meningkatkan jaminan keselamatan dan keamanan transportasi, menciptakan kondisi agar keselamatan dan keamanan pelayanan transportasi dapat memenuhi 41 standar pelayanan minimal dan standar internasional, mendorong investasi di bidang transportasi, yang dilakukan melalui restrukturisasi perundang- undangan dan peraturan di bidang transportasi, sehingga tidak ada lagi monopoli dalam pelayanan transportasi. c Di bidang energi, kebijakan yang dilakukan adalah meningkatkan pemanfaatan energi primer non-BBM gas bumi, panas bumi, dan batu bara, meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi, serta pengembangan energi dan infrastruktur energi.

b. Kebijakan Fiskal Tahun 2010