Perkembangan Solo Menuju Kota Industri MICE

25 berkunjung ke Indonesia pada bulan Januari hingga bulan Maret 2012 mencapai 1,9 juta orang, atau naik 11,01 dibanding jumlah wisman yang datang pada periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 1,71 juta orang. Dalam membangun kepariwisataan kota Solo pemerintah membuat kebijakan - kebijakan yang harus diterapkan sebagai garis besar dalam pembangun kepariwisataan, diantaranya adalah: 1. Manajemant produk 2. Manajement merek 3. Manajement pelanggan Untuk meningkatkan citra yang baik bagi kepariwisataan kota Solo, pemerintah menggunakan kebijakan manejement merek, dimana kota Solo berupaya meningkatkan citra baik dengan mendatangkan orang – orang penting ke Solo, menyukseskan beberapa acara kelas dunia diSolo, dan melakukan enovasi – enovasi baru dalam melakukan pemasaran.

C. Perkembangan Solo Menuju Kota Industri MICE

Dalam suatu penyelenggaraan kegiatan MICE tidak jarang jika suatu daerah atau negara menginginkan untuk menjadi tuan rumah, karena dalam setiap nyelenggaraan MICE, keterkaitan setiap industri pariwisata, seperti budaya, obyek dan daya tarik wisata serta atraksi wisata merupakan tempat kegiatan untuk setiap peserta dalam melakukan kegiatan lainnya untuk berbelanja, melakukan kegiatan olah raga, dan tempat makan yang memberikan dampak besar bagi perekonomian setempat. Kegiatan bisnis dan wisata dalam konteks MICE merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama, karena keduanya mengguankan banyak perpustakaan.uns.ac.id commit to user 26 infrastruktur dan fasilitas yang sama. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa keduanya secara bersamaan menggunakan jasa akomodasi, jasa transportasi, jasa komunikasi, obyek dan daya tarik wisata, hiburan, kesehatan, keamanan lingkungan. Pergeseran indusri MICE di Solo sudah mulai bergerak pada tahun 2009, dengan diperolehnya dua penghargaan sekaligus yaitu: Indonesian Tourism Award ITA 2009 dalam kategori Indonesian Best Destination dari Departemen kebudayaan dan Pariwisata RI bekerja sama dengan majalah Swa Sembada, di tahun yang sama Solo kembali meraih penghargaan Indonesian MICE Aword dari majalah venue untuk kategori Kepala Daerah Tingkat II Terbaik 2009. Hal ini terkait pengembangan Meeting, Incentive, Conference and Exhibitions MICE di wilayah itu. Pergerakan kota Solo dalam mengembangkan Investasi bidang MICE didasari keberhasilannya kota ini menjadi tempat penyelenggaraan event kelas dunia. Seperti Konferensi dan Ekspo Kota – kota Pusaka Dunia WHCCE pada tahun 2008, Musyawarah Nasional APEKSI pada tahun 2009, serta sukses dalam menyelenggarakan event kota Solo yang tidak hanya dimeriahkan oleh seniman kota Solo Raya, melainkan juga dimeriahkan oleh berbagai seniman yang berasal dari daerah lain bahkan dari internasional yaitu: Festival Musik Etnik yang biasa disebut dengan SIEM, serta Solo Batik CarnivalSBC, sumber: http.suaramerdeka.com . Dalam upaya meningkatkan daya tarik wisatawan dan memperkuat kekhasan kota Solo, pemerintah kota Surakarta menyusun dan mempersiapkan calender culture event yang memuat sekitar 40 event budaya yang akan digelar di kota Solo. commit to user 27 Industri MICE yang mulai bergerak pada tahun 2009 lalu, tentunya masih terlalu muda untuk dapat bersaing dengan daerah tujuan MICE di Nusantara, dalam hal ini perlu diadakan promosi yang baik di dalam negeri maupun di Luar negeri untuk memperkenalkan kota Solo sebagai daerah tujuan MICE di Jawa Tengah setah Semarang dan Jogyakarta. Dalam mempromosikan kota Solo sebagai daerah tujuan MICE diperlukan kerja sama yang baik antara penggiat pariwisata termasuk didalamnya asiosi – asiasi usaha seperti ASITA, PHRI, HPI yang sudah terbentuk dari tahun 2002, yang memiliki fungsi dan tugas menjebatani penciptaan sinergitas antara pemerintah dan swasta. Hal ini juga diungkapkan oleh BRM Bambang Irawan dalam Seminar SDM Pariwisata yang diadakan Mahasiswa Usaha Perjalanan Wisata UNS, di aula Perpustakaan Pusat pada tanggal 08 Mei 2012, bahwa dalam melakukan kegiatan promosi pariwisatadiperlukan adanya kerjasama yang baik antara pelaku wisata dengan Pemerintah Daerah. Adanya pemikiran bahwa promosi wisata hanya menjadi tugas dari Pemerintah Daerah serta para pelaku usaha pariwisata Hotel, BPW, Restauran, EO, Guide, dll yang saat ini masih memiliki fokus dan target yang berbeda – beda dalam melakukan kegiatan pemasaran dan promosi. Hal ini yang menyebabkan kegiatan pemasaran promosi yang dilakukan secara “ gotong royong “ dan dikelola oleh sebuah “ kepanitian “ insidentil tidak memberikan dampak yang signifikan bagi usaha – usaha pariwisata peningkatan jumlah tamu yang menginap di Solo yang dikutip dalam materi Seminar SDM Kepariwisataan . Dari sinilah muncul lembaga yang Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta BPPIS yang memiliki commit to user 28 tugas pokok mengembangkan program kegaitan pemasaran dan promosi secara profesional. Dengan adanya program dan pemasaran dan promosi yang profesional serta dukungan dari pemerintah kota dalam mempromosikan kota Solo, terbukti mampu memberiakan dampak positif bagi kepariwisataan kota Solo, pada meningkatnya lama tinggal wisatawan yang berkunjung ke Solo dengan meningkatkan angka Leght of Stay lama tinggal yang dulunya hanya 1 hari meningkat menjadi rata-rata 2 hari. Pengunjung yang datang ke Kota solo ini masih di dominasi oleh kunjungan MICE yang rata – rata mereka tinggal lebih dari sehari. Dengan melihat pertumbuhan kegiatan MICE di Solo menarik minat investor hotel untuk investasi di solo khususnya dengan menyiapkan fasilitas MICE. Dalam 1 – 2 cakupan sudah berdiri hotel – hotel yang menyiapkan varian fasilitas MICE di Solo. Dengan trend perhotelan yang menyediakan berbagai varian fasilitas MICE dirasa hotell – hotel baru yang saat ini masih dalam tahap pembangunan juga akan memberikan warana yang berbeda dalam menyediakan fasilitas MICE wawancara langsung dengan Budi Sartono, Kepala Bidang pelestarian, Promosi dan Kerjasama. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Sementara menurut leorans P. Sitindjak Assistent Director of Sales Best Western premier Hotel melihat kondisi pertumbuhan MICE di Solo ini belum mencapai target, belum saatnnya pemerintah untuk menambahkan banyak hotel di Solo, karena kondisi Solo yang belum mampu mendatangkan peserta kegiatan MICE yang diadakan di hotel, untuk masyarakat Solo commit to user 29 datang ke hotel merupakan kegiatan primer yang tidak semua kalangan bisa datang ke sana, pola pemikiran ini yang perlu untuk dirubah untuk menentukan perkembangan Industri MICE yang berkembang, agar dalam perkembangannya tidak berat sebelah dan dapat dirasakan oleh semua pihak termasuk masyarakat setempat, kondisi pariwisata yang kunjungan dominasi oleh orang luar kota di banding dalan kawasan kota serta para investor yang berasal dari luar daerah jika tidak diatasi secara win – win solution solusi yang menguntugkan antara kedua pihak akan berdampak buruk bagi daerah tesebut, terutama untuk masyarakat yang akan terusir secara perlahan. Hal ini juga diungkapkan oleh RBM Bambang Irawan dalan seminar SDM Kepariwisataan. Perkembangan Industri MICE di Solo juga yang ditandai dengan pertumbuhan pembangun hotel berbintang di Solo dalam kurun waktu tiga tahun ini, menjadi dasar dalam menajawab Upaya Pengembangan Industri MICE di Solo.

D. Gambaran Umum Best Western Premier Hotel yang merupakan Salah