1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.6.1
IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar termasuk makhluk hidup.
1.6.2 Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan untuk merawat dan menjaga
lingkungan. 1.6.3
PPR adalah sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan.
1.6.4 Modul adalah salah satu bahan ajar atau sumber belajar yang berguna untuk
siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaan secara mandiri.
1.7 Spesifikasi Modul yang Dikembangkan
Spesifikasi modul yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran yang berisi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, dan modul
pembelajaran IPA. Silabus memuat Standar Kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD, indikator, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Silabus
dikembangkan menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan menggunakan kata kerja operasional. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
dibuat berdasarkan kurikulum KTSP dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Relektif PPR. Berdassarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah
disusun kemudian digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan modul pembelajaran IPA. Modul pembelajaran IPA memuat materi tentang kepedulian
terhadap lingkungan. Modul yang dikembangkan terdapat tujuan, petunjuk kegiatan pembelajaran, soal latihan, percobaan, materi, refleksi, aksi dan evaluasi. Modul
pembelajaran IPA dikembangkan dengan mengambil materi tentang dampak perubahan lingkungan terdahap makhlu hidup.
9
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas mengenai kajian pustaka yaitu 1 Latar Belakang Sekolah, Pendidikan Emansipatoris, IPA, Peduli Lingkungan, Modul, Paradigma
Pedagogi Reflektif PPR, 2 penelitian yang relevan, 3 desain diagram dan 4 kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Latar Belakang Sekolah
Peneliti mendapatkan latar belakang sekolah melalui observasi secara langsung dan wawancara terhadap guru dan siswa. Adapun hasilnya sebagai
berikut: SD Bopkri Gondolayu terletak diantara permukiman yang padat dan dekat dengan jalan raya yang sangat ramai. SD Bopkri Gondolayu, terletak di Jalan
Jendral Sudirman No.24, Jetis, Kota Yogyakarta. SD Bopkri Gondolayu adalah sekolah swasta yang tidak terlepas dari
Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Yayasan BOPKRI Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia adalah suatu organisasi berbentuk yayasan yang
didirikan pada zaman perjuangan, tepatnya tanggal 18 Desember 1945. Yayasan BOPKRI Yogyakarta didirikan dengan motivasi, cita-cita dan idealisme tertentu.
Pada saat berdirinya, Yayasan BOPKRI mendapatkan dukungan dari masyarakat Kristen sebagai pewujudan pelayanan pendidikan secara formal untuk mengisi
kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. SD Bopkri Gondolayu berdiri sejak 15 September 1942 dan
mendapat akte pendirian tanggal 18 Desember 1945. SD Bopkri Godolayu telah
terakreditasi A pada tanggal 12 Oktober 2009. VISI Sekolah Dasar Kristen di Propinsi DIY yang mendidik siswa menjadi cerdas, bermartabat dan kompetitif
berdasarkan cinta kasih. MISI menyelenggarakan pendidikan dasar secara professional, efektif, variatif agar potensianak berkembang optimal.
2.1.2 Peduli Lingkungan 2.1.2.1 Pengertian Peduli Lingkungan
Kant dkk 2013:33-39 menjelaskan bahwa lingkungan adalah kondisi- kondisi yang mempengaruhi perkembangan atau pertumbuhan, meliputi: udara, air,
tanah, tumbuh-tumbuhan, flora, dan fauna. Definisi tersebut bermakna bahwa lingkungan terdiri dari lingkungan mati abiotik seperti udara, air, tanah; dan
lingkungan hidup biotik seperti flora dan fauna. Lingkungan menurut Gustavo dalam Hamzah, 2013:5 adalah jumlah total dari semua kondisi yang
mempengaruhi eksistensi, pertumbuhan, dan kesejahteraan dari suatu organisme yang ada di bumi. Kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa peran lingkugan
sangat penting bagi kehidupan manusia. Kepedulian lingkungan menunjukkan sikap atau tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi Kemendiknas, 2011. Menurut Suparno 2004:84, sikap kepedulian lingkungan ditunjukan dengan adanya penghargaan terhadap alam. Hakikat
penghargaan terhadap alam adalah kesadaran bahwa manusia menjadi bagian dari alam juga mencintai kehiduan manusia. Jika semua orang mencintai lingkungan
hidup dan alam, maka semua orang akan peduli untuk memelihara kelangsungan
hidup lingkungan, tidak pernah merusak dan mengeksploitasi sehingga di kemudian hari tercipta lingkungan yang menguntungkan semua manusia yang termasuk
bagian dari lingkungan tersebut. Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan di atas, sikap peduli
lingkungan merupakan upaya mencegah kerusakan pada lingkungan di sekitarnya, dan berusaha untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang sudah terjadi.
2.1.2.2 Indikator Peduli Lingkungan
Nenggala 2007:173 indikator seseorang yang peduli lingkungan yaitu: 1 Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 2 Tidak mengambil, menebang atau
mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sepanjang perjalanan, 3 Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau dinding, 4
Selalu membuang sampah pada tempatnya, 5 Tidak membakar sampah di sekitar perumahan, 6 Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan, 7 Menimbun
barang-barang bekas, dan 8 Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.
Berdasarkan indikator tersebut peneliti mengambil 5 indikator lalu dikembangkan untuk indikator observasi sikap peduli lingkungkan siswa. Indikator
tersebut meliputi: 1 selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 2 Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di
sepanjang perjalanan, 3 Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau dinding, 4 Selalu membuang sampah pada tempatnya, 5
Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan.
2.1.3 Pendidikan Emansipatoris 2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan emansipatoris oleh Giroux 2001 dipandang sebagai pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan
demokratis. Ada tiga kata kunci untuk model pendidikan emansipatoris, yaitu humanis, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem. Mangunwijaya dalam
Yunus, 2007:5 juga berpendapat bahwa semestinya pendidikan di sekolah harus terbuka dan menjadi peristiwa perjumpaan antar pribadi yang saling mengasihi dan
sebagai ajang untuk menjalin kemitraan, bukan penjinakan terhadap mereka, dengan adanya interaksi yang baik maka akan menumbuhkan rasa persaudaraan
yang menggembirakan. Sehingga pendidikan tidak hanya terjadi interaksi satu arah melainkan dua arah antara guru dan siswa. Mangunwijaya 2004: xi tugas
pendidikan sekolah ialah menghantar dan menolong peserta didik untuk mengenali dan mengembangkan potensi-potensi dirinya agar menjadi manusia
yang mandiri, dewasa, dan utuh. Emansipatoris adalah menyantuni dan memberdayakan peserta didik
sebagai subyek kegiatan belajar. Pendidikan yang mengembangkan bakat siswa, menghormati kepribadian murid, merangsang daya cipta, tanggung jawab, otonomi,
dan kesadaran moral. Sependapat dengan hal tersebut Suprijono 2016: 40-41 mengungkapkan bahwa model pembelajaran emansipatoris dikembangkan
berdasarkan teori humanistik. Teori humanistik, tujuan belajar adalah memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika pembelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya berusaha agar lambat laun dirinya mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Mangunwijaya 2004: xi Pendidikan diarahkan pada proses emansipasi para peserta didik. Ada tiga tujuan emansipatorik yaitu:
a. Manusia eksplorator: suka mencari, bertanya, berpetualang, punya
keyakinan bahwa manusia yang bertanya jauh lebih tinggi tingkatnya daripada yang pintar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada.
b. Manusia kreatif: pembaharu, berjiwa terbuka, dan merdeka; kritis, kaya
imajinasi, dan fantasi; dan tidak mudah menyerah pada nasib. c.
Manusia integral: sadar akan multidimensionalitas kehidupan, paham akan kemungkinan jalan-jalan alternatif, pandai membuat pilihan yang benar atas
dasar pertimbangan yang benar, yakin akan benar atas dasar pertimbangan yang benar, dan yakin akan kebhinekaaan kehidupan namun mampu
mengintegrasikannya dalam suatu kerangka yang sederhana. Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan emansipatoris adalah pendidikan yang mengembangkan kesadaran kritis siswa maupun guru. Guru dan siswa dalam pendidikan emansipatoris adalah
pembelajar. Pendidikan Emansipatoris dalam penelitian ini berfungsi sebagai pedoman dalam menyusun materi pembelajaran berdasarkan tiga model pendidikan
emansipatoris yaitu humanis, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.
2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif PPR 2.1.4.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif PPR
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata paradigma adalah suatu kerangka berpikir model dari teori ilmu pengetahuan perubahan ilmu. Jadi
paradigma dalam hal ini maksudnya adalah suatu pendekatan atau model
pembelajaran. Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk mendampingi para peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya Subagya, 2010:22.
Sedangkan reflektif adalah meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi, spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara
rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh Tim PPR SD Kanisius, 2009:7. Berdasarkan paparan pengertian poin dari
Paradigma Pedagogi Reflektif PPR maka dapat kita ketahui bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran yang
menekankan refleksi dalam menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan dimana nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam menentukan sikap atau
tindakan. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada
tujuan pembelajaran. 1 competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, 2 conscience merupakan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, 3 compassion adalah kemampuan psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai
sikap bela rasa bagi semua Subagyo, 2010: 23-24. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR sebagai salah satu alternatif prosses pembelajaran yang bertujuan supaya
siswa memiliki kecerdasan pikiran dan hati secara menyeluruh. Proses pembelajaran mengikuti pola pendekatan yang biasanya dirumuskan dalam sebuah
sistem yang memiliki unsur-unsur pokok : Context – Experience – Reflection –
Action – Evaluation. Tim Redaksi Kanisius, 2010 : 65.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PPR adalah pola pembelajaran dengan mengintegrasikan pengetahuan, pengalaman, dan sikap yang
didapatkan siswa dan merefleksikannya.
2.1.4.2 Siklus Langkah PPR
Gambar 2.1 Pola PPR menurut Suparno 2015: 21.
Keterangan: a.
Konteks: Guru dalam langkah ini sebagai penggali konteks kehidupan yang
ada pada diri siswa. Guru sebagai fasilitator mengajak siswa untuk mengamati kondisi kehidupan yang dialami siswa. Berdasarkan konteks
yang dialami siswa, siswa diberikan kegiatan yang berkaitan dengan konteks siswa.
b. Pengalaman:
Subagya, 2010 berpendapat bahwa pengalaman merupakan proses dimana siswa memahami materi yang dipelajarinya secara mendalam
dengan melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengalaman dalam pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu pegalaman
langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung dalam pembelajaran misalnya siswa diajak untuk melakukan eksperimen dalam kelompok. Pada
saat melakukan eksperimen siswa tidak hanya mendapatkan pengalaman Context
Reflection Experience
Action Evaluation
Learner Truth
Teacher
melakukan eksperimen saja namun siswa juga belajar untuk berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dalam kelompok, dan saling bertukar
pendapat. Sedangkan pengalaman tidak langsung biasanya siswa diajak untuk membayangkan, diajak untuk berimajinasi, melihat gambar dan
bermain peran. c.
Refleksi: berdasarkan pengalaman yang siswa lakukan, siswa akan
merefleksikan pengalaman itu dan akan mengambil makna dari apa yang telah mereka dapatkan untuk kehidupan mereka selanjutnya. Refleksi juga
akan memantapkan mereka dalam mengambil keputusan dan mengetahui konsekuensinya.
d. Aksi:
guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai hasil refleksinya. Aksi
merupakan pertumbuhan batin yang mencakup dua tahap yaitu hasil dari refleksi pengalaman dan kemudian diwujudkan dengan aksi nyata.
e. Evaluation :
1 apakah tujuan tercapai? 2 mana yang baik dan mana yang kurang? 3 Apa dampak dari eksperimen?
Siklus dalam PPR tersebut akan mendasari langkah – langkah pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan sebagai alur dalam kegiatan pembelajaran. Siklus PPR akan digunakan semua yaitu 1 Konteks, 2 Pengalaman,
3 Refleksi, 4 Aksi, dan 5 Evaluasi dalam pembuatan langkah -langkah kegiatan pembelajaran.
2.1.4.3 Tujuan Paradigma Pedagogi Relektif PPR
Tujuan pembelajaran pedagogi reflektif adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara kritis
dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga kelak akan
menghasilkan lulusan yang handal dan cukup dalam mengatasi permasalahan yang ada di kehidupan sosialnya Subagya, 2010:22-25.
2.1.5 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2.1.5.1 Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BSNP 2006: 3. Menurut Mulyasa 2006: 12, KTSP adalah kurikulum operasional
yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-
undang Nomor 20 Pasal 36 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut BSNP 2006: 9.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah kurikulum operasional yang didasarkan
oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan Undang-undang nomor 20 tahun 2003.
2.1.5.2 Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP
Menurut BSNP 2006: 5 – 7 KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-
prinsip sebagai berikut: 1 Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. 2 Beragam dan terpadu Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan. 3 Tanggap terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara
dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. 4 Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
stakeholders untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan. 5 Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan
mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. 6 Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan
kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7 Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan
kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
NKRI.
2.1.6 Gambaran Umum Perkembangan Peserta Didik SD 2.1.6.1 Aspek-Aspek Perkembangan Peserta Didik SD
Perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan serangkaian perubahan yang berlangsung secara
terus-menerus dan bersiat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan,
dan belajar. Aspek-aspek perkembangan peserta didik secara umum dapat
dikelompokkan kedalam tiga aspek perkembangan, yaitu perkembangan fisik perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial Desmita, 2009:33.
Perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ inderawi, pertambahan tinggi dan
berat, dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu menggunakan tubuhnya seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembanagn seksual.
Perkembangan kognitif salah satu perkembangan peserta didik yag berkaitan dengan pengetahuan adalah proses psikologis peserta didik yang mempelajari dan
memikirkan lingkungannya. Perkembangan kognitif meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pemikiran, ingatan,
keterampilan berbahasa.
Melalui lingkungannya
peserta didik
dapat mengembangkan pengetahuan yang ada dalam dirinnya. Pada perkembangan
psikososial peserta didik mengembangkan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Peserta didik diharapkan mengerti orang lain,
mampu menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain.
2.1.6.2 Karakteristik anak usia Sekolah Dasar
Pada umumnya usia anak pada saat masuk sekolah dasar berusai 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Berdasarkan tahapan perkembangan anak, anak
sekolah dasar dibagi dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah 6-9 tahun, dan masa kanak-kanak akhir 10-12 tahun. Anak-anak usia
sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang usianya lebih muda.
Karakteristik anak sekolah dasar menurut Desmita, 2009:35 anak senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan
atau melakukan sesuatu secara langsung. Menurut Havighurst dalam Desmita, 2009 :35 tujuan perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:menguasai
keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitaas fisik, membina hidup sehat, belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok, belajar menjalankan
peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, belajar membaca, menulis, dan berhitungn agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat, memperoleh sejumlah
konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif, mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai, serta mencapai kemandirian pribadi.
2.1.7 Modul 2.1.7.1 Pengertian Modul
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang
terencana dan di desain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik Daryanto, 2013:9. Modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar
yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri
mandiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik Prastowo, 2013:106. Fungsi modul menurut Daryanto 2013:9 adalah sebagai sarana belajar
yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah bahan ajar yang ditulis secara sistematis untuk membantu peserta didik dalam memahami materi
pelajaran secara mandiri.
2.1.7.2 Karakteristik modul
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi, dalam penyusunan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul. Karakteristik modul menurut Daryanto 2013:9-11 ada lima yaitu: Self Instruction
Siswa mampu belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, materi pembelajaran dikemas dalam
unit-unit kegiatan yang kecilspesifik, sehingga mudah untuk dipelajari, tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung materi pembelajaran, terdapat soal latihan
dan tugas, materi disajikan sesuai konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, terdapat rangkuman materi,
terdapat instrumen penilaian, terdapat umpan balik atas penilaian, terdapat informasi tentang rujukanpengayaanreferensi yang mendukung materi
pembelajaran. Self Contained tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena
materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Berdiri Sendiri Stand Alone
modul yang tidak tergantung pada bahan ajarmedia lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajarmedia lain. Adaptif modul hendaknya
dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.User Friendly setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan
bersahabat dengan pemakainya. Pengguanan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.
Menurut Tomlinson 1998:7-12 kriteria materi pembelajaran yang baik ada enam belas kriteria. Kriteria tersebut yaitu a materi pembelajaran semestinya
memiliki pengaruh yang kuat kepada peserta didik, b materi pembelajaran harus membantu peserta didik merasa mudah belajar, c materi pembelajaran harus
membantu peserta didik untuk berkembang dengan penuh percaya diri, d apa yang diajarkan harus dirasakan oleh peserta didik sebagai relevan dan berguna, e materi
pembelajaran harus menyediakan dan memfasilitasi peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri, f materi pembelajaran semestinya tersedia sesuai
dengan fokus pembelajaran yang diajarkan, g bahan harus mengekspos peserta didik untuk bahasa yang digunakan otentik, h peserta didik perhatian harus
diambil untuk fitur linguistik input, i bahan harus menyediakan pelajar dengan kesempatan untuk menggunakan bahasa target untuk mencapai tujuan komunikatif,
j bahan harus memperhitungkan bahwa efek positif dari instruksi biasanya tertunda, k bahan harus memperhitungkan bahwa peserta didik berbeda dalam
gaya belajar, l bahan harus memperhitungkan bahwa peserta didik berbeda dalam sikap afektif, m bahan harus izin periode diam pada awal instruksi, n bahan
harus memaksimalkan potensi belajar dengan mendorong intelektual, estetika dan keterlibatan emosional yang menstimulasi aktivitas otak kanan dan kiri, o bahan
tidak harus bergantung terlalu banyak pada praktek dikendalikan, p bahan harus memberikan kesempatan untuk umpan balik hasil.
Berdasarkan enambelas kriteria tersebut peneliti memakai delapan kriteria dalam pembuatan modul pembelajaran IPA. Kriteria itu di antaranya: a materi
pembelajaran semestinya memiliki pengaruh yang kuat kepada peserta didik. Peserta didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan ada perubahan pada diri
peserta didik, sehingga peserta didik menjadi lebih tahu dan memahami materi yang diajarkan. b materi pembelajaran harus membantu peserta didik merasa mudah
belajar. Materi pembeajaran dikemas dengan bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Sehingga peserta didik dapat memahami materi yang siajarkan
dengan sendiri. c materi pembelajaran harus membantu peserta didik untuk berkembang dengan penuh percaya diri. materi pembelajaran dikemas dalam
berbagai kegiatan yang melibatkan peserta didik secara langsung. Seperti kegiatan pengamatan lingungan dan percobaan. Dari kegiatan-kegiatan tersebut peserta didik
dilatih untuk percaaya diri. d materi pembelajaran harus menyediakan dan memfasilitasi peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri. Materi pembelajaran
dikemas dengan petunjuk pada setiap kegiatan. Hal itu bertujuan untuk membantu siswa memahami langkah kegiatan yang harus mereka lakukan dengan mandiri. e
materi pembelajaran semestinya tersedia sesuai dengan fokus pembelajaran yang diajarkan. Materi pembelajaran dalam bentuk modul pembelajaran juga terdapat
materi untuk memperkuat pemahaman peserta didik sehingga peserta didik yakin dengan jawabannya. f materi pembelajaran harus memperhitungkan bahwa
peserta didik berbeda dalam gaya belajar. Materi pembelajaran yang dikemas daam modul pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang akan
diajar. Sehingga materi dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. g materi pembelajaran harus memaksimalkan potensi belajar dengan mendorong intelektual,
estetika dan keterlibatan emosional yang menstimulasi aktivitas otak kanan dan kiri. Materi pembelajaran dilengkapi dengan kegiatan praktik langsung sehingga peserta
didik dapat melatih emosional otak kanan dan otak kiri. h materi pembelajaran harus menyediakan kesempatan untuk pemberian umpan balik. Materi
pembelajaran juga dilengkapi denga soal latihan, refleksi, evaluasi dan aksi untuk mengetahui umpan balik yang diberikan oleh siswa.
2.1.8 IPA
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam IPA. Jadi pengertian
dari ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini Samatowa, 2016:3. Sedangkan menurut Wonoraharjo 2010:12
menyatakan sains atau ilmu pengetahuan alam adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu. Winaputra dalam Samatowa 2016:3
mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara
memecahkan masalah. IPA merupakan disiplin ilmu yang sangat penting untuk dipelajari peseta
didik. Didalam IPA peserta didik diajarkan untuk bersikap kritis sehingga siswa benar-benar mengetahui tujuan dan manfaat dalam mempelajari IPA. Paolo dan
Marten dalam Samatowa, 2016:5 mendefinisikan keterampilan proses sains sebagai berikut: 1 mengamati, 2 mencoba memahami apa yang diamati, 3
mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, 4 menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut
benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam IPA tercakup
juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba lagi. IPA tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa- peristiwa yang terjadi dengan
menggunakan metode ilmiah untuk memechkan masalah. IPA melatih anak untuk berpikir kritis dan obyektif.
Tujuan pembelajaran IPA di SD yang tercantum di dalam lampiran Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 antara lain adalah agar siswa dapat: 1
memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; 2 mempunyai minat untuk meneliti dan mempelajari benda-benda atau
kejadiankejadian di lingkungan sekitar dan 3 bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama, dan mendiri.
Dari paparan para beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain pegamatan, penyusunan dan penyajian hasil
pengamatan. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa pembelajaran IPA adalah
komunikasi antara siswa, dan guru dengan lingkungan sekitar, sehigga siswa memiliki pengalaman berinteraksi langsung dengan lingkungan alam melalui
serangkaian proses pengamatan, penyusunan dan penyajian hasil pengamatan.
2.2 Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian tentang Modul