1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan 1 latar belakang, 2 rumusan masalah, 3 batasan masalah, 4 tujuan penelitian, 5 manfaat penelitian, 6 definisi operasional, serta
7 spesifikasi modul yang dikembangkan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Penulis melakukan wawancara pada salah satu tokoh penggiat lingkungan di Pusat Studi Lingkungan PSL, yang bercerita tentang antusiasme siswa SD kelas
1 dan 2 dalam menanam biji sayuran, dari pengalaman menanam itu secara langsung mereka akan merekam kegiatan yang mereka lakukan tanpa harus diminta
untuk mengingat. Ketika dewasa pengalaman itu tidak akan terlupakan karena mereka mengalami sendiri. Berbeda halnya dengan pembelajaran di Sekolah Dasar
yang kurang dalam melibatkan lingkungan sekitar sebagai wahana untuk belajar. Kant dkk 2013:33-39 menjelaskan bahwa lingkungan adalah kondisi-
kondisi yang mempengaruhi perkembangan atau pertumbuhan, meliputi: udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, flora, dan fauna. Pada saat ini kesadaran manusia untuk
peduli terhadap lingkungan masih kurang. Kepala BLH Kota Denpasar Anak Agung Bagus Sudarsana megemukakan bahwa pencemaran lingkungan di
Denpasar cukup tinggi, pencemaran terjadi hampir disetiap kecamatan dengan tingkat pencemaran bervariasi seperti eksploitasi air tanah secara berlebihan,
pencemaran sungai, alih fungsi lahan hingga polusi udara. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak dibarengi dengan kesadaran menjaga
lingkungan menjadi faktor utama permasalahan tersebut. Juka hal ini terus
dibiarkan tidak hanya akan merusak citra kota Denpasar sebagai daerah pariwisata namun juga memperburuk kualitas hidup masyarakatnya dikutip dari
BaliTVNews, 16 November 2014. Hal ini yang perlu disadari oleh manusia bahwa dalam melakukan kegiatan
harus memperhatikan akibatnya dan harus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Hal ini pula yang perlu disadari oleh manusia untuk peduli terhadap
lingkungan sekitar. Peduli lingkungan adalah suatu sikap keteladanan yang bertujuan untuk 1 mewujudkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara
manusia dan lingkungan hidup, 2 menciptakan insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup, 3
mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha atau perusakan
lingkunga hidup Yaumi, 2014: 111. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang mencegah dan memperbaiki kerusakan di lingkungan alam sekitar, untuk mewujudkan
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan manusia dengan makhluk hidup. Peneliti melakukan observasi di kelas IV.2 SD BOPKRI Gondolayu
Yogyakarta pada tanggal 6 Agustus 2016, dari hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan sumber dari buku paket dan LKS. Guru
menjelaskan materi dengan metode ceramah. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dengan siswa dan meminta siswa untuk mengerjakan soal yang ada di LKS.
Saat mengikuti pelajaran, siswa kurang memperhatikan guru yang menjelaskan materi. Ada siswa yang ngobrol dengan teman sebangkunya dan ada siswa yang
berjalan-jaan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Ruang kelas yang
dipakai terdapat kertas dan sampah tissu di lantai ruang kelas yang dibiarkan saja hingga akhir kegiatan pembelajaran.
Pada saat melakukan observasi di luar kelas pada saat kegiatan Jumat bersih pada tanggan 5 Agustus 2016. Siswa SD BOPKRI Gondolayu khususnya kelas IV.2
pada saat jumat bersih ada siswa yang tidak mau ikut dalam kegiatan kerjabakti. Meski sudah di minta oleh guru kelasnya, tetap saja siswa tidak mau ikut kerjabakti
membersihkan lingkungan sekolah. Siswa memilih duduk dan melihat temannya yang kerjabakti.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD BOPKRI Gondolayu yang mengajar matapelajaran IPA pada tanggal 6 Agustus 2016. Guru
masih kesulitan untuk menumbuhkan sikap peduli di dalam diri anak. Guru pernah menggunakan modul pembelajaran IPA di kelas namun belum ada modul
pembelajaran IPA yang menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan. Guru juga pernah mengajak siswa untuk pembelajaran di luar kelas dengan mengamati
macam-macam bentuk daun. Siswa pada saat mengikuti pembelajaran di luar kelas sangat antusias.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu pada tanggal 8 Agustus 2016 tentang pembelajaran di
kelas. Siswa lebih senang jika pembelajaran dengan praktik langsung karena mudah untuk dipahami. Siswa juga merasa senang jika ada pembelajaran di luar kelas. Dari
hasil observasi dan wawancara yang peneliti telah lahukan ppeneliti mengembangkan pembelajaran dengan model pembelajaran pengalaman langsung
learning by doing. Melalui pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR.
PPR sebagai salah satu alternatif proses pembelajaran yang bertujuan supaya siswa memiliki kecerdasan pikiran dan hati secara menyeluruh. Tim
Redaksi Kanisius, 2010 : 65. PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. 1 competence merupakan kemampuan secara kognitif atau
intelektual, 2 conscience merupakan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, 3 compassion adalah
kemampuan psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi semua Subagya, 2010: 23-24.
Oleh karena itu peneliti mengembangkan modul pembelajaran IPA untuk
menumbuhkan sikap peduli lingkungan dengan judul penelitian Pengembangan Modul Pelajaran IPA untuk Menumbuhkan Sikap Peduli Lingkungan Kelas
IV di SD BOPKRI Gondolayu dengan Pendekatan PPR. Modul pembelajaran
IPA diharapkan dapat membantu siswa untuk mengembangkan sikap peduli terhadap lingkungan. Selain itu modul pembelajaran juga dapat membantu guru
dalam menjadikan pembelajaran lebih aktif dan inovatif.
1.2 Rumusan Masalah