B. Samuel 2008
Corporate social responsibility, Purchase intension dan Corporate image pada restoran di Surabaya dari perspektif pelanggan, Dalam penelitian ini aktivitas
CSR mampu menggambarkan dimensi Economics, social, dan environtment. Dimensi economics dapat menjelaskan indikator pelayanan restoran dan kejujuran
restoran, sedangkan dimensi social dapat menggambarkan labour practises dan social activities dan dimensi environtment lebih dapat menggambarkan produk
yang ramah lingkungan.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Pemasaran.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan – kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk meningkatkan laba,
aktivitas pemasaran memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Menurut Kotler 1997 : 8 Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jadi menurut definisi diatas, semua manusia harus menemukan kebutuhanya dulu baru kemudian berusaha memenuhinya dengan cara
mengadakan hubungan dengan pihak lain. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentitikasi kebutuhan dan keinginan
konsumen, menentukan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, menentukan tingkat harga yang sesuai, menentukan jenis promosi dan media
promosi yang tepat, serta menentukan saluran distribusi yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan. Sehingga pemasaran
bukanlah hal yang sederhana yang hanya sekedar menghasilkan uang. Rangkaian kegiatan-kegitan pemasaran yang saling berhubungan sebagai
usaha untuk mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dengan pasar sasarannya target market sehingga dikenal istilah manajemen pemasaran.
Menurut Kotler 1997 : 13 Manajemen Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga dan promosi serta
penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran uang dan memuaskan tujuan individu organisasi.
Dari definisi diatas terdapat fungsi-fungsi manajemen meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan. Perencanaan
merupakan upaya pemeliharaan tindakan yang diikuti suatu usaha, juga merupakan upaya untuk memutuskan sebelumnya apa yang dilakukan,
bagaimana, bila dan siapa yang akan melakukannya. Perencanaan menjembatani kesenjangan antara keadaan yang diinginkan di masa depan. Penganalisaan
merupakan fungsi yang penting sebagai dasar suatu rencana yang dibuat dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
lebih matang dan tepat. Sedangkan pelaksanaan merupakan tindakan yang diambil sesuai dengan rencana. Pengawasan Controlling adalah pengukuran dan koreksi
terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu sesuai dengan rencana.
2.2.2. Konsep Pemasaran
Pemasaran akan berhasil mencapai tujuannya apabila pemasaran menitik- beratkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kepuasan
konsumen tersebut baru akan diperoleh apabila barang atau jasa yang dibeli sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan konsumen.
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat tentunya membawa dampak pada situasi persaingan yang semakin ketat pula. Untuk mengatasi
persaingan tersebut salah satunya dengan menggunakan konsep pemasaran, karena konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap
keinginan dan kebutuhan konsumen. Disinilah pemasaran berperan untuk menjembatani permasalahan yang ada sehingga memungkinkan bagi konsumen
untuk membuat pilihan yang nantinya akan coba dipenuhi oleh penjual. Sedangkan Kotler dan Amstrong 2001:23, berpendapat bahwa konsep
pemasaran bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar serta memuaskan pelanggan secara lebih efektif
dan efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Konsep pemasaran merupakan suatu kunci atau keseluruhan sistem untuk meraih tujuan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha
dalam merencanakan, menentukan hingga melaksanakan kegiatan pemasaran. Tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran menurut
Swastha dan Handoko 2006:6-8, meliputi: a.
Orientasi Konsumen Perusahaan yang benar-benar memperhatikan konsumen maka harus:
1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani
dan dipenuhi. 2.
Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan.
3. Menentukan produk dan program pemasarannya.
4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur,
menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka.
5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah
pada mutu yang tinggi atau pada harga yang murah serta model yang menarik.
b. Penyusunan kegiatan secara integral
Untuk memberikan kepuasan yang optimal, semua elemen-elemen harus dikoordinasikan dan diintegrasikan, selain itu juga berusaha
untuk menghindari adanya pertentangan didalam maupun diluar perusahaan dengan pasar. Semua bagian yang ada dalam perusahaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
harus menyadari bahwa bahwa setiap perilaku dan pola pikir mereka sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan
dan mempertahankan pelanggan, jadi dapat dikatakan bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan harus mampu
berkoordinasi untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
c. Kepuasan Konsumen
Faktor yang menentukan apakah dalam jangka panjang perusahaan akan mendapatkan laba adalah tingkat kepuasan konsumen yang
dapat terpenuhi. Laba merupakan pencerminan dari usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen,
dimana perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang atau jasa yang paling baik, yang sesuai dengan keinginan konsumen dan
dengan harga yang layak. Berdasarkan pengertian diatas, konsep pemasaran merupakan orientasi
perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, selanjutnya memenuhi kebutuhan tersebut,
sehingga tercapai tingkat kepuasan yang melebihi dari kepuasan yang diberikan oleh para pesaing.
Tetapi semenjak keruntuhan rezim Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia
bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan
mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. Daniri, 2007:1
2.2.3. Tanggung Jawab Sosial Corporate social
Tanggung jawab sosial adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat. Secara
teoretik, Tanggung jawab sosial dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholdersnya, terutama komunitas atau
masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Tanggung jawab sosial memandang perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa aturan hukum,
sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang tanggung jawab sosial adalah
pengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering
digunakan adalah goldenrules, yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan.
Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.
Pada kenyataannya Corporate Social Responsibility CSR tidak serta merta dipraktikkan oleh semua perusahan. Beberapa perusahaan yang menerapkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Corporate Social Responsibility justru dianggap sok social. Ada juga yang berhasil memberikan materi riil kepada masyarakat, namun diruang public nama perusahaan
gagal menarik simpati orang. Tujuannya mau berderma sembari meneguk untung citra, tetapi malah bunting. Hal ini terjadi karena CSR dilakukan secara latah dan
tidak didukung konsep yang baik Badri,2007. Praktik Corporate Social Responsibility CSR tidaklah semudah konsepnya, Hal tersebut dikarenakan untuk
melaksanakan memerlukan pemahaman yang mendalam dan mendasar, perusahaan harus selalu memperhatikan aspek sosial secara komprehensif dan integratfif,
dimana sebuah keputusan akan berdampak terhadap lingkungan. Pertimbangan keseimbangan yang tepat antara apa yang benar dengan dengan apa yang
menghasilkan keuntungan. Dengan tanggung jawab social sebagai penekanan nalar dan obyektif bagi
kesejateraan masyarakat yang mengendalikan prilaku manusia dan perusahaan dari aktivitas yang pada akhirnya merusak, tidak jadi soal betapapun segeranya laba
yang dihasilkan, dan hal itu menimbulkan kontribusi positif bagi kesejateraan manusia, di mana berbagai hal dapat didefinisikan dari hal yang terakhir.
Praktek Tanggung jawab sosial tidaklah semudah konsepnya. Hal tersebut dikarenakan untuk melaksanakan memerlukan pemahaman yang mendalam dan
mendasar, perusahaan harus selalu memperhatikan aspek sosial dimana sebuah keputusan akan berdampak terhadap lingkungan. Pertimbangan keseimbangan yang
tepat antara apa yang benar dengan dengan apa yang menghasilkan keuntungan. Steiner dan Miner,1998:54.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Perusahaan merupakan sistem terbuka. Sistem terbuka adalah sistem yang menggunakan masukan dari luar perusahaan dan memproses masukan tersebut
menjadi keluaran untuk dijual kepada pihak eksternal dalam rangka mencapai tujuan. Oleh karena itu, menajemen perusahaan harus mempertimbangkan berbagai
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berbagai pihak tersebut dinamakan stakeholders. Stakholders mencakup para investor pemegang saham
atau pemilik dan kreditor, konsumen, pemasok, karyawan, masyarakat umum dan pemerintah Sedangkan Freeman 1984 mendefinisikan stakeholders sebagai “any
group or individual Who can affect by the affected by the achievement of the organization’s objectives”.Berdasarkan definisi seperti yang dikemukakan oleh
Freeman diatas dapat dipahami bahwa stakeholders merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau sangat berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan perusahaan, sehingga secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa stakeholders dapat mempengaruhi kelangsungan hidup goingconcern perusahaan.
Beberapa literatur menekankan 4 hal yang menjadi isu-isu krusial dalam ruang lingkup stakeholders saat ini keempat hal tersebut adalah Freeman, 1984:
1 Regulasi Pemerintah Governmental Regulation ,yaitu peraturan –
peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan .Beberapa contoh yang termasuk dalam
regulasi pemerintah ini adalah izin operasional perusahaan ,analisis dan standar dampak lingkungan,peraturan tenaga kerja atau perburuhan dan
lainnya.Pemerintah sangat berperan dalam mengatur dunia usaha.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2 Kelompok Masyarakat Community kelompok masyarakat harus
diperhatikan karena kelompok masyarakat adalah elemen konsumen yang akan mengkonsumsi hasil produksi dari perusahaan.Kelompok lain yang
dapat dikategorikan bagian dari masyarakat adalah institusi pendidikan yang
selalu merespons secara kajian akademis jika terjadi suatu hal di dunia usaha
terutama yang merugikan masyarakat umum demi kepentingan dan
kepentingan kelompok masyarakat.
3 Organisasi Lingkungan EnvironmentalOrganizatio, menurut Freeman
1984 dewasa ini telah nenjadi salah satu kekuatan kontrol sosial yang dapat mengawasi aktifitas perusahaan. Orientasi organisasi lingkungan secara umum
adalah menghindari eksploitasi yang berlebihan terhadap linkungan hidup demi kepentingan perusahaan profit. Aktifitas organisasi lingkungan dapat
memobilisasi gerakan masyarakat dan opini terhadap aktifitas perusahaan, sehingga kepentingan organisasi tersebut jika tidak disikapi dengan bijaksana
akan berbenturan dangan kepentingan perusahaan.
4 Media Massa Massmedia dalam lingkungan bisnis saat ini memiliki peran
yang sangat dominan dalam membentuk opini masyarakat terhadap suatu aktifitas perusahaan. Media menyediakan informasi bagi perusahaan dan
dapat pula sebagai alat publikasi dan sosialisasi yang digunakan oleh perusahaan untuk dapat membangun kepercayaan image public tentang
aktifitas-aktifitas sosial yang dijalankan oleh perusahaan. Secara khusus
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
perusahaan tidak pernah menghindari media massa jika terjadi informasi- informasi tentang aktifitas sosial dunia bisnis, tetapi selalu menyikapi sebagai
suatu bukti bahwa perusahaan mempersepsikan peran media memang sangat penting dalam dunia usaha. Freeman 1984 juga menyebutkan bahwa media
dapat membentuk opini masyarakat terhadap perusahaan dan hal tersebut sangat berhubungan erat dengan kepentingan perusahaan,sehingga media juga
salah satu kelompok stakeholders.
2.2.5. Citra Perusahaan corporate image
Citra merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup
tentang suatu produk. Terdapat kecenderungan bahwa konsumen akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman menggunakan produk
maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber. Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada
publik sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian
citra agar organisasi dapat menetapkan upaya dalam mewujudkannya pada obyek dan mendorong prioritas pelaksanaan.
Sutisna 2001 menyatakan bahwa citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber
setiap waktu. Alma 2002 menyatakan bahwa citra didenifisikan sebagai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Menurut Davies et al. dalam Vera 2006 dikatakan bahwa
citra diartikan sebagai pandangan mengenai perusahaan oleh para pemegang saham eksternal, khususnya oleh para pelanggan. Definisi citra menurut
Renald Kasali dalam Iman 2010 yaitu kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut citra menunjukan
kesan suatu obyek terhadap obyek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpercaya.
Citra perusahaan dapat menjadi informasi ekstrinsik petunjuk bagi pembeli baik yang ada dan potensi dan mungkin atau tidak dapat mempengaruhi
loyalitas pelanggan misalnya kesediaan untuk memberikan kata positif dari mulut ke mulut. Citra Perusahaan diasumsikan berdampak akibat pada pilihan
pelanggan perusahaan ketika atribut pelayanan sulit untuk dievaluasi, maka citra perusahaan didirikan dan dikembangkan di benak konsumen melalui
komunikasi dan pengalaman. Citra perusahaan yang diyakini untuk menciptakan efek halo pada penilaian kepuasan pelanggan Andreassen et al.,
1997 Menurut Iman 2010 terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu kesan
obyek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya. Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri atas sekelompok orang di dalamnya.
Citra dapat terbentuk dalam memproses informasi yang tidak menutup kemungkinan terjadinya citra pada obyek dari adanya penerimaan informasi
setiap waktu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sutisna 2001 mengatakan satu hal yang dianalisis mengapa terlihat ada masalah citra perusahaan adalah organisasi dikenal atau tidak dikenal.
Dapat dipahami ketidakterkenalan perusahaan menunjukan citra perusahaan yang bermasalah. Masalah citra perusahaan tersebut, dalam keberadaannya
berada dalam pikiran dan atau perasaan konsumen. Berdasarkan pendapat tersebut, keberadaannya citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan
atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada salah satu atau kedua hal tersebut. Citra perusahaan yang bersumber
dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan anatar konsumen dengan perusahaan. Keterlibatan tersebut, belum terjadi citra
perusahaan yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan Terbentuknya citra perusahaan berlangsung beberapa tahapan. Pertama,
obyek mengetahui melihat atau mendengar upaya yang dilakukan Exposure Attention Image, Comprehensive, Behavior perusahaan dalam membentuk citra
perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya perusahaan tersebut. Ketiga, setelah adanya perhatian obyek mencoba memahami semua yang ada pada upaya
perusahaan. Keempat, terbentuknya citra pada obyek yang kemudian tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek
sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan. Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra
perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan
keinginan obyek sasaran. Renald Kasali dalam Iman 2010 mengemukakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna
2.2.6. Minat Beli Purchase Intention
Minat beli terjadi dari berbagai tahapan saat iklan masuk pada konsumen, mulai dari rasa perhatian terhadap iklan yang ditampilkan, kemudian membawa
rasa ketertarikan terhadap produk yang diiklankan tadi, sehingga konsumen akan mulai mencoba dengan apa yang mereka ketahui di iklan tadi, dari tahap mencoba
tadi mereka akan melakukan suatu tindakan pembelian Tjiptono, 1997; 226. Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap
mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor 1995; 306, minat beli adalah tahap kecenderungan repsonden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-
benar dilaksanakan. Sedangkan minat pembelian ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan pada
masa lalu. Thamrin, 2003; 142 Jelas bahwa daya tarik sangat berperan terhadap usaha seseorang untuk
mencapai suatu tujuan karena didalam minat terdapat unsur dan perhatian, sehingga kemauan yang terdapat dalam minat itu bukan kemauan yang dipaksa,
akan tetapi merupakan kemauan yang disertai perasaan senang. Minat beli timbul karena adanya kebutuhan pribadi, keinginan, tuntutan pada masyarakat, pengaruh-
pengaruh dari iklan serta pikiran dan perasaan terhadap produk tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah pikiran seseorang yang merupakan dorongan yang bersifat intrinsic yang mampu
membuat seseorang secara sadar menaruh perhatian terhadap suatu barang atau jasa karena dia merasa bahwa barang atau jasa tersebut mempunyai sangkut paut
dengan dirinya. Dengan kata lain, minat beli ini dapt timbul dari kebutuhan pribadi dan tuntutan masyarakat serta dari pikirandan perasaan terhadap barang
atau jasa yang diinginkan timbul dari dalam diri individu tersebut atau dapat juga berasal dari luar dirinya.
2.2.7. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Corporate Image
CSR merupakan sebuah tanggung jawab sosial dengan tujuan menciptakan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih baik. Kotler dan Lee 2005
mengemukakan bahwa CSR yang diterapkan secara tepat, baik di bidang ekonomi, sosial maupun lingkungan, akan dapat memberikan banyak keuntungan
bagi perusahaan, salah satunya adalah mampu meningkatkan image. Sebagai contoh , perusahaan yang telah menerapkan konsep reduce, reuse, dan recycle
tentu akan menarik perhatian bagi publik. Publik akan menganggap bahwa perusahaan tersebut cukup peduli dengan lingkungan sekitar sehingga akan
muncul image yang positif terhadap perusahaan tersebut, Image yang positif dimata publik tersebut akan mendorong konsumen bertanggung jawab
memelihara kelangsungan perusahaan dengan cara membeli produknya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
CSR di bidang sosial pun dapat meningkatkan image, baik internal maupun eksternal. Cara pandang karyawan terhadap perusahaan tentu akan
brbeda, secara tidak langsung maka image perusahaan di mata karyawannya akan meningkat. Dengan demikian turnover dari karyawan akan rendah bahkan justru
mampu menarik perhatian masyarakat. Dan hal ini akan meningkatkan corporate image karena berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.
Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR.Pertama , mengurangi resiko tuduhan terhadap perlakuan tidak
pantas yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawabnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang
telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan yang dalam rentang waktu panjang akan
meningkatkan reputasi perusahaan. Manakala terdapat pihak – pihak tertentu yang menuduh perusahaan menjalankan perilaku serta praktik – praktik yang tidak
pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan pun akan berdiri dibelakang perusahaan, membela institusi mereka bekerja. A. B. Susanto 2009 .
Pengelolaan reputasi merupakan tanggung jawab bersama, tidak cukup hanya dibebankan pada bagian PR atau bahkan pimpinan perusahaan semata.
Sebaliknya, tanpa dukungan dari manajemen puncak, pengelolaan reputasi cenderung akan berjalan ditempat. Masing – masing pihak dituntut untuk tidak
hanya sadar dan percaya terhadap proses pengelolaan reputasi, tetapi juga berkomitmen untuk secara konsisten mewujudkannya. Untuk itu harus ada
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
consnsus antara manajemen dan karyawan dalam tata nilai utama core values dan tujuan perusahaan. Meskipun demikian, perlu diorganisasikan secara jelas
antara pengelolaan reputasi perusahaan dan pengelolaan reputasi produk. Masig – masing mempunyai porsi dan penanggung jawab sendiri – sendiri dan diatur
sedemikian rupa agar tidak saling berbenturan sehingga tidak kontra produktif. Pengelolaan reputasi yang efektif tidak bisa dilepaskan dari peran bisnis
perusahaan dalam menangkap peluang ofensif dan menanggulangi ancaman defensif . Dengan demikian, reputasi menjadi bagian dari karakter, budaya, dan
DNA perusahaan yang perlu ditekankan kembali : harus direfleksikan dalam kegiatan operasional sehari – hari. Dan salah satu yang terpenting adalah
penerapan CSR dalm arti luas, apalagi jika dapat melangkah menuju CSL Corprate social leadership . A. B. Susanto 2009 .
Perusahaan yang ingin mengembangkan CSR harus memiliki Corporate Social Responsiveness, bagaimana perusahaan sadar dan kemudian tanggap
terhadap issue sosial yang muncul. Corporate Social Responsiveness adalah merupakan semacam jaminannyang diperlukan untuk melindungi perusahaan jika
sewaktu - waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Kinerja sosial perusahaan merupakan hal yang cukup penting bagi Corporate Reputation citra reputasi
perusahaan , terutama dalam jangka panjang perusahaan yang dapat memberikan kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan.
Dengan demikian kinerja sosial perusahaan dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. Citra atau Reputasi perusahaan sendiri merupakan
salah satu aset yang sangat berharga. Anggraini, 2008 : 2
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jadi berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap citra perusahaan, hal ini berarti
bahwa jika perusahaan melakukan tanggung jawab sosial Corporate Social Responsibility dengan baik maka akan dapat meningkatkan citra dari
perusahaan.
2.2.8. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Purchase Intention
Menurut Kotler dan Lee 2005, CSR mampu memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang telah melakukan. Corporate Social
Responsibility CSR mampu meningkatkan penjualan dan penguasaan pasar. Survei yang dilakukan Klein 1990 menjelaskan bahwa 8 dari 10 orang berminat
untuk membayar lebih apabila produk tersebut ramah lingkungan. Perusahaan menjalankan CSR untuk berbagai orientasi keuntungan, seperti menaikan
penjualan, perluas inovasi, mengurangi produksi yang tidak efisien, mengurangi resiko kedepan, dan memiliki akses terhadap modal, Redman, 2005.
Banyak indikator menunjukan bahwa pada kegiatan bisnis abad 21, masalah sosial dan lingkungan merupakan alat stragi bisnis yang dapat
diandalkan, Social Investment Forum, 2003. CSR dapat meyakinkan kepercayaan eksekutif perusahaan bahwa hal tersebut dapat membantu
perusahaan mendapat pelanggan baru. Redman, 2005 Jadi berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa Corporate
Social Responsibility berperngaruh positif terhadap minat beli, hal ini berarti
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
apabila perusahaan melakukan tanggung jawab sosial Corporate Social Responsibility dengan baik maka akan meningkatkan minat beli Purchase
intention masyarakat.
2.2.9. Pengaruh Corporate Image terhadap Purchase Intention
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau
merek. Pada kebanyakan konsumen atau calon konsumen, perilaku pembelian seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar dirinya.
Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungan yang lain. Rangsangan tersebut kemudian diolah dalam diri,
sesuai dengan karakteristik pribadinya, timbul niat dan akhirnya mengambil keputusan. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses
rangsangan tersebut sangat kompleks, sehingga perlu dipelajari dan diteliti. Menurut Semuel 2008, Corporate Image adalah kesan-kesan yang dimiliki oleh
public terhadap perusahaan. Corporate Image dapat dikatakan sebagai fungsi dari akumulasi pengalaman pembelian yang memiliki dua komponen yaitu, functional
dan emotional. Functional berkaitan dengan atribut nyata yang dapat diukur dengan mudah sedangkan emotional berkaitan dengan factor psikologi yang
meliputi perasaan dan perilaku terhadap perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Corporate Image adalah hasil dari sebuah proses dimana konsumen telah
membandingkan berbagai atribut yang dimiliki perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Produk atau jasa yang ditawarkan tidak dapat dilepaskan dari citra perusahaan. Citra perusahaan dapat menjadi pengenal produk jasa yang
ditawarkan. Disamping itu, citra perusahaan juga dapat digunakan untuk memperbaiki atau mempertahankan posisi persaingan, mempertahankan
pelanggan lama, dan menjaring pelanggan baru. Hal ini demikian karena citra perusahaan sering digunakan sebagai sumber informasi tentang kualitas produk
jasa yang ditawarkan. Dengan demikian jelaslah bahwa citra perusahaan dapat mendorong tumbuhnya minat beli Darley dan Lim 1999:31
Jadi berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa citra perusahaan berpengaruh positif terhadap minat beli, hal ini berarti apabila citra
perusahaan corporate image baik akan meningkatkan minat beli purchase intention masyarakat.
2.3. Kerangka Konseptual
Corporate Social Responsibility
Purchase Intention
Corporate Image
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.4. Hipotesis