Analisis Corporate Social Responsibility dan Corporate Image terhadap Purchase Intention Pada Carrefour Surabaya Timur.

(1)

ANALISIS

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAN

CORPORATE IMAGE

TERHADAP PURCHASE

INTENTION PADA CARREFOUR

SURABAYA TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

KIKI DODY P.

0712010235 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

ANALISIS

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAN

CORPORATE IMAGE

TERHADAP PURCHASE

INTENTION PADA CARREFOUR

SURABAYA TIMUR

Yang diajukan

KIKI DODY P.

0712010235 / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Hj. Luky S, MP Tanggal………

Mengetahui Wakil Dekan I

Drs. Rahman A. Suwaidi, MS NIP. 19600330 198603 1001


(3)

SKRIPSI

ANALISIS

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAN

CORPORATE IMAGE

TERHADAP PURCHASE

INTENTION PADA CARREFOUR

SURABAYA TIMUR

Disusun Oleh:

KIKI DODY P.

0712010235/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh

Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 30 Maret 2012

Pembimbing Utama : Tim Pengguji : Ketua

`

Dra. Ec. Lucky Susilowati, MP Dr. H. Prasetyohadi, MM

Sekretaris

Dra. Ec. Lucky Susilowati, MP

Anggota

Rizky Dermawan, SE, MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur


(4)

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul : “Analisis Corporate Social Responsibility dan Corporate Image terhadap Purchase Intention Pada Carrefour Surabaya Timur

Penelitian ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Hj. Luky S, MP, selaku Pembimbing Utama, atas bimbingan dan arahanya.


(5)

Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan. 6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya. 7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu.

Peneliti menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang peneliti miliki, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Surabaya, Maret 2012 Peneliti


(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 9

2.2.2. Konsep Pemasaran ... 11

2.2.3. Tanggung Jawab Sosial ( Corporate social ) ... 14

2.2.5. Citra Perusahaan ( corporate image )... 19

2.2.6. Minat Beli ( Purchase Intention )... 22

2.2.7. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Corporate Image ... 23


(7)

terhadap Purchase Intention... 26

2.2.9. Pengaruh Corporate Image terhadap Purchase Intention ... 27

2.3. Kerangka Pikir... 29

2.4. Hipotesis... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 35

3.3 Jenis Data dan Sumber Data... 36

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Depenelitian Obyek Penelitian... 43

4.1.1. Sejerah singkat Perusahaan...43

4.1.2. Komitmen Carrefour...46

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 47

4.2.1. Depenelitian Hasil Analisis... 47

4.2.2. Uji Outlier Multivariate ... 48

4.2.3. Uji Reliabilitas ... 49

4.2.4. Uji Validitas ... 51

4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 52


(8)

4.2.8. Uji Kausalitas... 57

4.3. Pembahasan... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 62


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ...47

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...48

Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate...49

Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal...50

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas ...51

Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated...52

Tabel 4.7. Assessment of Normality...54

Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...56

Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...57


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural ...55 Gambar 4.3. Model Pengukuran dan Struktural ...56


(11)

ANALISIS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN

CORPORATE IMAGE TERHADAP PURCHASE

INTENTION PADA CARREFOUR

SURABAYA TIMUR

Kiki Dody P.

ABSTRAK

Corporate Social Responsibility merupakan sebuah tanggung jawab social dengan tujuan menciptakan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih baik. Corporate Social Responsibility akan menjadi strategi bisnis yang bagus dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau corporate image. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR (Corporate Social Responsibility ) adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Corporate Social Responsibility dan Corporate Image berpengaruh terhadap Purchase Intention Pada Carrefour Surabaya Timur.

Populasi dalam penelitian ini adalah setiap pengunjung Carefour. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik teknik accidental sampling, yaitu pengambilan dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap pengunjung Carefour pada saat mereka berada di Carefour, dengan jumlah responden yang diambil sebanyak 105 orang. Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariate dengan Structural Equation Modeling (SEM).

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan berikut : Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Corporate Image, Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap Purchase Intention, Corporate Image berpengaruh positif terhadap Purchase Intention.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman menjadikan perusahaan lupa akan fungsinya yaitu sebagai organisasi bisnis perusahaan juga sebagai organisasi sosial. Orientasi bisnis yang hanya terfokus pada tujuan ekonomi tersebut dewasa ini telah menghadapi tantangan, karena secara langsung maupun tidak langsung dalam menjalankan kegiatan operasinya perusahaan harus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Umumnya perusahaan masih berkutat pada aspek finansial atau aspek ekonomis untuk menunjukan keberhasilannya, namun sering dengan kesadaran penyelamatan lingkungan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia kini sudah memperhitungkan aspek dampak lingkungan dan sosial dalam menjalankan pengembangan program Tanggung Jawab Sosial. Tanggung jawab sosial (Corporate Social Responbility) adalah pelaksanaan aktivitas perusahaan yang harus mendasarkan keputusannya tidak semata hanya berdasarkan faktor keuangan belaka seperti halnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekwensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang


(13)

Perusahaan yang ingin mengembangkan harus memiliki Tanggung Jawab Sosial, bagaimana perusahaan sadar dan tanggap terhadap issue sosial yang muncul. Tanggung Jawab Sosial adalah merupakan semacam jaminan yang diperlukan untuk melindungi perusahaan jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

Corporate Social Responsibility akan menjadi strategi bisnis yang bagus dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau corporate image. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR (Corporate Social Responsibility ) adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak (true win win situation) – konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung. Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR ( Corporate Social Responsibility ) , diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak yang peduli terhadap program-program CSR. Program CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa depan.

Sedangkan citra merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup


(14)

tentang suatu produk. Terdapat kecenderungan bahwa konsumen akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber

Penelitian ini menggunakan variable CSR (Corporate Social Responbility) karena kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal, namun mengharuskan perusahaan dalam pengambilan keputusannya harus sungguh-sungguh memper-hitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder), termasuk lingkungan hidup. Hal ini karena belum banyak informasi tentang penerapan CSR di industri tersebut, selain itu hanya beberapa perusahaan telah menerapkan konsep CSR dalam kegiatan manajemennya.

Kinerja sosial perusahaan merupakan hal yang cukup penting bagi Corporate image, terutama dalam jangka panjang perusahaan yang dapat memberikan kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian kinerja sosial perusahaan akan mempengaruhi Corporate image. Citra sendiri merupakan salah satu asset yang sangat berharga. Corporate Social Responsibility merupakan sebuah tanggung jawab social dengan tujuan menciptakan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih baik. Begitu juga yang dilakukan oleh Carrefour, yang juga ingin mengangkat corporate image - nya, dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan yang diadakan ,yaitu PT Carrefour Indonesia mendonasikan 50 Laptop kepada 48 Sekolah Dasar binaan Carrefour (One Store One School) di 13 kota


(15)

sebagai salah satu kegiatan Corporate Social Responsibility dalam bidang pendidikan terutama dalam membantu memperkenalkan teknologi informasi bagi anak-anak sekolah dasar. Akan tetapi dalam dua tahun belakangan ini Carrefour mengalami penurunan omset penjualan. Hal ini terlihat pada penurunan tabel laporan penjualan yang terjadi pada Carrefour pada February 2009 sampai dengan February 2010.

Tabel 1.1. laporan penjualan Carrefour Surabaya Timur


(16)

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa terjadi penurunan omset penjualan dari Februari 2009 sampai Februari 2010. Pada Februari 2009 total omset 5.456.926.099 turun menjadi 4.272.775.914 pada Februari 2010, . Hal ini mengindikasikan menurunnya minat beli ( purchase intention ) yang diindikasikan penerapan CSR yang kurang efektif dan corporate image yang menurun. Sedangkan berdasarkan keterangan diatas Carrefour telah melakukan CSR, tetapi masih mengalami penurunan penjualan. Deskripsi permasalahan pada penelitian ini bagaimana kedepannya Carrefour bisa meningkatkan omset penjualannya agar dapat mengembalikan image dan minat beli konsumen. Menurut Kotler dan Lee (2005), CSR mampu memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang telah melakukan. Corporate Social Responsibility (CSR) mampu meningkatkan penjualan dan penguasaan pasar. Survei yang dilakukan Klein (1990) menjelaskan bahwa 8 dari 10 orang berminat untuk membayar lebih apabila produk tersebut ramah lingkungan. Perusahaan menjalankan CSR untuk berbagai orientasi keuntungan, seperti menaikan penjualan, perluas inovasi, mengurangi produksi yang tidak efisien, mengurangi resiko kedepan, dan memiliki akses terhadap modal, (Redman, 2005).

Selain itu produk atau jasa yang ditawarkan tidak dapat dilepaskan dari citra perusahaan. Citra perusahaan dapat menjadi pengenal produk / jasa yang ditawarkan. Disamping itu, citra perusahaan juga dapat digunakan untuk memperbaiki atau mempertahankan posisi persaingan, mempertahankan pelanggan lama, dan menjaring pelanggan baru. Hal ini demikian karena citra perusahaan sering digunakan sebagai sumber informasi tentang kualitas produk / jasa yang ditawarkan. Dengan demikian


(17)

jelaslah bahwa citra perusahaan dapat mendorong tumbuhnya minat beli (Darley dan Lim 1999:31)

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Corporate Social Responsibility dan Corporate Image terhadap Purchase Intention Pada Carrefour Surabaya

Timur”.

1.2. Perumusan Masalah

Atas dasar latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Corporate Image pada Carrefour Surabaya timur ?

2. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Purchase Intention Carrefour Surabaya timur ?

3. Apakah Corporate Image berpengaruh terhadap Purchase Intention Carrefour Surabaya timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Corporate Image Carrefour Surabaya timur

2. Untuk mengetahui apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Purchase Intention Carrefour Surabaya timur


(18)

3. Untuk mengetahui apakah Corporate Image berpengaruh terhadap Purchase Intention Carrefour Surabaya timur

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan penerapan tanggung jawab sosial secara efektif bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.

b. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini menjadi wawasan dan informasi dalam mengembangkan penelitian serupa yang lebih lanjut.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu yang berhubungan dan permasalahan dalam penelitian ini.

A.Gendut sukarno

Meneliti dengan judul “Corporate Reputation melalui pendekatan corporate Social responsibility Di lingkunganPT.PERKEBUNAN NUSANTARA X”

Permasalahan yang dikemukakan adalah pengaruh citra dan tanggung jawab sosial terhadap masa depan pabrik gula. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM (Structural Equation Model). Kesimpulan yang diperoleh yaitu : Faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh positif dan signifikan terhadap Faktor Stakeholder. Faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh positif dan signifikan terhadap Faktor Corporate Function. Faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh tidak signifikan dan negative terhadap Faktor management Function. Faktor Stakeholder berpengaruh positif dan signifikan terhadap Faktor Corporate Reputation. Faktor management Function berpengaruh positif dan signifikan terhadap Faktor Corporate Reputation. Faktor Corporate Function berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Faktor Corporate Reputation.


(20)

B. Samuel (2008)

Corporate social responsibility, Purchase intension dan Corporate image pada restoran di Surabaya dari perspektif pelanggan, Dalam penelitian ini aktivitas CSR mampu menggambarkan dimensi Economics, social, dan environtment. Dimensi economics dapat menjelaskan indikator pelayanan restoran dan kejujuran restoran, sedangkan dimensi social dapat menggambarkan labour practises dan social activities dan dimensi environtment lebih dapat menggambarkan produk yang ramah lingkungan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran.

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan – kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk meningkatkan laba, aktivitas pemasaran memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Menurut Kotler (1997 : 8) "Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya ( individu dan kelompok ) mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain".


(21)

Jadi menurut definisi diatas, semua manusia harus menemukan kebutuhanya dulu baru kemudian berusaha memenuhinya dengan cara mengadakan hubungan dengan pihak lain. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentitikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, menentukan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, menentukan tingkat harga yang sesuai, menentukan jenis promosi dan media promosi yang tepat, serta menentukan saluran distribusi yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan. Sehingga pemasaran bukanlah hal yang sederhana yang hanya sekedar menghasilkan uang.

Rangkaian kegiatan-kegitan pemasaran yang saling berhubungan sebagai usaha untuk mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dengan pasar sasarannya (target market) sehingga dikenal istilah manajemen pemasaran.

Menurut Kotler (1997 : 13) "Manajemen Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga dan promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran uang dan memuaskan tujuan individu organisasi.

Dari definisi diatas terdapat fungsi-fungsi manajemen meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan. Perencanaan merupakan upaya pemeliharaan tindakan yang diikuti suatu usaha, juga merupakan upaya untuk memutuskan sebelumnya apa yang dilakukan, bagaimana, bila dan siapa yang akan melakukannya. Perencanaan menjembatani kesenjangan antara keadaan yang diinginkan di masa depan. Penganalisaan merupakan fungsi yang penting sebagai dasar suatu rencana yang dibuat dengan


(22)

lebih matang dan tepat. Sedangkan pelaksanaan merupakan tindakan yang diambil sesuai dengan rencana. Pengawasan (Controlling) adalah pengukuran dan koreksi terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu sesuai dengan rencana.

2.2.2. Konsep Pemasaran

Pemasaran akan berhasil mencapai tujuannya apabila pemasaran menitik-beratkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kepuasan konsumen tersebut baru akan diperoleh apabila barang atau jasa yang dibeli sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan konsumen.

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat tentunya membawa dampak pada situasi persaingan yang semakin ketat pula. Untuk mengatasi persaingan tersebut salah satunya dengan menggunakan konsep pemasaran, karena konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Disinilah pemasaran berperan untuk menjembatani permasalahan yang ada sehingga memungkinkan bagi konsumen untuk membuat pilihan yang nantinya akan coba dipenuhi oleh penjual.

Sedangkan Kotler dan Amstrong (2001:23), berpendapat bahwa konsep pemasaran bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar serta memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.


(23)

Konsep pemasaran merupakan suatu kunci atau keseluruhan sistem untuk meraih tujuan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha dalam merencanakan, menentukan hingga melaksanakan kegiatan pemasaran.

Tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran menurut Swastha dan Handoko (2006:6-8), meliputi:

a. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang benar-benar memperhatikan konsumen maka harus: 1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani

dan dipenuhi.

2. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan.

3. Menentukan produk dan program pemasarannya.

4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka.

5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah pada mutu yang tinggi atau pada harga yang murah serta model yang menarik.

b. Penyusunan kegiatan secara integral

Untuk memberikan kepuasan yang optimal, semua elemen-elemen harus dikoordinasikan dan diintegrasikan, selain itu juga berusaha untuk menghindari adanya pertentangan didalam maupun diluar perusahaan dengan pasar. Semua bagian yang ada dalam perusahaan


(24)

harus menyadari bahwa bahwa setiap perilaku dan pola pikir mereka sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan dan mempertahankan pelanggan, jadi dapat dikatakan bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan harus mampu berkoordinasi untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

c. Kepuasan Konsumen

Faktor yang menentukan apakah dalam jangka panjang perusahaan akan mendapatkan laba adalah tingkat kepuasan konsumen yang dapat terpenuhi. Laba merupakan pencerminan dari usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen, dimana perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang atau jasa yang paling baik, yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dengan harga yang layak.

Berdasarkan pengertian diatas, konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, selanjutnya memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga tercapai tingkat kepuasan yang melebihi dari kepuasan yang diberikan oleh para pesaing.

Tetapi semenjak keruntuhan rezim Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk


(25)

menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. (Daniri, 2007:1)

2.2.3. Tanggung Jawab Sosial ( Corporate social )

Tanggung jawab sosial adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat. Secara teoretik, Tanggung jawab sosial dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Tanggung jawab sosial memandang perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang tanggung jawab sosial adalah pengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering digunakan adalah goldenrules, yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan. Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.

Pada kenyataannya Corporate Social Responsibility (CSR) tidak serta merta dipraktikkan oleh semua perusahan. Beberapa perusahaan yang menerapkan


(26)

Corporate Social Responsibility justru dianggap sok social. Ada juga yang berhasil memberikan materi riil kepada masyarakat, namun diruang public nama perusahaan gagal menarik simpati orang. Tujuannya mau berderma sembari meneguk untung citra, tetapi malah bunting. Hal ini terjadi karena CSR dilakukan secara latah dan tidak didukung konsep yang baik (Badri,2007). Praktik Corporate Social Responsibility (CSR) tidaklah semudah konsepnya, Hal tersebut dikarenakan untuk melaksanakan memerlukan pemahaman yang mendalam dan mendasar, perusahaan harus selalu memperhatikan aspek sosial secara komprehensif dan integratfif, dimana sebuah keputusan akan berdampak terhadap lingkungan. Pertimbangan keseimbangan yang tepat antara apa yang benar dengan dengan apa yang menghasilkan keuntungan.

Dengan tanggung jawab social sebagai penekanan nalar dan obyektif bagi kesejateraan masyarakat yang mengendalikan prilaku manusia dan perusahaan dari aktivitas yang pada akhirnya merusak, tidak jadi soal betapapun segeranya laba yang dihasilkan, dan hal itu menimbulkan kontribusi positif bagi kesejateraan manusia, di mana berbagai hal dapat didefinisikan dari hal yang terakhir.

Praktek Tanggung jawab sosial tidaklah semudah konsepnya. Hal tersebut dikarenakan untuk melaksanakan memerlukan pemahaman yang mendalam dan mendasar, perusahaan harus selalu memperhatikan aspek sosial dimana sebuah keputusan akan berdampak terhadap lingkungan. Pertimbangan keseimbangan yang tepat antara apa yang benar dengan dengan apa yang menghasilkan keuntungan. (Steiner dan Miner,1998:54).


(27)

Perusahaan merupakan sistem terbuka. Sistem terbuka adalah sistem yang menggunakan masukan dari luar perusahaan dan memproses masukan tersebut menjadi keluaran untuk dijual kepada pihak eksternal dalam rangka mencapai tujuan. Oleh karena itu, menajemen perusahaan harus mempertimbangkan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berbagai pihak tersebut dinamakan stakeholders. Stakholders mencakup para investor (pemegang saham atau pemilik dan kreditor), konsumen, pemasok, karyawan, masyarakat umum dan pemerintah Sedangkan Freeman (1984) mendefinisikan stakeholders sebagai “any group or individual Who can affect by the affected by the achievement of the organization’s objectives”.Berdasarkan definisi seperti yang dikemukakan oleh Freeman diatas dapat dipahami bahwa stakeholders merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan, sehingga secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa stakeholders dapat mempengaruhi kelangsungan hidup (goingconcern) perusahaan.

Beberapa literatur menekankan 4 hal yang menjadi isu-isu krusial dalam ruang lingkup stakeholders saat ini keempat hal tersebut adalah (Freeman, 1984):

1) Regulasi Pemerintah (Governmental Regulation ) ,yaitu peraturan – peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan .Beberapa contoh yang termasuk dalam regulasi pemerintah ini adalah izin operasional perusahaan ,analisis dan standar dampak lingkungan,peraturan tenaga kerja atau perburuhan dan lainnya.Pemerintah sangat berperan dalam mengatur dunia usaha.


(28)

2) Kelompok Masyarakat (Community) kelompok masyarakat harus diperhatikan karena kelompok masyarakat adalah elemen konsumen yang akan mengkonsumsi hasil produksi dari perusahaan.Kelompok lain yang dapat dikategorikan bagian dari masyarakat adalah institusi pendidikan yang selalu merespons secara kajian akademis jika terjadi suatu hal di dunia usaha terutama yang merugikan masyarakat umum demi kepentingan dan kepentingan kelompok masyarakat.

3) Organisasi Lingkungan (EnvironmentalOrganizatio), menurut Freeman (1984) dewasa ini telah nenjadi salah satu kekuatan kontrol sosial yang dapat mengawasi aktifitas perusahaan. Orientasi organisasi lingkungan secara umum adalah menghindari eksploitasi yang berlebihan terhadap linkungan hidup demi kepentingan perusahaan (profit). Aktifitas organisasi lingkungan dapat memobilisasi gerakan masyarakat dan opini terhadap aktifitas perusahaan, sehingga kepentingan organisasi tersebut jika tidak disikapi dengan bijaksana akan berbenturan dangan kepentingan perusahaan.

4) Media Massa (Massmedia) dalam lingkungan bisnis saat ini memiliki peran yang sangat dominan dalam membentuk opini masyarakat terhadap suatu aktifitas perusahaan. Media menyediakan informasi bagi perusahaan dan dapat pula sebagai alat publikasi dan sosialisasi yang digunakan oleh perusahaan untuk dapat membangun kepercayaan (image) public tentang aktifitas-aktifitas sosial yang dijalankan oleh perusahaan. Secara khusus


(29)

perusahaan tidak pernah menghindari media massa jika terjadi informasi-informasi tentang aktifitas sosial dunia bisnis, tetapi selalu menyikapi sebagai suatu bukti bahwa perusahaan mempersepsikan peran media memang sangat penting dalam dunia usaha. Freeman (1984) juga menyebutkan bahwa media dapat membentuk opini masyarakat terhadap perusahaan dan hal tersebut sangat berhubungan erat dengan kepentingan perusahaan,sehingga media juga salah satu kelompok stakeholders.

2.2.5. Citra Perusahaan ( corporate image )

Citra merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu produk. Terdapat kecenderungan bahwa konsumen akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber.

Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada publik sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar organisasi dapat menetapkan upaya dalam mewujudkannya pada obyek dan mendorong prioritas pelaksanaan.

Sutisna (2001) menyatakan bahwa citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Alma (2002) menyatakan bahwa citra didenifisikan sebagai


(30)

kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Menurut Davies et al. dalam Vera (2006) dikatakan bahwa citra diartikan sebagai pandangan mengenai perusahaan oleh para pemegang saham eksternal, khususnya oleh para pelanggan. Definisi citra menurut Renald Kasali dalam Iman (2010) yaitu kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut citra menunjukan kesan suatu obyek terhadap obyek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpercaya.

Citra perusahaan dapat menjadi informasi ekstrinsik petunjuk bagi pembeli baik yang ada dan potensi dan mungkin atau tidak dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan (misalnya kesediaan untuk memberikan kata positif dari mulut ke mulut). Citra Perusahaan diasumsikan berdampak akibat pada pilihan pelanggan perusahaan ketika atribut pelayanan sulit untuk dievaluasi, maka citra perusahaan didirikan dan dikembangkan di benak konsumen melalui komunikasi dan pengalaman. Citra perusahaan yang diyakini untuk menciptakan efek halo pada penilaian kepuasan pelanggan (Andreassen et al., 1997)

Menurut Iman (2010) terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu kesan obyek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya. Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri atas sekelompok orang di dalamnya. Citra dapat terbentuk dalam memproses informasi yang tidak menutup kemungkinan terjadinya citra pada obyek dari adanya penerimaan informasi setiap waktu.


(31)

Sutisna (2001) mengatakan satu hal yang dianalisis mengapa terlihat ada masalah citra perusahaan adalah organisasi dikenal atau tidak dikenal. Dapat dipahami ketidakterkenalan perusahaan menunjukan citra perusahaan yang bermasalah. Masalah citra perusahaan tersebut, dalam keberadaannya berada dalam pikiran dan atau perasaan konsumen. Berdasarkan pendapat tersebut, keberadaannya citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada salah satu atau kedua hal tersebut. Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan anatar konsumen dengan perusahaan. Keterlibatan tersebut, belum terjadi citra perusahaan yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan

Terbentuknya citra perusahaan berlangsung beberapa tahapan. Pertama, obyek mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakukan Exposure Attention Image, Comprehensive, Behavior perusahaan dalam membentuk citra perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya perusahaan tersebut. Ketiga, setelah adanya perhatian obyek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat, terbentuknya citra pada obyek yang kemudian tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan.

Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan obyek sasaran. Renald Kasali dalam Iman (2010) mengemukakan


(32)

pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna

2.2.6. Minat Beli ( Purchase Intention )

Minat beli terjadi dari berbagai tahapan saat iklan masuk pada konsumen, mulai dari rasa perhatian terhadap iklan yang ditampilkan, kemudian membawa rasa ketertarikan terhadap produk yang diiklankan tadi, sehingga konsumen akan mulai mencoba dengan apa yang mereka ketahui di iklan tadi, dari tahap mencoba tadi mereka akan melakukan suatu tindakan pembelian (Tjiptono, 1997; 226).

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor (1995; 306), minat beli adalah tahap kecenderungan repsonden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Sedangkan minat pembelian ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan pada masa lalu. (Thamrin, 2003; 142)

Jelas bahwa daya tarik sangat berperan terhadap usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan karena didalam minat terdapat unsur dan perhatian, sehingga kemauan yang terdapat dalam minat itu bukan kemauan yang dipaksa, akan tetapi merupakan kemauan yang disertai perasaan senang. Minat beli timbul karena adanya kebutuhan pribadi, keinginan, tuntutan pada masyarakat, pengaruh-pengaruh dari iklan serta pikiran dan perasaan terhadap produk tersebut.


(33)

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah pikiran seseorang yang merupakan dorongan yang bersifat intrinsic yang mampu membuat seseorang secara sadar menaruh perhatian terhadap suatu barang atau jasa karena dia merasa bahwa barang atau jasa tersebut mempunyai sangkut paut dengan dirinya. Dengan kata lain, minat beli ini dapt timbul dari kebutuhan pribadi dan tuntutan masyarakat serta dari pikirandan perasaan terhadap barang atau jasa yang diinginkan (timbul dari dalam diri individu tersebut atau dapat juga berasal dari luar dirinya).

2.2.7. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Corporate Image

CSR merupakan sebuah tanggung jawab sosial dengan tujuan menciptakan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih baik. Kotler dan Lee ( 2005 ) mengemukakan bahwa CSR yang diterapkan secara tepat, baik di bidang ekonomi, sosial maupun lingkungan, akan dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, salah satunya adalah mampu meningkatkan image. Sebagai contoh , perusahaan yang telah menerapkan konsep reduce, reuse, dan recycle tentu akan menarik perhatian bagi publik. Publik akan menganggap bahwa perusahaan tersebut cukup peduli dengan lingkungan sekitar sehingga akan muncul image yang positif terhadap perusahaan tersebut, Image yang positif dimata publik tersebut akan mendorong konsumen bertanggung jawab memelihara kelangsungan perusahaan dengan cara membeli produknya.


(34)

CSR di bidang sosial pun dapat meningkatkan image, baik internal maupun eksternal. Cara pandang karyawan terhadap perusahaan tentu akan brbeda, secara tidak langsung maka image perusahaan di mata karyawannya akan meningkat. Dengan demikian turnover dari karyawan akan rendah bahkan justru mampu menarik perhatian masyarakat. Dan hal ini akan meningkatkan corporate image karena berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.

Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR.Pertama , mengurangi resiko tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawabnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Manakala terdapat pihak – pihak tertentu yang menuduh perusahaan menjalankan perilaku serta praktik – praktik yang tidak pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan pun akan berdiri dibelakang perusahaan, membela institusi mereka bekerja. ( A. B. Susanto 2009 ).

Pengelolaan reputasi merupakan tanggung jawab bersama, tidak cukup hanya dibebankan pada bagian PR atau bahkan pimpinan perusahaan semata. Sebaliknya, tanpa dukungan dari manajemen puncak, pengelolaan reputasi cenderung akan berjalan ditempat. Masing – masing pihak dituntut untuk tidak hanya sadar dan percaya terhadap proses pengelolaan reputasi, tetapi juga berkomitmen untuk secara konsisten mewujudkannya. Untuk itu harus ada


(35)

consnsus antara manajemen dan karyawan dalam tata nilai utama ( core values ) dan tujuan perusahaan. Meskipun demikian, perlu diorganisasikan secara jelas antara pengelolaan reputasi perusahaan dan pengelolaan reputasi produk. Masig – masing mempunyai porsi dan penanggung jawab sendiri – sendiri dan diatur sedemikian rupa agar tidak saling berbenturan sehingga tidak kontra produktif. Pengelolaan reputasi yang efektif tidak bisa dilepaskan dari peran bisnis perusahaan dalam menangkap peluang ( ofensif ) dan menanggulangi ancaman ( defensif ) . Dengan demikian, reputasi menjadi bagian dari karakter, budaya, dan DNA perusahaan yang perlu ditekankan kembali : harus direfleksikan dalam kegiatan operasional sehari – hari. Dan salah satu yang terpenting adalah penerapan CSR dalm arti luas, apalagi jika dapat melangkah menuju CSL ( Corprate social leadership ). ( A. B. Susanto 2009 ).

Perusahaan yang ingin mengembangkan CSR harus memiliki Corporate Social Responsiveness, bagaimana perusahaan sadar dan kemudian tanggap terhadap issue sosial yang muncul. Corporate Social Responsiveness adalah merupakan semacam jaminannyang diperlukan untuk melindungi perusahaan jika sewaktu - waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Kinerja sosial perusahaan merupakan hal yang cukup penting bagi Corporate Reputation ( citra/ reputasi perusahaan ), terutama dalam jangka panjang perusahaan yang dapat memberikan kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian kinerja sosial perusahaan dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. Citra atau Reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu aset yang sangat berharga. ( Anggraini, 2008 : 2 )


(36)

Jadi berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap citra perusahaan, hal ini berarti bahwa jika perusahaan melakukan tanggung jawab sosial ( Corporate Social Responsibility ) dengan baik maka akan dapat meningkatkan citra dari perusahaan.

2.2.8. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Purchase Intention

Menurut Kotler dan Lee (2005), CSR mampu memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang telah melakukan. Corporate Social Responsibility (CSR) mampu meningkatkan penjualan dan penguasaan pasar. Survei yang dilakukan Klein (1990) menjelaskan bahwa 8 dari 10 orang berminat untuk membayar lebih apabila produk tersebut ramah lingkungan. Perusahaan menjalankan CSR untuk berbagai orientasi keuntungan, seperti menaikan penjualan, perluas inovasi, mengurangi produksi yang tidak efisien, mengurangi resiko kedepan, dan memiliki akses terhadap modal, (Redman, 2005).

Banyak indikator menunjukan bahwa pada kegiatan bisnis abad 21, masalah sosial dan lingkungan merupakan alat stragi bisnis yang dapat diandalkan, (Social Investment Forum, 2003). CSR dapat meyakinkan kepercayaan eksekutif perusahaan bahwa hal tersebut dapat membantu perusahaan mendapat pelanggan baru. (Redman, 2005 )

Jadi berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility berperngaruh positif terhadap minat beli, hal ini berarti


(37)

apabila perusahaan melakukan tanggung jawab sosial ( Corporate Social Responsibility ) dengan baik maka akan meningkatkan minat beli ( Purchase intention ) masyarakat.

2.2.9. Pengaruh Corporate Image terhadap Purchase Intention

Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau merek. Pada kebanyakan konsumen atau calon konsumen, perilaku pembelian seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar dirinya. Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungan yang lain. Rangsangan tersebut kemudian diolah dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, timbul niat dan akhirnya mengambil keputusan. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat kompleks, sehingga perlu dipelajari dan diteliti. Menurut Semuel (2008), Corporate Image adalah kesan-kesan yang dimiliki oleh public terhadap perusahaan. Corporate Image dapat dikatakan sebagai fungsi dari akumulasi pengalaman pembelian yang memiliki dua komponen yaitu, functional dan emotional. Functional berkaitan dengan atribut nyata yang dapat diukur dengan mudah sedangkan emotional berkaitan dengan factor psikologi yang meliputi perasaan dan perilaku terhadap perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Corporate Image adalah hasil dari sebuah proses dimana konsumen telah membandingkan berbagai atribut yang dimiliki perusahaan.


(38)

Produk atau jasa yang ditawarkan tidak dapat dilepaskan dari citra perusahaan. Citra perusahaan dapat menjadi pengenal produk / jasa yang ditawarkan. Disamping itu, citra perusahaan juga dapat digunakan untuk memperbaiki atau mempertahankan posisi persaingan, mempertahankan pelanggan lama, dan menjaring pelanggan baru. Hal ini demikian karena citra perusahaan sering digunakan sebagai sumber informasi tentang kualitas produk / jasa yang ditawarkan. Dengan demikian jelaslah bahwa citra perusahaan dapat mendorong tumbuhnya minat beli (Darley dan Lim 1999:31)

Jadi berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa citra perusahaan berpengaruh positif terhadap minat beli, hal ini berarti apabila citra perusahaan ( corporate image ) baik akan meningkatkan minat beli ( purchase intention ) masyarakat.

2.3. Kerangka Konseptual

Corporate Social Responsibility

Purchase Intention

Corporate Image


(39)

2.4. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Corporate Image Carrefour Surabaya timur

2. Diduga Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Purchase Intention Carrefour Surabaya timur

3. Diduga Corporate Image berpengaruh positif terhadap Purchase Intention Carrefour Surabaya timur


(40)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel beserta definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Corporate Social Responsibility (X)

Corporate Social Responsibility adalah kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dijabarkan dalam tiga dimensi, (Chahal dan Sharma (2006) yaitu: 1) Economic Dimension meliputi dampak ekonomi dari kegiatan operasional yang

dilakukan oleh perusahaan, dengan indikator (Semuel, 2008:37) :

a) Product adalah produk yang dihasilkan dan memiliki kualitas yang tinggi, aman dipakai, dan inovatif,

b) Service pelayanan yang diterapkan perusahaan agar dapat memuaskan konsumen,

c) Avoiding Actions that Damage Trust, kepercayaan dan dukungan masyarakat dan komunitas lokal lainnya.

2) Social Dimension, adalah bentuk perhagaan dari perusahaan yang diberikan kepada stakeholder internal maupun eksternal. Dimensi sosial memiliki indkator (Semuel, 2008:37):


(41)

b) Social Activities berupa corporate philantrophy, corporate volunteering, dan cause-related marketing.

3) Environment Dimension, adalah tindakan perusahaan agar dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, Indikatornya adalah (Semuel, 2008:37) :

a) Waste Management adalah usaha perusahaan untuk melakukan recycle, reduce, reuse untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas perusahaan terhadap lingkungan, dan

b) Producing Environment Friendly Product adalah usaha perusahaan untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan.

Corporate Image (Y)

Corporate Image adalah usaha-usaha perusahaan untuk meningkatkan reputasi yang dijabarkan melalui dimensi (Samuel : 2008 ) :

1) Moralities (Moral) adalah moral yang ditunjukan perusahaan terhadap lingkungan sosialnya, meliputi indikator (Semuel, 2008:40):

a) Charity Activities, kegiatan-kegiatan sosial yang diperuntukan kepada masyarakat sekitarnya.

b) Eco-friendly Activities, adalah proses produksi yang menghasilkan produk yang ramah lingkungan.

2) Managements (Manajemen), adalah usaha pengelolaan perusahaan yang dilakukan dengan baik, dengan indikator (Semuel, 2008:40):


(42)

kepuasan konsumennya,

b) Teamwork, adalah bentuk kerjasama yang ditunjukan antara pekerja di perusahaan.

3) Performance (Kinerja), berkaitan dengan kinerja yang ditunjukan perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnisnya, indikatornya meliputi (Semuel, 2008:41):

a) Reasonability of price, adalah kesesuaian harga yang dibayarkan konsumen dengan kualitas produk yang didapatkan,

b) Promotional activities, kegiatan promosi yang mampu menarik perhatian konsumennya,

c) Advertisement, pengiklanan yang mendongkrak pendapatan bagi perusahaaan,

d) Selling Channel, kemudahan untuk bertransaksi yang disediakan oleh perusahaan.

4) Services (Layanan), berkaitan dengan usaha-usaha yang dilakukan perusahaan untuk memuaskan konsumennya, indikatornya adalah (Semuel, 2008:41):

a) Speed of Service, kecepatan yang diberikan dalam melayani konsumen, b) Handling Complaint, bagaimana pekerja mengatasi komplain dari

konsumennya,

c) Focussing on custommer’s needs, adalah kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggannya.


(43)

suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dalam tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. (Assael,1998 : 41 ) memiliki indikator :

Rangsangan

2. Kesadaran

3. Pencarian informasi

3.1.1. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan ialah Skala Interval, yaitu skala jarak antara data satu dengan data yang lain sama tetapi tidak merupakan nilai nol absolut (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 105). sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial yang mempunyai skala 7 poin dengan pola sebagai berikut :

1 7

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Keterangan : Jawaban dengan nilai 1 berarti kecenderungan tidak menyetujui pernyataan yang diberikan (negatif), jawaban dengan nilai antara 7 berarti menyetujui pernyataan yang diberikan (positif).

3.2. Teknik Penentuan Sampel


(44)

karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok asubyek atau obyek yang laen,dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian ( Sumarsono, 2004 : 44). Populasi dalam penelitian ini adalah setiap pengunjung Carefour.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik teknik accidental sampling, yaitu pengambilan dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap pengunjung Carefour pada saat mereka berada di Carefour

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Dalam penelitian ini sampel diambil dari pelanggan yang berada di carrefour surabaya timur dengan jumlah minimal 21 indikator x 5 = 105


(45)

pada penelitian ini responden yang diambil sebanyak 105 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data.

3.3.1. Jenis Data.

Data Primer

Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang diisi oleh pelanggan Carefour.

3.3.2. Sumber Data.

Sumber data diperoleh dari Hasil penyebaran kuesioner atau jawaban dari pelanggan Carefour di Surabaya timur.

3.3.3. Pengumpulan Data.

1. Teknik wawancara.

Melakukan wawancara secara langsung dengan pelanggan Carefour.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.


(46)

dalam penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang diperoleh dan dipergunakan dalam penelitian tersebut (Ancok, 1991:63). Kualitas data yang diperoleh sangat ditentukan oleh kesungguhan responden dalam menjawab semua pertanyaan penelitian, alat pengukuran (berupa kuisioner) yang dipergunakan mengumpulkan data tersebut, apakah memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Berdasarkan skala pengukuran yang dipakai dan kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini, maka untuk mengetahui sejauh mana suatu uji dapat mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur dengan AMOS 4.0, teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis konfirmatori.

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM).

1. Asumsi Model (Structural Equation Modelling)

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1 Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standart errornya dan skewnwss value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif, dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z_value. Pada tingkat signifikan 1% jika Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. 3. Normal Probabilitas Plot (SPSS 10.1).


(47)

pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.

b. Evaluasi Atas Outlier

1. Mengamati nilai Z score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier.

2. Multivariate outlier diuji dengan criteria jarak mahalonobis pada tingkat P < 0,001. Jarak diuji dengan chi_square [X2] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila mahalonobis > dari nilai X2 adalah multivariate outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair, et, al, 1998).

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinan Matriks Covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matriks mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick & Fidell, 1996).

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai


(48)

menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indicator itu mengindikasikan senuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/konstruk akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap observed variabel dan latent variabel. (Hair, et, al, 1998)

2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau P (Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan. (Hair, et, al, 1998)

3. Pengujian Model dengan Two – Step Approach

Two-Step Approach to Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.2. Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan (Hartline & Ferrell, 1996), dan keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara molekul pengukuran dan model structural pada One-Step Approach (Hair et.al., 1998). Yang dilakukan dalam Two-Step Approach to SEM adalah : estimasi terhadap measurement model dan estimasi


(49)

dalam menganalisis SEM dengan Two-Step Approach adalah sebagai berikut : a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator

summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut (Hair et.al., 1998).

b. Menetapkan error [ ] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,1 kali 2 dan lambda terms dengan rumus 0,95 kali [Anderson dan Gerbing, 1988]. Perhitungan construct reliability [α] telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [ ] dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ ] dan lambda [λ] terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.

4. Evaluasi Model

Hair et.al.,1998, menjelaskan bahwa pada “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah


(50)

model-penting dalam penggunaan structural equation modeling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai criteria goodness of fit, yakni chi-square, probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, Cmin / DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.

Tabel 3.1 : Goodness of Fit Indices

Goodness of Fit Index

Keterangan Cut-Off Value

X2 chi square Menguji apakah covariance populasi yang

diestimasi sama dengan covariance sample [apakah model sesuai dengan data]

Diharapkan kecil, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan

matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi

Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan chi square

pada sampel besar

≤ 0,08

GFI Menghitung proporsi tertimbang varians

dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang

diestimasi [analog dengan R2 dalam

regresi berganda]

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90

C min / DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00

TLI Perbandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model

≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive

terhadap besarnya sampel dan kerumitan model

≥ 0,94


(51)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejerah singkat Perusahaan

Carrefour Indonesia memulai sejarahnya di Indonesia pada bulan Oktober 1998 dengan membuka unit pertama di Cempaka Putih. Pada saat yang sama, Continent, juga sebuah paserba dari Perancis, membuka unit pertamanya di Pasar Festival.

Pada penghujung 1999, Carrefour dan Promodes (Induk perusahaan Continent) sepakat untuk melakukan penggabungan atas semua usahanya di seluruh dunia. Penggabungan ini membentuk suatu grup usaha ritel terbesar kedua

di unia dengan memakai nama Carrefour. Dengan terbentuknya Carrefour baru ini, maka segala sumber daya yang dimiliki

kedua group tadi menjadi difokuskan untuk lebih memenuhi dan memuaskan kebutuhan pelanggan kami. Penggabungan ini memungkinkan kami untuk meningkatkan kinerja paserba – paserba kami, mendapat manfaat dari keahlian karyawan – karyawan kami di Indonesia dan di dunia, dan mengantisipasi terjadinya evolusi ritel dalam skala nasional dan global.


(52)

Benar Murah) di Carrefour Seasons City, Jakarta. Untuk saat ini, terdapat 12 jenis produk dengan harga jual 30% lebih murah dari harga merk nasional dan tentunya tanpa mengurangi kualitas produk tersebut. BBM diterapkan di semua gerai Carrefour di Indonesia mulai tanggal 31 Maret 2010. Program yang baru pertama ada di Indonesia ini sengaja diluncurkan Carrefour untuk membuktikan eksistensi produk asli Indonesia ditengah maraknya produk impor yang masuk ke Indonesia.

Program BBM merupakan program permanen Carrefour dan bukan merupakan program promosi bulanan. Hal ini ditegaskan Irawan Kadarman, Corporate Affairs Director PT. Carrefour Indonesia saat peluncuran program BBM. “Kami sudah cukup lama melakukan berbagai persiapan untuk meluncurkan BBM. BBM memang kami siapkan sebagai program permanen dan bukan merupakan program promosi bulanan seperti yang selama ini biasa dilakukan gerai pasar modern. Setelah peluncuran 12 produk BBM inipun kami terus melakukan kajian sehingga kelak jumlah jenis produk BBM terus bertambah, tidak hanya 12 produk,” jelas Irawan.

BBM dirancang untuk menguntungkan semua pihak. “Pelanggan kami akan diuntungkan karena membeli produk berkualitas dengan lebih murah. Carrefour menjamin kepuasan pelanggan. Bila pelanggan tidak puas maka 100% uangnya akan kembali. Pemasok pun mendapat keuntungan berlipat karena kesempatan untuk meningkatkan penjualan terbuka lebar termasuk pemasok UKM yang turut serta dalam program BBM ini. Bahkan kami tidak memasukkan produk


(53)

tambah Irawan.

Selain membuktikan eksistensi produk asli Indonesia, BBM diharapkan dapat membantu daya beli masyarakat yang ditengarai sedang turun akibat berbagai hal termasuk imbas krisis ekonomi global. Seluruh produk BBM merupakan produk yang berdasarkan data internal Carrefour merupakan produk paling dicari oleh pelanggan. “Produk BBM bukan merupakan produk tidak laku yang dijual murah, tapi produk ini telah dibuktikan sebagai produk paling laku di seluruh gerai Carrefour. Contoh produk beras, kami sampai menyediakan 2 jenis beras di BBM, setra ramos dan pandan wangi, karena memang 2 beras ini adalah beras yang paling dicari, demikian pula dengan minyak goreng, air mineral dan deterjen” kata Irawan.

Produk lain yang termasuk program BBM selain beras adalah minyak goreng, air mineral dan deterjen adalah kecap manis, tissue untuk muka, tissue gulung, kapas, abon sapi, sosis sapi dan nugget ayam. Semua produk yang termasuk BBM telah diberi petunjuk label BBM berlatar belakang oval kuning dengan 2 ibu jari di pojok kiri bawah. Saat ditanya bagaimana bila ada kompetitor yang meniru program ini? Irawan mempersilahkan saja selama tidak merugikan masyarakat terutama para pemasok yang selalu dipandang Carrefour sebagai mitra usaha.

4.1.2. Komitmen Carrefour

1. Ada yang Lebih Murah Kami Ganti 10x lipat


(54)

minggu.

4. Perbandingan selisih hanya bisa dilakukan untuk gerai moderen (Griya/Yogya, Giant Superindo, Hero dan Hypermart) yang berjarak maksimum 2 km dari Carrefour tempat Anda mengklaim dan tidak berlaku untuk pembelian di pasar tradisional atau toko kecil.

5. Hanya berlaku untuk produk kebutuhan sehari-hari (grocery) dan produk segar, kecuali departemen Bakery dan Salad Bar.

6. Selisih harga akan diganti sebesar 10 kali lipat. Pelanggan harus menunjukkan struk belanja Carrefour dan struk belanja gerai moderen lain pada hari yang sama. 7. Khusus untuk harga promosi kompetitor, klaim hanya akan diberlakukan

penggantian selisih 1 kali lipat.

8. Klaim hanya bisa dilakukan untuk maksimal 5 jenis barang yang berbeda dan setiap jenisnya maksimal 1 unit atau seberat 1 kg, nilai maksimum pengembalian Rp. 100.000,00 dari setiap struk pembelanjaan.

9. Pengembalian selisih harga ini bisa dilakukan setelah pelanggan mengisi dan mengembalikan formulir di Bagian Pusat Informasi, sambil membawa dan menunjukkan barang yang dibeli lengkap dengan struk belanja Carrefour dan struk belanja gerai moderen lain, satu struk hanya untuk satu kali klaim

10.Semua penggantian 10 kali hanya bisa dilakukan di kasir Bagian Pusat Informasi.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan


(55)

responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 105 responden 20 responden (20%) adalah laki-laki, 85 responden (80%) perempuan.

Tabel 4.1

Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 20 20

Perempuan 85 80

Total 110 100 Sumber : Lampiran.

b. Deskripsi responden berdasarkan kelompok pendidikan

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden terbesar adalah berpendidikan D3 sebanyak 52 orang (52%), selanjutnya responden yang berpendidikan S1 sebanyak sejumlah 27 orang (22%), D1 sebanyak sejumlah 12 orang (12%)selanjutnya responden sedikit adalah SMU sejumlah 14 orang (14%).

Tabel 4.2

Identitas Responden Menurut Pendidikan

No Jabatan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SMU 14 14

2. D1 12 12

3. D3 52 52

4. S1 27 22

Total 105 100


(56)

4.2.2. Uji Outlier Multivariate

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate

Minimum Maximum Mean Std.

Deviation N

Predicted Value 0.538 100.899 53.000 22.941 105

Std. Predicted Value -2.287 2.088 0.000 1.000 105

Standard Error of Predicted

Value 6.786 15.524 10.131 1.648 105

Adjusted Predicted Value -3.420 101.535 52.764 23.505 105

Residual -53.892 47.421 0.000 20.030 105

Std. Residual -2.404 2.115 0.000 0.893 105

Stud. Residual -2.677 2.271 0.004 1.000 105

Deleted Residual -66.853 54.687 0.236 25.154 105

Stud. Deleted Residual -2.784 2.331 0.003 1.010 105

Mahalanobis Distance [MD] 8.536 4 8 .8 6 5 20.800 7.149 105

Cook's Distance 0.000 0.078 0.012 0.014 105

Centered Leverage Value 0.082 0.470 0.200 0.069 105


(57)

terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum 48,865 ≥ 46,797

4.2.3. Uji Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran – ukuran dan mengeliminasi butir – butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal

Konstrak Indikator Item to Total

Correlation Koefisien Cronbach's Alpha X11 0.655 X12 0.845 Economic X13 0.802 0.652 X21 0.957 Social

X22 0.954 0.904

X31 0.758 Environment

X32 0.845 0.444

X41 0.662 Moralities

X42 0.802 0.150

X51 0.839 Management

X52 0.810 0.529

Y11 0.617 Y12 0.549 Y13 0.460 Performance Y14 0.574 0.231 Y21 0.705 Y22 0.861 Service Y23 0.783 0.683 Z1 0.501 Z2 0.772 Purchase Intention Z3 0.711 0.386

Sumber : Lampiran

Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi reliabilitas setiap skala [variabel atau indikator observasian]. Sementara itu item to total


(58)

item yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan.

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator belum seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan kurang baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].

4.2.4. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas

Faktor Loading Konstrak Indikator

1 2 3 4 X11 0.538


(59)

X31 0.448 Environment

X32 0.706

X41 0.129

Moralities

X42 0.999

X51 0.904

Management

X52 0.442

Y11 0.521

Y12 0.715

Y13 -0.014

Performance

Y14 0.247

Y21 0.540 Y22 0.854 Service

Y23 0.637

Z1 0.127

Z2 0.400

Purchase Intention

Z3 0.782

Sumber : Lampiran

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct belum seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik.

4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal crobach’s alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance eztracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan memberikan penelitian kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.

Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated

Konstrak Indikator Standardize

Factor Loading

SFL

Kuadrat Error [εj]

Construct Reliability

Variance Extrated

X11 0.538 0.289 0.711

X12 0.797 0.635 0.365

Economic

X13 0.571 0.326 0.674


(60)

Environment

X32 0.706 0.498 0.502 0.506 0.350

X41 0.129 0.017 0.983

Moralities

X42 0.999 0.998 0.002 0.564 0.507

X51 0.904 0.817 0.183

Management

X52 0.442 0.195 0.805 0.647 0.506

Y11 0.521 0.271 0.729

Y12 0.715 0.511 0.489

Performance

Y14 -0.014 0.000 1.000

0.402 0.261

Y21 0.247 0.061 0.939

Y22 0.540 0.292 0.708

Service

Y23 0.854 0.729 0.271

0.584 0.361

Z1 0.637 0.406 0.594

Z2 0.127 0.016 0.984

Purchase Intention

Z3 0.400 0.160 0.840

0.359 0.194

Sumber : Lampiran

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.

'Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.

4.2.6. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk


(61)

dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar  2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara  2,58 dan itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.7. Assessment of Normality

Variable min max kurtosis c.r.

X11 3 7 1.015 2.122

X12 1 7 0.039 0.081

X13 1 7 1.875 3.922

X21 1 7 -0.450 -0.940

X22 3 7 -0.869 -1.818

X31 1 7 1.678 3.509

X32 1 7 1.014 2.122

Y11 2 7 0.070 0.146

Y12 2 7 -1.327 -2.776

Y21 3 7 -1.301 -2.721

Y22 2 7 -1.239 -2.592

Y31 2 7 -0.867 -1.813

Y32 1 7 -0.159 -0.332

Y33 1 7 1.037 2.169

Y34 2 7 -1.368 -2.861

Y41 2 7 -0.882 -1.845

Y42 2 7 -0.828 -1.732

Y43 1 7 -0.940 -1.965

Z1 4 7 -0.320 -0.670

Z2 1 7 0.717 1.500

Z3 3 7 -0.299 -0.625

M u lt iva r ia t e 18.708 3 .0 8 4

Sumber : Lampiran

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [1%] yaitu sebesar ± 2,58.


(62)

itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.2.7. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one – steep approach to SEM). One – steep approach to SEM digunakan bila model dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik (Hair, et,al, 1998).


(63)

Economic 1 CSR d_ec 1 X11

er_1 1 1

X12 er_2 1 Social d_sc X21 er_4 1 1 1 Management d_mn Y21 er_6 1 1 1 Environment 0,005 d_en X31 er_11 Moralities d_mr Y11 er_13 Performance d_pr Y31 er_15 Y32 er_16 Y33 er_17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X13 er_3 1 X22 er_5 1 Y22 er_7 1

X32 1er_12

Y12 0,005 er_14 1 Purchase Intention d_pi Z1 er_8 Z2 er_9 Service

d_sv Y41 er_19

Y42 er_20 Z3 er_10 1 1 1 1

1 1 1

1 1

Corporate Image

Y43 1er_21

0,005 d_ci 1

Y34 1er_18

Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model

Cmin/DF 1.567 ≤ 2,00 baik

Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik

RMSEA 0.074 ≤ 0,08 baik

GFI 0.806 ≥ 0,90 kurang baik

AGFI 0.753 ≥ 0,90 kurang baik

TLI 0.742 ≥ 0,95 kurang baik

CFI 0.776 ≥ 0,94 kurang baik

Sumber : Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang kurang baik, berarti model kurang sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta.


(64)

Economic 1 CSR d_ec 1 X11

er_1 1 1

X12 er_2 1 Social d_sc X21 er_4 1 1 1 Management d_mn Y21 er_6 1 1 1 Environment 0,005 d_en X31 er_11 Moralities 0,005 d_mr Y11 er_13 Performance d_pr Y31 er_15 Y32 er_16 Y33 er_17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X13 er_3 1 X22 er_5 1 Y22 er_7 1

X32 1er_12

Y12 0,005 er_14 1 Purchase Intention d_pi Z1 er_8 Z2 er_9 Service

d_sv Y41 er_19

Y42 er_20 Z3 er_10 1 1 1 1

1 1 1

1 1

Corporate Image

Y43 1er_21 0,005

d_ci 1

Y34 1er_18

Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi

Model

Cmin/DF 1.006 ≤ 2,00 baik

Probability 0.463 ≥ 0,05 baik

RMSEA 0.008 ≤ 0,08 baik

GFI 0.900 ≥ 0,90 baik

AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik

TLI 0.997 ≥ 0,95 baik

CFI 0.998 ≥ 0,94 baik

Sumber : Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step modification model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variable.


(65)

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 12,499 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.

Tabel 4.8. Data Uji Kausalitas

Ustd Std

Faktor  Faktor Estimate Estimate Prob.

Corporate_Image  CSR 0,021 0,281 0,039

Purchase_Intention  CSR 0,178 0,015 0,450

Purchase_Intention  Corporate_Image 0,074 0,353 0,001

Batas Signifikansi  ≤ 0,10

Sumber : Lampiran

4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :

a. Faktor CSR berpengaruh positif terhadap Faktor Corporate Image, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,039 ≤ 0,10 [signifikan [positif].

b. Faktor CSR berpengaruh positif terhadap Faktor Purchase Intention, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,450 > 0,10 [tidak signifikan [positif].


(1)

bahwa pada kegiatan bisnis abad 21, masalah social dan lingkungan merupakan alat stategi bisnis yang dapat diandalkan. CSR dapat meyakinkan kepercayaan eksekutif perusahaan bahwa hal tersebut dapat membantu perusahaan mendapat pelanggan baru.

Untuk hipotesis ketiga Corporate image berpengaruh positif terhadap Purchase intention Carrefour Surabaya timur. Hasil ini menunjukkan bahwa Samuel (2008) , Corporate image adalah kesan-kesan yang dimiliki oleh public terhadp perusahaan. Corporate image dapat dikatakan sebagai fungsi dari akumulasi pelngalaman pembelian yang memiliki dua komponen yaitu, functional, dan emotional. Functional berkatan dengan atribut nyata yang dapat diukur dengan mudah sedangkan emotional berkaitan dengan factor psikologi yang meliputi perasaan dan perilaku terhadap perusahaan.jadi dapat disimpulkan bahwa corporate image adalah hasil dari sebuah proses dimana konsumen telah membandingkan berbagai atribut yang dimiliki perusahaan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut :

a. Persepsi Pelanggan mempunyai pengaruh yang positif terhadap Kepuasan

Pelanggan pada Carrefour

b. Kepuasan Pelanggan mempunyai pengaruh yang positif terhadap Kepercayaan

Pelanggan pada Carrefour

c. Kepercayaan Pelanggan mempunyai pengaruh yang positif terhadap Kesetiaan

Pelanggan pada Carrefour

5.2 Saran

Sehubungan dengan permasalahan dari hasil analisa data yang telah disajikan dihasil penelitian,maka dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat, antara lain :

a. Pihak Carrefour hendaknya lebih sering mengadakan kegiatan-kegiatan social

yang melibatkan masyarakat sekitar,supaya dapat meningkatkan image perusahaan.


(3)

b. Dalam meningkatkan corporate image,pihak carefour di harapkan banyak menjual barang-barang / produk yang ramah lingkungan.

c. Selain itu sering diadakannya promo dan discount juga akan diharapkan

meningkatkan minat beli.

d. Sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya, disarankan agar

menggunakan variabel lain diluar penelitian ini yang diduga mempunyai hubungan dengan corporate social responsibility.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta

Ancok. D. 1991. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta : Pusat

Anggraini, Fr. Reni Retno 2008, “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi 9

Assael, 1998, Consumer Behavior and Marketing Action. 6th ed., Cincinnati OH: South

Western College Publishing

Badri,2007, Peran Public Relation (RP) Dalam Membangun Citra Perusahaan Melalui

Program Corporate Social Responsibility (CSR)

Chahal, H. & Sharma, R.D. 2006. Implications of corporate social responsibility on

marketing performance: A conceptual framework. Journal of Services Research, 6(1) April 2006

Daniri, Achmad. 2007. Good Corporate Governance, Konsep dan Penerapannya Dalam

Konteks Indonesia, Jakarta. PT. Ray Indonesia.

September 2006. Darley, WK dan JS Lim, 1999, “Effect of Store Image and Attitude

Toward Secondhand Store on Shopping Frequency and Distance Traveled”, International Journal of Retail Management, Vol. 27 No. 8

Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen,

Penerbit BP Undip, Semarang.

Freeman, 1984, Strategic Management : A Stakeholder Approach Boston, Firm an USA.

Hair, J.F. et. Al, 1998, Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall

International, Inc., New Jersey.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell, 1996, “The Management of Customer-Contact

Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing.

Irawan, Ronny, 2008, ”Corporate Social Responsiility: Tinjauan Menurut Perturan


(5)

Iman Mulyana Dwi Suwandi. 2010. Citra Perusahaan. Seri Manajemen Pemasara.

www.e-iman.uni.cc

Kasali, Renald, 2010, Membidik Pasar Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Kelly, 1991. Pemasaran, Konsep dan Strategi, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta:

Gramedia

Kinnear, Thomas C dan James R Taylor., 1995., “Marketing research: An Applied

Approach., 5 th edition., USA

Kotler, Philip., dan Nancy Lee., 2005, Corporate Social Responsibility: Doing the Most

Good for Your Company and Your Cause, New Jersey, John Wiley and Sons, Inc, Hoboken.

___________, & Amstrong, G. 2001 : 23, Marketing An Introduction (3rd). Amerika:

Prentice – Hall, inc.

___________, & Amstrong, G. 1997. Marketing An Introduction (3rd). Amerika:

Prentice – Hall, inc.

Redman, Elizabeth. 2005. Three Models of Corporate Social Responsibility: Implications

for Public policy. Roosevelt Review.

Samuel, Hatane & Novia, K. 2008. Perilaku keputusan pembelian konsumen restoran melalui stimulus 50% discount di Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, 2(2), pp. 73-80

Social Investment Forum. 2003, Report on Socially

Steiner dan Miner, 1998, Kebijakan Dan Strategi Manajemen. Penerbit Erlangga. Jakarta Responsible Investing Trends Sukarno, Gendut dan Anggraini, Febrin, 2008, ”Corporate

Reputation Melalui pendekatan Corporate Social Responsibility di Lingkungan

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA 1X” Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol

3, Nomor 2

Sutisna., Prawitra Teddy, 2001. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, PT.

Rosdakarya : Bandung

Sumarsono, 2002, Metodologi Penelitian, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi, UPN

”Veteran” Jawa Timur.

Susanto, A.B, 2009, Reputation – Driven, Corporate Social Responbility, Pendekatan Strategic Management dalam CSR, Erlangga Group


(6)

Swastha dan Hani Handoko, 2006, Manajemen Perusahaan Analisa Perilaku Konsumen,

Yogyakarta : Liberty Edisi Pertama

Tjiptono, Fandi. 1997, Manajemen Jasa, Edisi Pertama, Andi Offset, Yogyakarta.

Vera Retno Juwita , 2006. Membangun Citra Perusahaan Melalui Program Desaku

Hijau (Studi pada PT HM Sampoerna di Pekalongan), Tesis, Universitas Diponegoro


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013

48 518 89

Pengaruh Publikasi Program Corporate Social Responsibility Dalam Periklanan Terhadap Peningkatan Minat Beli Konsumen Pada Produk Air Mineral Aqua

1 70 100

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerialdan Kepemilikan Institusionalserta Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 55 104

Pengaruh Good Corporate Governance &amp; Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate &amp; Property pada BEI 2011-2013

0 77 98

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Nilai Perusahaan, Dan Kualitas Audit, Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

4 98 116

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 179 88

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Internal Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Sinar SosroTanjung Morawa Sumatera Utara

4 49 116

Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa dan Citra Perusahaan(Studi Kasus Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa Djarum Terhadap Peningkatan Citra Positif Perusahaan PT Djarum pada Mahasiswa US

4 66 121

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP CORPORATE IMAGE AUTO 2000 SURABAYA (Studi Pada Pelanggan AUTO 2000 Jemursari Surabaya).

0 3 74

SKRIPSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP CORPORATE IMAGE AUTO 2000 SURABAYA (Studi Pada Pelanggan AUTO 2000 Jemursari Surabaya)

1 0 17