Dalam penelitian ini, indeks perataan laba yang digunakan adalah Ideks Eckel. Penelitian ini mempunyai variabel independen berupa jenis
perusahaan, ukuran perusahaan, rasio leverage operasi, dan Net Profit Margin. Ukuran variabel independen untuk ukuran perusahaan
menggunakan rasio total asset, sedangkan jenis usaha merupakan variabel dummy yang membedakan kelompok usaha manufaktur dan non-
manufaktur. Hipotesis dalam penelitian ini di uji dengan menggunakan binary
logistic regression. Hasil dari penelitian ini adalah jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio leverage operasi dan Net Profit Margin tidak
mempengaruhi tindakan perataan laba. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat indikasi dilakukannya praktik perataan laba.
E. Hipotesis Penelitian
Ukuran perusahaan merupakan faktor pendorong praktik perataan laba karena semakin besar perusahaan berarti semakin menjadi perhatian publik.
Perataan laba bagi perusahaan besar bertujuan untuk mempertahankan image perusahaan itu sendiri. Perusahaan besar cenderung memiliki laba operasi yang
besar. Perusahaan besar juga menghadapi lingkungan ekonomi yang berubah- ubah. Dengan demikian perusahaan besar memiliki kemungkinan mengalami
kerugian yang besar pula. Fluktuasi laba yang sangat besar akan memperburuk image perusahaan di mata publik. Dari kajian di atas dapat disimpilkan bahwa
ukuran perusahaan dan praktik perataan laba memiliki hubungan positif,
semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut melakukan praktik perataan laba.
ROE menunjukkan efektivitas dan efisiensi investasi dalam menghasilkan laba. Praktik perataan laba dilakukan untuk memberi kesan
positif kepada pihak eksternal mengenai kinerja perusahaan tersebut. Semakin besar ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal
sendiri untuk menghasilkan labakentungan bersih. Dalam praktiknya dengan ROE perusahaan dapat melakukan berbagai kebijakan berhubungan dengan
perataan laba untuk kepentingan eksternal perusahaan yang bekaitan dengan investor atau pihak luar perusahaan.
Menurut Archibald, 1967 yang dikutip oleh Jatiningrum 2000 proporsi tertinggi perusahaan melakukan praktik perataan laba terjadi pada saat
profitabilitas perusahaan rendah. Praktik perataan laba dilakukan untuk memberi kesan positif kepada pihak eksternal mengenai kinerja perusahaan
tersebut, karena perusahaan dengan tingkat profitabilits rendah akan sulit menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dari kajian
tersebut dapat dikatakan bahwa ROE dan perataan laba mempunyai hubungan positif.
Net Profit Margin mencerminkan kinerja manajemen perusahaan. Net Profit Margin tinggi mencerminkan bahwa kinerja manajemen baik. Kinerja
yang baik akan meningkatkan kepuasan pihak eksternal terhadap manajemen. Hal tersebut akan meningkatkan penilaian pihak eksternal terhadap
manajemen. Apabila Net Profit Margin rendah, maka kinerja manajemen akan
dinilai buruk oleh pihak eksternal. Perataan laba cenderung akan dilakukan manajemen apabila perusahaan memiliki tingkat Net Profit Margin rendah.
Manajemen melakukan perataan laba untuk memperbaiki penilaian pihak eksternal terhadap manajemen. Sehingga, Net Profit Margin dan perataan laba
dapat dikatakan mempunyai hubungan positif. Debt to Total Assets merupakan rasio antara total hutang terhadap total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio DTA menunjukkan semakin besar aktiva yang digunakan oleh perusahaan yang dibiayai oleh
pinjaman hutang dari pihak luar. Dengan semakin besarnya hutang untuk membiayai aktiva, maka laba yang akan menjadi kecil sehubungan dengan
besarnya utang untuk membiayai aktiva tersebut. Dengan kajian tersebut, maka dapat dikatakan DTA dan perataan laba mempunyai hubungan positif.
Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt total hutang dengan total shareholder’s equity total modal sendiri.
Total debt merupakan total liabilities baik utang jangka pendek maupun jangka panjang: sedangkan total shaareholder’s equity merupakan total modal
sendiri total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio DER termasuk alat untuk mengukur tingkat
leverage perusahaan. Perusahaan dengan DER yang rendah akan mempunyai risiko yang lebih kecil dan sebaliknya perusahaan dengan DER yang tinggi
akan mempunyai risiko yang lebih besar. Semakin besar nilai DER suatu perusahaan berarti laba usaha perusahaan semakin besar terserap untuk
melunasi kewajiban. Dari hal tersebut kemungkinan besar perusahaan akan
melakukan praktik perataan laba sehubungan dengan image perusahaan di mata publik agar terkesan positif. Oleh karena itu, DER dan praktik perataan laba
dapat dikatakan mempunyai hubungan positif. Dengan melihat Uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
praktik perataan laba di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H
1
: Ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROE dan NPM, leverage ratio perusahaan yang diukur dengan DTA dan DER
berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba. H
2
: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba. H
3
: Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Return On Equity ROE berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
H
4
: Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Net Profit Margin NPM berpengaruh terhadap praktik pertaan laba.
H
5
: Leverage ratio perusahaan yang diukur dengan Debt to Total Assets DTA berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
H
6
: Leverage ratio perusahaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio DER berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
31
BAB III METODE PENELITIAN