6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pajak 1. Definisi dan Unsur Pajak
Definisi pajak menurut Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 mengenai Ketentuan Umum Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan
1990: 5 menyatakan: ”Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak
mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur- unsur:
a. Iuran rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang bukan barang.
b. Berdasarkan Undang-Undang.
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa ada jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Fungsi Pajak Ada dua fungsi pajak Waluyo, 2008: 6, yaitu:
a. Fungsi Penerimaan Budgeter
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
b. Fungsi Mengatur Reguler
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
3. Tata Cara Pemungutan Pajak Menurut Waluyo 2008: 16 cara pemungutan pajak adalah sebagai
berikut: a.
Stelsel Pajak Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 tiga stelsel, adalah
sebagai berikut:
1 Stelsel anggapan fictive stelsel
Pengenaan pajak di dasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-Undang, sebagai contoh; penghasilan suatu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk
pajak berjalan. 2
Stelsel campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya, apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut
anggapan, maka wajib pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya
dapat diminta kembali. b.
Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi Waluyo, 2008: 17:
1 Official Assessment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Ciri-ciri Official Assessment System adalah sebagai berikut: a
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.
b Wajib pajak bersifat pasif.
c Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus. 2
Self Assessment System Sistem ini memberikan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar. 3
Withholding System Sistem ini memberikan pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
B. Pajak Penghasilan