Analisis perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap Self Assessment System berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil : studi kasus pada wajib orang pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta.

(1)

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG

PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM

BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN GOLONGAN

PEGAWAI NEGERI SIPIL

Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Albertus Langgeng Triyono

NIM : 062114071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG

PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM

BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN GOLONGAN

PEGAWAI NEGERI SIPIL

Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Albertus Langgeng Triyono NIM : 062114071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan

orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya

mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah

(Thomas Alva Edison)

Cobalah tidak untuk menjadi seseorang yang sukses, tetapi

menjadi seseorang yang bernilai

(Albert Einstein)

Skripsi ini kupersembakan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

 Kedua Orang Tuaku (Antonius Mulyono dan Titik Sukestri) serta kakakku (Sisilia Rina Lestari)

 Keluarga besarku di Bantul  Monika Liawanda

 Heri Tri Haryanto, Wasis Wardoyo, Rory Efriandi, Theodosius Yanuar, Wisnu Ari Prasetyo, Satriadhi Prabowo, Yohanes Ari Chandra, Agung Nugraha, Piuz Rezky.


(6)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Perbedaan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Golongan Pegawai Negeri Sipil (studi kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 14 juni 2013 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 05 Juni 2013 Yang membuat pernyataan


(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Albertus Langgeng Triyono

Nomor Mahasiswa : 062114071

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Analisis Perbedaan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Golongan Pegawai Negeri Sipil. Studi kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta.

Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 07 Juni 2013 Yang menyatakan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., sebagai pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Bambang Wisnu Handoyo, selaku Kepala DPPKA Yogyakarta dan seluruh staf atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kedua Orang Tuaku dan Kakakku tersayang yang selalu mendorong, memberikan semangat dan mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat selesai.

5. Keluarga besar Bantul: Mbah Kakung, Mbah Putri, Pakle, Bulek Waluyo, Bulek Peni, Lek Hardi, Menil, Denok, Asri, dan Dita yang selalu mendukung dan memberikan doa.


(9)

6. Kekasihku Monika Liawanda yang selalu mendoakanku dan tidak henti-hentinya memberi semangat serta dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabatku: Bangher, Wasis, Efri, Pius, Wisnu, Yadi, Ithok, Codot, Agung, Theo, Lele, Greg, Azhari, Ishak, Vika, Rizki, Kangdhi, Wawan atas doa, semangat, dan dukungan dari kalian semua.

8. Teman-teman Bimbingan: Chandra, Billy, Eska, Yudha, Erwin, Prana. 9. Teman-teman akuntansi angkatan 2006 atas kebersamaan belajar selama ini. 10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala

dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Juni 2013


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT. ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Pajak ... 6

B. Pajak Penghasilan... 9

C. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 17

D. Sikap Manusia ... 19

E. Persepsi ... 22

F. Hasil Penelitian Sebelumnya... 29

G. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System ... 30


(11)

H. Hubungan antara Golongan Pegawai Negeri Sipil Dengan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap

Self Assessment System ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C. Subyek dan Objek Penelitian ... 34

D. Data Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Variabel Penelitian ... 36

G. Teknik Pengukuran Data ... 37

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 37

I. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 48

B. Pengujian Data ... 56

C. Analisis Data ... 59

D. Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 67

B. Keterbatasan Penelitian ... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Skor Penilaian ... 37

Tabel 3.2 Tingkatan Skor persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi ... 40

Tabel 3.3 Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

Tabel 3.4 Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

Tabel 3.5 Perhitungan fh variabel tingkat pendidikan ... 42

Tabel 3.6 Perhitungan Chi-square Variabel Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel 3.7 Rekapitulasi Data kuesioner berdasarkan golongan PNS ... 44

Tabel 3.8 Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan golongan PNS ... 45

Tabel 3.9 Perhitungan fh variabel golongan PNS ... 46

Tabel 3.10 Perhitungan Chi-square Variabel golongan PNS ... 46

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Umur ... 49

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50

Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pangkat, Golongan/Ruang ... 51

Tabel 4.5 Data Responden Berdasarkan Masa Kerja atau Lamanya Kerja ... 53

Tabel 4.6 Data Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan ... 54


(13)

Tabel 4.8 Data Responden Berdasarkan Kepemilikan Usaha

atau Penghasilan Lain ... 56 Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas ... 57 Tabel 4.10 Skor kategori persepsi self assessment system ... 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Konsepsi Skematik Mengenai Sikap ... 21


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuesioner ... 72 Lampiran 2. Pengujian Validitas dan Reabilitas ... 79 Lampiran 3. Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 89 Lampiran 4. Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Golongan

Pegawai Negeri Sipil ... 99 Lampiran 5. Surat Keterangan/Ijin Penelitian ... 109


(16)

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM BERDASARKAN TINGKAT

PENDIDIKAN DAN GOLONGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Studi kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja

di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta

Albertus Langgeng Triyono NIM: 062114071

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai ada atau tidaknya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menanggapi self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil. Setiap orang memiliki perbedaan dalam berpikir sesuai dengan jenjang pendidikannya. Golongan Pegawai Negeri Sipil memiliki perbedaan tingkatan berdasarkan prestasi kerja dan pengabdiannya. Munculnya persepsi wajib pajak dapat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.

Penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan November tahun 2012. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan metode chi-square.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.


(17)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE DIFFERENT PERCEPTION OF INDIVIDUAL TAX PAYERS ABOUT SELF ASSESSMENT SYSTEM BASED ON EDUCATIONAL LEVEL AND CIVIL SERVANT INCOME CLASS

A Case Study of Individual Tax Payers Working at the Office of DPPKA Yogyakarta

Albertus Langgeng Triyono NIM: 062114071

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2013

This study aims to find out of whether there is different perception among individual tax payers about self assesment system based on educational level and civil servant income class. Educational background determines the way of thinking. The income class of civil servants was determined by their achievements and dedication. The perception of individual tax payer about self assessment system could be determined by educational level and civil servant income class.

This study was a case study. Undertaken during September until November 2012. Data was collected using the methods of documentation and questionare. Chi-square method was employed to analyze the data.

The result of this study shows that there was no different perception between individual tax payers about self assessment system based on educational level and civil servant income class.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Di dalam suatu negara, pajak merupakan salah satu faktor penerimaan negara yang memegang peranan penting. Peran kontribusi pajak digunakan untuk membiayai pembangunan dan penyelenggaraan sebuah negara yang berguna bagi kepentingan bersama dimana dapat mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan.

Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, sejak akhir tahun 1983 pemerintah telah menempuh langkah-langkah strategis dalam melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk lebih memberikan keadilan, memperluas dasar pengenaan pajak, lebih memberikan keseimbangan hak dan kewajiban wajib pajak, menciptakan keterbukaan/transparansi, perbaikan administrasi perpajakan, dan untuk memenuhi aspirasi tuntutan masyarakat.

Dalam misi utamanya, setiap sistem perpajakan bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi pembiayaan pemerintah dan pembangunan seoptimal mungkin, dengan pembedaan yang adil dan merata ke segenap lapisan masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Beberapa fenomena perpajakan utama saat ini adalah pemungutan secara adil, mudah (sederhana), pasti, murah, visible secara administrasi dan acceptable secara politis. Untuk kesuksesan misi tersebut diperlukan partisipasi aktif masyarakat dan


(19)

kegotongroyongan nasional dan didukung oleh adanya ketentuan yang lengkap dan administrasi yang memadai.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia telah mengalami perubahan yaitu dari official assessment system menjadi self assessment system. Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Sedangkan self assessment system merupakan suatu pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo, 2009: 7).

Tetapi didalam praktik pelaksanaannya self assessment system yang dianut oleh wajib pajak sulit berjalan sesuai yang diharapkan atau bahkan disalahgunakan, hal ini dapat dilihat tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah dan banyaknya wajib pajak yang dengan sengaja tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Rendahnya kepatuhan dan kesadaran wajib pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan cara wajib pajak yang melaporkan SPT tahunannya.

Menurut Purwantini dan Suratno (2004), Undang-Undang pajak penghasilan Tahun 2000 pada kenyataannya tidak sesederhana seperti yang diidealkan dan tingkat pendidikan mayoritas masyarakat di Indonesia masih tergolong rendah. Jikalau pemahaman masyarakat Indonesia masih rendah maka dapat dipastikan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia tentang perpajakan pun rendah, Karena pemahaman dan kesadaran masyarakat


(20)

Indonesia tentang perpajakan masih rendah maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman wajib pajak terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan pun cenderung negatif.

Persepsi wajib pajak dapat dipengaruhi oleh latar belakang wajib pajak. tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil merupakan variabel dari latar belakang wajib pajak yang dapat mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Persepsi wajib pajak yang bersifat subjektif dapat menghasilkan penilaian yang sama atau berbeda, meskipun objek yang dinilai sama. Munculnya persepsi wajib pajak dapat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi bagi Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Instansi-instansi Pemerintahan terhadap pelaksanaan self assessment system yang sudah berjalan sampai saat ini. Hal ini menarik karena di Negara Indonesia banyak masyarakatnya yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan catatan Badan Kepegawaian Negara, hingga 31 Desember 2008 lalu, jumlah Pegawai Negeri Sipil diseluruh Indonesia mencapai 4,08 juta orang. Dari jumlah itu, belum jelas berapa jumlah PNS yang belum memiliki NPWP pribadi.

Dalam penelitian ini difokuskan pada Wajib Pajak yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil, dan dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja sebagai Pegawai


(21)

Negeri Sipil terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.

B.Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan?

2. Apakah ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan golongan Pegawai Negeri Sipil?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban mengenai ada atau tidaknya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menanggapi self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Wajib Pajak

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi wajib pajak untuk membantu memahami self assessment system dalam perpajakan khususnya pajak penghasilan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah bahan bacaan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai referensi kepustakaan.

3. Bagi Penulis

Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru terutama ketika mencari data yang diperlukan dan dalam mempelajari persepsi wajib pajak yang dinamis.


(22)

E.Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini akan menguraikan penjelasan atas teori-teori pendukung berkaitan dengan topik penelitian dan digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembahasan.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian, subyek dan obyek penelitian, data penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, analisis validitas dan reliabilitas, serta teknik dan analisis data.

Bab IV Analisis Data dan Pembahasan

Pada bab analisis data dan pembahasan akan dijelaskan mengenai deskripsi data yang diperoleh, hasil pengujian data, dan teknik analisis data beserta pembahasannya.

Bab V Penutup

Pada bab penutup akan disimpulkan hasil dari analisis data penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pajak

1.Definisi dan Unsur Pajak

Definisi pajak menurut Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 mengenai Ketentuan Umum Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990: 5) menyatakan: ”Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

a. Iuran rakyat kepada negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang bukan barang.


(24)

b. Berdasarkan Undang-Undang.

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya.

c. Tanpa ada jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak (Waluyo, 2008: 6), yaitu: a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

b. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

3. Tata Cara Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2008: 16) cara pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

a. Stelsel Pajak

Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 (tiga) stelsel, adalah sebagai berikut:


(25)

1) Stelsel anggapan (fictive stelsel)

Pengenaan pajak di dasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-Undang, sebagai contoh; penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk pajak berjalan.

2) Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya, apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diminta kembali.

b. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi (Waluyo, 2008: 17): 1) Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.


(26)

Ciri-ciri Official Assessment System adalah sebagai berikut:

(a)Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.

(b)Wajib pajak bersifat pasif.

(c)Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2) Self Assessment System

Sistem ini memberikan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3) Withholding System

Sistem ini memberikan pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

B. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak (Casavera, 2009: 78).

2. Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut sebagai wajib pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang


(27)

diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak (Casavera, 2009: 78). Subjek pajak meliputi :

a. Orang pribadi

Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

c. Badan, dan

d. Bentuk usaha tetap

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluhtiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

3. Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan

Penghasilan yang tidak termasuk subjek pajak berdasarkan Undang-Undang perpajakan tahun 2008 adalah:

a. Kantor perwakilan negara asing

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan kosulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada


(28)

mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat: Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut dan tidak menjalankan usaha atau melaksanakan kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran pada anggota.

d. Pejabat-pejabat perakilan organisasi internasional sebagaimana yang dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

4. Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak meliputi penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun (Casavera, 2009: 84).

Objek pajak antara lain meliputi:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,


(29)

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali dalam undang-undang pajak penghasilan.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk: 1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,

dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; 2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,

atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan


(30)

5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanpa turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing. m.Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.


(31)

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai keputusan umum dan tata cara perpajakan, dan s. Surplus Bank Indonesia.

5. Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan

Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak berdasarkan Undang-Undang perpajakan tahun 2008 adalah:

a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

2) Harta hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk yayasan, kopersasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;


(32)

b. Warisan;

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 (b) sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: 1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;


(33)

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. dihapus;

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; m.Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang


(34)

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

C. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

1. Kewajiban Wajib Pajak

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

d. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.

e. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan. f. Jika diperiksa wajib:

1) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak.


(35)

2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

g. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

2. Hak-hak Wajib Pajak

a. Mengajukan surat keterangan keberatan dan surat banding. b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan. d. Mengajukan permohpnan penundaan penyampaian SPT.

e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak.

f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak.

g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.

i. Memberikan kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya.

j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak. k. Mengajukan keberatan dan banding.


(36)

D. Sikap Manusia

Sikap manusia merupakan suatu ungkapan pikiran atau perasaan seseorang sebagai bentuk evaluasi atau reaksi emosional terhadap gejala tertentu. Menanggapi munculnya gejala dalam kehidupan masyarakat, seseorang dapat menunjukkan sikapnya ke arah positif atau negatif, tergantung faktor-faktor yang membentuknya, baik yang berasal dari dalam diri manusia maupun faktor dari luar diri manusia.

Menurut La Pierre dalam Azwar (2007: 5) sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.

Dari beberapa definisi tersebut maka dapat di simpulkan bahwa sikap sebagai suatu kecenderungan pola perilaku menolak (negatif) atau menerima (positif) yang dimiliki oleh seseorang terhadap stimuli-stimuli yang berada dilingkungan sekitarnya.

Pembahasan mengenai sikap dapat erat kaitannya dengan perbuatan atau tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga telah banyak dipelajari. Ditinjau dari segi pentingnya masalah sikap pada tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kehidupan manusia sehari-hari, sikap merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pola berpikir individu dalam kesehariannya terutama dalam pengambilan keputusan. Saat sikap telah terbentuk, maka sikap akan menentukan cara-cara berperilaku terhadap obyek tertentu, hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran sikap tersebut.


(37)

Selanjutnya sikap akan memberikan corak pada tingkah laku seseorang maupun kelompok.

1. Struktur Sikap dan Pembentukannya a. Struktur Sikap

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang (Wibowo, 2009: 83), yaitu:

1) Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang diketahuinya sekitar objek sikap, dapat berupa tanggapan atau keyakinan, kesan, atribusi, dan penilaian tentang objek sikap tadi. 2) Komponen Afektif

Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Adanya komponen afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Isi perasaan atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang mewarnai sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan/daya.

3) Komponen Perilaku

Komponen perilaku dapat diketahui melalui respon subjek yang berkenaan dengan objek sikap. Respon yang dimaksud dapat berupa tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intensi atau niat untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dengan


(38)

objek sikap. Intensi merupakan predisposisi atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap.

Menurut Rosenberg dan Hovland dalam Azwar (2007: 7) sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara antara responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing klasifikasi respon ini berhubungan dengan ketiga komponen sikap.

Berikut konsepsi skematik mengenai sikap menurut Rosenberg dan Hovland.

.

STIMULI (individu, situasi,

isu sosial, kelompok sosial

dan objek sikap lainnya) SIKAP AFEK KOGNISI PERILAKU Respon syaraf simpatetik Pernyataan lisan tentang afek Respon perseptual Pernyataan lisan tentang keyakinan Tindakan yang nampak Pernyataan lisan tentang perilaku


(39)

Keyakinan yang bersifat normatif (diharapkan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudah untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.

Sikap yang dipengaruhi oleh keyakinan tentang suatu perilaku, keyakinan yang bersifat normatif dan kontrol perilaku ini akhirnya membentuk intensi suatu perilaku. Dari intensi untuk berperilaku tersebut akhirnya terbentuklah perilaku.

E.Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara dalam Arindita (2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.


(40)

Walgito (1991) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.

Leavitt dalam Rosyadi (2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.


(41)

Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).

Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.

2. Proses Persepsi dan Sifat Persepsi

Alport dalam Mar’at (1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap


(42)

individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.

Walgito dalam Hamka (2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:

a. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses

kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.

b. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,

merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.

c. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.

d. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi

yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:

a. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial

melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.

b. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.


(43)

c. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi

lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.

Menurut Newcomb dalam Arindita (2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:

a. Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang

sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.

b. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor.

Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan diserap.

c. Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang

sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun politik. Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu


(44)

memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :

a. Pelaku persepsi (perceiver) b. Objek atau yang dipersepsikan

c. Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan

Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).

Gilmer dalam Hapsari (2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.

Oskamp dalam Hamka (2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:


(45)

a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.

b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat. c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.

d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.

Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempersepsikan sesuatu.

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.

4. Aspek-aspek Persepsi

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport dalam Mar'at (1991) ada tiga yaitu:

a. Komponen kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.


(46)

b. Komponen Afektif

Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

c. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.

Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut.

F. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Anggi Andestri Natalia (2011) dengan judul “Analisis Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System” menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman orang pribadi yang bekerja di instansi pemerintahan (PNS) tentang self assessment system berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Tidak adanya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan jenis kelamin ini dikarenakan Wajib


(47)

Pajak Orang Pribadi yang bekerja di instansi pemerintah mempunyai tuntutan dan kebiasaan yang sama, Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan secara kodrati yang tidak dapat ditukarkan satu sama lain. Tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi pemahaman yang berasal dari luar diri manusia, yaitu lingkungan kerja, dan pengaruh orang lain dalam kehidupan bersama. Proses belajar dan lingkungan sosial akan merubah pola pikir masing-masing individu untuk saling menyesuaikan diri untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu pemahaman yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan akan sama dikarenakan tuntutan dan kebiasaan yang sama.

Tidak adanya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan disebabkan karena dalam pendidikan formal dari jejaring SLTP dan SLTA pengetahuan perpajakan tidak diberikan secara detail. Sedangkan pada perguruan tinggi pengetahuan perpajakan hanya diberikan pada jurusan-jurusan tertentu saja, misalnya ekonomi.

G.Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Persepsi Wajib Pajak

Orang Pribadi Terhadap Self Assessment System

Menurut Azwar (2007: 35) tingkat pendidikan seseorang memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap hal ini disebabkan pendidikan akan memberikan dasar pengertian dan konsep moral diri individu. Sikap seorang wajib pajak juga dapat dibentuk dari dasar pengertian dan konsep moral individu yang diperolehnya dalam lembaga pendidikan tertentu. Menurut TAP MPR RI


(48)

No.IV Tahun 1973 tentang Garis Besar Halan Negara (GBHN) mengatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam atau diluar sekolah dan berlangsung secara hidup selain itu ditanami nilai moral, pandangan hidup yang nantinya dapat membentuk kepribadian maupun karakter individu

Menurut Soerjono (1982), pendidikan memberikan nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga berpikir ilmiah, dimana pendidikan sangat diperlukan bagi semua orang sebab pendidikan akan mempersiapkan generasi muda dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan dan memutuskan permasalahan yang bersangkutan selain itu pendidikan juga dapat meningkatkan pengetahuan teknis dan ketrampilan. Pendidikan mengandung unsur-unsur penting yaitu :

a. Pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan, pengetahuan, sikap, tingkah laku, kompetensi sosial anak secara optimal.

b. Pendidikan selalu menggunakan nilai positif bagi masyarakat, dimana pendidikan bertujuan mempengaruhi anak didik ke arah kebaikan.

Menurut Soerjono (1982), pendidikan mempengaruhi cara berpikir, bereaksi dan bersikap terhadap suatu pencapaian tujuan tertentu. Setiap orang memiliki perbedaan dalam berpikir sesuai dengan jenjang pendidikannya melalui pendidikan juga seseorang akan memperoleh pengalaman, mampu mengembangkan kepribadian dan terbuka dalam menerima hal-hal baru.


(49)

Tingkatan yang terdapat dalam pendidikan yaitu :

a. Lulusan SD, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah statis, monolistis, dan cenderung dogmatis.

b. Lulusan SMP, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah sedikit punya inisiatif, kritis tetapi cenderung skeptif dan birokratif.

c. Lulusan SMU, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah terbuka terhadap kritik, dimensi, kosmopolis, tidak fanatik, condong bersifat demokratif. d. Lulusan Perguruan Tinggi, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah

kepribadian yang dinamis, kosmopolis, tidak fanatik, dan cenderung bersifat demokratis.

Ho: tidak ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan

Ha: ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan

H.Hubungan antara golongan Pegawai Negeri Sipil dengan persepsi Wajib

Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system

Pegawai Negeri adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (www.kopri.or.id). Pangkat adalah kedudukan yang menunjukan tingkatan seorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian. Kenaikan pangkat adalah


(50)

penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdiannya. Agar kenaikan pangkat dapat dirasakan sebagai penghargaan, maka kenaikan pangkat harus diberikan tepat pada waktunya dan tepat kepada orangnya (peraturan pemerintah nomor 99 tahun 2000 tentang kenaikan Pegawai Negeri Sipil). Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial (Oskamp dalam Hamka, 2002). Golongan Pegawai Negeri Sipil termasuk dalam faktor struktural yaitu faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial yang sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempersepsikan sesuatu.

Ho: tidak ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan golongan Pegawai Negeri Sipil

Ha: ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan golongan Pegawai Negeri Sipil


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah yang studi kasus yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saati ini dari subjek yang di teliti. Tujuan dari studi kasus adalah melakukan penyelidikan yang mendalam mengenai subjek tertentu untuk memberi gambaran yang lengkap mengenai subjek tertentu. Hasil penelitian ini tidak dapat dibuat generalisasi.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di DPPKA (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset) Pemerintah Kota Yogyakarta.

2. Waktu penelitian adalah bulan September sampai bulan November 2012.

C.Subyek dan Objek Penelitian

1.Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan dengan obyek penelitian dan dapat memberikan informasi tentang obyek penelitian tersebut. Dalam hal ini subyek penelitian adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di institusi pemerintahan yaitu Pegawai Negeri Sipil.


(52)

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah suatu hal yang menjadi pokok penelitian dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.

D.Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat melalui mendistribusikan kuesioner secara langsung kepada responden. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan pemahaman pelaksanaan self assessment system pada wajib pajak orang pribadi yang berkaitan dengan fungsi perhitungan, fungsi pembayaran dan fungsi pelaporan pajak yang terutang.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner yang disebarkan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tertutup. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian satu yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum untuk mendapatkan data tentang responden, dan bagian kedua yang berisikan pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian untuk mendapatkan data penelitian. Kuesioner tersebut langsung dibagikan kepada responden yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta.


(53)

F.Variabel Penelitian

Variabel terikat yang diukur dalam penelitian ini adalah persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap pelaksanaan self assessment system pajak penghasilan dan terdiri dari dua variabel bebas yaitu tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil. Untuk memperoleh data tersebut digunakan sejumlah pertanyaan yang dapat mengungkapkan persepsi wajib pajak terhadap pajak penghasilan yang sistem pemungutannya berdasarkan pada self assessment system. Pertanyaan yang diberikan kepada responden meliputi 2 bagian :

Bagian I : Berisi pertanyaan mengenai data diri atau karakteristik responden. Bagian II: Berisi tentang pernyataan mengenai persepsi wajib pajak orang

pribadi terhadap pelaksanaan self assessment system. Pertanyaan yang diberikan kepada responden meliputi:

1. Persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan fungsi perhitungan pajak terhutang 5 butir pertanyaan

2. Persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan fungsi pembayaran pajak yang terhutang terdiri atas 6 butir pernyataan.

3. Persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan fungsi pelaporan pajak terhutang terdiri atas 5 butir pernyataan.


(54)

G. Teknik Pengukuran Data

Pengukuran persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap pelaksanaan self assessment system dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah penulis rancang. Hasil dari kuesioner tersebut akan memberikan gambaran penilaian pelaksanaan self assessment system. Untuk pemberian jumlah skor atas jawaban pertanyaan yang telah diajukan maka digunakan penilaian skala likert 1-4:

Tabel 3.1 Skor Penilaian

Alternatif Jawaban Skor Penilaian

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Setuju 3

Sangat Setuju 4

Sumber : (Sugiyono, 2005: 84)

H.Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur (Kuncoro, 2003: 151). Untuk mengungkapkan keadaan suatu faktor disusun sejumlah pertanyaan yang disebut dengan butir atau indikator, sedangkan faktor atau variabel penelitian yang dilihat tersebut dinamakan sebagai konstruk. Validitas suatu pertanyaan dalam kuesioner dapat diketahui dengan cara membandingkan tingkat signifikan koefisien korelasi tersebut dengan taraf signifikan yang ditentukan, apabila hasilnya lebih besar dari taraf signifikan yang ditentukan maka setiap pertanyaan dalam kuesioner tersebut tidak valid (Ghozali, 2005: 47).


(55)

Untuk menguji validitas ini akan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson (Sugiyono, 2005: 182) :



2 2

2

2

    Y Y n X X n Y X XY n

r

xy Keterangan :

r

xy = koefisien korelasi setiap pertanyaan

X = Nilai total skor masing-masing variabel X Y = Nilai total skor masing-masing variabel Y X2= Kuadrat variabel x

Y2= kuadrat variabel y n = jumlah responden

Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf

signifikansi (α) 5%. Apabila r hitung > r tabel , maka pengukuran tersebut

tersebut dikatakan valid karena menyatakan adanya korelasi yang nyata antara kedua variabel tesebut. Akan tetapi apabila r hitung ≤ r tabel , maka

pengukuran tersebut tersebut dikatakan tidak valid. 2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Setelah itu apabila alat ukur telah dinyatakan valid, maka langkah selanjutnya alat ukur tersebut dapat diukur reabilitasnya, dengan


(56)

menggunakan teknik Spearman-Brown, yaitu teknik belah ganjil-genap (Supriyono, 2005: 122).

Rumus formula tersebut :

r

i =

b b

r r

1 2

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua

Taraf nyata 5%

Apabila ri > r tabel, maka instumen/kuesioner sebagai alat ukur

dalam penelitian ini dinyatakan telah memenuhi syarat reliabilitas. Apabila ri≤ r tabel, maka instrumen/kuesioner tersebut dinyatakan tidak

memenuhi syarat reliabilitas.

I. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah diatas menggunakan analisis Chi-Square, analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis terhadap perbedaan lebih dari dua proporsi.

Langkah-langkah pengujian analisis Chi-square adalah:

1. Menentukan tingkat persepsi orang pribadi yang bekerja di instansi Pemerintahan (PNS) mengenai self assessment system, maka dicari interval skor persepsi terlebih dahulu dengan rumus :

Interval = Skortertinggi – skorterendah Banyak Skor


(57)

Dalam penelitian ini skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 1, serta banyak skor adalah 4. Sehingga setelah dimasukkan ke dalam rumus nilai intervalnya adalah:

= 0,75

Persepsi wajib pajak orang pribadi yang bekerja di instansi pemerintahan (PNS) tentang self assessment system dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tingkatan Skor persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Skor Persepsi Wajib Pajak Keterangan

1,00 – 1,75 Sangat Tidak Setuju >1,75 – 2,50 Tidak Setuju

>2,50 – 3,25 Setuju

>3,25 – 4,00 Sangat Setuju

2. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif untuk masing-masing pertanyaan.

Untuk variabel tingkat pendidikan:

Ho: Tidak ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan.

Ho : µ1=µ2=...=µk

Ha: Ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan.


(58)

Untuk variabel golongan PNS:

Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif dari variabel golongan PNS.

Ho: Tidak ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan golongan PNS.

Ho : µ1=µ2=...=µk

Ha: Ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan golongan PNS.

Ha : µ1≠µ2≠...≠µk

3. Menghitung Chi-square dari variabel tingkat pendidikan a. Memasukkan data kuesioner ke dalam tabel

Tabel 3.3 Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden Tingkat Pendidikan

Skor Pertanyaan

Jumlah Mean X1 X2 X3 X4 Xdst

1 2 Dst

b. Memasukkan data kuesioner dalam tabel frekuensi skor persepsi Wajib Pajak berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 3.4 Frekuensi Skor persepsi Wajib Pajak Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Sangat Tidak Setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat Setuju Jumlah 1,00 s.d 1,75 1,76 s.d 2,50 2,51 s.d 3,25 3,26 s.d 4,00


(59)

c. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh) dari variabel pendidikan, dengan rumus:

n

n

n

E

ij

io

oj

/

Keterangan:

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

n = jumlah responden

Tabel 3.5 Perhitungan fh variabel tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan

Persepsi Wp terhadap Self Assessment System

Jumlah Sangat

tidak setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat Setuju


(60)

d. Menghitung Chi-Square dari variabel tingkat pendidikan dengan taraf signifikansi 5%.

Tabel 3.6 Perhitungan Chi-Square variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan fo fh fo-fh (fo-fh)

2

(fo-fh)2/fh

Jumlah

Analisis Chi-square menggunakan rumus sebagai berikut:

k

i h

h o

f

f

f

x

1

2 2

dengan derajat kebebasan = (r-1)(c-1)

Keterangan:

x2 : Chi-square

fo : Frekuensi yang diobservasi


(61)

e. Mengambil keputusan

Ho tidak berhasil ditolak, Ha berhasil ditolak jika x2 hitung < x2 tabel. Ho berhasil ditolak, Ha tidak berhasil ditolak, jika x2 hitung > x2 tabel

.

Ho diterima

Ho ditolak

0 X2 tabel

Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

4. Menghitung Chi Square dari variabel golongan PNS a. Memasukkan data kuesioner ke dalam tabel.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Data kuesioner berdasarkan golongan PNS

Responden Golongan PNS

Skor Pertanyaan

Jumlah Mean X1 X2 X3 X4 Xdst

1 2 Dst


(62)

b. Memasukkan data kuesioner dalam tabel frekuensi skor sikap Wajib Pajak berdasarkan golongan PNS

Tabel 3.8 Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan Golongan PNS

Golongan PNS

Sangat Tidak Setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat Setuju

Jumlah 1,00

s.d 1,75

1,76 s.d 2,50

2,56 s.d 3,25

3,26 s.d 4,00

c. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh) dari variabel golongan PNS, dengan rumus:

n

n

n

E

ij

io

oj

/

Keterangan:

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j


(63)

Tabel 3.9 Perhitungan fh variabel golongan PNS

Golongan PNS

Persepsi Wp terhadap Self Assessment System

Jumlah Sangat

tidak setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat Setuju

d. Menghitung Chi-Square dari variabel golongan PNS dengan taraf signifikansi 5%.

Tabel 3.10 Perhitungan Chi-Square variabel Golongan PNS

Golongan

PNS fo fh fo-fh (fo-fh)

2

(fo-fh)2/fh


(64)

Analisis Chi-square menggunakan rumus sebagai berikut:

k

i h

h o

f

f

f

x

1

2 2

dengan derajat kebebasan = (r-1)(c-1)

Keterangan: x2 : Chi-square

fo : Frekuensi yang diobservasi

fh : Frekuensi yang diharapkan

e. Mengambil keputusan

Ho tidak berhasil ditolak, Ha berhasil ditolak jika x2 hitung < x2 tabel. Ho berhasil ditolak, Ha tidak berhasil ditolak, jika x2 hitung > x2 tabel

.

Ho diterima

Ho ditolak


(65)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi data

Jumlah responden dalam penelitian ini yang berada di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintah Kota Yogyakarta adalah 105 responden. Kuesioner disebarkan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintah Kota Yogyakarta yang beralamat di Jl. Malioboro No.14, Kompleks Kepatihan, Danurejan Yogyakarta. Dengan menggunakan sumber data primer yang dihasilkan oleh kuesioner diperoleh data pribadi responden. Adapun data pribadi responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, Pangkat/Golongan, Masa kerja, Rata-rata penghasilan per Bulan, Formulir SPT-tahunan yang diisi, dan Pekerjaan selain sebagai PNS.

Dari 105 kuesioner yang disebarkan hanya 101 kuesioner yang kembali atau tingkat pengembalian kuesioner sebesar 96,19%, maka dari 101 kuesioner tersebut dapat diketahui gambaran Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap pelaksanaan self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.

1. Umur Responden

Dari 105 kuesioner yang disebarkan kepada wajib pajak hanya 101 kuesioner yang kembali, maka dari 101 kuesioner tersebut dapat diketahui gambaran wajib pajak orang pribadi yang berada di DPPKA Pemerintah


(66)

Kota Yogyakarta. Dari 101 responden dapat diketahui data wajib pajak berdasarkan umur, antara lain:

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden Jumlah Persentase (%)

20 – 30 tahun 10 9,9

31 – 40 tahun 20 19,8

41 – 50 tahun 43 42,57

Di atas 50 tahun 28 27,72

Total 101 100

Sumber: Data primer diolah

Dari tabel 4.1 didapatkan pengelompokan responden berdasarkan umur, umur responden 20 – 30 tahun berjumlah 10 orang atau sebesar 9,9%, umur responden 31 – 40 tahun berjumlah 20 orang atau sebesar 19,8%, umur 41 – 50 tahun berjumlah 43 orang atau sebesar 42,57%, dan umur 51 – 60 tahun berjumlah 28 orang atau sebesar 27,72%. Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dari 101 responden yang ada jumlah umur yang paling banyak dimiliki responden adalah umur 41 – 50 tahun dengan jumlah 43 orang atau sebesar 42,57%.

2. Jenis Kelamin Responden

Dari 105 kuesioner yang disebarkan kepada wajib pajak hanya 101 kuesioner yang kembali, maka dari 105 kuesioner tersebut dapat diketahui gambaran wajib pajak orang pribadi yang berada di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta. Dari 101 responden dapat diketahui data wajib pajak berdasarkan jenis kelamin, antara lain


(67)

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(%)

Laki-laki 58 57,43

Perempuan 43 42,57

Total 101 100

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dari 101 responden, responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 58 orang atau sebesar 57,43% dan berjenis kelamin perempuan berjumlah 43 orang atau 42,57%. Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa dari 101 responden yang ada jumlah jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 58 orang atau sebesar 57,43%.

3. Pendidikan Terakhir Responden

Dari 105 kuesioner yang disebarkan kepada wajib pajak hanya 101 kuesioner yang kembali, maka dari 101 kuesioner tersebut dapat diketahui gambaran wajib pajak orang pribadi yang berada di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta. Dari 101 responden dapat diketahui data wajib pajak berdasarkan tingkat pendidikan, antara lain:

Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

(%)

SLTP/SMP 0 0

SLTA/SMA 35 34,65

D-3/Akademika 7 6,93

Jenjang S-1 54 53,47

Jenjang S-2 5 4,95

Total 101 100

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan 101 responden yang terbagi menjadi 5 kelompok tingkat pendidikan diperoleh komposisi sebagai berikut: responden dengan tingkat


(68)

pendidikan SLTP/SMP berjumlah 0 atau 0% dikarenakan tidak ada responden yang tingkat pendidikan terakhirnya SLTP/SMP, responden dengan tingkat pendidikan SLTA/SMA berjumlah 35 orang atau sebesar 34,65%, responden dengan tingkat pendidikan D-3/akademika berjumlah 7 orang atau sebesar 6,93%, responden dengan tingkat pendidikan S-1 berjumlah 54 orang atau sebesar 53,47%, responden dengan tingkat pendidikan S-2 berjumlah 5 orang atau sebesar 4,95% responden. Dari tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang paling banyak dijumpai adalah responden dengan tingkat pendidikan S-1 yaitu berjumlah 54 orang atau sebesar 53,47%.

4. Pangkat, Golongan/Ruang Responden

Dari 105 kuesioner yang disebarkan kepada wajib pajak hanya 101 kuesioner yang kembali, maka dari 101 kuesioner tersebut dapat diketahui gambaran wajib pajak orang pribadi yang berada di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta. Dari 101 responden dapat diketahui data wajib pajak berdasarkan pangkat, golongan/ruang antara lain :

Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pangkat, Golongan/Ruang

Pangkat, Golongan/ruang Jumlah Persentase

III/a 24 23,76

III/b 37 36,64

III/c 20 19,80

III/d 20 19,80


(69)

Menurut pengelompokan responden berdasarkan pangkat, golongan/ruang tabel 4.4, Responden yang mempunyai pangkat, golongan/ruang III/a berjumlah 24 orang atau sebesar 23,76%, pangkat, golongan/ruang responden III/b berjumlah 37 orang atau sebesar 36,64%, pangkat, golongan/ruang III/c berjumlah 20 orang atau sebesar 19,80%, dan untuk responden yang mempunyai pangkat, golongan/ruang III/d berjumlah 20 orang atau sebesar 19,80%. Dari tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa dari 101 responden yang ada jumlah responden yang mempunyai pangkat, golongan/ruang paling banyak dimiliki adalah pangkat, golongan/ruang III/b dengan jumlah 37 orang atau sebesar 36,64%

5. Masa Kerja (Lamanya Kerja)

Dari 105 kuesioner yang disebarkan kepada wajib pajak hanya 101 kuesioner yang kembali, maka dari 101 kuesioner tersebut dapat diketahui gambaran wajib pajak orang pribadi yang berada di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta. Dari 101 responden dapat diketahui data wajib pajak berdasarkan masa kerja atau lamanya kerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta antara lain :

Tabel 4.5 Data responden berdasarkan masa kerja atau lamanya kerja

Masa Kerja Jumlah Persentase

1 – 5 tahun 11 10,89

6 – 10 tahun 14 13,86

11 – 15 tahun 12 11,88


(70)

Tabel 4.5 Data responden berdasarkan masa kerja atau lamanya kerja (lanjutan)

Masa Kerja Jumlah Persentase

21 – 25 tahun 28 27,72

26 – 30 tahun 9 8,9

>30 tahun 2 1,99

Total 101 100

Sumber: Data primer diolah

Menurut pengelompokan responden berdasarkan masa kerja atau lama kerja tabel 4.5, Responden yang masa kerjanya 1-5 tahun berjumlah 11 orang atau sebesar 10,89%, responden yang masa kerjanya 6 – 10 tahun berjumlah 14 orang atau sebesar 13,86%, responden yang memiliki masa kerja 11 – 15 tahun berjumlah 12 orang atau sebesar 11,88%, responden yang memiliki masa kerja 16 – 20 tahun berjumlah 25 orang atau sebesar 24,75%, responden yang memiliki masa kerja 21-25 tahun berjumlah 28 orang atau sebesar 27,72%, responden yang memiliki masa kerja 26 – 30 tahun berjumlah 9 orang atau sebesar 8,9% dan untuk responden yang masa kerja diatas 30 berjumlah 2 orang atau sebesar 1,99%. Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa dari 101 responden yang ada masa kerja atau lamanya kerja yang telah dicapai dan yang paling banyak dimiliki responden yaitu antara 21 – 25 tahun yang berjumlah 28 orang atau sebesar 27,72%.

6. Tingkat Rata-rata Penghasilan


(1)

106

Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan golongan PNS

Golongan PNS

Sangat Tidak

Setuju Tidak Setuju Setuju

Sangat Setuju

Jumlah 1,00 s.d

1,75

1,76 s.d 2,50

2,51 s.d 3,25

3,26 s.d 4,00

3A 0 6 18 0 24

3B 0 4 31 2 37

3C 0 0 16 4 20

3D 0 0 19 1 20

Jumlah 0 10 84 7 101


(2)

Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh) dari variabel golongan PNS, dengan rumus:

n

n

n

E

ij

io

oj

/

Keterangan:

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

n = jumlah responden

Golongan PNS

Persepsi WP terhadap Self Assessment System

Jumlah Sangat Tidak

Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju

3A 0 6 18 0 24

0 2,38 19,96 1,66

3B 0 4 31 2 37

0 3,66 30,77 2,56

3C 0 0 16 4 20

0 1,98 16,63 1,39

3D 0 0 19 1 20

0 1,98 16,63 1,39


(3)

108

Perhitungan Chi-Square Variabel Golongan PNS

Pada tabel 4 x 4 tersebut,dk = (4-1)(4-1)=9; pada tabel x2

X2dk = 9 0,05 = 16.919 (dari tabel X2)

Golongan PNS fo fh fo-fh (fo-fh)2 (fo-fh)2/fh

3A

0 0 0 0 0

6 2,38 3,62 13,10 5,504

18 19,96 -1,96 3,84 0,1924

0 1,66 -1,66 2,76 1,6627

3B

0 0 0 0 0

4 3,66 0,34 0,12 0,0328

31 30,77 0,23 0,0529 0,00172

2 2,56 -0,56 0,314 0,123

3C

0 0 0 0 0

0 1,98 -1,98 3,92 1,98

16 16,63 -0,63 0,397 0,0239

4 1,39 2,61 6,812 4.9007

3D

0 0 0 0 0

0 1,98 -1,98 3,92 1,98

19 16,63 2,37 5.6169 0,3378

1 1,39 -0,39 0,1521 0,1094

Jumlah 16,84842


(4)

(5)

xv

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM BERDASARKAN TINGKAT

PENDIDIKAN DAN GOLONGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Studi kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja

di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta

Albertus Langgeng Triyono NIM: 062114071

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai ada atau tidaknya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menanggapi self

assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri

Sipil. Setiap orang memiliki perbedaan dalam berpikir sesuai dengan jenjang pendidikannya. Golongan Pegawai Negeri Sipil memiliki perbedaan tingkatan berdasarkan prestasi kerja dan pengabdiannya. Munculnya persepsi wajib pajak dapat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.

Penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan November tahun 2012. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan metode chi-square.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.


(6)

xvi

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE DIFFERENT PERCEPTION OF INDIVIDUAL TAX PAYERS ABOUT SELF ASSESSMENT SYSTEM BASED ON EDUCATIONAL LEVEL AND CIVIL SERVANT INCOME CLASS

A Case Study of Individual Tax Payers Working at the Office of DPPKA Yogyakarta

Albertus Langgeng Triyono NIM: 062114071

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2013

This study aims to find out of whether there is different perception among individual tax payers about self assesment system based on educational level and civil servant income class. Educational background determines the way of thinking. The income class of civil servants was determined by their achievements and dedication. The perception of individual tax payer about self assessment system could be determined by educational level and civil servant income class.

This study was a case study. Undertaken during September until November 2012. Data was collected using the methods of documentation and questionare.

Chi-square method was employed to analyze the data.

The result of this study shows that there was no different perception between individual tax payers about self assessment system based on educational level and civil servant income class.


Dokumen yang terkait

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPA

2 7 15

PENDAHULUAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN DI YOGYAKARTA.

0 4 18

LANDASAN TEORI PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN DI YOGYAKARTA.

1 14 22

KESIMPULAN DAN SARAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN DI YOGYAKARTA.

0 5 43

Analisis persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan : studi kasus pada wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sintang.

0 1 126

Analisis perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan : studi kasus pada wajib pajak orang pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyak

0 1 89

ANALISIS PEMAHAMAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM

0 0 132

ANALISIS PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

0 2 94

Analisis perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap Self Assessment System berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil : studi kasus pada wajib orang pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 126

Analisis perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan : studi kasus pada wajib pajak orang pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyak

0 0 87