Gambar Pengelolaan Keuangan Daerah

PKn untuk Siswa SMP-MTs Kelas IX 43 Partisipasi masyarakat seperti gotong royong memperbaiki sarana umum untuk kelan- caran dan kepentingan masyarakat akan menumbuhkan masyarakat yang mandiri. Sumber: Ap Photo

2.2 Gambar

b. Pengelolaan Keuangan Daerah

Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan daerah dapat berjalan dengan lancar sangat membutuhkan dukungan keuangan baik dari pendapatan asli daerah maupun dari pemerintah. Dalam pasal 1 ayat 13 UU No. 32 Tahun 2004 maupun pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, menyebutkan bahwa “perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.” Selanjutnya, pasal 4 ayat 1 UU No. 33 Tahun 2004 menegaskan bahwa penyelenggaraan tugas daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Oleh karena itu, daerah harus memiliki sumber-sumber pendapatan sendiri sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya sebagai daerah otonom. Sumber-sumber pendapatan daerah itu antara lain meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain. Sementara itu, dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat yang dilaksanakan oleh perangkat daerah provinsi dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Demikian juga penyelenggaraan tugas peme- rintah pusat yang dilaksanakan oleh perangkat daerah dan desa dalam rangka tugas pembantuan dibiayai oleh APBN. Partisipasi Masyarakat dalam Otonomi Daerah Coba kamu perhatikan gambar di samping. Gambar tersebut menunjukkan partisipasi masyarakat dalam mengatasi masalah bersama. Par tisipasi masyarakat itu sebenarnya merupakan kerja sama antarwarga di daerah untuk memecahkan masalah yang menyangkut kepentingan bersama. Demikian juga sebuah kebijakan publik di daerah memerlukan partisipasi masyarakat daerah baik dalam perumusan, B. Di unduh dari : Bukupaket.com Otonomi Daerah 44 pelaksanaan maupun pengawasannya. Apa yang kalian ketahui tentang partisipasi? Mengapa mereka berpartisipasi dalam kegiatan tersebut? Apa pentingnya partisipasi? 1. Hakikat Partisipasi Seperti yang telah kamu ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial. Tidak mungkin seorang manusia hidup sendiri tanpa menjalin hubungan kerja sama dengan orang lain dan menjadi bagian dari suatu kelompok. Selain memperjuangkan kepentingan pribadinya, seorang manusia dalam kelompoknya juga memperjuangkan tujuan bersama melalui berbagai kegiatan. Di dalam berbagai kegiatan tersebut, tiap anggota kelompok harus berperan aktif dan menunjukkan kebersamaan. Demikian juga di dalam masyarakat, setiap orang anggota masyarakat dituntut untuk berperan serta memperjuangkan kepentingan masyarakat. Kepentingan masyarakat yang merupakan kepentingan bersama itu, misalnya menjaga keamanan dan ketertiban, menjaga dan menciptakan kebersihan lingkungan, dan menjaga kerukunan dan ketenteraman atau mewujudkan keadilan dan kemakmuran bersama. Berbagai kegiatan dan tugas bersama tersebut menjadikan seorang manusia menyadari bahwa ia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakatnya. Jika setiap orang sudah menyadari demikian, muncullah saling ketergantungan antarwarga masyarakat. Untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama semua warga masyarakat harus terlibat dan berperan. Tidak ada seorang warga pun yang tinggal diam atau menjadi penonton, sementara orang lain bekerja untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan bersama sehingga setiap warga merasa menjadi bagian dari hidup bersama dalam masyarakat. Keterlibatan seorang dalam kegiatan bersama seperti itulah yang merupakan makna atau hakikat partisipasi. Perhatikan secara saksama gambar 2.3. Apakah dalam kegiatan kerja bakti di sekolah kamu, para guru dan siswa sudah dapat dikatakan ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut? Apakah jika kamu diperintah guru wali kelas untuk ikut dalam kegiatan seperti itu juga dikatakan partisipasi? Apa syarat-syarat adanya partisipasi? Di unduh dari : Bukupaket.com PKn untuk Siswa SMP-MTs Kelas IX 45 Dari uraian di atas dapat di- simpulkan bahwa partisipasi artinya turut serta atau ambil bagian dalam suatu kegiatan bersama. Seseorang dapat disebut berpartisipasi apabila dirinya merasa terlibat dan berperan serta, baik dengan pikiran, tenaga, atau hartanya untuk menyelesaikan persoalan atau tugas bersama. Parti- sipasi berbeda dengan mobilisasi. Berpartisipasi tidak dapat dipaksa atau digerakkan atau dikerahkan oleh kekuasaan penguasa. Seorang yang ikut serta dalam suatu kegiatan bersama karena digerakkan oleh orang lain, misalnya kalau seorang siswa yang ikut serta dalam suatu kegiatan bersama karena digerakkan oleh guru wali kelasnya berarti ia telah dimobilisasi. Seseorang atau siswa tersebut belum bisa dikatakan telah berpartisipasi. Sepintas terlihat seseorang atau siswa tersebut ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan bersama, namun kurang maknanya atau kurang baik. Mengapa demikian? Partisipasi yang baik tidak sekadar ikut-ikutan saja, namun harus merasa terlibat dan berperan serta, baik dengan pikiran, tenaga, atau hartanya untuk menyelesaikan persoalan atau tugas bersama. Bisa saja seorang warga yang merasa terlibat dan berperan serta menyelesaikan tugaskegiatan bersama hanya dengan pikiran saja atau hanya dengan hartanya saja, tidak ikut bekerja secara fisik sudah termasuk berparti- sipasi. Jadi, pada hakikatnya partisipasi harus memenuhi beberapa syarat berikut: a. adanya kesadaran dan keikhlasan hati untuk ikut berperan serta, tanpa adanya pemaksaan dari pihak manapun; b. adanya kesadaran dan keyakinan bahwa dirinya mampu melakukannya dengan baik sehingga keikutsertaannya dapat menambah nilai lebih dapat menyukseskan, tidak justru menghambatnya; c. adanya pemahaman terhadap tujuan yang ingin tercapai sehingga dapat memperkirakan akibat positif dan negatifnya, serta bertentangan dengan hukum yang berlaku atau tidak ; d. atas dasar hak atau kewajiban seseorang, karena jangan sampai kita ikut serta terhadap sesuatu yang bukan kewajiban atau hak kita. Partisipasi dalam kegiatan bersama bukan sekadar ikut-ikutan. Sumber: Irwin Fedriansyiah Ap Photo

2.3 Gambar