Tinjauan Review KajianTerdahulu PENDAHULUAN

Pe mikiran Nucholis Madjid”, 17 dan skripsi oleh Hendri Gunawan yang berjudul “Toleransi Beragama menurut Pandangan Hamka dan Nurcholish Madjid”, 18 yang kesemuanya itu tidak sama sekali menyinggung tentang perkawinan beda agama pemikiran Cak Nur. Adapun karya-karya tentang pemikiran Ali antara lain: skripsi oleh Muhammad Husnul Mubarok yang berjudul “Pemikiran Ali Mustafa Yaqub tentang Arah Kiblat”, 19 kemudian skripsi oleh Riki Efendi yang berjudul “Pemikiran dan aktifitas Dakwah Prof.Dr.KH.Ali Mustafa Yaqub,MA”, 20 dan s kripsi oleh Muliyani Sari yang berjudul “Kontribusi Ali Mustafa Yaqub dan Ahmad Lutfi Fathullah d alam Bidang Hadis di Indonesia”, 21 yang kesemuanyabelum ada yang membahas pemikiran Ali tentang perkawinan beda agama. Jika melihat dari kajian-kajian terdahulu yang dipapakan di atas baik berupa skripsi maupun thesis, maka jelaslah bahwa penelitian yang akan diteliti dan kaji ini belum pernah dibahas atau diteliti sebelumnya. Sehingga hal ini 17 Agus Kuntartianto, Upaya Membangun Masyarakat Religius Studi atas Pemikiran Nucholis Madjid, Skripsi tahun 2013 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 18 Hendri Gunawan, Toleransi Beragama menurut Pandangan Hamka dan Nurcholish Madjid, Skripsi tahun 2015 di Universitas Muhammadiyah Surakarta 19 Muhammad Husnul Mubarok, Pemikiran Ali Mustafa Yaqub tentang Arah Kiblat, Skripsi tahun 2015 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakata. 20 Riki Efendi, Pemikiran dan aktifitas Dakwah Prof.Dr.KH.Ali Mustafa Yaqub,MA, Skripsi tahun 2009 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 21 Muliyani Sari, Kontribusi Ali Mustafa Yaqub dan Ahmad Lutfi Fathullah dalam Bidang Hadis di Indonesia, Skripsi tahun 2012 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. kemudian menjadi layak dan patut untuk diteliti sebagai sumbangsih pemikiran dan karya untuk halayak umum.

F. Kerangka Teori

Perkawinan merupakan bagian kajian hukum keluarga al-ahwal asy- syakhsiyyah yang termasuk dalam ahkam muamalah karena melibatkan akad, sekaligus masuk dalam kategori ibadah karena perkawinan merupakan wujud penghambaan manusia terhadap tuhannya. Artinya, dalam sistem keluarga muslim, perkawinan harus dilihat dari sudut pandang norma-norma hukum keagamaan seklaigus mengindahkan adanya sistem perilaku dan perubahan sosial dalam masyarakat. Aspek muamalah dalam perkawinan memberi ruang ijtihad bagi ulama untuk memberikan jawaban hukum yang responsif terhadap perubahan sosial. Sejalan dengan pemikiran bahwa perubahan massa merupakan diantara faktor-faktor yang menuntut adanya perubahan hukum. 22 Hukum Islam datang sebagai rahmat bagi manusia dan seluruh alam, tidaklah menjadi rahmat, kecuali apabila hukum Islam itu benar-benar dapat mewujudkan kemaslahatan dan kebahagiaan bagi manusia. 23 Kita mengetahui bahwasanya segala syari‟at yang berkembang di dunia ini bertujuan mewujudkan kemaslahatan manusia, dan yang dimaksud dengan 22 Amir Mualim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam VI, Yogyakarta: UII Press, 2001, h. 127 23 Hasbi Ashsiddqieqy, Falsafah Hukum Islam cet-VI, Jakarta: Bulan Bintang, 1990, h. 178 masalahat itu, ialah: jal- bul manfa‟ah wadaf „ul madharah yang artinya menarik kemanfaatan dan menolak kemadharatan. 24 Menurut Shatibi, maslahah adalah yang membicaakan substansi kehidupan manusia, dan pencapaian apa yang dituntut oleh kualitas-kualitas emosional dan intelektualnya, dalam pengertian yang mutlak. 25 Kemudian maslahah sendiri terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Maslahah Dharuriyah, yaitu kemaslahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan seperti ini ada lima, yaitu: memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara harta. Semua itu disebut al-mashalih al khomsah. Kehidupan manusia tidak memiliki arti, apabila satu dari lima itu tidak ada. Dan segala usaha yang secara langsung menjamin atau menuju pada keberadaan lima prinsip tersebut adalah baik atau maslahah dalam tingkat dharuri. 2. Maslahah Hajiyah, yaitu maslahah yang dibutuhkan dalam bidang ibadah, orang sedang sakit atau dalam perjalanan jauh musafir dalam bulan ramadhan, diberi keringanan oleh syariat untuk tidak berpuasa dengan kewajiban mengganti puasa yang ditinggalkan itu pada hari- hari yang lain setelah ia sembuh atau setelah kembali dari perjalanannya. Semua ini disyaratkan oleh Allah SWT untuk mendukung kebutuhan dasar al-maslahah al-khomsah di atas. 24 Hasbi Ashsiddqieqy, Falsafah Hukum Islam cet-VI, h. 329 25 Al-Shatibi, Al-Muwafaqat Vol.II, Kairo: Mustafa Muhammad, t.t., h. 25. 3. Maslahah Tahsiniyah, ialah maslahah yang kebutuhan hidup manusia kepadanya tidak sampai tingkat dharui, juga tidak sampai tingkat hajiyah, namun kebutuhan tersebut perlu dipenuhi dalam rangka memberi kesempurnaan dan keindahan bagi hidup manusia. 26

G. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajaran, ditinjau dari penelitian dan situasi penelitian. 27 Dan metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk merambah pengetahuan manusia. 28 Jadi metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah- masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian skiripsi ini penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut: 26 Wahidul Kahhar, Efektifitas Al-Mulslah dalam Penetapan Hukum Syara, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003, h. 15 27 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1980, h. 63 28 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, h. 6