52
saham-saham yang ada di ISSI masih dipertanyakan. Saham saham yang ada di ISSI cenderung fluktuatif apabila melihat dari tingkat volatilitas beta dari
individual saham yang ada di ISSI. Berdasarkan portofolio sahamnya, dari 303 saham ISSI tersebut secara garis besar terbagi menjadi dua kategori
portofolio saham, yaitu portofolio saham syariah yang stabil listing di ISSI dan portofolio saham syariah yang tidak stabil listing di ISSI. Pengkajian
ulang akan dilakukan setiap enam bulan dimana para emitennya selalu dievaluasi, mana yang masih boleh bertahan, dan emiten mana yang harus
keluar dari ISSI. Studi ini mencoba membandingkan kinerja antara saham syariah yang stabil dalam ISSI dan yang tidak stabil dalam ISSI. Penelitian ini
dilakukan dari Januari 2011 sampai April 2013, dengan menggunakan data harga bulanan dari seluruh saham ISSI per waktu penelitian, data harga IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan bulanan per waktu penelitian, dan tingkat imbalan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS. Teknik pengolahan dan
analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: menghitung risk and return, menghitung varian, menghitung kovarian, menghitung beta,
menghitung portofolio Sharpe index, Treynor index, dan alpha jensen index. Republika 2014.
2. Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diluncurkannya reksadana syariah untuk pertama kalinya oleh Danareksa
53
Syariah pada tahun 1997, dan disusul kemudian dengan peluncuran indeks syariah, yaitu Jakarta Islamic Index JII pada tahun 2000. Selanjutnya seiring
dengan dikeluarkannya Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 32DSN- MUIIX2002 tentang obligasi syariah, PT. Indosat untuk pertama kalinya
menerbitkan obligasi syariah dengan tingkat imbal hasil sebesar 16,75, suatu tingkat return yang cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata return
obligasi konvensional pada waktu itu. Obligasi yang diterbitkan PT. Indosat tersebut untuk selanjutnya menjadi pioner penerbitan obligasi syariah di
Indonesia. Di Indonesia, tonggak awal yang berkaitan dengan pembuatan
peraturan pasar modal syariah bisa dikatakan baru dimulai pada tahun 2001, yakni bersamaan dengan dikeluarkannya fatwa DSN MUI No. 20DSN-
MUIIV2001 tentang pedoman investasi untuk reksadana syariah. Kemudian diikuti oleh fatwa DSN MUI tahun 2002 tentang obligasi syariah, serta nota
kesepahaman Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM dengan DSN-MUI tentang pembentukan pasar modal yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah
Nasarudin dan Surya, 2007:205. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syarif 2008:38 pada
tahun 2007, dari 388 saham emiten yang tercatat di BEI pada bulan November, hanya 164 saham yang sesuai dengan prinsip syariah dan layak
untuk ditransaksikan dalam pasar modal syariah. Kesesuaian dalam prinsip tersebut didasarkan kepada produk yang dihasilkan emiten dan transaksi
54
sahamnya di BEI. Sedangkan sisanya 222 saham tergolong haram atau tidak sesuai dengan prinsip syariah, seperti saham perbankan, consumer product
minuman keras dan rokok. Dalam kerangka kegiatan pasar modal syariah, ada beberapa lembaga
penting yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengawasan dan perdagangan, yaitu: Bapepam, Dewan Syariah Nasional DSN, bursa efek,
perusahaan efek, emiten, profesi dan lembaga penunjang pasar modal serta pihak terkait lainnya. Khusus untuk kegiatan pengawasan dilakukan bersama
oleh BAPEPAM dan DSN. DSN berfungsi sebagai pusat referensi reference center atas semua aspek-aspek syariah yang ada dalam kegiatan pasar modal
syariah. DSN bertugas memberikan fatwa-fatwa sehubungan dengan kegiatan emisi, perdagangan, pengelolaan portofolio efek-efek syariah, dan kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan efek syariah. Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia dapat dilihat tabel dibawah ini :
Tabel 4.4 Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia
dalam satuan triliun rupiah
2011 2012
2013 2014
2015 2016
Januari 1.307.370 1.475.100 1.444.640 1.714.970 1.448.830
Februari 1.334.500 1.576.420 1.528.780 1.743.170 1.511.470
Maret 1.387.410 1.626.410 1.573.540 1.740.980 1.559.120
April 1.399.840 1.669.120 1.588.310 1.617.100 1.574.600
55
Mei 1.238.120 1.281.160 1.698.140 1.610.810 1.670.660 1.563.510
Juni 1.242.900 1.316.100 1.642.400 1.597.470 1.579.190
Juli 1.326.880 1.378.570 1.542.020 1.673.420 1.544.970
Agustus 1.240.840 1.359.600 1.439.220 1.689.820 1.423.060
September 1.154.200 1.439.590 1.451.550 1.667.560 1.343.920 Oktober
1.226.600 1.477.750 1.513.080 1.634.120 1.409.560 November 1.210.060 1.430.370 1.430.290 1.661.050 1.397.990
Desember 1.253.560 1.449.950 1.437.060 1.686.380 1.450.610 Sumber Data : Bursa Efek Indonesia
Dari hasil tabel 4.4 perkembangan indeks saham syariah indonesia selalu mengalami fluktuasi setiap bulan dan tahunnya. Dari awal berdirinya
ISSI pada mei 2011 sudah mencapai nilai 1.238.120 hingga bulan mei 2016 selalu mengalami fluktuasi. Dilihat dari perkembangannya ISSI mengalami
peningkatan tinggi pada bulan februari 2015 sebesar 1.743.170 dan nilai tersebut merupakan nilai terbesar Indeks Saham Syariah Indonesia. Fluktuasi
yang dialami Indeks Saham Syariah Indonesia dapat dilihat grafik dibawah ini:
56
Grafik 1.4 Grafik Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia
dalam satuan triliun rupiah
500,000 1,000,000
1,500,000 2,000,000
2 1
1 m
ei a
gu stu
s n
o ve
m b
e r
feb ru
a ri
m e
i a
gu stu
s n
o ve
m b
e r
feb ru
a ri
m e
i a
gu stu
s n
o ve
m b
e r
feb ru
a ri
m e
i a
gu stu
s n
o ve
m b
e r
feb ru
a ri
m e
i a
gu stu
s n
o vem
b er
feb ru
a ri
m e
i
ISSI
Series 1 Column1
Column2
Sumber Data : Bursa Efek Indonesia data diolah
3. Gambaran Umum Penelitian