Teori inflasi a. Analisis Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Periode Mei 2011 – Mei 2016)

18 selama ini sangat alergi terhadap Islam yaitu, Amerika Serikat. Sementara Dow Jones indeks pertama kali memperkenalkan indek syariah pada tahun 1999 dengan membentuk Dow Jones Islamic Market Indek DJIM. Dow Jones Islamic Market Indek DJIM pioner indek saham Islam ini pertama kali diluncurkan pada 8 Februari 1999 di Manama, Bahrain. Pencetus dan perintis ide tersebut adalah A. Rushdi Siddiqui, yang sebelumnya bekerja sebagai analis saham di sebuah perusahaan Invesment bank di Wall Street, sebagai analis, tugas utama Siddiqui meneliti saham-saham yang listing di bursa, seperti saham perbankan, asuransi dan lembaga investasi mutual fund. Beliau telah menelaah apakah usaha para emiten sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Peluncuran Indek Syariah mendapat sambutan positif. Pada tahun pertama 1999, nilai kapitalisasi pasar dari 1.708 saham hampir mencapai angka 10 triliun dolar AS. Angka tersebut mengalahkan nilai indek – indek konvensional. Rodoni 2009: 71-72.

3. Teori inflasi a.

Definisi Inflasi Menurut Sukirno 2004:27 Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh perekonomian. Sampai dimana 19 buruknya masalah ini berbeda diantara satu waktu ke waktu yang lain. Tingkat inflasi, yaitu presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan untuk menunjukan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi Sukirno, 2002. Inflasi merupakan proses yang dinamis. Adanya inflasi mengesankan bahwa tingkat harga dan variabel-variabel lainnya secara sistematis dan berkesinambungan selalu berada diluar keseimbangan. Muchtar 1994:315. Menurut Rahardja dan Manurung 2004:164-166 Untuk mengetahui tingkat inflasi yang berlaku dalam suatu periode tertentu ada beberapa indikator makroekonomi yang digunakan yaitu: 1. Indeks Harga Konsumen Consumer Price Index Indeks Harga Konsumen IHK adalah angka indeks yang menunjukkantingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. IHK dihitung berdasarkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Inflasi dapat diperoleh dengan rumus: IHK – IHKt-1 Inflasi = IHKt-1 20

b. Macam-macam inflasi

Berdasarkan kepada tingkat kelajuan kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi dapat dibedakan kepada tiga golongan yaitu: inflasi merayap, inflasi sederhana moderate dan hiperinflasi. 1. Inflasi Merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan pada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap 2. Hyperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Di Indonesia sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali lipat pda tahun 1965 dan 6,5 kali lipat pada tahun 1966. 3. Inflasi Sederhana Moderate Inflation adalah tingkat inflasi di negara- negara berkembang yang ada kalanya tidak mudah dikendalikan. Negara- negara tersebut tidak mengalami masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai diantara 5 sampai 10 21 persen. Inflasi dengan tingkat seperti itu digolongkan sebagai inflasi sederhana moderate inflation. Sukirno 2006:337.

c. Teori klasik inflasi

Teo ri ini sering kali disebut dengan “klasik” karena dikembangkan oleh para pemikir paling awal tentang permasalahan ekonomi. Sebagian besar ekonom mengandalkan teori ini untuk menjelaskan determinan jangka panjang pada tingkat harga dan tingkat inflasi. Mankiw 2012:156.

d. Teori-Teori Penyebab Inflasi

Sering timbul pertanyaan mengapa inflasi itu terjadi. Pertanyaan itu dapat dijawab dengan mengemukakan teori-teori inflasi. Ada tiga teori yang membahas mengapa inflasi itu terjadi, yaitu teori kuantitas, teori Keynes, dan teori struktural.  Teori Kuantitas : Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah menjadi dua kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi dua kali lipat.  Teori Keynes : Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena nafsu berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan 22 lebih banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi kebutuhan secara berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan penawaran tetap, yang akan terjadi adalah harga akan naik, pemerintah dapat membeli barang dan jasa dengan cara mencetak uang, misalnya inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan pengusaha memperoleh kredit. Kredit yang diperoleh ini digunakan untuk membeli barang dan jasa sehingga permintaan agregat meningkat, sedangkan penawaran agregat tetap. Kondisi ini berakibat pada kenaikan harga-harga.  Teori Struktural : Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi cepat kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Permintaan sulit dipenuhi ketika ada kenaikan jumlah penduduk.

e. Hubungan Inflasi Terhadap Indeks Saham Syariah

Menurut Pasaribu 2013, apabila Inflasi naik, akan berpengaruh terhadap permintaan saham di pasar modal karena berkurangnya pendapatan riil masyarakat. Fluktuasi inflasi akan mempengaruhi pola investasi seseorang. Ketika inflasi tinggi, resiko seseorang untuk berspekulasi atau berinvestasi pada saham di pasar modal memiliki potensi kerugian daya beli dalam investasi, karena terjadinya kenaikan rata-rata harga konsumsi dan 23 inflasi akan mengurangi daya beli uang sehingga tingkat pengembalian setelah disesuaikan dengan inflasi dapat menurunkan hasil dari investasi tersebut. 4. Jumlah uang beredar

a. Pengertian Jumlah Uang Beredar

Para ahli ekonomi dan analisis keuangan menggunakan berbagai definisi yang berlainanberbeda untuk pengertian jumlah uang beredar ini sebagian terbesar dari definisi-definisi ini dilaporkan secara berkala dalam Federal Reserve Bulletin. Pada umumnya, definisi jumlah uang beredar menyebutkan jumlah uang beredar sebagai jumlah uang kartal yang beredar ditambah dengan beberapa jenis deposito dari berbagai lembaga keuangan.

b. Klasifikasi Jumlah Uang Beredar

1. Jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut “Narrow Money‟ M1, yang terdiri dari uang kartal dan uang giral demand deposit. 2. Uang beredar dalam arti luas atau “Broad Money‟ M2, yang terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka time deposit. Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu uang beredar dalam arti sempit M1 dan uang beredar dalam arti luas M2. 24

1. Uang Beredar Dalam Arti Sempit Narrow Money = M1

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kenaikan Harga Minyak Dunia, Jumlah Uang Beredar Dan Nilai Tukar (Kurs) Terhadap Inflasi Di Indonesia

0 37 101

Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Indeks Syariah yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

1 23 107

Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

4 85 159

Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan IHSG Terhadap Return Pasar ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia): Studi Kasus: Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode Juni 2011 – Mei 2015

1 11 127

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (periode Juni 2012-Mei 2015).

0 4 17

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (periode Juni 2012-Mei 2015).

0 2 18

DAFTAR PUSTAKA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (periode Juni 2012-Mei 2015).

0 4 4

ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS, HARGA MINYAK MENTAH DUNIA DAN HARGA EMAS DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SYARIAH (STUDI KASUS DI INDONESIA DAN MALAYSIA)

0 1 107

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA BI, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH INDONESIA PERIODE 2013-2016

0 3 22

ANALISIS INTEGRASI INDEKS HARGA SAHAM SYARIAH PADA PASAR MODAL SYARIAH INDONESIA, MALAYSIA, CHINA, DAN JEPANG (Periode Mei 2011 – Desember 2016) - Raden Intan Repository

0 0 162