27
bank-bank umum. Jumlah uang yang beredar di masyarakat akan mencerminkan
kondisi perekonomian
negara tersebut.
Kondisi perekonomian inilah yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap tingkat
investasi di negara yang bersangkutan. Karena sebelum memutuskan melakukan investasi di negara tersebut, para investor pasti melihat terlebih
dahulu kondisi perekonomian negara tersebut. Analisa hubungan antara Jumlah Uang Beredar dengan Investasi ini diukur dengan cara melihat
seberapa banyak peredaran uang yang berada di tengah-tengah masyarakat. Jumlah uang beredar di suatu negara akan mempengaruhi tingkat investasi
seseorang, tidak terkecuali dengan investasi dalam keuangan syariah yaitu melalui Indeks Saham Syariah Indonesia.
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
a. Definisi SBIS
Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS atau yang dulu disebut
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI diatur dalam PBI No. 29PBI2000 tanggal 23 Februari 2000 PBI No.67PBI2004 tanggal
16 Februari 2004 tentang Perubahan Atas PBI No. 29PBI2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Selain itu juga terdapat fatwa
yang menguatkan SWBI, yaitu fatwa DSN No. 36DSN-MUIX2002
28
yang dikeluarkan tanggal 23 oktober 2002. Pada tahun 2008 dilakukan penyempurnaan kerangkaoperasi
moneter syariah yang diawali dengan introduksi Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS sebagai pengganti SWBI. Pergantian ini dilakukan secara
formal pada 31 Maret 2008 dengan penerbitan PBI No. 1011PBI2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Salah satu
penyempurnaan yang dilakukan adalah penyempurnaan akad yang semula w
a’diah menjadi ju’alah. Jualah merupakan akad yang berarti hadiah yang dijanjikan seseorang ketika berhasil mengerjakan suatu pekerjaan.
Perbankan konvensional mengenal istilah SBIS dengan SBI. Perbedaan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan
Sertifikat Bank Indonesia yang digunakan dalam sistem konvensional yaitu SBI menggunakan suku bunga satu bulanan atau tiga bulanan
sedangkan SBIS menggunakan bonus dari sejumlah dana yang ditanamkan di perbankan syariah.
b. Karakterisik Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
Menurut Wirdyaningsih, Perwataatamadja, Gemala dan Yeni 2006:149 SWBI yang sekarang disebut SBIS merupakan instrument
kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Beberpa
karakteristik SBIS sebagai berikut :
29
Menggunakan akad ju’alah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah
Nasional dan Majelis Ulama Indonesia, SBIS juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan
wakalah. 1. Diterbitkan oleh bank Indonesia.
2. Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek. 3. Berjangka waktu paling kurang 1satu bulan dan paling lama 12 dua
belas bulan. 4. Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 satu juta rupiah.
5. Diterbitkan tanpa warkat Scripless . 6. Merupakan instrument kebijakan moneter dan sarana penitipan dana
sementara www.bi.go.id
. 7. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
c. Hubungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia ISSI
Menurut Aisiyah 2015 Tujuan terbentuknya SBIS sebagai pengendali moneter tentu perubahan kebijakan yang dibuat oleh Bank
Indonesia mampu mempengaruhi bank syariah ataupun pasar modal syariah. SBIS juga berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk membantu dalam
investasi bank syariah apabila terjadi kelebihan dana Overlikuiditas. Dalam penerbitan SBIS akad yang digunakan adalah
ju’alah. Maka bank syariah yang menempatkan dana pada SBIS berhak mendapatkan upah ujrah atas
30
jasa membantu pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia. Tingkat imbalan yang diberikan oleh Bank Indonesia mengacu pada SBI
konvensional, sehingga tidak akan memicu kesenjangan profit yang diperoleh dari penempatan dana tersebu oleh bank syariah. Ketika imbalan yang
diperoleh bank syariah dalam melakukan investasi SBIS itu besar tentu keuntungan akan diperoleh bank syariah dan perusahaan. Selanjutnya return
yang dibagi hasilkan pada DPK Dana Pihak Ketiga yaitu para nasabah yang menabung, deposito juga akan tinggi. Hal tersebut mampu menarik investor
untuk beralih berinvestasi dibank syariah dari pada instrumens investasi lainnya yaitu pasar modal syariah. Ketika minat investor turun untuk
berinvestasi dipasar modal syariah tentu hal itu akan memicu menurunya indeks saham syariah.
6. Harga Minyak Dunia. a. Hubungan Harga Minyak Dunia terhadap Saham