Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan IHSG Terhadap Return Pasar ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia): Studi Kasus: Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode Juni 2011 – Mei 2015

(1)

PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN IHSG

TERHADAP RETURNPASAR ISSI

(Indeks Saham Syariah Indonesia)

Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode Juni 2011 – Mei 2015

SKRIPSI

Oleh : Dwi Manggar Asih NIM : 1112081000118

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN IHSG

TERHADAP RETURNPASAR ISSI

(Indeks Saham Syariah Indonesia)

Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Juni 2011 – Mei 2015

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Dwi Manggar Asih NIM : 1112081000118

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Adhitya Ginanjar, SE., M.Si NIP. 19690203 200112 1 003 NIP.197408102011011001

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 10 November 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Dwi Manggar Asih

2. NIM : 1112081000118

3. Jurusan : Manajemen/MIPS

4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan IHSG Terhadap Return Pasar ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Juni 2011 – Mei 2015.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 November 2015 1. Arif Fitrijanto, M.Si

NIP.197111182005011003

2. Amalia, SE., MSM

NIP.197408212009012005

3. Aini Masruroh, M,Si NIP.


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, 27 Januari 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa: 1. Nama : Dwi Manggar Asih

2. NIM : 1112081000118

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan IHSG Terhadap Return Pasar ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Juni 2011 – Mei 2015.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Januari 2016

1. Dr. Amilin, SE, M.Si

NIP.197306152005011009 ( )

Ketua 2. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si

NIP.197312212005012002 ( ) Sekretaris

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP.196902032001121003 ( ) Pembimbing I 4. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si

NIP. 197408102011011001 ( ) Pembimbing II 5. Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE.,MAB

NIP.197411272001121002 ( ) Penguji Ahli


(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dwi Manggar Asih NIM : 1112081000118 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.


(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Dwi Manggar Asih

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat dan tanggal lahir : Tangerang, 25 September 1993

Alamat : Kp. Manungtung

Rt 004 Rw 006 no. 12 Ds. Legok Kec. Legok Kabupaten Tengerang 15210

Telepon : 087809551919

E-mail : dwimangarasih@gmail.com

Motto Hidup : Jangan Takut Kalah Apabila Ada Kesempatan Untuk Menang Ikhtiar dan Berdoa, dan percaya ALLAH selalu bersama kita

PENDIDIKAN

1998 – 1999 : TK Prawiyasa, Kab.Tangerang 1999 – 2003 : SDN Rancagong 3, Kab.Tangerang 2003 – 2005 : SDN Mulyoharjo 4, Kab.Pemalang 2005 – 2008 : RSBI SMP Negeri 2, Kab.Pemalang 2008 – 2011 : SMA Negeri 3, Kab.Tangerang

2011 – 2013 : Program Profesional Teknik Informasi Perbankan SyariahCCIT-FTUI Universitas Indonesia

2012 – 2016 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen InformasiPerbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta


(7)

vi

Abstract

The purpose of this study was to observe the effect in the short term and long term between five variables: inflation, exchange rate against the USD (exchange rate), the gross domestic product (GDP), the world gold price and the stock price index (IHSG) to Return markets ISSI (Indonesian sharia stock index). The data used in this study is the monthly data from June 2011 to May 2015 of a monthly report Macroeconomic Indicators of Bank Indonesia, reports Kitco Statistics and Reports Statistics Indonesia Stock Exchange. This study uses Cointegration test to see any indication of long-term relationships and Error Correction Model (ECM) to see a short-term relationship.

The results showed in the long term there is influence between the variables of inflation, exchange rates, GDP and IHSG to Return ISSI market. This implies that in the long term these variables can be used to predict the movement of markets Return ISSI. While in the short term all the variables: inflation, exchange rate against the USD (exchange rate), the gross domestic product (GDP), the world gold price and the stock price index (IHSG) has an influence on the market Return ISSI. This implies that in the short term all the variables in this study can be used to predict the movement Return ISSI market in the short term. Keywords: Inflation, Exchange Rate, GDP, the world gold price, IHSG, Return ISSI market, Cointegration, Error Correction Model (ECM)


(8)

vii

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang antara lima variabel yaitu: inflasi, nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terhadap Return pasar ISSI (indeks saham syariah Indonesia). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Juni 2011 sampai Mei 2015 dari laporan bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank Indonesia, Laporan Statistik kitco dan Laporan Statistik Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat adanya indikasi hubungan jangka panjang dan Error Correction Model (ECM) untuk melihat adanya hubungan jangka pendek.

Hasil penelitian menunjukan dalam jangka panjang terdapat pengaruh antara variabel inflasi, kurs, PDB dan IHSG terhadap Return pasar ISSI. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan Return pasar ISSI. Sedangkan dalam jangka pendek semua variabel yaitu: inflasi, nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga saham gabungan (IHSG) mempunyai pengaruh terhadap Return pasar ISSI. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka pendek semua variabel dalam penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan Return pasar ISSI dalam jangka pendek.

Kata kunci: Inflasi, Kurs, PDB, Harga Emas Dunia, IHSG, Return pasar ISSI, Kointegrasi, Error Correction Model (ECM)


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “” dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapaigelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh darisempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahandan kekurangan yang ditemui dalam penyusunan skripsi ini.Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hinggaterselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberidukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada :

1. Kedua orang tua saya, Bapak Ranya Dabid dan Ibu Siti Romlah yang selalu memberikandukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta,dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas. Kalian adalah motivasiterkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi ini.

2. My Brother,Brigadir Wiwit Nurrofiq, S.Edan David Okta Wiranata yangselalu memberikan motivasi dan dukungan agar penulis cepat lulus. 3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, BapakDr.

Amilin, SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, MH selaku Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

ix

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I, yangsenantiasa ikhlas meluangkan waktunya di tengah kesibukan untukmembimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi iniserta motivasinya yang begitu besar pada penulis.

5. Bapak Aditya Ginanjar, M.Si selakudosen pembimbing II, yang telahmeluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar pada penulis.

6. Ibu Titi Dewi Warninda SE, M.Si dan Ibu Ir. Ela Patriana, MM selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen.

7. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir., MM yang telah banyak membantu dan memberikan jalan bagi kami MIPS.

8. Bapak Dr.Suhendra, S.Ag, MMselaku Pembimbing Akademik yang telah mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di FEB UINSyarif Hidayatullah Jakarta.

9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahanilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.

10.Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus kebutuhan administrasi, keuangan dan lain-lainnya, khususnya Pak Alfred, Pak Ali, Bu Halimah, Pak Rahmat,Pak Bonikdan Pak Sofyan.

11.Sahabat-sahabatku The Kontrak’s yaitu Rizky Yulandari, Inas Mawardah, Ghina Ashila, Nisrina Nur Febri, Fitri Lustyaningsih, Anne Rufaida, Anita Permata Sari, Nida Milatina, Fanni Islamiyati, Yunita Adawiyah, dan Ernawati yang selalu mendukung, mendoakan, memotivasi, memberi canda dan tawa kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

12.Saudara-saudaraku Bripda Adi Prakoso, Dimas Gulang, Str, Mochammad Cherudinsyah, Andre Hasra, S.T, Rahmat Apryana, Ka Taufiq, Mas Shoqif, Ahmad Fitriyadi, Amd dan Sri Wahyuni, S.Pd yang tiada henti memberikan motivasi dan hiburan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(11)

x

13.Bripda Nero Hangga Ryantoro teman bertukar fikiran yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, agar segera menyelesaikan skripsi dengan hasil yang maksimal.

14.Teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan Syariah angkatan 2012 sebagai angkatan pertama. Terimakasih atas rasa kekeluargaan yang telah diberikan, dukungannya dan selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan motivasi selama masaperkuliahan. Maaf jika tidak dapat disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa cinta dan bangga penulis kepada kalian semua.

15.Teman-teman seperjuangan CCIT FTUI angkatan 2011, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.

16.Keluarga besar KKN Aurum 2014 yang telah memberikan pengalaman dan pelajaran yang begitu berharga selama masa perkuliahan yang menjadikan pribadi penulis lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Semoga kekeluargaan kita tetap terjaga.

17.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagian telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terimakasih banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca serta bagi penulis sendiri sebagai proses pengembangan diri.

Jakarta, 04 Januari 2016 Penulis


(12)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 11

C. Perumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E.Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Pasar Modal Syariah ... 14

2. Teori Inflasi... 17

3.Teori Nilai Tukar (kurs) ... 21


(13)

xii

5. Harga Emas Dunia ... 27

6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 28

7. ReturnPasar ... 29

B.Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 31

C. Penelitian Sebelumnya ... 33

D. Kerangka Penelitian ... 42

E. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 46

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

B. Metode Penentuan Sampel ... 46

C. Teknik Pengumpulan Data ... 47

D. Teknik Analisis Data ... 47

1. Uji Normalitas... 48

2. Uji Linieritas ... 49

3. Uji Stasioneritas ... 50

4. Uji Error Correction Model (ECM) ... 52

E. Operasional Variabel Penelitian ... 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 58

1. Sejarah singkat berdirinya Index Saham Syariah Indonesia (ISSI)... 58

2. Perkembangan Inflasi ... 59

3. Perkembangan Nilai Tukar (KURS) ... 61

4. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 62

5. Perkembangan Harga Emas Dunia ... 63

6. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)... 64

B. Analisis dan Pembahasan ... 66

1. Hasil Uji Normalitas ... 66

2. Uji Linearitas ... 67

3. Uji Stasioner ... 68


(14)

xiii

5. Hasil Regresi Metode Error Correction Model (ECM) ... 72

C. Interpretasi Data ... 77

1. Konstanta ... 77

1. Tingkat Inflasi dan Jumlah Return ISSI ... 77

2. Tingkat Nilai tukar (Kurs) dan Return ISSI ... 78

3. Jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) dan Return ISSI ... 79

4. Harga Emas Dunia dan Return ISSI ... 81

5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Return ISSI ... 82

D. Interpretasi Analisis Ekonomi ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Implikasi ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Perkembangan Saham Syariah ... 4

Gambar 1. 2 Kurs Tengah Rp Terhadap Dolar Amerika ... 7

Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian ... 44

Gambar 4. 1 Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia(ISSI) ... 59

Gambar 4. 2 Perkembangan Inflasi ... 60

Gambar 4. 3 Perkembangan Nilai Tukar (KURS) ... 62

Gambar 4. 4 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 63

Gambar 4. 5 Perkembangan Harga Emas Dunia ... 64

Gambar 4. 6 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 65


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia (Rp Miliar) ... 3

Tabel 1. 2 Jumlah Saham Syariah dalam Daftar Efek Syariah (DES) ... 3

Tabel 4. 1 Hasil Uji Ramsey ... 68

Tabel 4. 2 Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level ... 69

Tabel 4. 3 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference ... 70

Tabel 4. 4 Uji Johansen Kointegrasi ... 71

Tabel 4. 9 Hasil Uji Error Correction Model ... 73


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian Juni 2011 – Mei 2015... 93

Lampiran 2 Hasil Uji Normalitas ... 94

Lampiran 3 Hasil Uji Linearitas ... 95

Lampiran 4 Hasil Uji Stasioner Variabel Return ISSI ... 96

Lampiran 5 Hasil Uji Stasioner Variabel Inflasi ... 97

Lampiran 6 Hasil Uji Stasioner Variabel Nilai Tukar (Kurs) ... 98

Lampiran 7 Hasil Uji Stasioner Variabel Produk Domestik Bruto (LNPDB) ... 99

Lampiran 8 Hasil Uji Stasioner Variabel Harga Emas Dunia (HED) ... 100

Lampiran 9 Hasil Uji Stasioner Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 101

Lampiran 10 Uji Derajat Integrasi Variabel Return ISSI... 102

Lampiran 11 Uji Derajat Integrasi Variabel Inflasi ... 103

Lampiran 12 Uji Derajat Integrasi Variabel Nilai Tukar (Kurs)... 104

Lampiran 13 Uji Derajat Integrasi Variabel Produk Domestik Bruto (LNPDB)105 Lampiran 14 Uji Derajat Integrasi Variabel Harga Emas Dunia (HED) ... 106

Lampiran 15 Uji Derajat Integrasi Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 107

Lampiran 16 Uji Kointegrasi Johansen Test ... 108


(18)

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal, baik pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah memperdagangkan beberapa jenis sekuritas yang mempunyai tingkat risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa datang. Ini sejalan dengan definisi investasi menurut sharpe dalam (Tandelilin, 2010), bahwa investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan returnyang tidak pasti di masa depan.

Indeks harga saham merupakan ringkasan pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh terutama kejadian-kejadian ekonomi. Dengan kata lain indeks harga saham dapat dijadikan sebagai barometer ekonomi suatu negara dansebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir. Di Indonesia terdapatdua indeks saham syariah, yaitu JII dan ISSI. Yang membedakannya adalah JII merupakan indeks yang konstituennya hanya berjumlah 30 saham syariah terlikuid sedangkan ISSI konstituennya adalah seluruh saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan lolosdalam proses seleksi Daftar Efek Syariah.


(20)

2

ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatatdi BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dan terdaftar dalamDaftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.ISSI juga mengungguli kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Per Januari 2012, kinerja ISSI tumbuh 13%. Nilai kapitalisasi pasar saham syariah juga cukup tinggi mencapai Rp 3.000 triliun.


(21)

3

Tabel 1. 1 Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia (Rp Miliar)

Sumber: www.ojk.go.id

Tabel 1. 2 Jumlah Saham Syariah dalam Daftar Efek Syariah (DES)


(22)

4

Gambar 1. 1 Perkembangan Saham Syariah

Sumber: www.ojk.go.id

Data statistik diatas merupakan data perkembangan saham syariah mulai dari tahun 2007 sebelum ISSI dibentuk sampai periode pertama 2015 untuk membandingkan perkembangan saham syariah sebelum dan sesudah ISSI dibentuk. Perkembangan indeks syariah ini dievaluasi dua kali dalam satu tahun yaitu tiap 6 bulan sekali. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setiap tahunnya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2015. Namun pertumbuhan saham syariah tercatat sangat signifikan pada tahun 2011 ke tahun 2012, dimana kita ketahui bersama bahwa ISSI dibentuk tahun 2011. Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa dibentuknya ISSI memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan saham syariah di Indonesia.

Faktor-faktor makroekonomi yang mempunyai hubungan langsung dengan perkembangan saham dipasar modal antara lain tingkat inflasi, Nilai tukar (kurs) rupiah, Produk domestik bruto, dan Harga emas dunia. Kebijakan makroekonomi yang ditetapkan pemerintah diharapkan mampu


(23)

5

mendorong pergerakan positif di pasar modal. Tingkat inflasi yang tidak terkendali menyebabkan harga-harga akan terus mengalami peningkatan secara umum. Sementara pengaruhnya terhadap saham di pasar modal ialah mengurangi permintaan saham-saham karena berkurangnya pendapatan riil masyarakat.

Tingkat inflasi suatu negara sangat berpengaruh terhadap tingkat investasi di Negara tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurut Syahrir (1995:81) yang menyatakan bahwa sulit atau tidak membayangkan pasar modal berkembang dengan pesat apabila di dalam suatu negara berlangsung perkembangan makro seperti diantaranya tingkat inflasi yang double digit atau sampai hyperinflation. ISSI merupakan salah satu instrument alat investasi yang ada di saham pasar modal di Indonesia. Tingkat inflasi yang selalu berubah tiap bulannya sangat memungkinkan untuk mempengaruhi tingkat investasi pada pasar modal di Indonesia khususnya pada ISSI.

Meningkatnya laju inflasi akan menyebabkan para investor enggan untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham, mereka cenderung untuk memilih investasi dalam bentuk logam mulia atau real estate, jenis ini dapat melindungi investor dari kerugian yang disebabkan inflasi. Dari hasil penelitian Pasaribu dan Kowanda (2013) diperoleh hasil bahwa memang secara jangka pendek, meningkatnya inflasi akan menyebabkan penurunan angka indeks harga saham gabungan, namun dalam jangka panjang, justru kenaikan inflasi, justru akan meningkatkan indeks harga


(24)

6

saham gabungan. Secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan baik dalam jangka pendek atau pun jangka panjang. Dengan kata lain, pada jangka panjang, kenaikan inflasi akan menurunkan capital gain yang menyebabkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh investor. Di sisi perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi, dimana peningkatannya tidak dapat dibebankan kepada konsumen, dapat menurunkan tingkat pendapatan perusahaan. Hal ini berarti risiko yang akan dihadapi perusahaan akan lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga permintaan terhadap saham menurun. Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik. Dalam jangka pendek, hubungan negatif inflasi dengan tingkat pengembalian saham berarti terdapat peluang bagi perusahaan untuk memperoleh profitabilitas lebih besar karena harga bahan baku menjadi lebih murah dengan asumsi harga penjualan tetap atau bahkan naik.

Selanjutnya pada awal tahun 2015, rupiah mengalami tekanan kembali sehingga melemah terhadap dollar AS meskipun bulan-bulan berikutnya relatif stabil. Beberapa faktor internal yang turut memberikan tekanan antara lain: masih tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas dibidang politik dan keamanan dalam jangka pendek dan jangka panjang, pesimisnya pelaku bisnis dan investor luar negeri terhadap pulihnya perekonomian nasional akibat pemerintah, ancaman terorisme, bencana


(25)

7

alam serta tingginya sensitivitas fluktuasi rupiaj terhadap berbagai isu negatif lainnya.

Menurut Suci (2012:1-2) Investor menginvestasikan uangnya berdasarkan preferensi keuntungan yang optimal melalui investasi portofolio. Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Nilai tukar rupiah terhadap USD pun mempengaruhi harga saham, karena semakin merosotnya rupiah maka harga saham pun ikut terpuruk.

Berdasarkan data empiris, pergerakan variabel ekonomi makro dan harga saham sering memiliki pola yang kontraduktif atau berlawanan dengan teori ekonomi. Sebagai contoh, pada akhir tahun 2014, dimana nilai tukar rupiah terhadap USD terus melemah,

Gambar 1. 2 Kurs Tengah Rp Terhadap Dolar Amerika

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah terdepresiasi/ melemah terhadap USD selama empat tahun terakhir. Bahkan mengalami guncangan diakhir tahun 2014.Rupiah telah menutup


(26)

8

catatan di tahun 2014 dengan menebus kerugian di kuartal ke-3 tahun ini. Setidaknya hal ini membuat Rupiah dapat menyelamatkan diri dari arus peningkatan ekonomi Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah diketahui melemah, turun sebanyak 1,6% menjadi Rp 12.385 per Dolarnya sejak akhir bulan September 2014 lalu. Anjloknya rupiah ini melengkapi catatan panjang penurunan sebesar 2,7% pada kuartal ke-3 dan 4,2% pada kuartal ke-2 di tahun 2014. Posisi Rupiah yang naik sebesar 0,5% pada hari ini (31/12), rupanya tidak banyak mencegah Rupiah untuk mengulang sejarah kelamnya di tahun 1998 pada saat terjadinya krisis keuangan di Asia.

Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Estimasi PDB akan menentukan perkembangan perekonomian. PDB berasal dari jumlah barang konsumsi yang bukan termasuk barang modal. Dengan meningkatnya jumlah barang konsumsi menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan skala omset penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat konsumtif. Dengan meningkatnya omset penjualan maka keuntungan perusahaan juga meningkat. Peningkatan keuntungan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut juga meningkat yang juga berdampak pada return pasar yang juga akan meningkat.

Harga emas dianggap sebagai suatu komoditas yang berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian baik di Indonesia maupun dunia. Masyarakat yang memiliki dana pada saat ini cenderung menginvestasikan dananya untuk membeli emas guna mendapat keuntungan yang lebih


(27)

9

tinggi. Keuntungan investasi emas adalah daya tahannya yang kuat terhadap inflasi. Krishna Reddy Chittedi (2015) melakukan penelitian mengenai hubungan antara indeks harga saham yang ada di saham BRIC bahwa terdapat pengaruh antara variabel makro yang salah satunya harga emas terhadap harga saham di BRIC yang pasti juga mempengaruhi jumlah return sahamnya.

Pembentukan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi bukan hanya oleh kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia, tetapi juga kondisi di Negara-negara lain. Perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi oleh investor. Berdasarkan hal tersebut, harga saham sangatlah penting untuk mendapat perhatian karena harga saham mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di pasar modal. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek merupakan indikator yang penting karena mecangkup seluruh saham-saham yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) baik saham-saham-saham-saham konvensional maupun saham syariah. Oleh karena itu, menjadi salah satu hal yang menarik untuk mengamati pengaruhnya terhadap jumlah return pasar indeks saham syariah Indonesia (ISSI).

Dalam penelitian yang dilakukan olehMaqdiyah, Rahayu dan Tapowijono (2014) menyimpulkan bahwa Inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham JII. Hal ini berbeda oleh penelitian yang dilakukan oleh Rowland Bismark Fernando dan Mikail Firdaus (2013) Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, terlihat


(28)

10

bahwa tingkat inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap indeks saham syariah Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Ouma dan Muriu (2014) menyimpulkan bahwa nilai tukar (Kurs) memberikan pengaruh signifikan terhadap return saham di Kenya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ibrahim dan Musah (2014) menunjukan bahwa ada hubungan yang positif antara nilai tukar dan return saham di Ghana. Kedua kondisi ini menunjukan bahwa di berbagai Negara nilai tukar mempengaruhi harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Chittedi (2015) menyimpulkan bahwa harga emas dunia berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di BRIC. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mohd Yahya, Fidlizan Muhammad. Azila Abdul Razak Gna Pai Tha, dan Nurfakhzan Marwan (2015) menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara harga emas terhadap harga saham syariah di Malaysia. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel indeks harga saham gabungan (IHSG) digunakan sebagai variabel indepent.

Maka oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menelaah lebih lanjut mengenai variabel ekonomi makro dan indeks harga saham gabungan apakah sebenarnya berpengaruh terhadap return market ISSI, dalam skripsi ini peneliti mengambil judul “PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN IHSG TERHADAP RETURN PASAR


(29)

11

ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Studi Kasus : Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juni 2011 – Mei 2015” diharapkan penelitian ini menarik dan perlu dilakukan.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus dan tidak meluas, penulis membatasi masalah dalam penulisan penelitian ini. Adapun beberapa keterkaitan antara variabel-variabel yang penulis teliti sebagai berikut: 1. Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return ISSI.

2. Nilai tukar (Kurs) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return ISSI.

3. Produk domestik bruto (PDB) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap returnISSI.

4. Harga emas dunia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap returnISSI.

5. Indeks harga saham gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap returnISSI.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang akan penulis kemukakan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang tingkat inflasi terhadap return pasarISSI?

2. Bagaimana pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar mata uang (Kurs)terhadap return pasarISSI?


(30)

12

3. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang produk domestik bruto (PDB) terhadap return pasar ISSI?

4. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang harga emas dunia terhadap return pasar ISSI?

5. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang indeks harga saham gabungan (IHSG) terhadap return pasar ISSI?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah sebelumnya adalah:

1. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang tingkat inflasi terhadap return pasar ISSI.

2. Menganalisis pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar mata uang (Kurs) terhadap return pasar ISSI.

3. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang produk domestik bruto (PDB) terhadap return pasar ISSI.

4. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang harga emas dunia terhadap return pasar ISSI.

5. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang indeks harga saham gabungan (IHSG) terhadap return pasar ISSI.

E.Manfaat Penelitian 1. Investor

Dapat memberikan informasi kepada para investor tentang saham khususnya pada saham yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia


(31)

13

(ISSI) dan diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu inovasi baru bagi para investor.

2. Emiten

Dapat memberikan informasi kepada emiten khususnya yang tergabung dalam Indeks Saham Syariah IndonesiaISSI tentang faktor yang dapat mempengaruhi keadaan return pasar modal syariah di Indonesia.

3. Akademisi

Menambah wawasan terhadap dunia pasar modal di Indonesia khususnya saham syariah dan dapat mananamkan jiwa berinvestor kepada para akademisi sedini mungkin.


(32)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Syariah

Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.

Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudharabah. Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan institusional yang terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah


(33)

15

tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya kesepahaman antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis syariah di Indonesia. Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau efek. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang,surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai Efek Syariah.

Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip – prinsip syariah di Pasar Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah yang telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk dan Unit Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.

Menurut Aziz(2010, 63), pasar modal syariah adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang menjalankan kegiatannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.


(34)

16

Menurut Hamid (2009, 47) Produk investasi berupa saham pada prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran Islam. Dalam teori pencampuran Islam mengenal akad syirkah atau musyarakah yaitu suatu kerjasama antara dua atau lebih pihak untuk melakukan usaha dimana masing – masing pihak menyerahkan sejumlah dana barang atau jasa.

Menurut Soemitra (2009), saham syariah merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan. Penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah. Akad yang berlangsung dalam saham syariah dapat dilakukan dengan akad mudharabah dan musyarakah.

Data saham merupakan bagian dari Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Terdapat beberapa pendekatan untuk menyeleksi suatu saham apakah bisa dikategorikan sebagai saham syariah atau tidak, yaitu:

1. Pendekatan jual beli. Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah asset dan dalam jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bias dikategorikan sebagai sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit-loss sharing).

2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan pendekatan produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang halal ketika produksi dari barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan bebas dari element-element yang haram yang secara explicit disebut di dalam Al-Quran


(35)

17

seperti riba, judi, minuman yang memabukkan, zina, babi dan semua turunan-turunannya.

3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh dari bunga (interest) maka secara umum kita bisa mengatakan bahwa saham perusahaan tersebut tidak syariah karena masih ada unsur riba disana. Oleh karena itu seluruh pendapatan yang didapat oleh perusahaan harus terhindar dan bebas dari bunga atau interest.

4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Dengan melihat ratio hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal dengan debt/equity ratio. Dengan melihat ratio ini maka diketahui jumlah hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin besar ratio ini semakin besar ketergantungan modal terhadap hutang. Akan tetapi untuk saat ini bagi perusahan agak sulit untuk membuat ratio ini nol, atau sama sekali tidak ada hutang atas modal. Oleh karena itu ada toleransitoleransi atau batasan seberapa

besar “Debt to Equity ratio“ ini. Dan masing masing syariah indeks di dunia berbeda dalam penetapan hal ini. Namun secara keseluruhan kurang dari 45% bisa diklaim sebagai perusahaan yang memiliki saham syariah.

2. Teori Inflasi

Menurut Karim (2010:135), secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/ komoditas dan jasa selama suatu periode waktu


(36)

18

tertentu.Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas.

Menurut Rahardja dan Manurung (2008: 165-166).Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Ketika kondisi perekonomian sedang mengalami kelesuan serta diperparah dengan tingkat inflasi pada skala yang tinggi, maka tentunya akan sulit untuk mengharapkan gairah di pasar modal menjadi lebih berkembang. Fenomena seperti ini justru akan menjadikan gairah investasi tidak lagi menjadi menarik di mata investor, sehingga membuat para investor mengalihkan dana yang sudah diinvestasikannya dalam bentuk saham ke dalam bentuk investasi lainnya. Akibatnya hal ini akan memicu menurunnya NAB reksadana yang kemudian berdampak terhadap harga pasar saham (Adib, 2009).

Menurut Murni (2006:203), laju inflasi merupakan tingkat perubahan harga secara umum untuk berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya per bulan, per triwulan atau per tahun. Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai berikut:

�� ��ℎ�� � − �� ��ℎ�� ��−1

�� ��ℎ�� ��−1 � = ��� � ���

Adapun jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan pada tingkat-tingkat laju inflasi, yaitu (Murni, 2006:204):


(37)

19 a. Moderat Inflation

Laju inflasinya antara 7% sampai dengan 10% adalah inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat.Umumnya disebut sebagai “inflasi

satu digit”.Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.

b. Galloping Inflation

Adalah inflasi ganas yang tingkat laju inflasinya antara 20% sampai dengan 100%.Yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius terhadap perekonomian dan timbulnya distorsi-distorsi besar dalam perekonomian.Hal ini ditandai dengan uang kehilangan nilainya dengan cepat, sehingga orang tidak suka memegang uang atau lebih baik memegang barang.Kredit jangka panjang di dasarkan pada indeks harga atau menggunakan mata uang asing seperti Dollar serta kegiatan investasi masyarakat lebih banyak di luar negeri.

c. Hyper Inflation

Adalah inflasi yang tingkat inflasinya sangat tinggi (di atas 100%).Inflasi ini sangat mematikan kegiatan perekonomian masyarakat.

Menurut Sukirno (2011:333), berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut:

a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat.Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi


(38)

20

dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terus menerus.Dalam masa seperti ini pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya.Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi.

b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah.Inflasi ini terjadi bila biaya produksi mengalami kenaikan secara terus menerus. Kenaikan biaya produksi dapat berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan BBM, dan kenaikan input lainnya yang mungkin semakin langka dan harus diimpor dari luar negeri. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.


(39)

21 c. Inflasi Diimpor (Imported Inflation)

Inflasi ini dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan atau dalam setiap kegiatan produksi.

3.Teori Nilai Tukar (kurs)

Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya.

Saat ini sebagian besar bahan baku bagi perusahaan-perusahaan diIndonesia masih mengandalkan impor dari luar negeri (www.kompas.com). Ketika mata uang rupiah terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya biayabahan baku tersebut. Kenaikan biaya produksi akan mengurangi


(40)

22

tingkatkeuntungan perusahaan. Bagi investor, proyeksi penurunan tingkat laba tersebutakan dipandang negatif (A.K Coleman dan K.A Tettey, 2008).

Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap sahamsaham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal tersebut, tentu akan mendorong penurunanIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga dolar Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Sunariyah, 2006).

Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia (Robert Ang, 1997). Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI dan mengalihkan investasinya ke dolar Amerika (Jose Rizal, 2007).

a. Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral.


(41)

23 2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementarapenawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknyaapabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.

3. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

b. Sistem Kurs Mata Uang

Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh sekalidalam menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara Indonesiayang sebelum tanggal 14 Agustus 1997 menerapkan sistem nilai tukarmengambang terkendali, maka laju depresiasi sangat ditentukan oleh pemegangotoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas kendali nilai tukarmenyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan pengaruhpengaruhdari luar. Untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah, upaya lain yangtelah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestic antar bank melalui band intervensi. Dengan band intervensi, nilai tukardiperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan. Apabilavaluta asing diperdagangkan melebihi band yang telah ditetapkan maka


(42)

24

BankIndonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar padaposisi semula (Wibowo dan Suhendra, 2010:2).

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan bank sentral/otoritas moneter. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkankarena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valuta asing untukmempengaruhi pergerakan kurs. 2. Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai ukar mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai tukar mata uang tersebut


(43)

25

bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai tukar mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalamperiode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu,sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu Negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.

Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan Negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.


(44)

26 5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas

yang sangat sempit.

4. Produk Domestik Bruto

Produk domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di Negara- Negara maju maupun di Negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain. Selalu di dapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri (Sukirno, 2011:34).

Menurut Tandelilim (2010:342) produk domestik bruto adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu Negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat.

Pendapatan Nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah lain pendapatan nasional


(45)

27

antara lain: produk domestik bruto/PDB (gross domestic product/GDP), produk nasional bruto (gross national product/GNP) serta pedapatan nasional netto (net national product/NNP) (Nurul Huda, 2008).

5. Harga Emas Dunia

Emas adalah logam yang padat, lembut, mengkilat, dan salah satu logam yang paling lentur diantara logam lainnya. Dibandingkan dengan jenis logam lainnya emas memiliki beberapa kelebihan, seperti pendapat Jack Weatherford

“dimanapun orang ingin menyentuhnya, mengenakannya, bermain-main dengannya dan juga memilikinya, karena berbeda dengan tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang mudah berkarat dan perak yang memudar, emas murni

tetaplah murni dan tidak berubah” sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga emas menjadi amat bernilai (Sholeh Dipraja, 2011:7).

Menurut Sholeh Dipraja (2011, 12), ada tiga faktor kelebihan dari emas: a. Keterbatasan jumlahnya dan termasuk barang tambang (sumber daya

alam yang tidak dapat diperbaharui), emas terbentuk karena proses alami dan manusia hanya dapat menambangnya, proses penambangan tidak mudah, bahkan dapat mempertaruhkan nyawa.

b. Tidak terikat dengan system bunga sebagaimana halnya dengan uang kertas.

c. Kemanapun emas atas daya beli terkini, dalam arti emas mampu beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat barang dan jasa menjadi mahal.


(46)

28

Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas resiko (Sunariyah,2011:166). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Dan lagi, emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih investasi yang memiliki tingkat imbal balik tinggi dengan resiko tertentu atau tingkat imbal balik tertentu dengan resiko yang rendah. Investasi di pasar saham tentunya lebih berisiko daripada berinvestasi di emas, karena tingkat pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari emas. Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih berinvestasi di emas daripada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik dengan kenaikan harganya. Ketika banyak investor yang mengalihkan portofolionya investasi kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor.

6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, bursa efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukan satu atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan


(47)

29

IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham perusahaan tercatat tersebut yang dimiliki oleh public (free float) relative kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG.

Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2008:102):

Dimana:

Σ Ht : Total harga semua saham pada waktu tertentu Σ Ho : Total semua harga saham pada waktu dasar

7. ReturnPasar

Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi, (2)return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka akan ditulis rumus:


(48)

30 Dimana:

Ri : Return saham

Pt : Harga saham periode tahun

Pt-1 : Harga saham periode tahun sebelumnya

Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003:232):

Dimana:

Rm : Return marketpada akhir bulan

ISSIt : ISSI pada akhirbulan ke t

ISSIt-1 : ISSI pada akhirbulan sebelumnya (t-1)

Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka. Investor selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu. Mengingat risiko yang melekat pada investasi saham lebih tinggi dari pada pada perbankan, return yang diharapkan juga lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori investasi yang dikemukakan oleh Widiatmojo (2008:84).

Rm = ISSIt

-

ISSI t-1


(49)

31

B.Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

1. Tingkat Inflasi dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Penelitian yang dilakukan olehMaqdiyah, Rahayu dan Tapowijono (2014) menyimpulkan bahwa Inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham JII. Hal ini berbeda oleh penelitian yang dilakukan oleh Rowland Bismark Fernando dan Mikail Firdaus (2013) Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, terlihat bahwa tingkat inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap indeks saham syariah Indonesia.Hal ini terjadi karena selama periode pengamatan, tingkat inflasi Indonesia tergolong stabil dan terkendali rendah dimana setiap bulannya rata-rata inflasi berkisar 0,44%, artinya masih dalam kondisi yang normal dalam perekonomian negara berkembang. Sehingga investor tidak memandang kenaikan inflasi sebagai hambatan yang berarti. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa inflasi memiliki keterkaitan dengan indeks harga saham syariah berarti pula dapat mempengaruhi return indeks saham syariah Indonesia (ISSI).

2. Nilai Tukar (KURS) dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)

Penelitian yang dilakukan oleh Wycliffe Nduga Ouma dan Dr. Peter Muriu (2014) menyimpulkan bahwa nilai tukar (KURS) memberikan pengaruh signifikan terhadap return saham di Kenya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Muazu Ibrahim dan Alhassan Musah (2014) menunjukan bahwa ada hubungan yang positif antara nilai tukar dan return saham di Ghana. Kedua


(50)

32

kondisi ini menunjukan bahwa di berbagai Negara nilai tukar mempengaruhi harga saham. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mempunyai keterkaitan dengan return saham.

3. Produk Domestik Bruto (PDB) dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)

Penelitian yang dilakukan olehMaqdiyah, Rahayu dan Tapowijono (2014) menyimpulkan bahwa produk domestik bruto(PDB) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham JII.Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Lemiyana dengan menggunakan model CAPM dan APT bahwa terdapar pengaruh signifikan PDB terhadap return saham syariah JII. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan PDB dengan return indeks saham syariah Indonesia (ISSI).

4. Harga Emas Dunia dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) Penelitian yang dilakukan oleh Krishna Reddy Chittedi (2015) menyimpulkan bahwa harga emas dunia berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di BRIC.Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mohd Yahya, Fidlizan Muhammad. Azila Abdul Razak Gna Pai Tha, dan Nurfakhzan Marwan (2015) menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara harga emas terhadap harga saham syariah di Malaysia. Oleh karena itu, adanya keterkaitan antara harga emas dunia dan Returnindeks saham syariah Indonesia (ISSI).


(51)

33

5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ReturnISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)

Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi, (2)return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen. Menurut Gumanti (2011 : 72) Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Dapat diketahui bahwa indeks harga saham gabungan terdiri dari saham umum atau konvensional dan juga saham-saham syariah. Oleh karena itu terdapat keterkaitan antara indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan returnindeks saham syariah Indonesia (ISSI).

C. Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya merupakan kumpulan beberapa hasil penelitianyang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya terhadappenelitian yang akan dilakukan ini. Hasil – hasil dari penelitian sebelumnyaini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan ini.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, ringkasan dari penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2..1


(52)

34

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti

dan Judul

Variabel dan Model Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 1. Krishna Reddy

Chittedi,

Macroeconomic Variables impact on Stock Prices in a BRIC Stock Markets: An Empirical Analysis, 2015.

1. Menggunakan variabel independen Inflasi dan Harga Emas Dunia 1.Tidak menggunakan model penelitian Autoregressive Distributed Lag (ARDL) melainkan menggunakan model regresi berganda dengan pendekatan ECM (Error Correction Model) 2. Tidak menggunakan variabel idenpenden Suku Bunga, jumlah

Semua variabel ekonomi makro BRIC berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham di BRIC.


(53)

35

Uang Beredar 2. Safdar Abbas,

Safdar Husain Tahir dan Shahid Raza, Impact of Macroeconomic Variables on Stock Returns: Evidence from KSE-100 Index of Pakistan, 2015.

1. Menggunakan variabel

independen

Inflasi, Nilai tukar, harga emas dunia, dan PDB. 2. Menggunakan variabel

independen Return Stock 3. Menggunakan model penelitian regresi linier berganda Tidak menggunkan pajak sebagai variabel independen

Korelasi menunjukkan bahwa Return Saham berkorelasi negatif dengan masing-masing GDP independen variabel, harga emas, inflasi, nilai tukar dan pajak. Semua variabel independen Inflasi, pajak, nilai tukar, PDB dan harga emas berkorelasi positif dengan satu sama lain. Hasil regresi ditemukan bahwa hubungan positif signifikan dari nilai tukar dan Return Saham. Harga emas memiliki hubungan signifikan positif tetapi

PDB memiliki


(54)

36

signifikan dengan return saham. Inflasi memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan Return Saham. pajak memiliki hubungan negatif signifikan dengan Return saham.

3, Wycliffe Nduga Ouma dan Dr. Peter Muriu, The Impact Of Macroeconomic Variables on Stock Market Returns in Kenya, 2014.

1. Menggunakan variabel

independen nilai tukar, dan variabel dependen return pasar saham

1.Tidak menggunakan Teori Arbitrage Pricing (APT) dan Aset Modal Pricing Model (CAPM) 2.Tidak menggunakan model penelitian The Ordinary Least Square (OLS) 3. Tidak

Semua variabel terdapat hubungan yang signifikan terhadap return pasar saham kecuali suku bunga.


(55)

37

menggunakan variabel

independen suku bunga dan jumlah uang beredar 4. Hatman

Maqdiyah, Sri Mangesti

Rahayu dan Topowijono, Pengaruh

Tingkat Bunga Deposito, Tingkat Inflasi, Produk

Domestik Bruto (PDB) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII), 2014.

1. Menggunakan variabel

independen inflasi, PDB dan nilai tukar.

2. Menggunakan model penelitian Regresi linear berganda

1.Tidak menggunakan variabel

independen suku

bunga dan

dependen indeks harga saham JII

Hasil Uji Simultan (Uji F), menunjukkan bahwa semua variabel secara simultan berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham JII. Sedangkan hasil uji parsial tingkat bunga deposito dan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham JII. Nilai tukar secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan tergdap indek saham JII. PDB merupakan variabel


(56)

38

yang dominan terhadap indek harga saham JII secara parsial.

5.. Muazu Ibrahim dan Alhassan Musah, An Econometric Analysis of the Impact of Macroeconomic Fundamentals

on Stock

Market Return in Ghana, 2014.

1. Menggunakan variabel

independen Inflasi dan Nilai tukar 2. Menggunakan variabel dependen Return Pasar 3. Menggunakan model penelitian ECM (Error Correction Model)

Tidak

menggunakan variabel independen jumlah uang beredar

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa di antara variabel ekonomi makro, guncangan

inflasi, uang beredar dan nilai tukar tidak hanya menjelaskan

proporsi yang

signifikan dari

kesalahan varians terhadap return saham tetapi efeknya yang bertahan dalam jangka panjang.

6. Serife Ozlen, The Effects of Domestic Macroeconomic Determinants

Menggunakan variabel

independen inflasi dan variabel dependen

1.Tidak menggunakan model penelitian Autoregressive Distributed

Semua variabel secara signifikan berpengaruh terhadap Return Saham kecuali Sektor komunikasi dan Tekstil


(57)

39

on Stock

Returns: A Sector Level Analysis, 2014.

ReturnSaham Lag(ARDL) 2.Tidak menggunakan variabel

independen Suku Bunga, Tingkat Pengangguran dan Giro Deficit 7. Rowland

Bismark Fernando

Pasaribu dan Mikail Firdaus, Analisis

Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap

Indeks Saham Syariah

Indonesia, 2013.

1.Menggunakan variabel

independen Inflasi dan ISSI sebagai variabel dependen 2. Menggunakan model penelitian Regresi Linear Berganda Tidak menggunakan variabel independen Suku Bunga dan Jumlah Uang Beredar

Inflasi, Suku Bunga dan Jumlah Uang Beredar secara signifikan berpengaruh terhadap ISSI.


(58)

40 8. Mohd Yahya

Mohd Hussin, Fidlizan

Muhammad, Mohd Fauzi

Abu, dan

Salwah Amirah Awang,

Macroeconomic Variables and Malaysian Islamic Stock Market: A Time Series Analysis, 2012.

1. Menggunakan variabel

independen inflasi dan nilai tukar 2. Menggunakan model penelitian

ECM (Error

Correction Model)

Tidak

menggunakan variabel

independen suku bunga dan jumlah uang beredar

Inflasi dan Tingkat suku bunga memiliki

hubungan yang

signifikan terhadap harga saham. Nilai tukar dan jumlah uang beredar memiliki hubungan yang negatif terhadap harga saham

9. Ihsan Ilahi, Mehboob Ali,

dan Raja

Ahmed Jamil, Impact of Macroeconomic Variables on Stock Market

1.Menggunakan variabel Nilai tukar dan Inflasi dan variabel independen Return Pasar Saham 2.Menggunakan model penelitian

Tidak

menggunakan variabel

independen Suku Bunga

Nilai tukar, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga tidak memiliki

hubungan yang

signifikan terhadap Return Pasar Saham.


(59)

41 Returns: A Case

of Karachi Stock

Exchange, 2012.

regresi linear berganda

10. Tarika Singh, Seema Mehta, dan M. S. Varsha,

Macroeconomic factors and stock returns: Evidence from Taiwan, 2011.

1.Menggunakan variabel

independen Inflasi, PDB dan Nilai Tukar, variabel dependen return pasar saham 2.Menggunakan Model penelitian Regresi Linear Berganda Tidak menggunakan variabel independen tingkat kerja dan jumlah uang beredar

Nilai tukar dan PDB mempengaruhi hasil dari semua portofolio, sementara tingkat inflasi, nilai tukar, dan jumlah uang beredar

yang memiliki

hubungan negatif dengan return.


(60)

42 D. Kerangka Penelitian

Menurut Hamid (2012:25) kerangka pemikiran merupakan sinetesa dariserangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnyamerupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusiatau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangkapemikiran dapat berupa bagian, penelitian kuantitatif, atau bahkan gabungankeduanya.

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selalu mengalami pertumbuhanuntuk setiap tahunnya. Pertumbuhannya ini tidak lepas karena dipengaruhi atasbeberapa variabel ekonomi makro seperti Tingkat Inflasi, nilai tukar (Kurs),produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga saham gabungan (IHSG). Inflasi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel ekonomi makroyang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disuatu negara.Pertumbuhan ekonomi disuatu negara juga tidak terlepas dari besarnya tingkatinvestasi yang bertumbuh di negara tersebut. ISSI merupakan salah satu daribeberapa instrumen investasi yang ada di Indonesia. Jadi inflasi dan pergerakanISSI ini sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu negara.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa Return Pasar Saham Syariah dipengaruhi oleh lima variabel antara lain, Tingkat Inflasi, nilai tukar (Kurs),produk domestik bruto (PDB), harga emas dunia dan indeks harga saham gabungan (IHSG).Setelah memperoleh data disetiap variabel peneliti mulai melakukan analisis regresi berganda menggunakan software EViews 8, Kemudian diukur dengan dengan Metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini


(61)

43

adalah model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM) yang diperkenalkan oleh Sargan dan dipopulerkan oleh Engle dan Granger. Model ini mampu meliputi banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka panjang dan juga dapat memecahkanmasalah variabel time series yang rentan dengan ketidakstasioneran yang sebelumnya dilakukan uji stasioner Phillips-Perron (PP) test dan uji kointegrasi Phillips-Phillips-Perron (PP) test, singkatnya akan penulis gambarkan pada kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk skema atau model sederhana adalah sebagai berikut :


(62)

44


(63)

45 E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Tingkat Inflasi (X1)

Ha: Diduga Tingkat Inflasi berpengaruh positif terhadap Return PasarISSI. 2. Variabel Nilai Tukar (X2)

Ha : Diduga Nilai Tukarberpengaruh positif terhadap Return PasarISSI. 3. Variabel Produk Domestik Bruto (X3)

Ha : Diduga Jumlah Produk Domestik Brutoberpengaruh positif terhadap Return PasarISSI.

4. Variabel Harga Emas Dunia (X4)

Ha : Diduga Harga Emas Duniaberpengaruh positif terhadap Return PasarISSI. 5. Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (X5)

Ha : Diduga Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh positif terhadap Return PasarISSI.


(64)

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan variabel dependen yaitu Return Pasar Indeks Harga Saham Syariah (ISSI).Dan variabel independennya difokuskan pada Tingkat Inflasi, nilai tukar, produk domestik bruto, harga emas dunia dan indeks harga saham gabungan. Penellitian ini merupakan penelitian analisis pengaruh, karena tujuan penelitian ini adalah meneliti hubungan pengaruh antara dua variabel tersebut.

Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data runtun waktu (time series), semua data diambil dalam bentuk bulanan dalam kurun waktu pada bulan Juni 2011 sampai Mei 2015dan diperoleh dari Website IDX Bursa Efek Indonesia, Data Statistik Bank Indonesia dan Website Kitco.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling).Metode judgment sampling atau purposive penumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. (Hamid, 2007:29).

Judgment sampling adalah teknik sampling yang satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Dan ingin melihatpengaruh dari faktor-faktor ekonomi


(65)

47

makro seperti tingkat inflasi, nilai tukar mata uang, produk domestik bruto, harga emas dunia dan indeks harga saham gabungan terhadap Return Pasar ISSI.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan skripsi ini, karena penulis dalam menyusun skripsi ini memerlukan data-data yang lengkap, akurat dan dapat disahkan kebenarannya. Dalam penulisan skripsi ini, data yang diperlukan dengan menggunakan teknik penelitian ini merupakan data sekunder, data tersebut diperoleh dari Laporan Bulanan Statistik Bursa Efek Indonesia, situs resmi Bank Indonesia, situs resmi Otoritas Jasa Keuangan, buku-buku literature, media cetak, media elektronik dan sumber lainnya yang dapat dipercaya.

D. Teknik Analisis Data

Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik melalui pendekatan regresi berganda, yaitu suatu analisis yang mengukur pengaruh antarvariabel yang melibatkan lebih dari dua variabel independen terhadap variabel dependen .

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Error Correction Model (ECM) untuk melihat hubungan jangka pendek dan menggunakan uji Kointegrasi untukmelihat indikasi adanya hubungan jangka panjang. Analisis data akan dilakukandengan bantuan aplikasi komputer, program EVIEWS 8. Aplikasi EViews 8 digunakan peneliti karena peneliti menggunakan data time series dibandingkan dengan SPSS yang kurang cocok, dalam hal uji-uji statistik terkait data time series, Eviews sangat powerful membantu penelitian.Pengujian ECM


(66)

48

baru dapatdilakukan bila terdapat indikasi adanya hubungan jangka panjang denganmenggunakan uji kointegrasi. Variabel-variabel dikatakan terkointegrasi bilastasioner pada ordo yang sama. Untuk menguji kestasioneran data, maka padapenelitian ini digunakan Phillips-Perron (PP) test. Dalam Phillips-Perron test, perlumenentukan jumlah truncation lag untuk koreksi Newey-West, yaitu denganmenggunakan rumus N1/3 = 321/3 = 3,17 yang kemudian dibulatkan pada nilai satuanterdekat dibawahnya yaitu 3 (Yahya Hamja, 2008).

Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien β

akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara variable independen dengan variabel dependen, Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika

variable independen mengalami penurunan. Sedangkan nilai β akan negatif (-) jika menunjukkan hubungan yang berlawanan, artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya. Uji yang pertama dilakukan adalah uji normalitas dimana untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Berikut ini merupakan alatuntuk menguji suatu nilai residual, yaitu :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak


(67)

49

dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variable penelitian. Sebenarnya normalitas dapat dilihat dari gambar histogram, namun seringkali polanya tidak mengikuti kurva normal, sehingga sulit disimpulkan. Akan lebih mudah bila melihat koefisien Jarque-Bera dan Probabilitasnya. Kedua angka ini saling mendukung. (Winarto Wahyu,2011:5.39)

Langkah-langkah pengujian normalitas data sebagai berikut: Hipotesis: Ho: Model Normal

Ha: Model Tidak Normal

Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Signifikan, Ho diterima Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak

2. Uji Linieritas

Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variable penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut (Insukindro,2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier.

langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: Model Linear


(68)

50

Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Signifikan, Ho diterima Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak.

3. Uji Stasioneritas

Salah satu persyaratan penting untuk mengaplikasikan model seri waktu yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil (stasioner) dari variabel-variabel pembentuk persamaan regresi. Karena penggunaan data dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data yang tidak stasioner, maka dalam penelitian ini perlu digunakan beberapa uji stasioner.Dalam melakukan uji stasioneritas, penulis akan melakukan proses analisis yang terdiri dari :

a. Uji Akar Unit

Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di dalam variable gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar unit dengan menggunakan metode statistic nonperametrik dalam menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelaskelambanan diferensi (Agus Widarjono, 2007).

Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal tetapi mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar darinilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolute statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.


(69)

51 b. Uji Derajat Integrasi

Data time series pada umumnya adalah data yang tidak stasioner.Untuk menghindari regresi lancung maka harus ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner. Menurut (Nachrowi,2006) dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data tersebut, ternyata data time series menyimpan berbagai permasalahan, salah satunya yaitu auotokorelasi. auotokorelasi ini merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data untukmenghilangkan otokorelasi.

Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses deferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner.


(1)

104


(2)

105

Lampiran 13 Uji Derajat Integrasi Variabel Produk Domestik Bruto (LNPDB)


(3)

106


(4)

107

Lampiran 15 Uji Derajat Integrasi Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)


(5)

108 Lampiran 16 Uji Kointegrasi Johansen Test


(6)

109