Ukuran Dewan Komisaris Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Ukuran Komite Audit Pengungkapan Islamic Social Reporting

61

2. Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran Dewan Komisaris merupakan jumlah Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan. Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah anggota Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan yang disebutkan dalam laporan tahunan.

3. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

Jumlah rapat Dewan Komisaris merupakan jumlah pertemuan atau rapat internal yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dalam waktu satu tahun. Skala pengukuran untuk variabel ini adalah skala nominal yaitu dengan menggunakan indikator jumlah rapat Dewan Komisaris yang diukur dengan cara melihat jumlah rapat yang dilakukan Dewan Komisaris pada laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan Charles dan Chariri, 2012.

4. Ukuran Komite Audit

Ukuran Komite Audit merupakan anggota Komite Audit dalam suatu perusahaan. Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah anggota Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan yang disebutkan dalam laporan tahunan. 5. Rapat Komite Audit Jumlah Rapat Komite Audit merupakan jumlah pertemuan atau rapat yang dilakukan oleh Komite Audit dalam waktu satu tahun. Skala pengukuran untuk variabel ini adalah skala nominal yaitu dengan menggunakan indikator jumlah rapat Komite Audit pada laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan. 62

6. Pengungkapan Islamic Social Reporting

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Islamic Social Reporting pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Variabel ini diukur melalui mekanisme pemberian skor atas item-item komponen pengungkapan Islamic Social Reporting dalam laporan tahunan Bank Syariah. Item-item tersebut berdasarkan nilai-nilai Islam yang diadopsi dari penelitian Haniffa 2002 dan Othman et al. 2009 dengan beberapa penyesuaian. Adapun komponen utama dari indeks ISR adalah terdiri dari enam indikator utama yaitu investasi dan keuangan, produk dan jasa, tenaga kerja, sosial lingkungan dan tata kelola organisasi. Enam indikator utama tersebut kemudian dikembangkan menjadi 40 item. Berdasarkan model ISR tersebut dikaukan metode scoring, yaitu nilai 0 untuk item yang tidak diungkapkan dan nilai 1 untuk setiap item yang diungkapkan. Setelah pemberian nilai scoring pada indeks ISR selesai dilakukan, maka besarnya disclosure level dapat ditentukan dengan rumus: Dislosure level = Ju a � � �� � ya u Ju a S Ma u Setelah diketahui nilai indeks ISR pada tiap-tiap tema atau secara kumulatif, akan ditentukan predikat tingkat pengungkapan kinerja sosial masing-masing Badan Usaha Syariah BUS. 63 Tabel 3.4 Predikat Tingkat Pengungkapan Kinerja Sosial BUS Predikat Nilai Indeks Sangat Informatif 81 sd 100 Informatif 66 sd 81 Kurang Informatif 51 sd 66 Tidak Informatif 0 sd 51 Berikut ini merupakan item-item yang diungkapkan dalam Islamic Social Reporting:

a. Investasi dan Keuangan

Konsep dasar pada tema ini adalah tauhid, halal, dan haram. Beberapa informasi yang diungkapkan pada tema ini menurut Haniffa 2002 adalah praktik operasional yang mengandung riba, gharar, dan aktivitas pengelolaan zakat. Riba adalah tambahan, artinya setiap tambahan atas suatu pinjaman baik yang terjadi dalam transaksi utang piutang maupun perdagangan. Kegiatan yang mengandung gharar juga merupakan yang terlarang dalam Islam. Gharar menurut Rianto Nur 2011 adalah ketidakpastian atau terdapat sesuatu yang ingin disembunyikan oleh sebelah pihak dan menimbulkan rasa ketidakadilan serta penganiayaan kepada pihak lain. Aspek lain yang harus diungkapkan oleh entitas syariah adalah praktik pembayaran dan pengelolaan zakat. Entitas syariah berkewajiban untuk mengeluarkan zakat dari laba yang dipeorleh. Berdasarkan AAOFI, perhitungan zakat bagi entitas syariah dapat menggunakan dua metode. Metode pertama, dasar 64 penghitungan zakat perusahaan dengan menggunakan metode net worth kekayaan bersih. Artinya seluruh kekayaan perusahaan termasuk modal dan keuntungan harus dihitung sebagai sumber yang harus dizakatkan. Metode kedua, dasar perhitungan zakat adalah keuntungan dalam setahun Haniffa, 2002. Berikut adalah item yang diungkapkan dalam laporan sosial perusahaan:  Aktivitas Riba Terdapat dua sub item yaitu: Identifikasi aktivitas yang mengandung riba 0,5 jika aktifitas yang mengandung riba diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Persen dari profit 0,5 jika persentase profit dari aktifitas riba diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan  Gharar Terdapat dua sub item, yaitu: Identifikasi aktivitas yang mengandung gharar 0,5 jika aktifitas yang mengandung gharar diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Persen dari gharar 0,5 jika persentase profit dari aktifitas gharar diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan  Zakat Terdapat lima sub item, yaitu: Metode yang digunakan 0,2 jika metode yang digunakan diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Sumber Zakat 0,2 jika sumber zakat, 0 jika tidak diungkapkan Jumlah zakat 0,2 jika jumlah zakat diungkapkan, 0 tidak diungkapkan Penerima Zakat 0,2 jika penerima zakat diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Opini DPS mengenai pengumpulan dan penyaluran zakat 0,2 jika terdapat opini DPS mengenai pengumpulan dan penyaluran zakat, 0 jika tidak diungkapkan. 65

b. Produk dan Jasa

Menurut Othman et al 2009 beberapa aspek yang perlu diungkapkan pada tema ini adalah status kehalalan produkyang digunakan dan pelayanan atas keluhan konsumen. Dalam konteks perbankan syariah, status kehalalan produk dan jasa yang digunakan adalah melalui opini yang disampaikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Selain itu pelayanan atas keluhan nasabah juga harus menjadi prioritas Bank Syariah dalam rangka menjaga kepercayaan nasabah. Berikut adalah item yang diungkapkan dalam laporan sosial perusahaan. Status halal atau syariah dalam produk 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Pengembangan produk 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Peningkatan Pelayanan 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan

c. Tenaga Kerja

Dalam Islamic Social Reporting, segala sesuatu yang berkaitan dengan karyawan berasal dari konsep etika amanah dan keadilan. Menurut Haniffa 2002 memaparkan bahwa masyarakat muslim ingin mengetahui apakah karyawan- karyawan perusahaan diperlakukan secara adil dan wajar melalui informasi-informasi yang diungkapkan. Berikut adalah item yang diungkapkan dalam laporan sosial perusahaan menurut Haniffa 2002, dan Othman et al 2009.  Karakteristik Pekerjaan Terdapat empat sub item yaitu: 66 Jumlah jam kerja dan hari libur 0,25 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Remunerasi 0,25 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Rasio gaji 0,25 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Komposisi karyawan berdasarkan kriteria tertentu 0,25 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan  Pendidikan dan pelatihan Terdapat empat sub item yaitu: Program pendidikan dan pelatihan bagi karyawan 0,25 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Membangun program dan jenjang karir karyawan 0,25 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Strategi retensi karyawan 0,25 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Persentase karyawan yang menerima pengembangan karir 0,25 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan

d. Sosial

Konsep dasar yang melandasi tema ini adalah ummah, amanah dan adl. Konsep tersebut menekankan pada pentingnya saling berbagi dan saling meringankan beban masyarakat.Islam menekankan kepada umatnya untuk saling tolong menolong antar sesama. Bentuk saling berbagi dan tolong menolong bagi Bank Syariah dapat dilakukan dengan sedekah, wakaf, dan qard. Beberapa aspek pengungkapan tema masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedekah, wakaf, dan qard hasan Haniffa, 2002. Sedangkan beberapa aspek lainnya yang dikembangkan oleh Othman et al 2009 diantaranya bantuan kesehatan, pemberian beasiswa di bidang pendidikan, dan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan kesehatan. Berikut adalah item yang diungkapkan dalam laporan sosial perusahaan. 67 Terdapat sembilan item yaitu: Shadaqoh Donasi 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Waqaf 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Qard Hasan 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Bantuan kesehatan 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Pemberdayaan ekonomi 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Kepedulian terhadap anak yatim piatu 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Pembangunan atau renovasi 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Kegiatan sosial lainnya pemberian buku, mudik bareng, dll. 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan  Pendidikan Terdapat 3 sub item yaitu: Pendirian sekolah 0,33 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Bantuan pada sekolah dalam bentuk finansial atau non finansial 0,33 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Beasiswa 0,33 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan

e. Lingkungan

Konsep yang mendasari tema ini adalah mizan, khilafah, dan akhirah. Konsep- konsep tersebut menekankan pada prinsip keseimbangan, kesederhanaan, dan tanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Berikut adalah item yang diungkapkan dalam laporan sosial perusahaan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haniffa 2002, kemudian dikembangkan oleh Othman et al 2009. 68 Terdapat tiga item yaitu: Kampanye go green 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Konservasi Lingkungan 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Perbaikan dan pembuatan sarana umum 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan

f. Tata Kelola Organisasi

Konsep yang mendasari tema ini adalah konsep khilafah. Tema tata kelola perusahaan dalam Islamic Social Reporting ISR merupakan penambahan dari Othman et al 2009 dimana tema ini tidak bisa dipisahkan dari perusahaan guna memastikan pengawasan pada aspek syariah perusahaan. Berikut adalah item yang diungkapkan dalam pelaporan sosial perusahaan. Terdapat lima belas item yaitu: Profil dan strategi organisasi 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Struktur Organisasi 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Pelaksanaan prinsip syariah dalam penghimpunan dan penyaluran dana serta pelayanan jasa 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Penanganan benturan kepentingan 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Penerapan fungsi kepatuhan bank 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Penerapan fungsi audit intern 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan 69 Penerapan fungsi audit ekstern 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Batas maksimum penyaluran dana 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Kebiajakan anti pencucian uang dan praktik menyimpang lainnya 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan Etika Perusahaan 1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan 70

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil dari pengolahan data yang dilakukan. Pengolahan data yang dilakukan meliputi content analysis untuk menghitung indeks Islamic Social Reporting ISR dan pengolahan data dengan SPSS untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

A. Analisis Deskriptif 1. Pengungkapan Islamic Social Reporting ISR

Pengungkapan tanggung jawab sosial dalam penelitian ini diukur dengan nilai score mengacu pada indeks Islamic Social Reporting ISR. Nilai ISR diperoleh dari hasil content analysis terhadap seluruh sampel penelitian. Pengukuran dengan indeks ISR dipilih karena perusahaan yang diteliti adalah Bank Umum Syariah, jadi model pengukuran CSR lebih tepat apabila menggunakan indeks ISR karena nilai ISR diyakini sesuai dengan perspektif Islam. Content analysis dilakukan dengan memberi nilai pada setiap komponen ISR secara dikotomi, yaitu nilai 1 apabila komponen tersebut diungkapkan dan nilai 0 apabila tidak diungkapkan. Kemudian total nilai yang diperoleh dijumlahkan dan dibagi dengan nilai total nilai yang diharapkan. Berikut adalah hasil perhitungan ISR secara keseluruhan pada Bank Umum Syariah tahun 2012-2014. 71 Tabel 4.1 Nilai Islamic Social Reporting pada Bank Umum Syariah di Indonesia Sumber : Data sekunder yang diolah 2015 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hampir semua Bank Umum Syariah menujukkan kenaikan indeks ISR setiap tahunnya. Luas pengungkapan ISR rata-rata yang dilakukan oleh bank sampel adalah 26,68 item atau 66,7 pada tahun 2012. Kemudian meningkat menjadi 29,69 item atau 74, dan menjadi 30,90 item atau 77 di tahun 2014. Terdapat beberapa item atau bidang yang masih jarang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan seperti di bidang lingkungan dan investasi keuangan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya peraturan yang jelas dan detail mengenai kewajiban luas pengungkapan yang berhubungan dengan aspek syariah di bidang tersebut. No Nama Bank Tahun Rasio ISR 2012 2013 2014 2012 2013 2014 1 Bank Muamalat 37,66 37,91 39,41 0,94 0,95 0,99 2 Bank Syariah Mandiri 36,41 36,41 37,91 0,91 0,91 0,95 3 Bank Syariah Mega 30,08 30,08 31,33 0,75 0,75 0,78 4 BRI Syariah 26,25 27,58 30,33 0,66 0,69 0,76 5 Bank Syariah Bukopin 27,75 29,33 30,91 0,69 0,73 0,77 6 BNI Syariah 33,66 35,66 34,33 0,84 0,89 0,86 7 Bank Victoria Syariah 20,00 24,50 24,50 0,50 0,61 0,61 8 BCA Syariah 26,33 28,08 29,33 0,66 0,70 0,73 9 Bank Jabar Banten Syariah 26,66 25,66 28,16 0,67 0,64 0,70 10 Panin Bank Syariah 25,08 23,75 25,08 0,63 0,59 0,63 11 Maybank Indonesia Syariah 25,58 27,58 28,58 0,64 0,69 0,71 Total 315,46 326,54 339,87 Rata-rata 28,68 29,69 30,90 72 Gambar 4.1 Perbandingan Pengungkapan ISR Sumber : Data sekunder yang diolah 2015 Bank Muamalat merupakan bank yang konsisten memiliki nilai indeks ISR tertinggi selama tahun 2012-2014. Pada tahun 2012 nilai indeks ISR Bank Muamalat adalah 37,66 poin atau 94, kemudian meningkat menjadi 37,91 poin atau 95 pada tahun 2013, dan 39,41 poin atau 99 pada tahun 2014. Nilai indeks ISR terendah pada tahun 2012 dimiliki Bank Victoria Syariah dengan poin 20 atau 50. Nilai indeks ISR terendah pada tahun 2013 dimiliki Panin Bank Syariah dengan poin 23,75 atau 59 dan nilai ISR terendah pada tahun 2014 kembali dimiliki oleh Bank Victoria Syariah dengan 24,5 poin atau 61. Rendahnya nilai indeks ISR yang dimiliki oleh Bank Victoria Syariah dan Panin Bank Syariah tidak berarti bahwa bank tersebut tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dengan baik, karena ada 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 BMI BSM BSMI BRIS BSB BNIS BVS BCAS BJBS PBS MIS 2012 2013 2014 73 kemungkinan bank tersebut telah melaksanakan tanggung jawab sosial hanya saja tidak diungkapkan dalam laporan tahunan annual report. Hasil analisis di atas juga menunjukkan bahwa Bank Umum Syariah yang memiliki nilai indeks ISR tertinggi ditempati oleh Bank Syariah yang sama setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan adanya tindakan yang cukup konsisten dalam mengungkapkan item-item yang ada dalam ISR setiap tahunnya. Bank Syariah dengan nilai terendah juga hampir ditempati oleh Bank Syariah yang relatif sama setiap tahunnya. Bank yang memiliki nilai indeks ISR terendah cenderung hanya melakukan pengungkapan pada tema Corporate Governance. Namun yang dimaksud dengan Islamic Social Reporting disini adalah pengungkapan yang dilakukan pada seluruh aspek perusahaan baik itu peran perusahaan dalam kegiatan ekonomi maupun dalam hal spiritualitas seperti zakat, wakaf, dana qardh, dan larangan riba. Selain itu Islamic Social Reporting juga termasuk keadilan yang dilakukan oleh perusahaan baik itu kepada lingkungan maupun kepada sesama manusia. Dalam pengungkapan indeks ISR pada Bank Umum Syariah ini, terdapat enam indikator utama yaitu investasi dan keuangan, produk dan jasa, tenaga kerja, sosial lingkungan dan tata kelola organisasi. Berikut adalah hasil perhitungan content analysis berdasarkan tema terhadap sampel tahun 2012-2014. 74 Tabel 4.2 Nilai content analysis BUS di Indonesia berdasarkan tema Sumber : Data sekunder yang diolah 2015 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan jumlah indeks ISR setiap tahun kecuali pada tema produk dan jasa yang selalu konstan setiap tahunnya. Produk dan jasa terdiri dari tiga item yang diungkapkan dalam penelitian ini yaitu status halal atau syariah dalam produk, pengembangan produk, dan peningkatan pelayanan. Semua Bank Umum Syariah mengungkapkan ketiga item tersebut di dalam laporan tahunan perusahaan setiap tahunnya. Peningkatan pengungkapan ISR pada Bank Umum Syariah tersebut menandakan bahwa Bank Umum Syariah selalu berupaya untuk menaikkan kualitas pengungkapan ISR. Corporate Governance merupakan tema yang paling sering diungkapkan dalam laporan tahunan Bank Umum Syariah setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena adanya peraturan yang cukup mengikat mengenai pengungkapan laporan sosial di Indonesia di bidang ini. Pelaksanaan Good Corporate Governance oleh Bank Umum Syariah di Indonesia diatur oleh peraturan Bank Indonesia nomor 11332009 dan No Tema 2012 2013 2014 1 Investasi dan Keuangan 10 10,25 10,25 2 Produk dan Jasa 33 33 33 3 Tenaga Kerja 23,5 28,75 31,75 4 Sosial 57,96 56,29 64,62 5 Lingkungan 8 10 11 6 Tata Kelola Organisasi 140 145 146 Total 272,46 283,29 296,62 75 kegiatan ini akan dievalusi oleh Bank Indonesia. Sedangkan tema dengan niai terendah adalah tema lingkungan environment. Hal ini berarti bahwa Bank Umum Syariah kurang baik dalam melakukan pengungkapan di bidang lingkungan.

B. Analisis Statistik Deskriptif

Berikut adalah hasil analisis statistik deskriptif pada variabel pengungkapan ISR, ukuran DPS, ukuran Dewan Komisaris, frekuensi rapat dewan komisaris, ukuran Komite Audit, dan frekuensi rapat Komite Audit. Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ISR 33 16,00 34,91 25,8273 4,65432 DPS 33 2 3 2,36 ,489 Dekom 33 2 7 3,91 1,355 Rap_Dekom 33 3 15 9,36 3,180 Komdit 33 2 6 3,67 1,109 Rakom 33 3 31 11,70 7,510 Valid N listwise 33 Keterangan :  ISR merupakan Islamic Social Reporting.  DPS merupakan jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah  Dekom merupakan jumlah Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan.  Rap_Dekom merupakan frekuensi rapat Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan. Sumber : Data sekunder yang telah diolah 2015 76  Komdit merupakan jumlah Komite Audit dalam suatu perusahaan.  Rakom merupakan frekuensi rapat Komite Audit dalam suatu perusahaan. Tabel 4.3 menjelaskan mengenai hasil statistik deskriptif. Berdasarkan tabel di bawah dapat terlihat bahwa rata-rata pengungkapan ISR yang dilakukan oleh Bank Syariah adalah 25,82 dari total 40 komponen yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan ISR yang dilakukan oleh Bank Syariah yang dijadikan sampel sudah cukup baik karena di atas 50 yaitu sebesar 64. Nilai simpangan baku atau standar deviasi ISR yaitu 4,65 jauh lebih kecil dari nilai rata-rata dan berarti bahwa tingkat penyimpangan datanya kecil. Nilai minimum ISR yaitu 16 yang merupakan nilai ISR dari Bank Victoria pada tahun 2012. Sedangkan nilai maksimum ISR yaitu 34,91 yang merupakan nilai ISR dari Bank Muamalat pada tahun 2014. Perbedaan yang cukup menjauh antara nilai minimum dan maksimum ini dapat disebabkan karena pengungkapan ISR bukanlah suatu keharusan melainkan sukarela dilakukan oleh setiap Bank Umum Syariah dan tergantung pada kebijakan Bank Umum Syariah tersebut. Variabel ukuran Dewan Pengawas Syariah DPS yang diukur dengan jumlah anggota DPS mempunyai nilai rata-rata 2,36. Nilai standar deviasi adalah 0,48. Kemudian DPS memiliki nilai minimum 2 yang berarti bahwa jumlah minimum anggota DPS Bank Umum Syariah di Indonesia adalah sebanyak 2 orang. Bank tersebut adalah BRI Syariah, Bukopin Syariah, BNI Syariah, Victoria Syariah, BCA Syariah, Panin Bank Syariah, dan Maybank Syariah. Nilai maksimum dari variabel 77 Islamic Governance adalah 3 yang berarti bahwa jumlah maksimum anggota DPS yang dimiliki oleh Bank Umum Syariah di Indonesia adalah 3 orang. Bank tersebut adalah Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, dan Bank Syariah Mega, dan Bank Jabar Banten Syariah. Variabel ukuran Dewan Komisaris mempunyai nilai rata-rata 3,91 yang dibulatkan menjadi 4 karena variabel ukuran Dewan Komisaris merupakan jumlah dari oirang. Nilai standar deviasi sebesar 1,35. Nilai minimum variabel ukuran Dewan Komisaris adalah 2 yaitu Maybank Indonesia pada tahun 2012 dan 2014. Sedangkan nilai maksimum variabel ukuran Dewan Komisaris adalah 7 yaitu Bank Jabar Banten Syariah pada tahun 2014. Kriteria jumlah Dewan Komisaris adalah minimal 3 anggota dan tidak melampaui jumlah anggota Direksi pada perusahaan tersebut. Variabel frekuensi rapat Dewan Komisaris mempunyai nilai rata-rata 9,36 yang dibulatkan menjadi 9 kali rapat. Nilai standar deviasi sebesar 3,18. Nilai minimm variabel rapat Dewan Komisaris adalah 3 yaitu Bank Muamalat pada tahun 2012, sedangkan nilai maksimum variabel rapat Dewan Komisaris adalah 15 yaitu Bank Syariah Mega Indonesia pada tahun 2014. Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 1133PBI2009 Pasal 14 paragraf 3 menjelaskan bahwa rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1 kali dalam 2 bulan yang berarti bahwa Dewan Komisaris minimal mengadakan rapat enam kali dalam satu tahun. Variabel ukuran Komite Audit mempunyai nilai rata-rata 3,67. Nilai standar deviasi sebesar 1,109. Nilai minimum variabel ukuran Komite Audit adalah 2 yaitu 78 Bank Bukopin Syariah tahun 2012-2014, sedangkan nilai maksimum variabel ukuran Komite Audit adalah 6 yaitu Bank Jabar Banten Syariah tahun 2013, 2014, dan Bank BNI Syariah tahun 2013. Dalam ketentuan yang berlaku ditetapkan bahwa jumlah anggota Komite Audit sekurang-kurangnya 3 orang, termasuk Ketua Komite Audit. Variabel rapat Komite Audit mempunyai nilai rata-rata 11,7. Nilai standar deviasi sebesar 7,51. Nilai minimum variabel rapat Komite Audit adalah 3 yaitu Bank Muamalat pada tahun 2012, sedangkan nilai maksimum variabel rapat Komite Audit adalah 31 yaitu Bank Syariah Mandiri pada tahun 2014.

C. Uji Asumsi Klasik

Penggunaan alat statistik regresi berganda mensyaratkan dilakukannya pengujian asumsi klasik. Jika asumsi klasik tidak terpenuhi akan menyebabkan bias pada hasil penelitian. Asumsi klasik yang perlu diuji adalah Uji Normalitas, Multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PRAKTIK PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERDASARKAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING INDEX PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 5 18

The Influence Of Islamic Value Towards Social Reporting : a case study:BSM And BMI

0 19 75

PENGARUH ELEMEN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 4 130

Analisis pengaruh islamic corporate governance terhadap corporate social responsibility (Studi kasus pada Bank Syariah di Indonesia)

0 3 26

CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA

3 20 25

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

16 74 131

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA.

0 3 15

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA.

0 7 18

PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Bank Syariah Di Indonesia.

0 1 13

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN INDEKS ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2014

0 1 18