10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.Teori Stakeholder
Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat
langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan Reny dan Denies, 2012. Batasan stakeholder tersebut di atas mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya
memperhatikan stakeholder, karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung mapun tidak langsung atas aktivitas serta
kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan. Teori ini menunjukkan pengaruh yang dimiliki oleh perusahaan terhadap
seluruh pemangku kepentingan, yaitu pemegang saham, investor, kreditor, pemasok, hingga rekan bisnis maupun pihak eksternal perusahaan yang memiliki
kepentingan. Semakin kuat posisi stakeholders, semakin besar pula kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholdersnya
Sembiring, Rismanda, 2003. Menurut Syuhada 2012, teori stakeholder menjelaskan pengungkapan CSR perusahaan sebagai cara untuk berkomunikasi
dengan stakeholders. Implikasinya adalah perusahaan akan secara sukarela melaksanakan CSR, karena pelaksanaan CSR adalah merupakan bagian dari peran
perusahaan ke stakeholders. Teori ini jika diterapkan akan mendorong perusahaan
11
melaksanakan CSR. Dengan pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang
harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian
perusahaannya sustainability. Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang
diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Fenomena seperti ini terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative
externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi Harahap, 2002. Untuk itu, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas indikator
ekonomi dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan
faktor-faktor sosial terhadap stakeholder, baik internal maupun eksternal. 2. Teori Legitimasi
Gray et.al, 1996 dalam Hadi 2011 berpendapat bahwa legitimasi merupakan “ a system-oriented view of organisation and society, permits us to
focus on the role of information and disclosure in the relationship between organizations, the state, individuals and group
”. Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa legitimasi merupakan sistem pengolahan perusahaan yang berorientasi
pada keberpihakan terhadap masyarakat society, pemerintah individu dan kelompok masyarakat.
Sedangkan O’Donovan 2002 berpendapat bahwa legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat
kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari
12
masyarakat. Dengan demikian legitimasi memiliki manfaat untuk mendukung keberlangsungan hidup suatu perusahaan going concern.
Legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaaan tidak mengganggu atau sesuai dengan eksistensi sistem nilai yang ada
dalam masyarakat dan lingkungan. Ketika terjadi pergeseran yang menuju ketidaksesuaian, maka pada saat itu legitimasi perusahaan dapat tercancam.
Terdapat kesenjangan legitimasi antara perusahaan dan stakeholders O’Donovan,
2002. Kesenjangan tersebut terjadi karena beberapa faktor, seperti: a. Ada perubahan dalam kinerja perusahaan tetapi harapan masyarakat terhadap
kinerja perusahaan tidak berubah. b. Kinerja perusahaan tidak berubah tetapi harapan masyarakat terhadap
perusahaan telah berubah. c. Kinerja perusahaan dan harapan masyarakat berubah ke arah yang berbeda,
atau ke arah yang sama tetapi waktunya berbeda. Lindblom 1993 dalam Dowling dan Prefer 1975 mengatakan bahwa
terdapat empat strategi legitimasi yang dapat diadopsi organisasi ketika mereka dihadapkan pada gangguan atas legitimasinya atau jika dipandang terdapat gap
legitimasi. Dalam hal ini suatu organisasi dapat: a. Merubah outputnya, metode atau tujuan agar sesuai dengan harapan dari
masyarakat yang relevan dan kemudian mereka menginformasikan perubahan ini kepada kelompok masyarakat tersebut.
13
b. Tidak mengubah output, metode ataupun tujuan, tapi mendemonstrasikan kesesuaian dari output, metode dan tujuan melalui pendidikan dan informasi.
c. Mencoba untuk mengubah persepsi dari masyarakat dengan menghubungkan organisasi dengan simbol-simbol yang memilii status legitimasi yang tinggi.
d. Mencoba untuk mengubah harapan masyarakat dengan menyesuaikan harapan mereka dengan output, tujuan, dan metode organisasi.
Legitimasi perusahaan dimata stakeholder dapat dilakukan dengan integritas pelaksanaan etika dalam berbisinis serta meningkatkan tanggung jawab sosial
perusahaan. Wibisono 2007 menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan memiliki kemanfaatan untuk meningkatkan reputasi perusahaan,
menjaga image dan strategi perusahaan. Terdapat beberapa upaya yang perlu dilakukan perusahaan dalam mengelola legitimasi agar efektif Hadi, 2011, yaitu
dengan cara: a. Melakukan identifikasi dan komunikasi dialog dengan publik
b. Melakukan komunikasi atau dialog tentang masalah nilai sosial kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsi tentang perusahaan.
c. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan terkait dengan CSR. Dalam konteks ini CSR dipandang sebagai suatu kebijakan yang disetujui
antara perusahaan dengan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang telah memberikan izin kepada perusahaan untuk
menggunakan sumber daya alam dan manusianya serta izin untuk melakukan fungsi produksinya. Jadi dalam pelaporan CSR perusahaan harus mengikuti
14
aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Karena itu, CSR merupakan suatu kewajiban asasi perusahaan yang tidak bersifat sukarela. Namun harus diingat
bahwa izin tersebut tidaklah tetap sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari perusahaan bergantung pada bagaimana perusahaan secara terus menerus
berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan keinginan dan tuntutan dari masyarakat Syuhada, 2012.
3. Corporate Social Responsibility CSR a. Definisi Corporate Social Responsibility
Sebagai satu konsep yang menjadi populer, Corporate Social Responsibility CSR belum memiliki batasan yang sepadan. Banyak ahli, praktisi dan peneliti
belum memiliki kesamaan dalam memberikan definisi. Eklington 1997 dalam bukunya yang berjudul Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21th
Century Business mengemukakan bahwa perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian pada kemajuan masyarakat,
khususnya komunitas sekitar people, serta lingkungan hidupbumi planet, dan peningkatan kualitas perusahaan profit. Mursitama, 2011.
The world Business Council for Suitainable Development WBCSD mendefinisikan Corporate Social Responsibility
. “Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to economic development while
improving the quality of life of the workface and their families as well as of the local community and society at large
” Hadi, 2011.