Analisis Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik

55 ini akan dianalisis dengan uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi R 2 , dan uji signifikansi.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan suatu analisis yang memberikan deskripsi mengenai data namun tidak untuk menguji hipotesis penelitian yang dirumuskan. Analisis statistik deskriptif memiliki tujuan untuk menganalisis data dan menghitung berbagai karakteristik data yang diteliti. Statistik deskriptif menunjukkan jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi Ghozali, 2011. Nilai minimum digunakan untuk menilai nilai terkecil dari data. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui nilai terbesar dari data. Nilai rata – rata merupakan nilai untuk mengetahui rata – rata dari data yang diteliti. Sedangkan standar deviasi digunakan untuk mengetahui variasi data yang diteliti.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian yang dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis adalah pengujian asumsi klasik. Tujuan dari uji asumsi klasik adalah untuk mengetahui apakah data telah memenuhi asumsi klasik dan menjadi data yang dapat diterapkan dalam model regresi. Pengujian asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas. dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam regresi terdapat variabel pengganggu atau residual yang memiliki distribusi normal. Asumsi dalam model adalah bahwa dalam uji t dan uji F nilai residual mengikuti distribusi normal. 56 Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil Ghozali, 2011. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov smirnov. Metode ini dilakukan untuk menentukan normalitas data. Uji ini dinilai dengan melihat hasil nilai signifikansi yang ada. Apabila data menunjukkan siginifikansi di atas 0,05 maka data residual terdistribusi normal. Sedangkan jika hasil uji menunjukkan signifikansi di bawah 0,05 maka data residual yang dimiliki penelitian ini tidak terdistribusi normal Ghozali, 2011.

b. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinieritas memiliki tujuan untuk menguji apakah model regresi menemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya model regresi tidak memiliki korelasi antar varibel independen Ghozali, 2011. Uji multikolonieritas dilihat dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflation factor VIF. Nilai tolerance yang tinggi sama dengan nilai VIF yang rendah. Pengukuran nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF 10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat heteroskedastisitas Ghozali, 2011. 57 Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatter plot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas Siregar, 2013. Penelitian ini juga menggunakan uji glejser untuk mengetahui ada tidaknya gejala heterokedastisitas. Dalam uji glejser, jika nilai signifikan semua variabel lebih dari 0,05 maka dapat dinyatakan data telah terbebas dari masalah heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Menurut Imam Ghozali 2011 uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendikte ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini yaitu dengan uji Durbin-Watson. Klasifikasi nilai d dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi Iqbal Hasan, 2001. Berikut adalah nilai DW untuk autokorelasi. 58

3. Analisis Regresi Berganda

Dokumen yang terkait

ANALISIS PRAKTIK PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERDASARKAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING INDEX PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 5 18

The Influence Of Islamic Value Towards Social Reporting : a case study:BSM And BMI

0 19 75

PENGARUH ELEMEN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 4 130

Analisis pengaruh islamic corporate governance terhadap corporate social responsibility (Studi kasus pada Bank Syariah di Indonesia)

0 3 26

CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA

3 20 25

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

16 74 131

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA.

0 3 15

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA.

0 7 18

PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Bank Syariah Di Indonesia.

0 1 13

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN INDEKS ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2014

0 1 18