1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility CSR merupakan gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada nilai
perusahaan yang hanya direfleksikan dalam kondisi keuangannya financial saja. Akan tetapi tanggung jawab perusahaan juga dapat direfleksikan dengan
memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Dewasa ini berkembang suatu konsep mengenai sustainability development yang bertujuan untuk membatasi eksploitasi
alam ataupun sosial yang dilakukan perusahaan. Konsep pengembangan keberlanjutan dapat dilihat dari berbagai dimensi antara lain manusia, sosial,
lingkungan, dan ekonomi Badroen, 2006. Eklington 1997 dalam Wibisono 2007 berpendapat bahwa jika perusahaan
ingin sustain, maka perusahaan tidak hanya memperhatikan profit ekonomi, namun juga perlu memperhatian kontribusi positif kepada masyarakat dan ikut aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan. Konsep Corporate Social Responsibility CSR pada umumya menyatakan
bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap stakeholder yang terkait dan tidak hanya terbatas
pada konsep pemberian sesuatu yang sifatnya charity. Di Indonesia sendiri, pelaporan Corporate Social Responsbility CSR diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun
2
2007 pasal 66 dan 74. Pasal 66 ayat 2 bagian c disebutkan bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan dalam Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa laporan tahunan perusahaan harus
mencerminkan tanggung jawab sosial, bahkan perusahaan yang kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab
sosial. Menteri Badan Usaha Milik Negara melalui Keputusan Nomor KEP- 04MBU2007 yang merupakan penyempurnaan dari surat Keputusan Menteri
BUMN Nomor 236MBU2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, memberikan arahan
secara lebih operasional tentang praktik tanggung jawab sosial social responsibility, meskipun masih terbatas pada perusahaan BUMN dan perusahaan yang operasinya
bersinggungan dengan eksploitasi sumber daya alam. Menurut Mulyanita 2009, alasan perusahaan khususnya di bidang perbankan
melakukan pelaporan sosial adalah karena adanya perubahan paradigma pertanggungjawaban, dari manajemen ke pemilik saham menjadi manajemen kepada
seluruh stakeholder. Sebagai wujud bukti kepedulian para ahli akuntansi di Indonesia dapat dilihat melalui Ikatan Akuntan Indonesia IAI dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan PSAK No.1 revisi 2009 paragraf sembilan secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan
sosial.
3
“Entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah value added statement, khususnya
bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan”.
Industri perbankan termasuk industri yang diwajibkan melakukan CSR. Coprorate governance menjadi salah satu fokus yang menjadi perhatian dalam
perbankan syariah karena Bank Syariah memainkan peran penting dalam pengungkapan tanggung jawab sosial. Keberadaan praktik corporate governance
yang baik pun harus menjadi perhatian yang lebih oleh pihak manajemen perbankan syariah agar menjaga kepercayaan dan harapan masyarakat.
Dalam perspektif Islam, transparansi merupakan salah satu amanah yang menuntut organisasi untuk melakukan pengungkapan, baik yang bersifat wajib
maupun sukarela. Salah satu bagian dari pengungkapan sukarela adalah pengungkapan pertanggungjwaban sosial islami bagi perbankan syariah Haniffa,
2002. Menurut Meutia 2010, Bank Syariah seharusnya memiliki dimensi spiritual
yang lebih banyak. Dimensi spiritual ini tidak hanya menghendaki bisnis yang non riba, namun juga mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas, terutama
bagi golongan masyarakat ekonomi lemah. Konsep CSR sangat luas dan merupakan hak dan kewajiban bersama yang dimiliki stakeholders. Sehingga dengan
implementasi CSR, bank syariah tidak hanya mendapatkan keuntungan berupa profit
4
saja melainkan dapat menambah kepercayaan dan semakin mendekatkan Bank Syariah dengan masyarakat. Pelaksanaan program CSR Bank Syariah bukan hanya
untuk memenuhi amanah Undang-Undang, akan tetapi lebih jauh dari itu bahwa tanggung jawab sosial Bank Syariah dibangun atas dasar falsafah dan tasawwur
Islam yang kuat untuk menjadi salah satu lembaga keuangan yang dapat mensejahterakan masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maali 2006 dijelaskan bahwa Bank Syariah tidak sepenuhnya menjalankan peran sosialnya sesuai dengan tuntutan
Islam, melainkan lebih memprioritaskan aspek ekonomi dengan indikasi bahwa kriteria ekonomi lebih diutamakan dibandingkan dengan kriteria social ketika
mengevaluasi peluang investasi. Oleh karena itu, kerangka corporate governance dalam suatu perusahaan sangat diperlukan agar kegiatan-kegiatan yang diterapkan
oleh perusahaan dapat diungkapkan sesuai dengan kenyataan yang ada. Dalam kerangka corporate governance di perbankan syariah, sebuah dewan
pengawas yaitu Dewan Pengawas Syariah DPS dibentuk untuk bertanggungjawab menjalankan praktik syariah governance yang menjadi hal esensial dalam model
corporate governance keuangan islam dengan tujuan untuk membangun dan menjaga kepercayaan semua pemangku kepentingan bahwa seluruh transaksi dan aktivitas
perbankan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Selain memiliki Dewan Pengawas Syariah, perbankan syariah juga mempunyai
struktur dalam Good Corporate Governance yang diantaranya meliputi Direksi, komposisi Dewan Komisaris, dan Komite Audit. Agustini dan Aggraeni 2012
5
berpendapat bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance di Indonesia sangat terlambat dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam situasi kompetisi global
seperti saat ini, Good Corporate Governance GCG merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan berkelanjutan.
Sejauh ini pengukuran CSR disclosure pada perbankan syariah masih mengacu kepada Global Reporting Initiative Indeks Indeks GRI Haniffa, 2002. Padahal,
terkait dengan adanya kebutuhan mengenai pengungkapan CSR tersebut, terdapat indeks yang masih jarang digunakan oleh perbankan syariah yaitu indeks Islamic
Social Reporting ISR. Indeks ISR merupakan tolak ukur pelaksanaan kinerja sosial perbankan syariah yang berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh
AAOIFI Acconting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti mengenai item-item
CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam Othman et al, 2009. Pentingnya pengungkapan ISR menunjukkan akuntabilitas perusahaan kepada
masyarakat. Namun apa yang sebenarnya mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pengungkapan ISR belum diungkapkan secara empiris. Meskipun studi
tentang pelaporan sosial telah banyak diteliti, namun penelitian tersebut mengabaikan pentingnya Islamic Social Reporting ISR.
Terdapat beberapa penelitian tentang pengungkapan praktik CSR antara lain: Farook dan Lanis 2005 menyelidiki tentang pelaksanaan CSR Bank Syariah dalam
laporan tahunan dan menilai faktor-faktor penting dalam pelaksanaan CSR yang mungkin ada. Selanjutnya Othman, et.al 2009 menguji karakteristik perbankan
6
syariah terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial Islami ISR. Hasil riset tersebut menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan komposisi
Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial Islam di Malaysia.
Priantina dan Yustian 2011, menjelaskan mengenai pengaruh struktur Good Corporate Governance GCG terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility CSR pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasilnya kepemilikan manajerial secara individual dan komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Namun, komposisi Dewan Komisaris secara individual berpengaruh
signifikan positif terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sudaryati dan Eskadewi
mengenai pengaruh Coorporate Governance terhadap tingkat pengungkapan CSR di Bank Syariah menjelaskan bahwa Islamic Governance memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Islam Malaysia Berhad. Charles dan Chariri 2012 meneliti apakah ukuran
Dewan Komisaris dan rapat Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, hasilnya adalah ukuran Dewan Komisaris dan rapat Komite Audit berpengaruh positif
terhadap pengungkapan CSR. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap pengungkapan CSR pada 10 bank syariah dengan
metode analisis regresi linier berganda. Hasilnya adalah Bank Syariah cenderung melakukan pengungkapan CSR dalam hal mendukung image positif perusahaan dan
7
cenderung tidak mengungkapkan kegiatan informasi yang dapat menimbulkan efek negatif, seperti potensi perusakan lingkungan yang dilakukan perusahaan cenderung
tidak diungkapkan.
B. Rumusan Masalah